ASESMEN ALTERNATIF (ALTERNATIVE ASSESSMENT)

Berbagai Tujuan Portfolio

Ada 3 tujuan umum pengembangan portfolio :

1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios), yang biasanya digunakan sebagai alat bantu pengembangan profesional yang berkelanjutan.

2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yang biasanya digunakan pada proses evaluasi formal.

3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/Marketing Portfolios), yang digunakan untuk tujuan pengadaan tenaga kerja.

Pembedaan lain :

1. Working Portfolios

2. Showcase or Best Works Portfolios

3. Assessment Portfolios

Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk asesmen alternatif. Istilah asesmen alternatif, asesmen otentik atau asesmen berdasar-kinerja (performance-based assessments) seringkal digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu jawaban, bukannya memilih suatu jawaban.

Asesmen Portfolio. Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara. Setiap bagian dapat diskoring secara individual, atau hanya diukur bagian-bagian penting yang dikehendaki, atau digunakan proses penskoran secara menyeluruh (holistic), dan dilakukan evaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan mahasiswa secara menyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator berunding sebelumnya untuk mencapai kesepakatann tentang standar penilaian dalam rangka mencapai tingkat kepercayaan (reliability) tinggi dalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akan digunakan oleh reviuwer dan mahasiswa yang terlibat, dalam proses mengevaluasi kemajuan dan pencapaian tujuan (instruksional).

ELECTRONIC PORTFOLIOS (Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)

Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio elektronik, yaitu penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk menciptakan dan mempublikasikan portfolio yang dapat dibaca dengan komputer atau Video player.

Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun, dengan menggunakan koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru, atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja seninya. Portfolio artistik biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham investasi yang mewakili nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio pendidikan mengandung hasilkerja yang dikumpulkan dan dipilah-pilah oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan (perkembangan) dan perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan artifak) maupun suatu refleksi keseluruhan mengenai apa yang terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya hanya mengenai portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat dikembangkan untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.

Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :

6. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti

7. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja yang paling baik (excellence).

8. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan evaluasi diri.

9. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang berkualitas.

10. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan yang diases.

Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:

3. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan ganda tradisional, standardized achievement tests.

4. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupan di luar sekolah.

Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan Fogarty R.,1998 ) :

Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai (grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum, dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui

asesmen di kelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP). Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan pada hasil dan standar

yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas, kriteria dan rubrik penskoran.

Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiring waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi,

refleksi, dan pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performans mahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan (perform) tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakan rubrik penskoran. Dosen senantiasa dapat mengobservasi mahasiswanya belajar di kelas. Namun untuk mendokumentasikan pengamatan ini tidaklah gampang dan makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai instrumen untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diamati itu.

Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio. Suatu portfolio merupakan wadah yang berisi contoh hasilkerja mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan

refleksi dari hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi “bukti” pencapaian hasil

(achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui asesmen performans yang disertai evaluasi dan refleksinya Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio) menciptakan hubungan antara tugas mahasiswa dan asesmen performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang didesain untuk ditampilkannya.

Definisi Portfolio Elektronik

Portfolio elektronik menggunakan teknologi elektronik. Pengumpulan dan pengorganisasian artifak dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe media ( audio, video, grafis, atau teks). Suatu portfolio berdasar- standar menggunakan “database” atau „hypertext links” untuk memperlihatkan hubungan antara standar atau tujuan (goal), artifak dan refleksi. Refleksi peserta didik itu merupakan dasar pemikiran (rationale), bahwa artifak khusus merupakan bukti pencapaian standar atau tujuan yang telah ditetapkan.

Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio, namun terdapat perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang bentuknya analog, misalnya pita video atau bentuk yang dapat dibaca oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah menjadi bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan merupakan koleksi artifak sembarangan, melainkan merupakan alat reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan (perkembangan) seiring waktu.

Koleksi (collection)

Hampir semua definisi mengandung kata “collection”. Koleksi tugas /pekerjaan dapat berbentuk folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari kumpulan catatan digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang merangkum suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama refleksi peserta didik, baik tentang pencapaian mereka terhadap standar dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus, maupun refleksi keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.

Keuntungan pengembangan portfolio elektronik untuk mahasiswa atau dosen meliputi :  Ruang penyimpanan yang minim.

 Mudah menciptakan fail backup  Dapat dibawa-bawa  Masa berlaku yang panjang  Berorientasi-peserta didik  Meningkatkan ketrampilan elektronik  Melalui hubungan hypertext lebih mudah berargumentasi tentang tercapainya standar tertentu  Mudah diakses (khususnya portfolio web)

Proses Pengembangan Portfolio Elektronik

Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih mudah apabila melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang memerlukan berbagai software yang berbeda.

Proses Pengembangan Multimedia

Dikatakan bahwa mencipta portfolio elektronik dapat mengembangkan ketrampilan teknologi multimedia dari dosen maupun mahasiswa.

Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers & Barron, 1998):  Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah mengidentifikasi kebutuhan

(needs assessment) pelanggan, perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk presentasi akhir portfolio.

 Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada pengorganisasian atau perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media

penyimpanan, dan urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis storyboard.

 Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam presentasi, dan mengorganisasikannya menurut urutan (sequence) atau menggunakan hyperlinks untuk presentasi materi yang terbaik menggunakan program multimedia tertentu

 Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada audiens.  Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini difokuskan pada

evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan maksud dan untuk tujuan asesmen.

Proses Pengembangan Portfolio

Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu pengembangan profesional dosen dan kemampuan belajar seumur hidup pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses Pengembangan Portfolio menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :

 Pengumpulan (Collection) – dosen dan mahasiswa belajar menyimpan artifak (produk hasilkerja) yang mewakili keberhasilan (dan kesempatan berkembang) melalui pembelajaran sehari-hari.

 Pemilahan (Selection) – dosen dan mahasiswa merview dan mengevaluasi artifak yang telah disimpan, dan mengidentifikasi artifak yang memperlihatkan pencapaian suatu standar yang

spesifik.  Refleksi (reflection) – dosen dan mahasiswa menjadi praktisi reflektif, dengan mengevaluasi

pertumbuhannya sendiri seiring waktu, dan pencapaian mereka terhadap standar, maupun ketimpangan (gap) pada perkembangannya.

 Proyeksi (Projection or Direction) – dosen dan mahasiswa membandingkan refleksi mereka terhadap standar dan indikator performans, dan merumuskan tujuan pembelajaran untuk masa

yang akan datang. Tahap inilah yang menyebabkan pengembangan portfolio itu menjadi suatu pengembangan profesional dan mendukung pembelajaran seumur hidup.

 Presentasi (Presentation) – dosen dan mahasiswa bertukar pengalaman dengan kolega (peer). Tahap ini merupakan tahapan dimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorong kerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional dan pembelajaran seumur hidup.

Dengan menggabungkan Proses Pengembangan Mutimedia dan Proses Pengembangan

Portfolio, maka dirumuskan 5 tahap Pengembangan Portfolio Elektronik sebagai berikut :

1. Mendefinisikan Tujuan dan Konteks Portfolio ( Context & Goals)

Tugas utama pada langkah pertama ialah mengidentifikasi konteks asesmen, termasuk maksud (purpose) portfolio. Selanjutnya mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai portfolio. Langkah penting ini juga menetapkan konteks asesmen dan membantu merangkum proses pengembangan portfolio selanjutnya..

2. Portfolio Kerja (Working Portfolio) Proses pengembangan portfolio elektronik tahapan ini memakan waktu yangpaling banyak, sehingga dinamakan juga “Becoming a Digital Packrat”. Dengan mengetahui tujuan atau

standar yang akanditampilkan, akan membantu pada pengumpulan jenis artifak portfolio ya ng selanjutnya dipilah-pilah. Kemudian dipilih instrumen pengembangan software yang paling sesuai dengan konteks portfolio dan sumberdaya yang tersedia. Seperti halnya ada yang mengatakan bahwa “media merupakan pesan, maka software yang dipilih untuk

menciptakan portfolio itu akan mengontrol, membatasi, atau memperluas proses pengembangan portfolio. Bentuknya pun harus sesuai mengikuti kesesuaian fungsinya, dan software portfolio elektronik harus sesuai dengan visi dan gaya si pengembang portfolio.

Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk mengumpulkan artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau videotape. Buatkan folder elektronik untuk setiap standar dalam mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide show untuk mengartikulasikan tujuan/standar yang akan didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk mengorganisasikan artifak. Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer, videotape, jaringan lokal, WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat pula banyak pilihan lain, tergantung dari software yang dipilih.

Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu dikumpulkan artifak dari berbagai waktu yang berbeda untuk menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang telah berlangsung. Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan

3. Portfolio Refleksi (The Reflective Portfolio)

Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului review evaluasi (untuk portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan (untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio formatif, secara khas refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini. Refleksi terhadap pekerjaan seseorang sangat diperlukan jika pemilik portfolio ingin mempelajari proses.

Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan proses reflektif ini :

1. “What”

2. “So what”

3. “Now what”

Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu meringkas artifak yang mendokumentasikan pengalaman untuk dapat menjawab pertanyaan “What”. Selanjutnya

mahasiswa perlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini memenuhi standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”. Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan mahasiswa perlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini memenuhi standar, untuk menjawab pertanyaan “So what”. Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan

Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan pengembangan portfolio itu sebagai suatu alat yang sangat penting pada pengembanganprofesional. Karena itu pertanyaan “Now what” menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap

pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk bekerja dalam bidang ini. Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari pengembangan profesionalnya sendiri.

4. Portfolio Penghubung (The Connected Portfolio)

Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik, karena kapabilitas software untuk menciptakan hypertext links antara dokumen, secara lokal atau melalui internet. Pada tahap ini diciptakan hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja, rubrik, dan refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai. Buatlah daftar isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan kemampuan Word atau Power Point, atau pengorganisasian grafis AND yang memberikan garisbesar Inspiration.

Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses pengembangan dan kualitas produk akhir. Paket software yang berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas tersendiri yang dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting sekali untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan menciptakan hypertext links, agar dapat dihubungkan antara pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi

suatu pola melalui proses “linking”ini

Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada proses asesmen sumatif. Apabila menggunakan portfolio pada ase smen, maka transformasi “artifak” menjadi “bukti” itu tidak akan jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses berpikir ini lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan dari berbagai perspektif (dan berbagai tujuan) juga akan memperbaiki kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan menjadikannya satu artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar teknologi nasional, standar pembelajaran negara)

Gunakanlah bukti portfolio untuk membuat keputusan dalam pengembangan instruksi/ pembelajaran atau pengembangan profesional.

5. Portfolio Presentasi (The Presentation Portfolio)

Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi dan peyimpanan. Hal ini akan berbeda pada portfolio pekerjaan dan portfolio presentasi atau formal. Media terbaik untuk portfolio pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIP disk, atau server jaringan. Media terbaik untuk portfolio presentasi atau formal ialah CD-Recordable disc, WWW server, atau video disc.

Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atau simulasi, lalu rayakan keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini merupakanstrategi individual tergantung konteksnya, dan kesempatan bagi para profesional untuk mendiskusikan portfolio pembelajarnnya dengan Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atau simulasi, lalu rayakan keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini merupakanstrategi individual tergantung konteksnya, dan kesempatan bagi para profesional untuk mendiskusikan portfolio pembelajarnnya dengan

Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai tujuannya dan untuk konteks asesmennya. Dalam lingkungan yang terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya dilihat sebagai suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang kefektifannya perlu direview secara berkala untuk menjamin pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Rekam portfolio dalam CD-ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.

Instrumen Pengembangan Portfolio Elektronik

Di samping tahapan pada pengembangan portfolio, terdapat sekurang-kurangnya 5 tahapan pengembangan portfolio elektronik, masing-masing dengan derajat ekspektasinya tersendiri, dan usulan strategi software pada setiap tahap, tergantung pada ketrampilan teknologi mahasiswa dan dosen pengembang portfolio :

1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifak videotape

2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yang tersimpan dalam folder elektronik pada hard drive, floppy diskette atau LAN server.

3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point), tersimpan dalam harddrive, ZIP, floppy disc atau LAN server.

4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files), tersimpan dalam harddisk, ZIP, JAZ, CD-R/W, atau LAN server

5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan “web authoring program” atau WWW server.

6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorware dalam CD-R/W atau format WWW

Common Tools & Customized System Approach

Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk mengembangkan portfolio elektronik, yang dapat dibagi dalam 2 pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan sistem jaringan atau membeli paket software paten atau online service.

Common Tools Approach : Portfolio dikembangkan menggunakan refleksi dan artifak yang lebih mendekati pengembangan tradisional dengan fail arsip. Struktur portfolio ikut ditentukan oleh peserta didik atau software agar kefleksibelan dan kreativitasnya maksimum. Biaya untuik peralatan atau software relatif rendah, tapi diperlukan biaya besar untuk pelatihan. Mahasiswa dapat melanjutkan pengembangan portfolionya setelah lulus.

Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang cukup baik, namun portolio ini mencerminkan gaya si pembuatnya, atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan pendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau untuk diri sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategi umum. Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait, hypermedia “card”software, mutimedia Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang cukup baik, namun portolio ini mencerminkan gaya si pembuatnya, atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan pendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau untuk diri sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategi umum. Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait, hypermedia “card”software, mutimedia

Customized Systems Approach Portfolio juga dikembangkan sebagai online record-keeping systems, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan refleksi dan artifak. Biasanya ini sangat terstruktur dengan menggunakan online database, sehingga terbatas fleksibilitas dan kreativitas peserta didik. Memerlukan biaya tinggi untuk peralatan, network server dan pengembangan software. Biaya pelatihan mungkin rendah, tergantung pada desain sistem. Persoalan di sini hanyalah apakah mahasiswa dapat terus mengembangkan portfolionya setelah lulus.

Ringkasan

Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan portfolio elektronik melalui tahap-tahap ayng sudah dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio elektronik hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan portfolio mereka. Hendaknya proses tetap sederhana pada awal pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan yang terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian (achievement) peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran seumur hidup.

Reff Teknik editing foto dan video grafis komputer http://forum.detik.com/showthread.php?p=34701087 http://forum.viva.co.id/indeks/threads/jasa-fotografer-dan-videoshooting-pernikahan- jakarta.2253775/ http://warungkopi.okezone.com/thread/561587/video-shooting-dan-foto-wedding- jakarta?page=1#761677 https://www.academia.edu/28498671/Harga_paket_Video_Shooting_and_Foto_Wedding_jakarta http://www.slideshare.net/dagangku1/harga-paket-foto-video-shooting-wedding-jakarta http://videoshooting-jakarta.blogspot.co.id/ http://www.dagangku.com/?page=foto-pernikahan-video-shooting-wedding-murah-jakarta.html http://photo-videoshooting-wedding-jakarta.blogspot.co.id/ http://videoshootingmurahjakarta.blogspot.co.id/