Prinsip-Prinsip Latihan

d. Prinsip-Prinsip Latihan

Kekurangan yang umum terdapat pada atlet-atlet dan pelatih- pelatih kita adalah bahwa mereka kurang mengetahui dan kurang mengerti akan prinsip-prinsip latihan yang sebenarnya. Tanpa mengetahui prinsip- prinsip serta tujuan-tujuan latihan tak mungkin atlet berlatih atau dilatih Kekurangan yang umum terdapat pada atlet-atlet dan pelatih- pelatih kita adalah bahwa mereka kurang mengetahui dan kurang mengerti akan prinsip-prinsip latihan yang sebenarnya. Tanpa mengetahui prinsip- prinsip serta tujuan-tujuan latihan tak mungkin atlet berlatih atau dilatih

Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan diharapkan prestasi seorang atlet dapat cepat meningkat. Tanpa mengetahui hal ini seseorang atlet atau pelatih tidak mungkin akan berhasil dalam latihannya. Suharno (1992) menyarankan agar seluruh program latihan sebaiknya menerapkan prinsip latihan sebagai berikut:

1) Prinsip Kontinyuitas Dalam Latihan (Latihan harus sepanjang

tahun tanpa terseling) Prestasi, adaptasi atlet akan menurun lagi bila beban latihan

menjadi ringan dan latihan tidak kontinyu (terus-menerus secara rutin). Perlu adanya latihan yang bersifat menyeluruh dari cabang olahraga tersebut, agar prestasi dan adaptasi atlet yang positif tidak mengalami kemunduran.

2) Kenaikan Beban Latihan Yang Teratur

Latihan makin lama makan meningkat beratnya, tetapi kenaikan beban latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet terhadap loading akan terjamin keteraturannya.

3) Prinsip Individual

Perbedaan-perbedaan setiap atlet sebagai manusia yang berbeda- beda perlu diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk mencapai mutu prestasi tiap-tiap individual.

4) Prinsip Interval

Prinsip interval sangat penting dalam rencana latihan dari yang bersifat harian, mingguan, bulanan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlit dalam menjalankan latihan.

5) Prinsip Stress (Penekanan)

Stress fisik dan mental penting untuk meningkatkan prestasi, tetapi pemberian stress terus menerus tanpa memperhatikan kondisi atlet sangat bebahaya dan akan menimbulkan hal yang negatif terhadap atlet, misalnya : prestasi menurun, cedera, over training, takut latihan, jemu latihan dsb.

tiap-tiap cabang ilahraga yang selalu berbeda.

7) Prinsip Nutrisium (Gizzi Olahraga) (hlm. 8-14)

Dan menurut Irianto, dkk. (2009) dalam penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip latihan, sebagai berikut:

(1) Partisipasi Aktif Pencapaian prestasi merupakan perpaduan usaha atlet itu sendiri d an kerja keras pelatih, sehingga keduanya yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan program latihan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi.

(2) Perkembangan Multilateral Tahap perkembangan multilateral diletakkan pada awal program

pembinaan sebelum memasuki tahapan spesialisasi, yakni pada usia : 6-15 tahun, bertujuan : mengembangkan dan mengoreksi gerak dasar (jalan, lompat, loncat, lempar, tangkap).

(3) Individual Setiap atlet memiliki potensi yang berbeda-beda dan berkarakter

unik, setiap latihan menimbulkan respon yang berbeda pula. (4) Overload

Untuk meningkatkan kemampuan atlet perlu latihan dengan beban lebih (overload), yakni beban yang diberikan cukup menantang atau benar-benar membebani pada wilayah ambang batas kemampuan atlet (critical point).

(5) Spesifikasi Program latihan hendaknya direncanakan khusus sesuai dengan :

- Cabang olahraga (permainan, beladiri dll) - Peran olahragawan (penjaga gawang, smasher, picher dll) - Sistem gerak (anaerobik, aerobik) - Pola gerak (close skill-open skill, siklis-siklis) - Keterlibatan otot (otot pada organ apa saja) - Biomotor (kekuatan, kecepatan, daya teahan dll)

(6) Kembali Asal (Reversible) Yang diartikan sebagi kemunduran kemampuan atlet yang

diakibatkan ketidak teraturan dalam menjalankan program latihan (7) Variasi

Model dan metode latihan yang monoton akan mengakibatkan kebosanan sehingga sasaran latihan tidak dapat dicapai, untuk itu

Sedangkan Hadisasmita dan Syarifudin (1993) menyarankan agar dalam latihan sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip Beban-lebih (overlood)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menenkankan pada pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlet. Seorang atlet harus berlatih dengan beban yang lebih berat, namun beban tersebut harus sesuai dengan kemampuan atlet.

2) Prinsip Perkembangan Multilateral

Prinsip ini sebaiknya diterapkan pada atlet-atlet muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar dengan demikian mereka memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk ketrampilan spekulasinya kelak.

3) Prinsip Intensitas latihan

Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih melalui program latihan yang intensitif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja. Jumlah pengurangan gerakan (repetition) serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.

4) Prinsip Kualitas Latihan

Latihan dikatakan berkualitas apabila latihan dan dril-dril yang diberikan memang benar-benar bermanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan atlet. Koreksi-koreksi yang tepat dan kontruksi sering diberikan, pengawas dilakukan oleh pelatih sampai sedetail gerakan dan setiap kesalahan segera diberikan, prinsip-prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek fisik maupun mental.

5) Prinsip Beppikir Positif

Jika ingin berprestasi, atlet harus berani sakit dalam latihan. Pelatih harus tahu bagaimana kata hati atlet, apa yang mereka katakan pada dirinya sendiri. Dan pelatih harus mempengaruhi kata hatinya, melatih atlet untuk slalu berpikit posifit dan pesimis, mengubah sikap berpikir positif lebih baik dari pada berpikir negatif.

6) Variasi Dalam Latihan

Latihan yang dilakukan biasanya banyak menuntut waktu, pikiran, dan tenaga. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif dan terus-menerus terkadang akan menimbulkan rasa bosan pada atlet. Jika sudah bosan, maka gairah pada atlet dan motifasinya Latihan yang dilakukan biasanya banyak menuntut waktu, pikiran, dan tenaga. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif dan terus-menerus terkadang akan menimbulkan rasa bosan pada atlet. Jika sudah bosan, maka gairah pada atlet dan motifasinya

7) Prinsip Individualisasi

Setiap berbeda dalam segi fisik maupun mental, maka setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu beban yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu persoalan pribadi bagi atlet dan tidak bisa disama ratakan bagi semua atlet. Latihan harus direncanakan disesuaikan bagi setiap individu atlet agar dapat menghasilkan prestasi yang baik.

8) Penetapan Sarana (Goal setting)

Seringkali suatu tim atau atlet tidak berlatih bersungguh-sungguh, atau kurangnya motivasi untuk berlatih karena tidak ada tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa atlet berlatih. Karena itu menetapkan sasaran latihan untuk atlet sangat penting.

9) Prinsip Perbaikan Latihan

Kalau atlet sering melakukan kesalahn gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan (hlm. 130).

Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut, maka seorang pelatih dapat melakukan penyusunan dan pelaksanaan program latihan dengan sistematis dan terarah, sehingga akan mendukung sang atlet dalam meningkatkan kualitas latihan dan bisa dengan cepat meningkatkan prestasi.