Fungsi pengaturan dan pengawasan tersebut meliputi : -
Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Perbankan. -
Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal. -
Kegiatan Jasa Keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, lembaga pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.
Pendirian lembaga pengawas jasa keuangan secara terintegrasi memiliki latar belakang dan alasan berbeda di setiap negara. Beberapa faktor berikut sering
dijadikan sebagai faktor pemicu diterapkannya sistem pengawasan secara terintegrasi.
Pertama, munculnya konglomerasi keuangan dan mulai diterapkannya Universal Banking System. Kondisi ini menyebabkan regulasi yang
didasarkan atas sektor menjadi tidak efektif karena terjadi perbedaan dalam regulasi dan supervisi. Kedua, stabilitas sistem keuangan telah menjadi isu utama
bagi lembaga pengawas yang awalnya belum memperhatikan masalah stabilitas sistem keuangan. Ketiga, kepercayaan dan keyakinan pasar terhadap lembaga
pengawas menjadi komponen utama Good Governance, untuk meningkatkan Good Governance pada lembaga pengawas jasa keuangan, banyak negara
melakukan revisi struktur lembaga pengawas jasa keuangannya.
15
B. Pihak-Pihak Dalam Otoritas Jasa Keuangan
Setelah adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, pengaturan dan pengawasan sektor Perbankan yang semula berada
pada Bank Indonesia sebagai BankSentral dialihkan pada Otoritas Jasa
15
Zulkarnain Sitompul, “Sosialisasi Peralihan Fungsi Pengawasan Industri Keuangan Kepada Otoritas Jasa Keuangan Ojk”, 29 November 2013, Hal 1-2.
Universitas Sumatera Utara
Keuangan. Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini dimaksudkan untuk memisahkan fungsi pengawasan Perbankan dari Bank Sentral ke sebuah badan
atau lembaga yang independen di luar Bank Sentral. Dasar hukum pemisahan fungsi pengawasan tersebut, yaitu Pasal 34 Undang-Undang No.3 Tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menyatakan:
- Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor
jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang- Undang.
- Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010. Sementara itu pengawasan yang dilakukan yaitu terhadap Bank dan
perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi Asuransi, Dana Pensiun, Sekuritas, Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan, serta
badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya
berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam melakukan
tugasnya lembaga Otoritas Jasa Keuangan Supervisory Board melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
akan diatur dalam Undang-Undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pengawasan bank berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan
Universitas Sumatera Utara
meminta penjelasan dari Bank Indonesia keterangan dan data makro yang diperlukan.
Keindependenan Otoritas Jasa Keuangan berkaitan dengan beberapa hal, pertama, independen yang berkait dengan pemberhentian anggota lembaga yang
hanya dapat dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang diatur dalam Undang- Undang pembentukan lembaga yang bersangkutan, tidak sebagaimana lazimnya
administrative agencies yang dapat sewaktu-waktu oleh Presiden karena jelas merupakan bagian dari eksekutif. Kedua, selain masalah pemberhentian yang
terbebas dari intervensi Presiden, sifat independen juga tercermin dari : -
Kepemimpinan lembaga yang bersifat kolektif, bukan hanya satu orang pimpinan. Kepemimpinan kolegial ini berguna untuk proses internal
dalam pengambilan keputusan-keputusan, khususnya menghindari kemungkinan politisasi keputusan sebagai akibat proses pemilihan
keanggotaannya. -
Kepemimpinan tidak dikuasai atau tidak mayoritas berasal dari partai politik tertentu.
- Masa jabatan para pemimpin lembaga tidak habis secara bersamaan, tetapi
bergantian staggered terms. Dalam Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan, pimpinan tertinggi
terletak pada Dewan Komisioner. Mengenai struktur Dewan Komisioner terdiri atas sembilan orang anggota yang ditetapkan dengan keputusan Presiden, dengan
susunan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Seorang Ketua merangkap Anggota.
b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua komite etik merangkap Anggota.
c. Seorang Kepala Eksekutif pengawas Perbankan merangkap Anggota.
d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap
Anggota. e.
Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Lembaga Jasa Keuangan lainnya merangkap
Anggota. f.
Seorang Ketua Dewan Audit merangkap Anggota. g.
Seorang Anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen.
h. Seorang anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan
anggota dewan gubernur Bank Indonesia. i.
Seorang anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.
16
Syarat untuk menjadi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan antara lain :
- Warga Negara Indonesia.
- Memiliki akhlak, moral, dan integritas yang baik.
- Cakap melakukan perbuatan hukum.
- Tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pengurus
perusahaan yang menyebabkan perusahaan tersebut pailit. -
Sehat jasmani.
16
Adrian Sutedi, Op.Cit., Hal 73 - 76.
Universitas Sumatera Utara
- Berusia paling tinggi 65 enam puluh lima Tahun pada saat ditetapkan.
- Mempunyai pengalaman atau keahlian di sektor jasa keuangan.
- Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 5 lima Tahun atau lebih.
Dalam Pasal 11 ayat 3 Undang-Undang No.21 Tahun 2011 hanya menyebutkan panitia seleksi beranggotakan 9 sembilan orang yang terdiri atas
unsur pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat.
17
- Meninggal dunia.
Sementara itu pengaturan tentang masa kerja Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam mengukur
independensi. Pasal 17 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan menetapkan bahwa anggota Dewan Komisioner tidak dapat diberhentikan sebelum masa
jabatannya berakhir, kecuali apabila memenuhi alasan sebagai berikut :
- Mengundurkan diri.
- Masa jabatannya telah berakhir dan tidak dipilih kembali.
- Berhalangan tetap sehingga tidak dapat melaksanakan tugas atau
dipekirakan secara medis tidak dapat melaksanakan tugas lebih dari 6 enam bulan berturut – turut.
17
Wahiduddin Adams, “Jurnal Legislasi Indonesia Otoritas Jasa Keuangan, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Hukum Dan Ham Ri”, Jakarta, 2012,
Hal 340.
Universitas Sumatera Utara
- Tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan Komisioner lebih
dari 3 tiga bulan berturut – turut tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
- Tidak lagi menjadi anggota dewan gubernur Bank Indonesia bagi anggota
ex–officio Dewan Komisioner yang berasal dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 4 huruf h.
- Tidak lagi menjadi pejabat setingkat eselon I pada Kementerian Keuangan
bagi anggota ex–officio Dewan Komisioner yang berasal dari Kementerian Keuangan sebagaimana di maksud dalam Pasal 10 ayat
4 huruf i. -
Memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dan atau semenda dengan anggota Dewan Komisioner lain dan tidak ada satu pun yang
mengundurkan diri dari jabatannya. -
Melanggar kode etik. Dengan pengaturan sebagaimana diatas, dapat disimpulkan bahwa anggota
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan tidak diberhentikan berdasarkan alasan politik. Ketentuan seperti ini akan memberikan keamanan bagi Dewan
Komisioner dalam mengambil kebijakan yang tidak populer secara politik.
18
1. Prof. Dr. Ilya Avianti, S.E., M.Si., Ak, CPA, Ketua Dewan Audit
merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan. Struktur keanggotaan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan masa
periode 2012 – 2017 yaitu :
18
Adrian Sutedi, Op.Cit., Hal 83-84.
Universitas Sumatera Utara
2. DR. Rahmat Waluyanto, MBA., wakil Ketua Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan sebagai Ketua Komite Etik merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
3. DR. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono,S.H. LLM, Anggota
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen.
4. Nelson Tampubolon, SE, MSM, Kepala
Eksekutif Pengawas
Perbankan merangkap anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
5. Dr. Ir. Anny Ratnawati, M.Sc, wakil Menteri Keuangan, Republik
Indonesia anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ex– officio Kementerian Keuangan.
6. Muliaman D. Hadad, Ph.D, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan. 7.
Ir. Nurhaida, MBA., Kepala Eksekutif pengawas pasar modal merangkap anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
8. DR. Firdaus Djaelani, MA, Ketua Eksekutif pengawas industri
keuangan non Bank merangkap anggota Dewan Komisioner. 9.
DR. Halim Alamsyah, SH, SE, MA, Deputi Gubernur Bank Indonesia, anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ex–officio Bank
Indonesia.
19
19
Adler Haymans Manurung, “Ojk : Tujuan, Fungsi, Tugas, Dan Wewenang, Layanan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan”, PT. Adler Manurung Press, Jakarta, 2013, Hal. 24
Universitas Sumatera Utara
C. Fungsi, Tugas, Dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan