Bentuk Stres Berkendara Stres Berkendara

Dea Ibrahim Arsyad, 2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berpendapat bahwa jika individu menganggap suatu kondisi yang berpotensi menimbulkan stres merupakan suatu tantangan, bukan sebagai ancaman, maka tingkat stres akan berkurang. Misalnya saja individu yang menganggap kemacetan merupakan kondisi agar dia dapat mengasah kemampuan mengemudinya. Persepsi seperti ini akan mengurangi tingkat stres pada individu tersebut. c. Social Support Theory Teori lainnya mengatakan stres akan timbul karena tidak adanya dukungan sosial yang tersedia untuk membantu menghadapi stressor. Dukungan sosial dapat dilakukan dengan bentuk apapun baik itu emosional, instrumental dan bentuk dukungan lainnya.

4. Bentuk Stres Berkendara

Matthews, Desmond, Joyner, Carcary dan Giliand 1998, berpendapat bahwa terdapat 5 bentuk stres berkendara, yaitu: a. Aggression Aggression merupakan reaksi berupa perasaan marah dan frustrasi sehingga menimbulkan perilaku berbahaya yang menunjukkan ketidaksabaran Mathews et al., 1998. Contoh Driving Aggression misalnya melakukan pelanggaran yang disengaja seperti melampaui batas kecepatan Kontogiannis, 2006, membuntuti kendaraan lain, melakukan konfrontasi dan sering menyalip Matthews, Dorn, dan Glendon, 1991. b. Dislike of Driving Dislike of Driving merupakan penilaian negatif dari pengendara sehingga menimbulkan mood negatif yang cenderung mengganggu performance berkendara Underwood, 2005. Kondisi ini dapat dicerminkan dalam kecemasan sehingga dirinya merasa tidak nyaman dan tidak yakin dalam berkendara. Misalnya seorang yang cemas ketika akan berkendara karena cuaca yang mendung. c. Hazard Monitoring Dea Ibrahim Arsyad, 2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hazard Monitoring diartikan sebagai kesadaran atau pantauan akan bahaya. Hazard Monitoring ditandai dengan adanya kewaspadaan tinggi pada pengendara akan bahaya dan ancaman yang dapat muncul. Hazard Monitoring juga ditandai dengan adanya peningkatan fokus dalam mengemudikan kendaraan Dorn, 2008. Dorn, Stephen, Wahlberg dan Gandolfi 2010 menyebutkan, Hazard Monitoring merupakan salah satu bentuk coping yang dilakukan oleh pengemudi sebagai salah satu bentuk strategi penanganan stres. d. Thrill Seeking Thrill Seeking merupakan faktor yang berkaitan dengan kepribadian mencari sensasi Dorn, 2008. Sensation seeking didefinisikan sebagai trait personality yang menunjukkan pencarian perasaan dan juga pengalaman yang baru, bervariasi dengan kesiapan akan risiko dan akibat demi pengalaman tersebut. Thrill Seeking sangat berkaitan dengan perilaku berbahaya dan meningkatkan keterlibatan kecelakaan. Misalnya seseorang yang mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan 110 km perjam hanya untuk memacu adrenalinnya. e. Fatigue Proneness Fatigue Proneness merupakan kondisi dimana seorang pengemudi menjadi rentan kelelahan fisik dan mental setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang Dorn, 2008. Misalkan seorang pengemudi yang melambatkan kendaraannya karena kelelahan. Fatigue Proneness ini juga akan berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan oleh pengemudi seperti tertidur ketika mengemudi.

5. Dampak Stres