Teori Konsep dan Teori

13

1.4.2 Teori

Teori merupakan landasan utama dalam menyelesaikan penelitian ilmiah. Kerliner dalam Sugiono, 2009:79, mengemukakan bahwa: Theory is a set of interrelated construct concepts, definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with purpose of explaining and predicting the phenomena.Artinya secara harafiah, teori adalah sebuah rangkaian hubungan konsep, definisi, dan proposisi yang menunjukkan suatu urutan secara sistematis dengan fenomena dengan menggambarkan hubungan antara banyak variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan tujuan tersebut. Dalam kaitannya dengan studi terhadap aspek tekstual dan musikal lagu Ayun-ayun Tajak yang digunakan dalam upacara turun karai pada suku Pesisir di Sibolga ini penulis menggunakan teori-teori. Khusus untuk mengkaji upacara penulis menggunakan teori upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Empat aspek yang menjadi perhatian dari para ahli antropologi yang di kemukakan oleh Koetjaraningrat 2009:296 yakni:1 tempat upacara dilakukan; 2 saat-saat upacara dijalankan; 3 orang-orang melakukan dan memimpin upacara: dan 4 benda-benda dan alat upacara. Selain itu, lagu Ayun-ayun Tajak ini secara teoretis dapat dikategorikan sebagai bahagian yang tidak terpisahkan dari tradisi lisan masyarakat Pesisir yang berada di Sibolga dan Tapanuli tengah. Tradisi lisan dalam pewarisan kebudayaan musik menciptakan berbagai ragam variasi musik dan materi- materi lisan. Nyanyian Ayun-ayun Tajakmarupakan bagian dari pewarisan Universitas Sumatera Utara 14 musik vokal suku Pesisir yang tercipta bersama dengan perubahan waktu dan lingkungan sebagai konsekuensi dari tradisi lisan. Dalam rangka menganalisis struktur melodi nyanyian Ayun ayun Tajak yang digunakan pada upacara turun karai penulis menggunakan teori weighted scale bobot tangga nada yang dikemukakan oleh William P. Malm. Dalam mendeskripsikan melodi, ada delapanunsur yang harus diperhatikan yaitu: 1 tangga nada, 2 wilayah nada, 3 nada dasar, 4 jumlah interval, 5 jumlah nada, 6 pola kadensa, 7 kontur, dan 8 formula melodi Malm dalam terjemahan Takari, 1993:13. Untuk mendukung teori weighted scale digunakan juga cara mendeskripsikan musik oleh Bruno Nettl dalam buku description of musical compositions. Dalam mendeskripsikan melodi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1 tonalitas, 2 bentuk, 3 ritme, 4 kontur melodi, dan 5 tempo Nettl, 1964:1450-1550. Untuk membantu proses analisis stuktur melodi nyanyian Ayun-ayun Tajakdalam upacara turun karai, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan proses menotasilan bunyi yang didengar dan mengalihkan bunyi menjadi symbol visual. Penulis berpedoman pada notasi musik yang dikemukakan oleh seeger 1967, yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Selain itu juga penulis menggunakan notasi deskriptif dalam pembahasan melodi nyanyian Ayun-ayun Tajak dalam upacara turun karai. Hal ini didasari oleh tujuan notasi deskriptif yang menyampaikan aspek struktural nyayian Ayun-ayun Tajak dalam upacara turun karai secara mendetail dan jelas. Universitas Sumatera Utara 15 Dalam musik vokal nyanyian Ayun-ayun Tajak ini, teks merupakan karakteristik penting lainnya, dimana melodi nyanyiannya dinyanyikan dengan teks yang berbeda-beda strophic. Salah satu sumber daya untuk dapat memahami perilaku manusia melalui hubungan dengan musik adalah teks. Meskipun teks adalah perilaku bahasa, tetapi bunyi musik dan teks merupakan satu bagian integral dalam musik Merriam 1964:147. Untuk menganalisis stuktur teks, penulis berpedoman pada teori William P. Malm. dalam buku terjemahan Music culture of the Pacific, the Near East, and Asia. Ia mengemukakan bahwa dalam musik vokal, hal sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini di sebut silabis. Sebaliknya bila suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Dalam mendalami makna-makna teks, penulis menggunakan teori semiotik. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeion. Ferdinad de Saussure perintis semiotic dan ahli bahasa, semiotik adalah the study of “the life of signs within society.” Secara harfiah diartikan sebagai studi dari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat. Menurut Panuti Sudjiman dan van Zoest dalam Bakar 2006:45-51 menyatakan bahwa semiotik berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Berdasarkan pengertian di atas, teori di atas akan mengarahkan penulis untuk menganalisis makna tersurat dan tersirat di balik penggunaan lambang dalam kehidupan suku Pesisir di Kota Sibolga. Universitas Sumatera Utara 16 Selain itu, untuk menguraikan sejauh apa fungsi lagu Ayun-ayun Tajak di dalam kebudayaan suku Pesisir, khususnya yang berdomisili di Kota Sibolga, maka penulis menggunakan teori penggunaan dan fungsi uses and functions musik, yang ditawarkan oleh Merriam. Merriam membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para pakar etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan the ways musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain 1964:210. Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara penggunaan dan fungsi musik sebagai berikut. Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security vis-á-vis the universe. ―Use‖ them, refers to the situation in which music is employed in human action; ―function‖ concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves. 1964:210. Universitas Sumatera Utara 17 Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian penggunaan dan fungsi musik berasaskan kepada tahap dan pengaruhnya dalam sesebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi bahagiannya. Penggunaan boleh atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia — [yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, berkawin dan berumah tangga dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia]. Jika seseorang menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa, mengorganisasikan ritual dan kegiatan-kegiatan upacara. ―Penggunaan‖ menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan ―fungsi‖ berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan demikian, selaras dengan Merriam, mengikut penulis penggunaan lebih berkaitan dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan konsistensi internal budaya. Universitas Sumatera Utara 18

1.5. Metode Penelitian