Indeks Daya Beda, Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
E. Indeks Daya Beda, Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Indeks Daya Beda
Daya diskriminasi aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut diukur. Indeks daya beda diskriminasi aitem merupakan pula indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang disebut dengan konsistensi aitem-total. Daya beda diskriminasi diukur dengan formula koefisien korelasi Product-Moment Pearson. Rumusan yang dipakai adalah:
å iX - ( å i )( å X ) / n
r = ix 2
2 [ 2 å i - ( å ) / ][ å X - ( X ) / n ]
Keterangan:
i: Skor aitem
X: Skor skala n: Banyaknya subjek
Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi yang dimaksud berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan (Azwar, 2007, h. 59-60).
2. Validitas
Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi dengan kecermatan yang tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran. Oleh karena itu, suatu tes yang valid guna pengambilan keputusan dapat saja tidak valid sama Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi dengan kecermatan yang tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran. Oleh karena itu, suatu tes yang valid guna pengambilan keputusan dapat saja tidak valid sama
Validitas tes yang digunakan peneliti adalah validitas isi. Validitas isi tes menunjukkan sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran sejauh mana ini ditentukan berdasarkan derajat representatifnya isi tes bagi isi hal yang diukur (Suryabrata, 2004, h. 41).
Secara teknis pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor aitem pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Adanya kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2008, h.182).
Validitas isi tes juga ditentukan melalui pendapat profesional (professional judgement) dalam proses telaah soal. Penggunaan spesifikasi untuk tes yang telah dikembangkan (telah ada) orang melakukan analisis logis untuk menetapkan apakah soal-soal yang telah dikembangkan memang mengukur (representatif bagi) apa yang dimaksudkan untuk diukur. Simpulannya bahwa dilihat dari kacamata validitas isi tes, kegiatan telaah soal (item review) merupakan kegiatan yang esensial dalam pengembangan alat ukur psikologis (Suryabrata, 2004, h. 42).
3. Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap responden yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2005, h. 180).
Pendekatan pengukuran satu kali putaran adalah pendekatan yang digunakan dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur. Seperangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, kemudian dengan cara tertentu dihitung estimasi reliabilitas tes tersebut. Pendekatan tersebut menghasilkan informasi konsistensi internal alat ukur. Teknik yang digunakan untuk mengestimasi reliabitas adalah koefisien alpha yang dirumuskan oleh Cronbach sebagai berikut (Azwar, 2004, 37-38).
a : Koefisien reliabilitas. n : Banyaknya bagian (potongan tes). Vi : Varian tes bagian I yang panjangnya tidak ditentukan. Vt : varians skor total (perolehan).
Tinggi-rendahnya reliabilitas, secara empirik ditujukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasi antara hasil ukur dari dua tes paralel, berarti konsistensi diantara keduanya semakin baik dan kedua alat ukur tersebut disebut sebagai alat ukur yang reliabel (Azwar, 2005, h. 180).
Azwar (2005, h. 47) menegaskan bahwa koefisien korelasi mengandung dua makna, yaitu kuat-lemahnya hubungan dan arah hubungan antar dua variabel. Kuat-lemahnya hubungan antara dua variabel diperlihatkan oleh besarnya harga mutlak koefisien korelasi yang bergerak antara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati angka nol berarti hubungan semakin lemah dan koefisien mendekati angka satu berarti hubungan semakin kuat.