Hasil Penelitian
b. Dadu Gurak dalam Prespektif Ajaran Agama HinduKaharingan.
Dari 4 (empat) jenis rangkaian ritual adat yang disajikan dalam upacara adat wara, kemudian penulis memfokuskan kepada ritual adat Kaleker Diau yang menyajikan permainan Dadu Gurak.
Pada dasarnya, setiap ritual memiliki sejarahnya masing – masing. Pengaruh dari kebiasaan yang membudaya dan agama dari masyarakat yang melaksanakan ritual adat tersebut yang menjadikan
109 Wawancara dengan Bapak Yanto selaku anggota Majelis Dearah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Barito Selatan, 30 Agustus 2016 di Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan
Daerah Kabupaten Barito Selatan.
110 Permohanan Izin Pelaksanaan Upacara Ritual Rukun Kematian Agama Hindu Kaharingan, hlm. 1.
suatu upacara adat akan berbeda dari ajaran aslinya. Tidak diketahui jelas bagaimana ritual adat Kaleker Diau dapat menyajikan permainan Dadu Gurak, namun didalam hukum adat maupun ajaran agama HinduKaharingan permainan dadu gurak pada dasarnya tidak diakui sebagai ritual yang sebenarnya. Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Tengah mengatakan bahwa permainan Dadu Gurak bukanlah merupakan adat Dayak, bahkan tidak ada dalam adat Dayak itu sendiri dan didalam ajaran agama HinduKaharingan. 111
Dadu Gurak hanyalah suatu kebiasaan yang dianggap sebagai ritual adat yang dilakukan masyarakat seketika ada Upacara Adat Wara. Anggapan dari masyarakat tersebut diartikan bahwa Dadu Gurak ini adalah suatu ritual yang memang harus dilaksanakan untuk memenuhin salah satu syarat dalam Upacara Adat Wara tersebut, sehingga pada saat upacara adat berlangsung permainan Dadu Gurak selalu diadakan didalam upacara tersebut. Namun karena anggapan oleh masyartakat tersebut mengakibatkan bahwa Upacara Adat Wara tidak murni lagi karena adanya kebiasaan yang memang pada dasarnya hal tersebut bukan merupakan ritual adat yang sebenarnya. Hal ini pun diakui oleh Polres Barito Selatan bahwa Upacara Adat
111 Hizbut Tahrir Indonesia, HTI Kalteng “Kebiasaan Judi Bukan Adat Dayak!”, diakses dari http:hizbut-tahrir.or.id20120511hti-kalteng-“kebiasaan-judi-bukan-adat-dayak”
(pada tanggal 28 Februari 2017)
Wara tidak murni lagi karena telah melibatkan Bandar judi dan permainan judi seperti Dadu Gurak. 112
c. Pelaksanaan Ritual Adat Dadu Gurak
Pada dasarnya pelaksanaan Upacara Ritual Rukun Kematian Agama HinduKaharingan terkhususnya Upacara Adat Wara di Barito Selatan tidak dilaksanakan setiap tahunnya, tergantung dengan pihak keluarga yang ingin melaksanakan upacara tersebut. Tidak dilaksanakan setiap tahunnya dalam hal ini dimaksudkan ialah terkadang dengan selang waktu 3 (tiga) sampai 4 (empat) tahun setelah Upacara Adat Wara sebelumnya dilaksanakan, baru kemudian ada dilaksanakannya Upacara Adat Wara kembali. Namun tidak menutup kemungkinan juga dapat dilaksanakan ditahun berikutnya setelah Upacara Adat Wara sebelumnya dilaksanakan, karena untuk pelaksanaan upacara adat ini kembali lagi kepada pihak keluarga yang ingin melaksanakan upcara tersebut, asalkan tidak melewati batas ketentuan waktu pelaksanaan Upacara Adat Wara seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya.
Pelaksanaan Upacara Adat Wara di Barito Selatan yang menjadi objek penelitian oleh penulis ialah Upacara Ritual Adat Rukun Kematian Agama HinduKaharingan “Wara Tutui Kanen Iwek” yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Agustus 2016 sampai dengan 28
112 Antara Kalteng, Polres Barsel Bubarkan Judi di Ritual, diakses dari http:m.antarakalteng.comberita240207polres-barsel-bubarkan-judi-di-ritual-wara (pada
tanggal 28 Februari 2017)
Agustus 2016 di Kelurahan Buntok Kota, RT. 016, RW. 002, Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan.
Seluruh ritual dalam Upacara Adat Wara dilakukan sepanjang tanggal 24 Agustus 2016 sampai dengan 28 Agustus 2016. Ritual yang dilakukan antara lain:
1) Hari pertama Rabu, tanggal 24 Agustus 2016
a) Pembukaan, dimana ketua panitia pelaksana Upacara Adat Wara ini yang merupakan anak dari arwah yang diupacara adatkan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya upacara
adat tersebut
untuk
menghantarkan arwah orang tua dari keluarga yang melaksanakan upacara tersebut;
b) Basarah, pihak keluarga menyerahkan sesajen kepada
KandongWadian Wara sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan. Sesajen yang diserahkan berupa : (1) Gong; (2) Uang logam; (3) Beras putih; (4) Beras kuning; (5) Dupa; (6) Lilin; (7) Daun sawang; (8) Bunga; (9) Telur ayam kampung;
(10) Tuak adat. 113
c) Pener Adat, dalam pener adat ini seluruh pihak yang terlibat seperti keluarga pelaksana membicarakan hal yang terkait dengan tata cara pelaksanaan ritual bersama KandongWadian Wara, kemudian membicarakan terkait dengan denda adat apabila terjadi keributan yang mengakibatkan kegiatan terhambatgagalmelanggar ketentuan adat. Denda berupa : (1) Menggantikan seluruh biaya pelaksanaan upacara; (2) 2 (dua) buah sangku atau mangkuk kuningan yang
berasal dari tembaga; (3) 5 (lima) buah penduduk atau sesajen lengkap dengan
isi perlengkapannya sesuai dengan persyaratan dari KandongWadian Wara;
(4) 20 (dua puluh) gram emas murni; (5) 2 (dua) buah gong; (6) 14 (empat belas) buah talam atau nampan; (7) Tampung tawar selengkapnya sesuai dengan
petunjuk KandongWadian Wara; 114 Ketiga rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk suatu ibadah singkat dengan tatacara Agama
113 Wawancara dengan Bapak Rayuanto selaku KandongWadian Wara tanggal 23 Agustus 2016, di lokasi berlangsungnya Upacara Adat Wara, Jl. Panglima Batur Gg. Karya RT.
016, RW. 002.
114 Wawancara dengan Bapak Diro Asman, selaku Ketua Panitia Pelaksana Upacara Wara Tutui Kanen Iwek, tanggal 23 Agustus 2016, di di lokasi berlangsungnya Upacara Adat
Wara, Jl. Panglima Batur Gg. Karya RT. 016, RW. 002.
KandongWadian Wara dan dihadiri oleh masyarakat sekitar tempat berlangsungnya Upacara Adat Wara.
2) Hari kedua Kamis, tanggal 25 Agustus 2016, melaksanaan Wara. Dihari kedua ini, segala rangkaian ritual upacara adat dilakukan, seperti saung manu diau, saramin diau, kahing diau, dan kaleker diau. Rangkaian ritual tersebut diikuti oleh masyarakat sekitar tepat berlangsungnya Upacara Adat Wara.
3) Hari ketiga Jumat, tanggal 26 Agustus 2016, melanjutkan kegiatan Ritual Wara. Kegiatan yang dilakukan sama halnya dengan kegiatan pada hari kedua.
4) Hari keempat Sabtu, tanggal 27 Agustus 2016, membuat babea membuat Panguta Diaw sesajen untuk Upacara Ritual. Segal bentuk sesajen untuk persembahan dipersiapakn oleh keluarga yang melaksanakan upacara adat tersebut seperti hewan babi, ayam, beras dan lain sebagainya sesuai dengan permintaan dari KandongWadian Wara.
5) Hari kelima Minggu, tanggal 28 Agustus 2016
a) Mengantar panguta diau atau sesajen ke Pemakaman, segala sesajen yang telah disediakan kemudian diantarkan ke makam orang (Arawah Diau Orang yang telah meninggal) yang ritual adatkan oleh keluarga yang a) Mengantar panguta diau atau sesajen ke Pemakaman, segala sesajen yang telah disediakan kemudian diantarkan ke makam orang (Arawah Diau Orang yang telah meninggal) yang ritual adatkan oleh keluarga yang
b) Penutupan, dilakukan ibadah singkah sesuai tatacara
agama HinduKaharingan yang dilakukan oleh KandongWadian Wara setelah semua rangkaian ritual adat selesai. 115
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, fokus kajian penulis dalam penelitian ini ialah pada permainan Dadu Gurak yang disajikan dalam ritual adat Kaleker Diau dalam Upacara Adat Wara ini.
Dalam ritual Kaleker Diau, pihak keluarga yang menyelenggarakan upacara adat menyediakan 4 (empat) buah lapak untuk ritual tersebut. 4 (empat) buah lapak tersebut dipergunakan untuk permainan dadu gurak. Dalam penelitian ini, penulis terjun
115 Wawancara dengan Bapak Diro Asman, selaku Ketua Panitia Pelaksana Upacara Wara Tutui Kanen Iwek, tanggal 23 Agustus 2016, di di lokasi berlangsungnya Upacara Adat
Wara, Jl. Panglima Batur Gg. Karya RT. 016, RW. 002.
langsung ke lokasi tempat berlangsungnya Upacara Adat Wara. Fakta dilokasi yang ditemukan penulis adalah terdapat 4 (empat) lapak tempat permainan Dadu Gurak, dimasing – masing lapak ada 2 orang yang bertindak sebagai pemandu dalam permainan dadu gurak tersebut (Bandar), adanya sejumlah uang yang tidak diketahui berapa nominal uang tesebut yang digunakan sebagai modal, dan adanya keterlibatan masyarakat dalam permainan tersebut yang ikut pula mempertaruhkan sejumlah uang untuk menebak angka mata dadu yang keluar. Masyarakat yang terlibat dalam permainan ini bukan hanya dari pihak keluarga yang melaksanakan Upacara Adat Wara atau masyarakat lingkungan sekitar tempat pelaksanaan upacara adat, tetapi masyarakat luar lingkungan tersebut yang juga datang dengan sengaja untuk ikut dalam permainan tersebut.
Selain memperoleh fakta dilokasi, penulisi juga berusaha untuk memperoleh informasi terkait dengan permainan Dadu Gurak yang disajikan didalam ritual adat. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab dadu gurak dalam prespektif ajaran Agama HinduKaharingan dikatakan bahwa permainan Dadu Gurak bukanlah merupakan adat Dayak, bahkan tidak ada dalam adat Dayak itu sendiri dan didalam ajaran agama HinduKaharingan. Ketua Dewan Adat Dayak pun mengatakan bahwa ritual Kaleker Diau yang menyajikan permainan Dadu Gurak pada pelaksanaan Upacara Adat Wara pada dasarnya bukan disajikan dalam bentuk permainan dadu dengan mempertaruhkan sejumlah uang melainkan ritual Kaleker Diau ialah Selain memperoleh fakta dilokasi, penulisi juga berusaha untuk memperoleh informasi terkait dengan permainan Dadu Gurak yang disajikan didalam ritual adat. Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab dadu gurak dalam prespektif ajaran Agama HinduKaharingan dikatakan bahwa permainan Dadu Gurak bukanlah merupakan adat Dayak, bahkan tidak ada dalam adat Dayak itu sendiri dan didalam ajaran agama HinduKaharingan. Ketua Dewan Adat Dayak pun mengatakan bahwa ritual Kaleker Diau yang menyajikan permainan Dadu Gurak pada pelaksanaan Upacara Adat Wara pada dasarnya bukan disajikan dalam bentuk permainan dadu dengan mempertaruhkan sejumlah uang melainkan ritual Kaleker Diau ialah
Diau. Hanya saja yang membedakan Kaleker Diau dan Kahing Diau ialah pada jumlah lapak yang menjadi tempat permainan. Permainan dadu gasing merupakan ritual adat asli dalam ritual Kaleker Diau, dimana permainan dadu gasing ini dimainkan dengan dadu yang berbentuk seperti gasing dan diadu kemudian gasing yang terlebihdahulu berhenti berputar maka dinyatakan kalah dan tidak ada taruhan sejumlah uang didalam permainan ini.
Seiring dengan perkembangan yang terjadi, masyarakat penganut Agama HinduKaharingan memanipulasi permainan Kaleker Diau tersebut yang awalnya hanya merupakan permainan dadu gasing tanpa adanya taruhan sejumlah uang menjadi permainan menggunakan dadu balok yang dikenal dengan Dadu Gurak, disertai adanya taruhan sejumlah uang untuk menebak angka mata dadu yang akan keluar. Masyarakat penganut Agama HinduKaharingan memaksa untuk tetap mengadakan permainan Dadu Gurak dalam
ritual Kaleker Diau dan memasukkan sebagai ritual. 117 Contoh bentuk paksaan yang dilakukan untuk tetap mengadakan permainan Dadu
Gurak ini ialah apabila permainan Dadu Gurak ini tidak dilaksanakan, maka pihak penyelenggara menganggap bahwa syarat ritual dalam
116 Wawancara dengan Bapak Lewi Bungken, SH, selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kec. Dusun Selatan, 3 Januari 2017 di Kantor Dwan Adat Dayak Kec. Dusun Sealatan.
117 Wawancara dengan Bapak Lewi Bungken, SH, selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kec. Dusun Selatan, 3 Januari 2017 di Kantor Dwan Adat Dayak Kec. Dusun Sealatan.
Upacara Adat Wara ini tidak terpenuhi. Dan dari tidak terpenuhinya syarat tersebut akan ada musibah yang ditanggung oleh pihak keluarga yang mengadakan upacara adat. Anggapan demikian yang kemudian mengharuskan permainan Dadu Gurak dilaksanakan karena pihak keluarga yang melaksanakan tidak ingin menanggung akibat yang akan terjadi apabila permianan tersebut tidak dilaksanakan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permainan Dadu Gurak ini bukan merupakan ritual yang sebenarnya. Namun panitia pelaksana tetap beralasan bahwa permainan tersebut merupakan suatu rangkaian ritual keagaamaan yang harus dilaksanakan dalam Upacara Adat Wara dan permainan tersebut sudah dari zaman dahulu kala sehingga menjadi suatu adat.
Upacara Adat Wara dilakukan oleh masyarakat Dayak Dusun di Kalimantan Tengah yang menganut Agama HinduKaharingan, namun dalam melaksanakan Upacara Adat Wara tersebut dimasing – masing daerah di Kalimantan Tengah berbeda – beda, seperti halnya permainan Dadu Gurak dalam ritual Kaleker Diau. Sesuai informasi yang diperoleh oleh penulis dari Ketua Dewan Adat Dayak, adanya permainan Dadu Gurak tersebut hanya terjadi didalam Upacara Adat Wara yang berlangsung di daerah Barito Selatan saja sedangkan daerah lainnya di Kalimantan Tegah yang melaksanakan Upacara Adat Wara tersebut tidak mengadakan permainan Dadu Gurak dalam upacara tersebut dan tidak ada akibat atau musibah apapun yang ditanggung oleh pihak keluarga yang menyelengarakan Upacara Adat
Wara tersebut. 118 Masyarakat penganut Agama HinduKaharingan diluar Barito Selatan yang melaksanakan Upacara Adat Wara, tetap
menggunakan tata cara ritual adat yang sesuai dengan tata cara asli Upacara Adat Wara tanpa memanipulasi ritual adat yang sesungguhnya. Dimana dalam tata cara ritual adat asli, Upacara Adat Wara ini tidak adanya permainan dadu yang dengan mempertaruhkan sejumlah uang melainkan hanya permainan gasing putar yang dilakukan oleh masyarakat sekitar lokasi dilaksanakannya upacara adat sebagai salah satu ritual yang dianggap untuk memberikan
hiburan kepada roh orang telah meninggal. 119
Dalam pelaksanaan Upacara Adat Wara Tutui Kanen Iwek, untuk proses perizinan pelaksanaan, Panitia pelaksana mengajukan permohonan ijin pelaksanaan Upacara Ritual Adat Rukun Kematian Agama HinduKaharingan “Wara Tutui Kanen Iwek” kepada:
1) Kapolres Barito Selatan;
2) Dandim 1012 buntok;
3) Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten
Barito Selatan;
4) Kapolsek Dusun Selatan;
5) Damang Kepala Adat Kecamatan Dusun Selatan;
6) Dewan Adat Dayak Kecamatan Dusun Selatan;
118 Wawancara dengan Bapak Lewi Bungken, SH, selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kec. Dusun Selatan, 3 Januari 2017 di Kantor Dwan Adat Dayak Kec. Dusun Sealatan.
119 Wawancara dengan Bapak Lewi Bungken, SH, selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kec. Dusun Selatan, 3 Januari 2017 di Kantor Dwan Adat Dayak Kec. Dusun Sealatan.
7) Majelis Resort Agama Hindu Kaharingan Kecamatan
Dusun Selatan;
8) Lurah Buntok Kota;
9) Pangulu Agama Hindu Kaharingan Kelurahan Buntok Kota;
10) Ketua RT. 016 Buntok. Pihak – pihak yang telah disebutkan diatas, kemudian mengeluarkan surat rekomendasi untuk melaksanakan Upacara Adat Wara Tutui Kanen Iwek dan surat ijin mengumpulkan orang banyak. Dalam surat rekomendasi dan surat ijin mengumpulkan orang banyak yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan oleh pihak panitia pelaksana Upacara Adat Wara dan ada 3 (tiga) poin penting tersebut yang menjadi fokus penulis antara lain:
a) Dalam pelaksanaan Upacara Adat Wara Tutui Kanen Iwek
dilarang melakukan, membuka atau mengadakan perjudian dalam bentuk apapun;
b) Panitia pelaksana Upacara Adat Wara Kanen Iwek wajib
menaati semua peraturan pemerintah dan Undang – Undang yang berlaku; dan
c) Penyelenggaraan Upacara Adat dilaksanakan sesuai dengan
hukum adat leluhur yang berlaku. 120
Kemudian permasalahan yang terjadi, dilokasi penelitian penulis menemukan kenyataan bahwa panitia pelaksana Upacara Adat Wara Kanen Iwek tetap mengadakan perjudian yang disajikan dalam bentuk permainan Dadu Gurak. Namun pihak panitia menganggap bahwa permainan Dadu Gurak bukanlah sebuah perjuadian, melainkan salah
120 Permohonan Ijin Pelaksanaan Upacara Ritual Kematian Agama Hindu Kaharingan.
satu rangkaian ritual didalam upacara adat tersebut 121 seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Hal tersebut pun yang
kemudian memunculkan pandangan yang berbeda terkait permainan Dadu Gurak ini.
Dari sisi pandangan pihak Kepolisian, permainan Dadu Gurak merupakan suatu tindak pidana perjudian sesuai dengan Pasal 303 KHUP karena didalam permainan Dadu Gurak tersebut adanya pertaruhan sejumlah uang. Padangan tersebut diperoleh penulis melalui hasil wawancara bersama salah satu Anggota Kepolisian Resot Barito Selatan yang mengatakan bahwa :
“Kami dari pihak Kepolisian pun pada dasarnya meralang adanya perjuadian dalam bentuk apapun didalam setiap acara apapun yang dilaksanakan masyarakat Barito Selatan dengan izin mengumpulkan orang banyak dan hal tersebut pun telah tertuang didalam surat izin tersebut. Acara apapun itu termasuk acara ritual keagamaan sekali pun. Apalagikan ini ritual keagamaan menurut kami sebenarnya tidak ada perjuadian, karena dalam agama apapun tidak ada yang mengajarkan tentang perjudian. Tetapi nyatanya tetap saja kan pihak yang melakukan upacara Adat Wara itu melakukan permainan Dadu Gurak. Hal ini pun sebenarnya sudah lama menjadi dilema bagi kami pihak Kepolisian dalam penerapan Pasal 303 KHUP terhadap permainan Dadu Gurak ini. Permasalahannya apabila kami
121 Wawancara dengan Bapak Udin selaku salah satu anggota Panitia Pelaksana Upacara Wara Tutui Kanen Iwek, tanggal 23 Agustus 2016, di lokasi berlangsungnya Upacara Adat Wara,
Jl. Panglima Batur Gg. Karya RT. 016, RW. 002.
dari pihak kepolisian menerapkan Pasal 303 KUHP tersebut, pelaksana Upacara Adat Wara tesebut merasa keberatan dan meminta pertanggungjawaban
kepada
pihak
kepolisian untuk
bertanggungjawab atas musibah yang diperoleh apabila Ritual Adat Kaleker Diau yang menyajikan permainan Dadu Gurak dihentikan karena ritual tersebut dianggap sebagai ajaran agama HinduKaharingan dan adat yang telah membudaya dari zaman dahulu kala sebelum adanya hukum positif yang berlaku di Indonesia. Kemuadia kami juga dari Pihak kepolisian merasa kami tidak bisa berdiri sendiri dengan Pasal 303 dan Pasal 3030 bis KUHP saja dalam penertiban tindak pidana perjudian Dadu Gurak ini sedangkan belum adanya Peraturan Daerah Kabupaten Barito Selatan tentang Pemberdayaan Kelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat yang mengatur secara spesifik bahwa suatu adat atau suatu kebudayaan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang”. 122 “Dalam penerapan Pasal Pasal 303 KUHP Jo. Pasal 2
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, apabila terkait pelaksanaan permainan Dadu Gurak yang mana dalam hal ini di luar Upacara Adat Wara contohnya semisal ada orang meninggal, kemudian tiba – tiba dilokasi tersebut ada Bandar yang kemudian membuka lapak untuk permainan dadu gurak, dalam hal ini kami dari pihak Kepolisian
122
Wawancara dengan Bapak Agus Puji selaku anggota Kepolisian Resor Barito
Selatan dan Arjun Komisaris Posili Subur selaku Kasat Intelkam Kepolisian Resor Barito Selatan, tanggal, 2 September 2016 di Kantor Kepolisian Resor Barito Selatan.
melakukan penindakan. Untuk disepanjang tahun 2017 dari Januari sampai dengan Mei ini, pada bulan Januari kami melakukan penggerebekan di Jalan Pahlawan No.16 RT.36 pada saat itu ada tempat orang meninggal dan disamping rumah tempat orang meninggal tersebut ada Bandar yang memang sudah jadi incaran kami sedang membuka lapak perjudian dengan menggunakan dadu. Kami melakukan penggerebakan namun Bandar melarikan diri dan dilokasi kami hanya menemukan barang bukti berupa lapak, 2 (dua) mata dadu, dan piring serta wadah yang digunakan untuk mengguncang dadu dan sampai saat ini kami sedang melakukan pengincaran terhadap Bandar tersebut karena Bandar tersebut selalu berpindah – pindah lokasi bahkan sampai keluar dari Barito Selatan. Untuk penerapan Pasal 303 KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian dan Pasal 303 bis KUHP Jo. Pasal 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian terhadap permainan Dadu Gurak yang diluar Upacara Adat Wara di Barito Selatan sendiri baru pertama kali karena kebanyakan disini perjudian Togel atau Buntut”. 123
Selain dari hasil wawancara dengan pihak Kepolisian terkait pandangan terhadap permainan Dadu Gurak dan tidak diterapkannya Pasal 303 KHUP terhadap permainan Dadu Gurak tersebut, penulis juga memperoleh informasi dari berbagai narasumber terkait dengan pandangan terhadap permainan Dadu Gurak tersebut.
Wawancara dengan Bapak Agus Puji selaku anggota Kepolisian Resor Barito
Selatan, tanggal 26 Mei 2017 via telepon seluler (Salatiga, Jawa Tengah – Barito Selatan, Kalimantan Tegah)
1) Dewan Adat Dayak
Hasil wawancara dengan Damang Kepala Adat Dayak mengatakan : “sabujur ni, amun manurut adat Dayak takam, mahi sah permainan Dadu Gurak sa na tuangkan huang upacara Adat Wara bahkan hang huang ketentuan adat pun mahi tertuang sa permainan Dadu Gurak ina, na ekat here penganut agama HindiKaharingan hang Barito Selatan na ae sa menuangkan permainan Dadu Gurak hang huang Upacara Adat Wara. Hare pihak pelaksana ru ekat memanipulasi ae sa permainan Dadu Gurak. Ritual adat sa sabujur ni ru hanye Kaleker Diau. Kaleker Diau ru pun sabujur ni puang na laksanakan anri permainan Dadu Gurak anri kapanan ngatu duit segala macam, tapi sabujurni anri permainan Dadu Gasing ekat na manipulasi sehingga na ulah jadi Dadu Gurak dan here ngantuh permainan Dadu Gurak iru adalah ajaran agama here dangana acara Wara ina kan here ngantuh ni Ritual Rukun Kematian agama here. Padahal sebujur ni mahi isa agama pun sa mengajarkan tentang perjudian. Babalu terkait yala awe repon teka kami selaku pihak Adat, kami puang tau mengambil tindakan dagana here sa pelaksana kegiatan atau here masyarakat sa penganut Agama HinduKaharingan selalu beranggapan bahwa permainan Dadu Gurak ina adalah suatu ritual keagamaan here
sedangkan kami Dewan Adat puang tau menindak suatu hal sa berhubungan dengan lintas agama dagana kami ekat mangurus hal sa terkait dengan adat ae dan puang mangurus hal sa terkait dengan lintas agama.” 124 Artinya : ”sebenarnya, apabila menurut Adat Dayak, tidak ada permainan Dadu Gurak yang dituangkan didalam Upacara Adat Wara bahkan didalam ketentuan adat pun tidak ada tertuang permainan Dadu Gurak, hanya masyarakat penganut agama HinduKaharingan saja yang menuangkan permainan Dadu Gurak dalam Upacara Adat Wara. Pihak pelaksanan upacara tersebut hanya memanipulasi permainan Dadu Gurak. Ritual adat yang sebenarnya adalah Kaleker Diau. Kaleker Diau pun sebenarnya tidak dilaksanakan dengan permainan Dadu Gurak dengan segala pertaruhan uang melainkan dilaksanakan dengan permainan Dadu Gasing tetapi dimanipulasi menjadi Dadu Gurak dan mereka menganggap permainan Dadu Gurak ini adalah ajaran agama karena acara Wara ini merupakan Ritual Rukun Kematian Agama HinduKaharingan. Padahal sebenarnya tidak ada satu agama pun yang mengajarkan tentang perjudian. Kemudian terkait dengan bagaimana respon dari kami selaku pihak Adat, kami tidak bisa mengambil tindakan karena pihak
124 Wawancara dengan Bapak Lewi Bungken, SH, selaku Ketua Dewan Adat Dayak Kec. Dusun Selatan, 3 Januari 2017 di Kantor Dwan Adat Dayak Kec. Dusun Sealatan.
pelaksana kegiatan atau masyarakat penganut Agama HinduKaharingan selalu beranggapan bahwa permainan Dadu Gurak ini adalah suatu ritual keagamaan sedangkan kami Dewan Adat tidak bisa menindak suatu hal yang berhubungan dengan lintas agama karena kami hanya mengurus hal yang terkait dengan adat saja dan tidak mengurus hal yang terkait dengan lintas agama.”
2) Majelis Dewan Agama Hindu Kaharingan
Hasil wawancara dengan salah satu pengurus Majelis Dewan Agama Hindu Kaharingan mengatakan: ”didalam Upacara Adat Wara ini sebenarnya tidak ada yang namanya permainan Dadu Gurak, memang didalam upacara Adat Wara ini ada ritual Kaleker Diau tetapi sebenarnya yang disajikan dalam ritual Kaleker Diau itu bukan permainan Dadu Gurak, saya memang kurang tau seperti apa detail ritual Kaleker Diau itu sendiri mungkin nanti bisa ditanyakan kepada Dewan Adat Dayak yang mungkin mengerti bagaimana ritual Kaleker Diau itu sendiri. Cuma memang dalam ajaran Agama HinduKaharingan perjudian itu tidak ada. Dadu Gurak ini memang salah satu keunikan yang ada di Barito Selatan karena hanya di Barito Selatan saja ritual Kaleker Diau itu disajikan dalam permainan Dadu Gurak dan kami dari Majelis Dewan Agama sendiri apabila ditanyakan hal tersebut pun agak sulit karena apabila tidak dilaksanakan
Kaleker Diau KandongWadian Wara dan pihak pelaksana upacara adat Wara tidak besedia untuk melaksanakan acara Wara karena ada salah satu syaratnya tidak tepenuhi.” 125
3) Komisi III DPRD Barito Selatan Bidang Kesejateraan
Masyarakat Hasil wawancara dengan Ketua Komisi III DPRD Bidang Kesejateraan Masyarakat mengatakan: “Dalam permasalahan Dadu Gurak yang secara masyarakat umum dilihat sebagai suatu bentuk perjudian, kami bersama pihak kepolisian, penetua adat, masyarakat yang melakukan upacara adat dan KandongWadian Wara pernah melakukan musyawarah mufakat terkait dengan permasalahan ini. Secara hukum postif atau hukum Negara, kita menilai bahwa permainan Dadu Gurak merupakan perjudian namun disisi lain masyarakat yang penganut Agama HinduKahariangan menganggap mengatakan bahwa hal tersebut adalah ritual yang memang sudah ada sejak lama. Terkait dengan peraturan daerah, untuk Peraturan Daerah Kabupaten Barito Selatan sendiri terkait adat memang sudah ada peraturannya yaitu Perda Kab. Barito Selatan Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pemberdayaan Kelesarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat namun dalam peraturan tersebut tidak mengatur secara spesifik terkait dengan suatu adat atau
125 Wawancara dengan Bapak Yanto selaku anggota Majelis Dearah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Barito Selatan, 30 Agustus 2016 di Dinas Perpustakaan dan Kerarsipan
Daerah Kabupaten Barito Selatan.
kebudayaan yang mengandung unsur perjudian, apalagi semisal mengatasnamakan ajaran agama, saya yakin tidak pernah ada ajaran agama yang demikian. Sampai saat ini jalan keluar untuk masalah seperti ini kami dari pihak DPRD Kab. Barito Selatan hanya masih bisa melakukan musyawarah bersama pihak – pihak terkait untuk mencari jalan tengah terkait permasalahan ini. Kami mengembalikan lagi kepada kesepakatan bersama secara musyawarah yaitu dalam diselenggarakannya Upacara Adat Wara kesepakatan kami bersama Majelis Dewan Agama Hindu Kaharingan ialah untuk membatasi waktu pelaksanaan Upacara Adat Wara atau Upacara Ritual Rukun Kematian Agama Hindu Kaharingan tersebut yaitu antara bulan Juni sampai bulan Agustus. Dan pelaksanaan upacara tersebut sebaiknya sesuai dengan tata cara upacara yang sebenarnya.” 126
4) Bagian Hukum dan HAM Kantor Pemerintah Daerah
(PEMDA) Barito Selatan Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Hukum dan HAM PEMDA Barito Selatan mengatakan: “Kami selaku masyarakat umum dalam artian bukan penganganut agama HinduKaharingan atau masyarakat yang awam dengan ajaran agama tersebut menganggap bahwa permainan Dadu Gurak ialah merupakan perjudian. Terkait
126 Wawancara berasama Ibu Idariani selaku Ketua Komisi III DPRD Barito Selatan, 1 September 2016, di Kantor DPRD Barito Selatan Jl. Pelita Raya, Buntok Kota, Dusun Sel.,
Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Selatan,
Kepolisian, dan pihak Adat.” 127
5) Pihak Keluarga yang Melaksakan Upacara Adat Wara
“ Kami menganggap bahwa Dadu Gurak ini bukan judi. Dadu Durak ini adalah Kaleker Diau ritual yang kami sajikan untuk orang tua kami. Dan kami tidak mau Dadu Gurak ini dikatakan perjudian karena ini permainan untuk yang memang harus dilaksanakan dalam Wara ini. Kalaupun mau ditahan Bandarnya, Kepolisian tidak bisa karena ini adat kami yang sudah lama ada dari zaman dulu. Jadi walaupun orang menganggap ini judi tapi menurut kami ini bukan judi
127 Wawancara dengan H.Raden Alex, selaku Kepala Bagian Bagian Hukum dan HAM Kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Barito Selatan, pada tanggal 1 September 2016, di Kantor
Pemda Barito Selatan, Jalan Pelita No. 305F, Buntok, Kab. Barito Sealatan.
dan gak bisa ditahan Bandarnya karena kami yang meminta untuk mereka main disini, oleh ini adat kami.” 128