Para Pihak dalam Perjanjian Asuransi

45 karena resiko yang diterima dari tertanggung tidak seluruhnya dapat ditampung dan ditanggung sendiri oleh perusahaan penanggung asli. Dengan demikian maka sebenarnya dalam bisnis asuransi ada unsur gotong royong antara sesama perusahaan asuransi. Praktik reasuransi ternyata tidak semata hanya kegiatan membagi resiko yang tidak dapat ditampung sendiri, melainkan juga terdapat unsur kehati-hatian prudent underwriting dari perusahaan penanggung pertama, untuk menyebarkan resiko spreading of risks kepada perusahaan penanggung lain. 46 Tujuan reasuransi adalah untuk memungkinkan penanggung membayar klaim kepada tertanggung dalam hal terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian, sedangkan penanggung khawatir jika dia tidak mampu membayar klaim tersebut, karena itulah, dia mengasuransikan ulang apa yang telah menjadi tanggungannya. Akan tetapi, reasuransi itu terbatas hanya 1 satu kali, sehingga tidak bertentangan dengan asas keseimbangan. Jadi, reasuransi itu sebenarnya untuk meringankan beban penanggung. 47 Tujuan utama bagi ceding company perusahaan asuransi yang memindahkan risikonya adalah untuk melindungi dirinya terhadap kerugian dalam kasus tertentu yang melebihi jumlah tertentu. 48

E. Para Pihak dalam Perjanjian Asuransi

Perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antar dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang 46 Mulyadi Nitisusastro, Op.Cit., hlm. 79. 47 K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Op.Cit., hlm. 52. 48 A. Hasymi Ali, Op.Cit., hlm 236 Universitas Sumatera Utara 46 pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 49 Perjanjian adalah sejumlah kesepakatan antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung dengan tujuan memberikan perlindungan atau proteksi. 50 Wirdjono Prodjodikoro menyatakan bahwa dalam asuransi terlibat dua pihak; yang satu sanggup akan menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin ia akan mendapat penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin ia akan menderita sebagai akibat dari suatu peristiwa, yang semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya. 51 Perjanjian asuransi merupakan sebuah kontrak yang bersifat legal. Kontrak tersebut menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi, premi yang harus dibayar oleh pihak tertanggung kepada pihak penanggung sebagai jasa pengalihan resiko, sekaligus besarnya dana yang keberadaannya bisa diklaim di masa depan, termasuk biaya administrasi dan keuntungan. 52 Perjanjian asuransi merupakan bagian dari hukum asuransi itu sendiri. Dalam hukum asuransi, ditetapkan bahwa objek pertanggungan dalam asuransi bisa berupa benda dan jasa, kesehatan, tanggung jawab hukum, serta berbagai kepentingan lainnya yang dimungkinkan bisa hilang, rusak ataupun berkurang nilainya. 53 Perjanjian asuransi dimana tertanggung dan penanggung mengikat suatu perjanjian tentang hak dan kewajiban masing-masing. Perusahaan asuransi 49 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju, 2011, hlm. 4. 50 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit., hlm. 237. 51 Wirjono Prodjokoro, Hukum Asuransi si Indonesia Jakarta: Penerbit Intermasa, 1987, hlm. 3. 52 Zian Farodis, Op.Cit., hlm. 24. 53 Ibid, hlm. 25. Universitas Sumatera Utara 47 membebankan sejumlah premi yang harus dibayar tertanggung. Premi yang harus dibayar sebelumnya sudah ditaksirkan dulu atau diperhitungkan dengan nilai resiko yang akan dihadapi. Semakin besar resiko, semakin besar premi yang harus dibayar dan sebaliknya. Perjanjian asuransi tertuang dalam polis asuransi, dimana disebutkan syarat-syarat, hak-hak, kewajiban masing-masing pihak, jumlah uang yang dipertanggungkan dan jangka waktu asuransi. Jika dalam masa pertanggungan terjadi resiko, pihak asuransi akan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani bersama sebelumnya. 54 Demikian juga halnya dalam perjanjian selalu ada 2 dua macam subjek hukum yaitu di satu pihak seseorang atau suatu badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu, dan di lain pihak ada sesorang atau suatu badan hukum yang mendapat hak atau pelaksanaan kewajiban itu. Oleh karena itu dalam suatu perjanjian ada pihak yang berkewajiban dan ada pihak yang berhak. Sebelum mengetahui siapa-siapa saja pihak yang terlibat dalam perjanjian asuransi, maka perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari subjek hukum itu sendiri sebab perjanjian asuransi juga sama halnya dengan perjanjian lainnya dimana salah satu sahnya perjanjian tersebut harus dibuat oleh pihak-pihak yang memenuhi kriteria sebagai subjek hukum. 55 Perjanjian asuransi yang merupakan perjanjian timbal balik, dimana satu pihak tidak selalu menjadi pihak yang berhak, melainkan dari sudut lain 54 Kasmir, Op.Cit., hlm. 292-293. 55 Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Asuransi Medan: Penerbit STIE Tri karya, 1993, hlm. 30. Universitas Sumatera Utara 48 mempunyai beban kewajiban juga terhadap pihak lain, yang dengan demikian tidak selalu menjadi pihak yang berkewajiban melainkan menjadi pihak yang berhak terhadap kewajiban dari pihak pertama yang harus dilaksanakan. 56 Setiap mengadakan perjanjian asuransi, haruslah sekurang – kurangnya ada 2 dua pihak dimana pihak yang satu disebut penanggung dan pihak lain disebut tertanggung. Dalam hal ini, pihak penanggung adalah pihak terhadapnya resiko tersebut dialihkan, yang seharusnya dipikul sendiri oleh tertanggung karena menderita suatu kerugian atas suatu peristiwa yang tidak tentu. Resiko ini hanya dialihkan kepada penanggung bila adanya premi yang diberikan oleh tertanggung. Jadi, dengan adanya premi ini, pihak penanggung mengikatkan dirinya untuk menanggung resiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak tertanggung. Sedangkan pihak tertanggung sebagai orang – orang yang berkepentingan mengadakan perjanjian asuransi adalah sebagai pihak yang berkewajiban untuk membayar premi kepada penanggung, sekaligus atau berangsur – angsur, dengan tujuan akan mendapat penggantian atas kerugian yang mungkin akan dideritanya akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi. 57 56 Ibid., hlm. 31. 57 Ibid Pelaksanaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap perjanjian dilakukan dengan melihat prinsip-prinsip asuransi. Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya. Universitas Sumatera Utara 49

F. Perizinan Usaha Perasuransian