TELAAH PUSTAKA

2. TELAAH PUSTAKA

2.1. Stock Split 2.1.1.Kajian peristiwa (event study)

Menurut Jogiyanto (1998), suatu peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form).

Berdasarkan Peterson (1989), event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham, di pasar modal untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tertentu. Sedangkan menurut Kritzman (1994) event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga atau return dari surat berharga tersebut.

Trading range theory menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split karena didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split mereka dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Saham dipecah karena ada batas saham yang optimal dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Salah satu tujuan dilakukannya stock split adalah untuk mengarahkan harga saham pada kisaran tertentu sehingga frekuensi perdagangan dapat lebih meningkat dan dapat meningkatkan investor kecil untuk dapat membeli sejumlah saham lebih besar.

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA

Nurul Latifah P

Signalling Theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal positif karena manajemen yang memiliki infomasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya akan menginformasikannya kepada investor yang miskin akan informasi tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena adanya asimetri informasi antara manajemen dan investor. Asimetri informasi (information asymetric) merupakan informasi privat yang hanya dimiliki oleh investor –investor yang mendapat informasi saja (informed investor). Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar, maka pada umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal yang tercermin dari perubahan harga saham (Schweitzer, 1989) dalam Wismar’ein (2004).

Klein dan Peterson (1989 dalam Margaretha,2004) berpendapat bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan mengalami peningkatan laba yang lebih besar daripada perusahaan yang tidak melakukan split. Adanya perbedaan laba tersebut secara signifikan berhubungan positif dengan abnormal return pada saat pengumuman split.

Pengumuman split dipandang sebagai sinyal positif bagi investor, karena pengumuman ini menaikkan ekspektasi investor tentang pendapatan masa depan perusahaan. Sebaliknya, pengumuman reverse split dianggap sebagai sinyal negatif bagi investor, karena dengan melakukan reverse perusahaan akan mengalami penurunan harga saham.

Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor (Szewezyk dan Tsetsekos,1993). Mc. Gough (1993) berpendapat bahwa suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk mengimplementasi­kan stock split, seharusnya melakukan berbagai analisis karena proses pengambilan keputusan dan langkah­langkah yang digunakan untuk melakukan stock split sangat rumit dan memakan waktu lama, sehingga sebelum evaluasi dilengkapi dan keputusan dibuat, dewan direktur harus menyetujui adanya peningkatan saham yang diotorisasi untuk level yang baru. Selama tahap analisis tersebut, manajer harus mereview pengaruh stock split tersebut terhadap Neraca dan laporan laba rugi.

Baker et.al (1995) mencoba menggali mengenai puzzle phenomenon tentang stock split dan Stock dividends. Beberapa pengaruh yang disebabkan oleh stock split tersebut adalah terjadinya perubahan pada harga saham, earnings, risiko, dan tingkat likuiditas saham.

Harga saham setelah stock split mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena nilai nominal yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk melakukan investasi. Earnings yang diperoleh perusahaan setelah melakukan stock split umumnya mengalami peningkatan dan tingkat likuiditas saham bertambah, hal ini karena meningkatnya jumlah pemegang saham sehingga pasar menjadi lebih likuid. Tujuan perusahaan melakukan stock split (Kieso dan Weygandt, 1993) adalah untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada suatu tingkat (trading range tertentu) supaya (calon) investor dapat lebih banyak menginvestasi­kan dananya pada saham tersebut, untuk memperbanyak (calon) investor dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau, serta untuk menguntungkan investor yang ada dengan memberi kesempatan untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna sesudah stock split tersebut.