HUBUNGAN GCG DENGAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

2.4. HUBUNGAN GCG DENGAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

Kejujuran mempunyai peran penting dalam akuntansi karena digunakan oleh pengguna dan pasar sebagai jaminan bahwa akuntan (pembuat laporan keuangan) dan auditor (sebagai atestor atau penguji laporan keuanga) telah berusaha untuk jujur. Sifat konsep kejujuranyang konfesnional adalah kejujuran dalam penyajian, yang merupakan jaminan bahwa dalam pembuatan dan atestasi laporan keuangan dilakukan dengan ketekunan dan kehati­hatian agar masalah keuangan perusahaan disajikan secara wajar.

Dalam era reformasi, masalah transparansi dan akuntabilitas sudah merupakan kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditawar­tawar lagi. Keterbukaan dan pengungkapan (transparency and disclosure) merupakan salah satu prinsip good corporate governance (GCG) yang saat ini mendapat sorotan publik.

Prinsip transparansi berhubungan dengan kalitas informasi yang disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas penyajian informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu akuntan manajemen (yang bekerja pada perusahaan) dituntut untuk menyediakan informasi yang jalas, akurat, tepat waktu dan dapat diperbandingkan dengan indikator­ indikator yang sama. Untuk itu infromasi yang ada dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap (dislosure) atas semua informasi yang dimliki perusahaan. Peran akuntan manajemen, internal auditor, dan komite audit menjadi penting dalam hal penyajian informasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan secara transparan kepada pemakainya. Ini salah satu aturan BAPEPAM yang menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan publik harus mengandung unsur keterbukaan (transparansi) dengan pengungkapkan kejadian ekonomis yang bermanfaat kepada pemakainya (Arifin, 2005).

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2002 telah menyatakan bahwa informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan harus mengikuti prinsip full disclosure. Demikian pula pihak BAPEPAM

HUBUNGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DENGAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN

Danri Toni Siboro Danri Toni Siboro

Dapat dikatakan dalam rangka mengakkan prinsip GCG pada perusahaan­perusahaan, khususnya transparansi dan akuntabilitas, penyajian infromasi akuntansi yang berkualitas dan lengkap dalam laporan keuangan sangat diperlukan. Hal ini memberikan manfaat yang optimal bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Contoh perusahaan yang yang melanggar transparancy adalah kasus mark­up laporan keuangan PT. Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih tahunan senilai Rp.32,668 miliar (karena laporan keuangan seharusnya Rp.99,54 miliar ditulis Rp.132 miliar (Arifin, 2005). Dalam hal ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akuratdan transparansi yang mengakibatkan sangat merugikan para investor karena laba overstated ini telah dijadikan dasar oleh para investor untuk berbisnis.

Pada saat ini masyarakat atau publik memerlukan keterbukaan informasi, terutama bagi perusahaan yang sudah go public. Para pemegang saham dan stakeholder lainnya memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang relevan secara tepat waktu, akurat, seimbang dan kontinyu. Informasi biasanya dikategorikan atas dua hal, yaitu informasi finansial dan non­finansial. Informasi finansial yang dipublikasikan oleh perusahaan kepada publik, meliputi neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas (cash flow statement) dan catatan atas laporan keuangan.

Informasi finansial yang utama terdapat pada laporan keuangan tahunan (annual report) dan laporan keuangan interim (interim report), biasanya berupa laporan tengah tahunan dan laporan triwulanan. Informasi non­finansial merupakan bagian tak terpisahkan dari informasi finansial dan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) dari manfaat laporan keuangan. Informasi non­finansial difokuskan pada masalah pengungkapan (disclosure) risiko potensial (potential risk) yang dihadapi perusahaan saat ini serta alasan mengapa manajemen mengambil risiko tersebut.

Menurut Effendi (2006) ada empat tujuan utama pengungkapan informasi finansial dan non­ finansial bagi perusahaan adalah : 1). Meningkatkan keterbukaan atau transparansi dalam pemberian informasi. 2). Mendukung proses implementasi GCG, termasuk pelaporan kepada stakeholder. 3). Mengupayakan kualitas manajemen perusahaan yang lebih profesional. 4). Bagi eksternal auditor (auditor independen) dituntut lebih memahami analisis strategi dan risiko

perusahaan secara keseluruhan. Prinsip good corporate governance tentang disclosure and transparency, menurut Organization for Economic Co­operation and Development (OECD) harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan, mencakup kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan.

Pengungkapan informasi perusahaan perlu dilakukan secara berimbang. Artinya, informasi yang disampaikan bukan hanya yang bersifat positif saja namun termasuk informasi yang bersifat negatif. Ini untuk menghindari adanya informasi yang salah (disinformasi) serta informasi penting yang disembunyikan oleh perusahaan yang berakibat merugikan pihak lain, baik pemegang saham maupun stakeholders lainnya. Beberapa kasus perbankan, beberapa waktu lalu, antara lain akibat adanya disinformasi yang disampaikan kepada publik. Informasi dan laporan keuangan yang dilaporkan yang baik­baik saja meski sudah diaudit oleh eksternal auditor. Akibatnya, banyak bank bangkrut dan terpaksa ditutup atau dilikuidasi pemerintah.