PENGUKURAN ASSESSMENT DAN PENILAIAN EVAL

PENGUKURAN (ASSESSMENT) DAN PENILAIAN (EVALUATION) HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN

Menurut Fenton (1996), asesmen (assessment) atau pengukuran hasil belajar ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan keputusan. Sedangkan penilaian atau evaluasi (evaluation) ialah aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap data asesmen, yaitu untuk menghasilkan keputusan (judgments) tentang besarnya dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1]. Asesmen hasil belajar mahasiswa merupakan satu kesatuan atau bagian dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak diukur hasil pembelajarannya. Kata asesmen berasal dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Dalam konteks pendidikan, hal ini meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya mahasiswa, yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi mengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa secara individual. Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah “menjadikan mahasiswa itu belajar”, belumlah dapat dikatakan sebagai “mengajar”.

Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya seorang pengajar hendaknya peduli (concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa secara individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik, dan sudah puas apabila ada satu atau dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, meskipun lebih dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan dosen “killer”, dan merupakan suatu kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya paling sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen imenggunakan dirinya sendiri sebagai standar pengukuran kemampuan mahasiswa, bukannya standar yang dirumuskan dalam tujuan (Tujuan Instruksional Umum dan Khusus), sehingga mahasiswa yang tidak lulus dianggap bodoh atau malas. Di manakah letak kesalahan dalam proses belajar mengajar, apakah pada mahasiswa yang “belum belajar” karena bodoh, atau dosen yang “belum mengajar” dengan baik, karena menerapkan sistem pengukuran yang tidak sesuai atau tidak absah.

Orientasi pembelajaran sudah berubah sejak digunakannya Sistem Kredit Semester SKS). Seorang dosen menerima sekelompok mahasiswa dalam kelasnya yang terdiri atas individu- individu. Tugas seorang dosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individu itu berubah perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadi memahami materi perkuliahannya. Jadi kalau masih banyak mahasiswa yang belum dapat diluluskan, maka dosen itu belum berhasil dalam m engajar. Tidak ada mahasiswa yang “bodoh”, apalagi sudah melalui seleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini dosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudah merencanakan pembelajaran dengan baik, apakah telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana, apakah dosen memberi bimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat belajar (menurut teori belajar, tidak ada manusia yang presis sama, ada yang cepat dan ada yang agak lambat belajar), dan yang penting pula ialah apakah metode asesmen dan evaluasi hasil belajar yang digunakan itu sahih (valid) dan terpercaya (reliable).

II. VALIDITAS (VALIDITY) DAN KETERANDALAN (RELIABILITY)

Untuk mengukur dalamnya sumur digunakan meteran; demikian pula untuk mengukur berat suatu benda digunakan timbangan. Meteran dan timbangan sebagai alat ukur tidak dapat dipertukarkan untuk tujuan pemakaiannya. Hal ini menyangkut validitas (validity) alat ukur, yang berlaku pula pada pengukuran keberhasilan pembelajaran yaitu penggunaan instrumen atau alat yang sesuai dengan tujuan pengukurannya. Instrumen ini hendalnya juga dapat diandalkan (reliable) atau reprodusibel (reproducible), dalam arti memberikan hasil sama pada setiap pengukuran, meskipun sampel yang diukur itu berbeda.

Dalam proses belajar mengajar, bentuk asesmen yang absah atau valid ialah yang mengukur apa yang seharusnya diukur, sebagai contoh:

 bukannya mengukur ingatan, jika yang harus diukur ialah pemecahan masalah, dan sebaliknya.

 tidak menilai seseorang mengenai kualitas tulisannya, apabila keterampilan menulis itu tidak relevan dengan topik yang akan diukur. Berbeda halnya jika tulisan memang merupakan salah satu aspek penilaian.

 dimaksudkan untuk mengukur sebanyak mungkin materi dan keterampilan, bukan hanya berdasarkan sejumlah kecil sampel (lihat pula keterandalan = reliability).

Sayang sekali, tidak ada bentuk asesmen yang benar-benar absah (valid).

Keterandalan (reliability) disebut juga keterulangan (replicability). Suatu asesmen yang terandalkan akan memberikan hasil yang sama pada pengulangan, dan akan menghasilkan hasil yang sama pada kelompok mehasiswa kelas paralel, sehingga harus konsisten metode dan kriterianya.

III. TUJUAN ASESMEN

Tujuan asesmen secara tradisional ialah untuk asesmen formatif dan sumatif. Asesmen sumatif ialah pengukuran terhadap apa yang menjadi tujuan akhir mahasiswa, biasanya pada akhir penyajian satu mata kuliah atau modul, yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam menyatakan seorang mahasiswa itu lulus atau tidak (asesmen produk akhir). Perlu diperhatikan bahwa semua asesmen sumatif dapat pula berfungsi sebagai formatif, yaitu apabila dapat memberikan umpan balik yang cukup. Asesmen formatif berlangsung terus menerus selama proses pembelajaran sehingga disebut juga asesmen proses. Tujuannya ialah untuk memberikan umpan balik mengenai apa yang telah dipelajari mahasiswa :

- bagi mahasiswa : untuk mengidentifikasi pencapaian (achievement) dan informasi mengenai bidang tugas selanjutnya. - bagi pengajar : untuk mengevaluasi proses pembelajaran sampai pada saat ini, dan menetapkan rencana selanjutnya.

Pada asesmen sumatif, nilai atau markah memegang peranan penting, namun fungsi asesmen formatif hanyalah untuk memberikan umpan balik. Jika pada asesmen sumatif penilaiannya mengacu pada pencapaian tujuan mata kuliah (Tujuan Instruksional Umum = TIU) secara keseluruhan , maka asesmen formatif hanya mengukur pencapaian tujuan antara (Tujuan Instruksional Khusus = TIK), dalam rangka perbaikan proses pembelajaran (dosen dan mahasiswa) apabila belum tercapai oleh mahasiswa.

IV ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN NON-TES

Umumnya asesmen dilakukan dalam bentuk ujian berupa tes, yaitu pertanyaan yang harus dijawab mahasiswa, dan jawabannya sudah tersedia. Jarang sekali digunakan asesmen bentuk lain, padahal mungkin lebih sesuai digunakan untuk pengukuran tujuan instruksional tertentu. Alat ukur (instrumen) yang dapat digunakan ialah pedoman obeservasi, skala sikap, daftar cek dan lain-lain.

Hasil belajar mahasiswa bukan saja di bidang kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Kerja Praktek Lapangan dan Kerja Laboratorium yang lebih mengutamakan penampilan kemampuan dan keterampilan (performans) tidaklah sesuai apabila diukur hasil belajarnya melalui pertanyaan bentuk tes. Untuk ini lebih cocok digunakan pedoman observasi, karena yang lebih penting ialah apa yang dapat dibuat oleh mahasiswa, bukannya apa yang diketahuinya atau dipahaminya. Demikian pula untuk mengukur tujuan belajar di bidang afektif, lebih cocok menggunakan pedoman observasi sebagai alat ukur.

Alat ukur hasil belajar non-tes yang sering digunakan ialah :

1. Participation Chart (bagan partisipasi). Formulir berbentuk bagan ini terutama digunakan pada obeservasi, misalnya keikutsertaan (partisipasi) mahasiswa dalam diskusi kelompok. Partisipasi mahasiswa secara suka rela atau belajar aktif ini merupakan suatu tujuan belajar ( ranah afektif) dalam rangka meningkatkan daya tahan ingatan (retensi) mengenai materi pelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, harga diri, dan lain-lain. Formulir yang digunakan terdiri atas daftar nama mahasiswa dan 4 kolom yang menyatakan kualitas kontribusi masing-masing mahasiswa dalam diskusi dengan pengisian jumlah (tally) banyaknya masing-masing kontribusi. (contoh formulir dapat dilihat pada lampiran).

2. Chek List (daftar cek). Daftar cek berguna untuk mengukur hasil belajar berupa produk maupun proses, yang dapat dirinci dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi atau sangat spesifik. Semakin lengkap komponennya (termasuk yang tidak terlalu penting) semakin besar manfaatnya dalam pengukuran. Daftar cek terdiri atas komponen atau aspek yang diamati dan tanda cek yang menyatakan ada tidaknya komponen itu dalam observasi. (contoh daftar cek dapat dilihat pada lampiran).

3. Rating Scale (skala lajuan). Alat ukur non-tes ini menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu itu dalam hubungannya dengan yang lain. Skala ini berisi seperangkat pernyataan tentang karakteristik, atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta pasangannya yang menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki. Jadi suatu skala lajuan terdiri atas 2 bagian, yaitu (1) pernyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaan suatu unsur atau karakteristik, (2) petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.

Skala lajuan terdiri atas beberapa tipe :

A. Numerical Rating Scale . Komponen skala lajuan ini adalah pernyataan tentang karakteristik atau kualitas tertentu dari sesuatu yang diukur keberadaannya, diikuti oleh angka yang menunjukkan keberadaannya . Lihat contoh pada lampiran.

B. Descriptive Graphic Rating Scale . Skala lajuan ini tidak menggunakan angka tetapi dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinuum baris. Tipe skala lajuan ini baik digunakan untuk mendeskripsikan profil dari suatu kegiatan, prosedur atau hasil dari kegiatan tertentu.

C. Ranking Methods Rating Scales. Kegunaan menyusun ranking mempunyai 2 kegunaan : (1) menyusun ranking kedudukan mahasiswa dalam aspek tertentu atau keseluruhan aspek hasil belajar dan (2) untuk memeriksa kemampuan mahasiswa dalam menentukan kedudukan relative suatu komponen dalam prosedur tertentu. Caranya ialah dengan menentukan dahulu ranking tertinggi dan terendah, lalu bergerak ke tengah.

D. Paired Comparison Rating Sc ale. Tipe ini digunakan untuk membandingkan hasil kerja atau tugas seorang mahasiswa dengan yang lainnya. Setiap kali diputuskan hasil kerja terbaik dari perbandingan 2 orang mahasiswa. Hasil pembandingan dilakukan menggunakan matriksi seperti pada contoh di lampiran.

4. Attitude Scales (skala sikap). Untuk memahami pengukuran sikap (attitude), perlu dipahami dulu pengertian sikap sebagai suatu konsep psikologi. Sikap harus memenuhi 2 kriteria, yaitu dapat diamati dan dapat diukur. Bila salah satunya tidak ada, maka konstruksi tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ilmiah. Definisi terakhir tentang sikap : Sikap adalah identitas kecenderungan positif atau negative terhadap suatuobjek psikologis tertentu. Secara umum definisi Thurstone (1946) ini dapat dirumuskan : Attitude is (1) affect for or against, (2) evaluation of, (3) like or dislike of, (4) positiveness or negativeness towa rd a psychological object . Konstruksi skala sikap dimulai dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang akan diukur itu (sikap apa). Setelah itu dikumpulkan butir-butir pernyataan tentang objek sikap itu. Kemudian ditentukan format jawaban yang akan digunakan dan cara penskoran.

Ada beberapa teknik konstruksi skala sikap; yang terkenal ialah :

A Skala Likert

B. Skala Thurstone, terbagi lagi atas tiga teknik skala sikap : (1) metode Paired Comparisons, (2) metode Equal-appearing Intervals, dan (3) Successive Intervals.

C. Skala Guttmann

Yang paling umum digunakan ialah Skala Likert. Prinsip penggunaan skala ini ialah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu continuum sikap terhadap suatu objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan. Skala 1 berarti sangat negatif dan skala 5 berarti sangat positif. Lihat contoh pada lampiran.

V. ASESMEN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES PENILAIAN ACUAN PATOKAN (PAP) DAN PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN)

PAN dan PAP digunakan pada asesmen yang menggunakan ujian atau tes sebagai alat ukur.

Penilaian Acuan Norma (PAN) atau norm-referenced test pada dasarnya merupakan suatu kompetisi antara mahasiswa yang akan menghasilkan ranking mahasiswa, 5% teratas memperoleh nilai A, 10% berikutnya mendapat B , dan seterusnya 50% terbawah tidak lulus.(Ini sekedar contoh). Metode asesmen ini cukup baik apabila tujuannya ialah untuk menyeleksi jumlah orang (terbaik) tertentu untuk suatu jabatan, menentukan tempat seseorang pada mata kuliah atau untuk masuk menjadi anggota tim tertentu. Kualitas hasil akan sangat berbeda dari kelompok yang satu dengan yang lain. Di sini seakan-akan digunakan sistem gugur bagi yang kalah bersaing. Contoh penggunaannya ialah pada tes I.Q (Intelligent Quotient).

Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Kriteria (Criterion-Reference Test) ialah istilah yang digunakan untuk asesmen terhadap suatu kriteria yang pasti. Secara teoretis, dapat berarti bahwa yang mengikuti tes ini dapat lulus atau tidak berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Tes PAN sebenarnya juga menetapkan kriteria, tetapi lebih menekankan pada aplikasi statistik. Jadi sebenarnya Tes PAP lebih adil, asalkan kriteria telah ditetapkan sebelumnya dan tes itu sahih dan terandalkan.

Ada lagi jenis asesmen yang dinamakan asesmen ipsatif, yaitu asesmen sendiri atau lebih tepat asesmen terhadap kinerja terbaik sendiri di waktu lalu. Asesmen ini digunakan untuk tujuan khusus, misalnya peningkatan kinerja pelatih (coach olahraga), dan pada pendidikan dan pembelajaran khusus.

VI. ASESMEN ALTERNATIF (ALTERNATIVE ASSESSMENT)

Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :

1. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti

2. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja yang paling baik (excellence).

3. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan evaluasi diri.

4. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang berkualitas.

5. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan yang diases.

Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:

1. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan ganda tradisional, standardized achievement tests.

2. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans mahasiswa untuk tugas signifikan yang relevan dengan kehidupan di luar sekolah.

Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan Fogarty R.,1998 ) :

Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai (grade) dan kedudukan (ranking), pengetahuan, kurikulum, dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui

asesmen di kelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP). Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan pada hasil dan standar

yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas, kriteria dan rubrik penskoran.

Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) seiring waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi,

refleksi, dan pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performans mahasiswa. Mahasiswa menciptakan projek atau menampilkan (perform) tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakan rubrik penskoran. Dosen senantiasa dapat mengobservasi mahasiswanya belajar di kelas. Namun untuk mendokumentasikan pengamatan ini tidaklah gampang dan makan waktu banyak. Akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai instrumen untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang diamati itu.

VI.1 PENDAHULUAN

Sejak pertengahan tahun 1980-an banyak dipersoalkan kelemahan tes baku yang biasa digunakan pada evaluasi hasil belajar mahasiswa. Tes baku ini didasarkan pada prinsip-prinsip validitas, reliabilitas, keadilan dan kemanfaatannya, serta akurasi pengukuran hasil belajar. Tes baku ini dipersoalkan karena seakan-akan terpisah atau terisolir dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Isu yang berkembang pada saat itu ialah tentang dua hal yaitu, pertama hubungan antara tes dengan kurikulum dan proses pembelajaran, dan kedua hal yang berkaitan dengan tes kinera (performance-test). Sebenarnya perkembangan di bidang tes yang tradisional itu cukup pesat dengan pendekatan statistik untuk menginterpretasikan hasil tes, misalnya penerapan Item Response Theory (IRT) dalam pengukuran hasil belajar, aplikasi tes adaptif (adaptive testing) dan pengembangan bank soal (item banking). Perkembangan pendekatan statistik ini yang ditunjang oleh teknologi komputer memerlukan adanya pendidikan atau pelatihan khusus .sehingga perkembangan IRT lebih banyak diaplikasikan di bidang psikologi (pengukuran psikologis). Para ahli tes dan pengukuran hasil belajar pada umumnya tidak tertarik pada pendidikan atau pelatihan lanjut dalam bidang statistika itu, sehingga memilih untuk semakin mengembangkan asesmen alternatif. Dengan demikian semakin berkembang asesmen alternatif ini di kalangan ahli dan praktisi pendidikan. Asesmen alternatif dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, sehingga asesmen itu merupakan bagian yang tidak terpisah dari proses pembelajaran.

(James Atherton, 2001)

VI.2 Latar Belakang Psikologis

(Asmawi Zainul, 2001 “Alternative Assessment”, PAU-PPAI, DitJenDikti , DepDikNas) Karakteristik utama asesmen alternatif bukan saja mengukur hasil belajar (achievement) mahasiswa, tetapi juga memberi informasi yang jelas tentang proses pembelajaran. Asesmen ini sangat terkait dengan teori belajar. Ada beberapa teori belajar yang dapat dijadikan landasan kuat untuk pelaksanaan asesmen alternatif.

Asesmen alternatif Asesmen otentik (Authentic Assessment) atau asesmen kinerja (performance assessment), adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang Asesmen alternatif Asesmen otentik (Authentic Assessment) atau asesmen kinerja (performance assessment), adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang

The Building Tool Room, (available on line at : www.newhorizons.org/assmtterms.html) menjelaskan asesmen alternatif sebagai : “ …to describe alternatives to traditional, standardized, norm or criterion-refernced traditional

paper and pencil testing. An alternative assessment might require students to answer an open- ended question, work out a solution to a problem, perform a demonstration of a skill, or in some way produce work rather than select an answer from choices on a sheet of paper” Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional :

Jadi asesmen alternatif ialah alternatif pengukuran atau evaluasi hasil belajar mahasiswa yang lain daripada ujian tradisional yang sudah ba ku, misalnya menggunakan ujian “essay” atau “multiple choice”, menggunakan batas lulus (passing grade atau PAP) atau berdasarkan rata-rata kelas (Penilaian acuan norma = PAN), dan pengukuran lain yang menggunakan kertas dan pinsil (paper and pencil test). Asesmen alternatif mungkin mengharuskan mahasiswa untuk :

 menjawab pertanyaan yang “open-ended” (tidak ada jawaban standar),  mengerjakan penyelesaian suatu masalah,  mendemonstrasikan suatu ketrampilan, atau  menghasilkan suatu karya,

Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (Scoring Rubrics), Portfolio atau Observasi oleh instruktor.

Perbandingan asesmen alternatif dengan asesmen tradisional ;

 Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan pengetahuan yang diperolehnya secara efektif (Asesmen tradisional : hanya mengungkapkan kemampuan mahasiswa

mengidentifikasi, mengingat kembali apa yang sudah dipelajarnya di luar konteksnya, contohnya sama dengan mengajar mengemudikan mobil scara lisan).

 Asesmen otentik memberikan mahasiswa keseluruhan tugas yang mencerminkan prioritasnya, dan tantangan yang ditemukan dalam kegiatan instruksional yang terbaik, misalnya melaksanakan penelitian; menulis, mereivsi dan mendiskusikan makalah; memberikan analisis oral tentang peristiwa politik terakhir; bekerjasama dengan orang lain dalam debat, dst.nya. Tes konvensional biasanya terbatas pada pertanyaan dengan satu jawaban yang benar, yang

dinamakan “paper and pencil test”.  Asesmen otentik menghendaki bahwa mahasiswa dapat menciptakan jawaban yang berbahasa

ilmiah, menyeluruh dan dapat dijustifikasi.  Asesmen otentik mencapai validitas dan keterandalan (reliability) dengan cara meningkatkan

dan membakukan kriteria yang sesuai untuk menskor produk yang sangat bervariasi, sedangkan tes tradisional membakukan butir tes objektif, sehingga hanya mempunyai 1 jawaban yang benar.

 Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itu mensimulasikan tes kemampuan lulusan dalam dunia nyata kelak. Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan cara  Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itu mensimulasikan tes kemampuan lulusan dalam dunia nyata kelak. Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan cara

Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkannya ?

Meskipun tes pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor yang valid mengenai penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan perhatian (mislead) dosen dan mahasiswa tentang jenis keterampilan yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma bukan merupakan standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban yang benar bukanlah rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka yang mempertahankan tes tradisional tidak melihat bahwa bentuk tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa merasa bahwa belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu adalah pencari fakta, pemaksaan yang terdiri atas susunan pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan keberhasilan belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa digiring pada keyakinan bahwa jawaban yang benar itu lebih penting daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta hasil pekerjaan seseorang.

Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat meningkatkan proses pengajaran dan belajar; mahasiswa memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban mereka (dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik hati), dan dosen akan percaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih berguna dalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila tujuan dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes konvensional mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen ialah meningkatkan kinerja ke arah yang lebih baik, maka tes itu hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh, kriteria dan standar.

Apakah kita ingin mengevaluasi: - pengajuan masalah dan penyeleaian masalah dalam bidang matematika - penelitian eksperimental dalam sains - berbicara, mendengarkan, dan memfasilitasi suatu diskusi - melakukan inkuiri sejarah berdasar-dokumen - secara teliti merevisi suatu tulisan sampai dapat terbaca oleh pembaca ? Pada asesmen otentik, mahasiswa : - melakukan eksperimen sains - melaksanakan penelitian ilmu sosial - menulis cerita dan laporan - membaca dan menginterpretasi sastra - menyelesaikan masalah matematik

Asesmen otentik menggunakan sampel penampilan (performance samples), kegiatan belajar, kemampuan berpikir, yang terdiri atas 5 sampel penampilan utama :

1. Asesmen kinerja (Performance Assessment), penulisan, revisi, penyajian laporan

2. Penelitian pendek (Short Investigations)

3. Open-Response Questions

4. Portfolio

5. Self-Assessment

Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

Asesmen ini merupakan suatu observasi sistematik secara langsung, dan penilaian terhadap tercapainya suatu tujuan (instruksional). Seringkali oberservasi dilakukan terus menerus selama periode waktu tertentu, dan secara khusus penilaian menyangkut pengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk interaksi kontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadi bagian dari proses pembelajaran. Asesmen hendaknya merupakan performans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas mahasiswa dan lingkungannya. Asesmen performans ini dilakukan menggunakan rubrik, atau panduan penskoran analitik yang dapat membantu objektivitasnya. Asesmen berdasar-performans berbentuk suatu tes penerapan pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari, Performans tugas merupakan suatu contoh dalam mendemonstrasikan kemampuan intelektual.

Asesmen kinerja sering dipertukarkan dengan asesmen altenatif atau asesmen otentik. Pengertian dasarnya adalah asesmen yang mengharuskan mahasiswa mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedia. Misalnya mahasiswa diminta menjelaskan suatu peristiwa sejarah penting dengan menggunakan kata-kata atau cara sendiri. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan penguasaannya tentang sejarah itu. Contoh lain ialah memecahkan masalah matematika dengan cara dan hasil yang benar, atau menetapkan kadar suatu senyawa obat tertentu menggunakan metode dan prosedur yang benar yang dipilih sendiri oleh mahasiswa. Dapat pula mahasiswa diminta menyusun suatu hipotesis. Semuanya itu diberikan dalam bentuk tugas atau task. Dalam menilai pencapaian tugas yang diberikan kepada mahasiswa tersebut, perlu ditetapkan kriteria yang disepakati terlebih dahulu, yang disebut rubrik. Dengan demikian maka asesmen kinerja yang utama ialah tugas (tasks) dan rubrik (rubrics) sebagai kriteria penilaian..

Rubrik Penskoran ( Scoring Rubrics)

Rubrik

Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang digunakan dalam asesmen subjektif. Suatu rubrik mengharuskan adanya suatu aturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen yang harus diikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisit tentang karaktersitik performans tertentu pada suatu rentangan skala. Rubrik penskoran secara eksplisit menunjukkan kualitas performans yang diharapkan menurut rentang skala, atau definisi tentang suatu titik skor tertentu pada skala.

Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan untuk penilaian (judgment) kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah sebagai panduan dalam mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian kualitas tulisan atau presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih menekankan pada gramatika penulisan, yang lainnya mungkin pada segi argumentasi dalam tulisan. Dengan Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagai patokan dalam menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan untuk penilaian (judgment) kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah sebagai panduan dalam mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian kualitas tulisan atau presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih menekankan pada gramatika penulisan, yang lainnya mungkin pada segi argumentasi dalam tulisan. Dengan

Rubric adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist, yang digunakan pada asesmen penampilan (performance assessment). Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman penskoran, yang terdiri atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen penampilan. Secara khas, rubrik merupakan format spesifik dari suatu instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi penampilan mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.

Terdapat 2 jenis rubrik :

1. Rubrik Holistik, penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen secara terpisah. Contoh: Rubrik untuk Penilaian pada Seminar Rencana Penelitian dan hasil Penelitian.

2. Rubrik Analitik, penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individual produk atau penampilan secara terpisah, kemudian dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh skor total.

Scoring Instruments for Performance Assessments

Rating Scales

Checklists

Rubrics

Analytical Rubrics Holistic Rubrics

Rubrik Holistik

Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian dari proses masih dapat ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu skor yang menggunakan rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap isi dan ketrampilan spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan rubrik holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca , memeriksa produk atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh kesan yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinya ialah asesmen keseluruhan penampilan, maka rubrik holistik digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan asesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan kepada mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil penskoran tugas penampilan menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Template for Holistic Rubrics Skor Uraian

5 Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahan. Semua persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban

4 Memperlihatkan cukup pemahaman tentang permasalahan. Semua persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban

3 Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang permasalahan. Kebanyakan persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban

2 Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan. Banyak persyaratan tugas yang tidak ada

1 Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan

0 Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha

Rubrik Analitik

Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus, yaitu untuk tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus, yaitu untuk tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada

menciptakan suatu “profil” tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada Tabel 2 disajikan templat rubrik penskoran analitik.

Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih dahulu apakah penampilan atau produk itu akan diskor secara holistik atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu diidentifikasi dan dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang dapat diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan tentang pemilihan pendekatan holistik atau analitik pada penskoran mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal terpenting yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan hasil akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih baik memilih pendekatan holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik penskoran analitik. Perlu dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Implikasi lain meliputi waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan kriteria penampilan spesifik yang diamati.

Tabel 2 Templat untuk rubrik analitik

Tahap Awal Pengembangan Terselesaikan Patut Dicontoh Skor

Kriteria # 1 Uraian

menggambarkan tahap awal

menggambarkan menggambarkan

menggambarkan

gerakan ke arah

pencapaian tingkat

tingkat

penampilan

tingkat penguasaan penguasaan

Kriteria # 2 Uraian

menggambarkan tahap awal

menggambarkan menggambarkan

menggambarkan

gerakan ke arah

pencapaian tingkat

tingkat

penampilan

tingkat penguasaan

Kriteria # 3 Uraian

menggambarkan menggambarkan

menggambarkan tahap awal

menggambarkan

gerakan ke arah

pencapaian tingkat

tingkat

penampilan

tingkat penguasaan

Kriteria # 4 Uraian

menggambarkan menggambarkan

menggambarkan tahap awal

menggambarkan

gerakan ke arah

pencapaian tingkat

tingkat

penampilan

tingkat penguasaan

penguasaan

penampilan

penampilan

penampilan

tertinggi

Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan penampilan mahasiswa itu dapat ditetapkan menggunakan label kuantitatif ( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya deskriptif). Dalam hal tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif. Jika suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam suatu kontinuum

(kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar antara “1” sampai “4”. Lebih fleksibel dan lebih kreatif apabila menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice. Hampir semua tipe skala kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai dengan tugas.

Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa menggunakan rubrik ialah pengubahannya / pengkonversiannya menjadi markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya tidak digunakan persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau angka, maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 % pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak lulus). Proses konversi skor rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran rubrik, lebih banyak skor (nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding di bawah rata-rata. Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada tabel 3.

Tabel 3 Sampel Nilai dan Kategori

Skor Rubrik

Nilai (Grade) Kategori

8 A+

Sangat Baik

7 A Sangat Baik

6 B+

Baik

5 B Baik

4 C+

Cukup

3 C Cukup

2 E Tidak memuaskan

1 E Tidak memuaskan

0 E Tidak memuaskan

LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN RUBRIK PENSKORAN

Langkah 1. Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas . Hal ini perlu untuk menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan pelaksanaan pembelajaran.

Langkah 2. Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin Anda lihat (maupun yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan mahasiswa dalam produk, proses maupun kinerjanya . Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda cari, maupun kesalahan umum yang tidak mau Anda lihat.

Langkah 3

Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut . Identifikasi cara untuk menguraikan: kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-rata untuk setiap atribut yang dapat diamati pada langkah 2.

Langkah 4a. Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik dan sangat buruk, dengan memasukkan setiap a tribut ke dalam dekripsi itu . Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.

Langkah 4b. Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik dan sangat buruk untuk setiap atribut secara individual . Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang terendah dengan menggunakan deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah. Langkah 5a. Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain pada kontinuum yang berkisa r dari kinerja yang sangat baik sampai buruk da ri atribut secara kolektif . Tuliskan deskripsi untuk semua tingkatan antara dari kinerja

Langkah 5b. Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-tingkat lain pasa kontinuum yang berkisa r dari sangat baik sampai buruk untuk setiap atributf . Tuliskan uraian untuk semua tingkat antara dari kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .

Langkah 6 Kumpulkan sa mpel da ri pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh setiap tingkat . Ini akan

berguna sebagai “benchmark” (batas ambang = batas minimal) dan membantu Anda pada penskoran di waktu yang akan datang.

Langkah 7 Revisi rubrik sesuai kebutuhan . Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki sebelum digunakan di lain waktu.

CONTOH RANCANGAN RUBRIK PENSKORAN (menggunakan langkah-langkah 1-7)

Contoh I: Rubrik Holistik

 Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data yang difokuskan pada ketrampilan mengestimasi dan menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit

ini, dosen dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK : - menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai - mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang (Langkah 1)

 Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan digabung dengan skor mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut

berikut sebagai fokus rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan mengkomunikasi penjelasannya (Langkah 2 dan 3)

 Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja untuk atribut yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Tugas Kinerja Matematik – Rubrik Penskoran Analisis Data

Skor Uraian

4 Melakukan estimasi akurat. Menggunakan operasi matematik yang sesuai tanpa salah. Mengambil kesimpulan logis yang didukung oleh grafik. Sangat baik memberikan penjelasan pemikiran.

3 Melakukan estimasi yang baik. Menggunakan operasi matematik yang sesuai dengan sedikit kesalahan.Mengambil kesimpulan yang logis yang didukung oleh grafik. Memberikan penjelasan pemikiran yang baik.

2 Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakan tidak akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai, meskipun tanpa salah. Mengambil kesimpulan yang tidak didukung oleh grafik. Sedikit memberikan penjelasan

1 Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai. Tidak ada kesimpulan yang berkaitan dengan grafik. Tidak memberikan penjelasan cara berpikir.

0 Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai

Contoh: Penilaian Ujian Skripsi Jurusan farmasi PANCASAKTI (Seminar II)

ASPEK PENILAIAN NILAI (ANGKA)

1. Teknik Penulisan Ilmiah

2. Konsistensi Penulisan Ilmiah

3. Penyajian Materi

4. Penguasaan Materi

5. Kejujuran Ilmiah JUMLAH NILAI RATA-RATA Kriteria Penilaian : A = ≥ 80

B = 71-79

C = 61-70

Tidak lulus = ≤ 60

Pertanyaan :

1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? , sehingga dapat diberi nilai, misalnya 90

2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?

3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?

4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?

5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?

Jawaban (sementara):

1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila : - Judul Tulisan dirumuskan dengan baik - Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat - Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis) - Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang menunjang judul.

2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan Format, yang meliputi pula penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar - Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara pengambilan kesimpulan - Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan - Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai notasi - Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian

3.

Contoh : Rubrik Asesmen / Kriteria untuk Rencana Penelitian (Education 690 : Assessment Rubric/Criteria for Research Plan)

Sangat Baik Nilai Dan Kualitas

(Angka) - Judul cukup jelas dipaparkan dalam

Pendahuluan bentuk pola rancangan yang mengacu

Tidak terdapat referensi

Pembaca dapat

latar belakang judul yang

menyimak keseluruhan masalah

pada arah pelaporan

Maks. Topik

dipilih

atau judul.

-Hipotesis jelas dan dapat diuji

Permasalahan atau hipotesis telah

- Apabila diajukan dalam bentuk

Hipotesis atau permasalahan, maka telah terandung

Hipotesis atau

dinyatakan, namun tidak terlalu

Permasalahan kurang jelas

jelas tentang pengujiannya

ide-ide yang relevan untuk diteliti

Ada informasi tentang partisipan,

Metodologi : Jumlah partisipan, cara seleksinya,

populasi yang diwakilinya, semua jelas Maks. Sampel

Tidak jelas siapa partisipan

tapi tidak jelas jumlahnya,

atau populasi yang

bagaimana seleksinya, atau

diwakilinya

populasi mana yang diwakilinya

-Semua instrumen yang akan

Metodologi: digunakan telah diidentifikasi dan

- Tidak diuraikan mengenai

-Telah diidentifikasi instrument dan

instrumen dan bahan.

bahan, namun informasi tentang

dijustifikasi.

Maks. Bahan, dan

Instrumen,

- Sangat terbatas diskusi

kegunaannya tidak tercantum

-Telah didiskusikan tentang ukuran

tentang penggunaan

dalam laporan

keterandalan dan kesahihannya.

Rancangan -Apabila dimerlukan desain

rancangan percobaan, jika

-Apabila diperlukan desain

percobaan, hal ini telah diuraikan pada penelitian ini (10)

diperlukan suatu rancangan

percobaan, hal ini telah diuraikan.

(11-13)

secara sangat jelas (14-15)

Metodologi : Prosedur telah diuraikan dengan jelas

Prosedur, bila ada

Bagian atau Bab tentang prosedur

diberikan, sangat terbatas

telah cukup menjelaskan cara

dan gambling

Prosedur

untuk mengidentifikasi agar seleksi sample, bagaimana desain Peneliti lain yang akan mereplikasi

Maks.

penelitian berhasil

akan diimplementasikan, dan oleh

penelitian ini memperoleh informasi

siapa atau metode apa yang

yang cukup untuk dapat mengikuti

digunakan untuk mengumpulkan

setiap langkah penelitian

data (11-13)

(14-15)

Analisis data Cara analisis telah dijustifikasi dan

Tidak didiskusikan tentang

Uraian tentang teknik yang akan

Maks. 10

jenis analisis data yang

digunakan dalam menganalisis data

sesuai tentang cara pembentukan

akan digunakan telah diberikan. Namun teknik kelompok, jumlah kelompok yang statistik yang digunakan mungkin terlibat, jumlah variable, dan jenis data

keliru atau tidak dijustifikasi. (7 -8)

yang dikumpulkan. (9-10)

Maks. 5 Pelaksanaan

Jadwal Jadwal waktu pelaksanaan sudah

Tidak disajikan jadwal

Terdapat informasi tentang kapan

waktu pelaksanaan

rencana dilaksanakan. Jadwal

dijelaskan dan perkiraan waktu

waktu tertentu diragukan dapat

pelaksanaan penelitian sangat logis

terlaksana dalam kondisi normal

(4-5)

(2-3)

penulisnya Maks. 15 Penulisan

Kejelasan Cara penulisannya jelas, singkat dan

Sukar disimak apa yang

Secara umum penulisannya jelas,

ingin diungkapkan oleh

namun masih digunakan kata-kata

padat.

Kadang

penulis. Banyak ejaan kata

menggunakan kalimat aktif apabila yang salah, gramatika dan

yang mubazir. Banyak pengertian

yang hanya tersirat, tidak tersurat.

sesuai.

penggunaan tanda baca

Ada struktur paragraph dan kalimat

yang keliru (10)

yang masih berulang. (11-13)

(14-15)

Ketepatan Material dimasukkan tepat waktu

Maks.10 Waktu

Material dimasukkan

Material dimasukkan sampai akhir

terlambat lebih dari satu

semester

semester (5)

(7-8)

(9-10)

Jumlah 100

Nilai > 80

61-70

71-80

Daftar Pustaka

1 Asmawi Zainul , 2001 “Alternative Assessment”, PAU-PPAI, DirJen Dikti, DepDikNas

PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: What to Consider When Planning for Electronic Portfolios, in Learning & Leading with Technology.)

Definisi Portfolio

Portfolio, ialah suatu pengumpulan hasil kerja mahasiswa yang dilakukan secara sistematik dan terorganisasi, yang mengungkapkan bukti nyata usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa, hasil perolehannya, dan perkembangannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data ini hendaknya melibatkan mahasiswa dalam pemilahan materi pelajaran, dan mencantumkan informasi tentang kriteria penampilannya (performans), rubruk atau criteria untuk menilai keuntungan yang diperoleh, dan bukti tentang refleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio meliputi hasil kerja yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentang performans mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasi kemajuan yang dicapai mahasiswa. Portfolio dapat meliputi berbagai demonstrasi belajar yang telah dikumpulkan dalam bentuk koleksi fisik materi, video, CD-ROM, jurnal reflektif, dll.

Definisi portfolio: (Grant Wiggins,2000)….kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola untuk suatu tujuan tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan atau dipamerkan.

Rick Stiggins (1994) mendefinisikan portfolio debagai suatu kumpulan hasilkerja mahasiswa yang memperlihatkan suatu keberhasilan atau perbaikan. Materi yang dikumpulkan dan cerita yang disampaikan sangat bervariasi menurut fungsi konteks asesmannya. Dikatakan sela njutnya bahwa portfolio adalah “ suatu cara untuk mengkomunikasikan pertumbuhan dan perkembangan mahasiswa, bukan suatu bentuk asesmen”

(Northwest Evaluation Association, 1990) Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan maupun pencapaiannya dalam salah satu bidang atau lebih. Kumpulan karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada pemilahan isi, kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-diri mahasiswa. Format penyimpanan portfolio secara tradisional dalam pendidikan menggunakan kertas, biasanya dalam map manila, pencatatan atau lemari. Biasanya artifak (data bukti) terdiri atas teks dan gambar pada kertas, yang belakangan digantikan oleh pita video atau audio.

Penyimpanan portfolio tanpa Komputer:

Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map) folder dalam laci arsip, kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan foto, pita audio atau video untuk penyimpanan hasilkerja mahasiswa.

Apa isi portfolio Elektronik maupun Tradisional ?

Suatu portfolio hendaknya berisi unsur-unsur berikut :  Tujuan instruksional