Stereotif Etnis (Suku Bangsa)

4. Stereotif Etnis (Suku Bangsa)

Istilah stereotif menurut Lippmann adalah gambar di kepala yang merupakan rekonstruksi dari keadaan lingkungan yang sebenarnya dan merupakan salah satu mekanisme penyederhanaan untuk mengendali- kan lingkungan, karena keadaan lingkungan yang sebenarnya terlalu luas, terlalu beragam dan bergerak terlalu cepat untuk dapat dikendalikan dengan segera.

Gambaran kita tentang keadaan lingkungan itulah yang menentukan apa yang kita lakukan. Dengan demikian, tindakan-tindakan seseorang tidaklah didasarkan pada pengenalan langsung terhadap keadaan lingkungan sebenarnya, namun berdasarkan gambaran yang di- buatnya sendiri atau yang diberikan kepadanya oleh orang lain.

Warnaen (2002) secara sederhana mendefinisikan stereotif etnis sebagai kepercayaan yang dianut bersama oleh sebagian besar warga suatu golongan etnis tentang sifat-sifat khas dari berbagai golongan etnis, termasuk golongan etnis mereka sendiri. Stereotif merupakan pandang- an-pandangan subyektif dari suatu etnis atau suku bangsa tertentu terhadap etnis atau suku bangsa lainnya atau tentang etnisnya sendiri. Stereotip lebih merupakansuatu penilaian dari suatu suku bangsa terha- dap suku bangsa lainnya baik berdasarkan pengetahuan-pengetahuan terdahulu (penilaian dari generasi sebelumnya) maupun berdasarkan pengalaman-pengalamannya sendiri atau orang lain.

Penilaian atau pandangan-pandangan dari suatu suku bangsa terhadap suku bangsa lainnya bisa bersifat positif atau negatif atau kedua-duanya. Misalnya orang Jawa menganggap kepada orang Batak itu sebagai orang yang kasar, pemarah, gampang berkelahi, terbuka, pemberani, berani mengatakan tidak. Sementara orang Batak meng- anggap orang Jawa itu sebagai orang yang halus, ramah, bersahabat, mudah tersinggung, tertutup, pandai berpura-pura, kurang pemberani.

Pandangan-pandangan tersebut belum tentu betul, bahkan mungkin banyak salahnya, permasalahannya hal ini akan mempengaruhi terhadap sikap dan prilaku dari setiap etnis tersebut dalam hubungannya dengan etnis lainnya. Berdasarkan kepada penilain-penilaian itu orang Jawa akan menetukan sikap dan prilakunya dalam hubungannya dengan orang Batak. Misalnya mau terbuka untuk bergaul dengan orang Batak atau bahkan menerima sebagai jodoh pasangannya dalam perkawinan atau sebaliknya.

Pandangan dan penilaian terhadap suatu etnis atau suku bangsa tersebut sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor dan sampai sekarang penelitian tentang hubungan antar etnis yang berbeda-beda terutama di Indonesia masih sedikit. Sehingga cukup kesulitan apabila kita ingin mengetahui sejauh mana kontak antar etnik dalam masyarakat Indonesia terjadi dan mendeskripsikan karakteristik dari tiap etnik atau suku bangsa tersebut.

Hubungan antar etnik atau suku bangsa sangat bervariasi, bahkan kadang reaksinya berbeda-beda, tidak semuanya bisa menimbul- kan konflik, tidak semuanya pula menjadikan suatu hubungan kerjasama yang harmonis, Kasus yang terjadi ketika konflik antara orang Madura dengan orang Dayak di Kalimantan Barat, tetapi tidak terjadi antara orang dayak dengan orang Jawa, padahal orang jawa juga banyak yang tinggal di Kalimantan Barat.

Upaya untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling kerjasama diantara suku-suku bangsa yang berbeda-beda di negara- negara multi etnik seperti Indonesia merupakan masalah yang cukup berat. Berbagai upaya harus dilakukan secara terus menerus oleh semua pihak baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat Indonesia sendiri. Pemerintah Indonesia harus membuat program-program pembangunan yang dapat mewujudkan hubungan kerjasama diantara suku bangsa yang berbeda-beda, menjamin adanya keamanan dalam melaksanakan hubungan tersebut, demikian juga masyarakat Indonesia harus mengem- bangkan sikap-sikap dan prilaku yang dapat menciptakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Upaya untuk menciptakan hubungan antar etnis dan suku bangsa yang harmonis bisa dilakukan dengan memperluas kesempatan terjadi- nya kontak antar golongan etnis sejak dari usia dini sampai dengan orang dewasa melalui berbagai kegiatan, birokrasi, bisnis, pendidikan, olah raga, kesenian dan sebagainya.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan dari berbagai upaya tersebut menghasilkan reaksi terbalik, yaitu menciptakan dan memperkuat prasangka golongan etnis atau suku bangsa tertentu.

Beberapa konsidi yang tidak menguntungkan yang cenderung memperkuat prasangka adalah (1) bila situasi kontak menciptakan per- saingan diantara berbagai golongan; (2) bila kontak yang terjadi tidak menyenangkan, dipaksakan dan tegang; (3) bila situasi kontak mengha- silkan rasa harga diri atau status dari salah satu golongan direndahkan; (4) bila warga dari suatu golongan atau golongan sebagai keseluruhan sedangn mengalami frustasi (misalnya baru saja mengalami kegagalan atau musibah, depresi ekonomi, dansebagainya), kontak dengan golongan lain bisa membentuk pengkambinghitaman etnis; (5) bila kontak terjadi antara berbagai golongan etnis yang mempunyai moral atau norma-norma yang bertentangan satu sama lain; (6) bila dalam kontak antar golongan mayoritas dan golongan minoritas, para warga dari golongan minoritas statusnya lebih rendah atau berbagai karakteristiknya lebih rendah dari golongan mayoritas .

Pada masyarakat Indonesia hubungan antar suku bangsa itu sering dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan penilaian-penilaian diantara mereka yang selama ini sudah terbentuk. Walaupun pandangan- pandangan dan penilaian-penilaian itu sifatnya relative dan berubah- ubah, namun ada kecenderungan menjadi pegangan awal bagi suku bangsa tertentu apabila pertama kali melakukan kontak hubungan kerjasama dengan suku bangsa yang berbeda.

Tugas 8.4

™ Tampilan konflik yang sering terjadi dan kita ketahui melalui

media massa pada masyarakat Indonesia, menurut pendapatmu, pada dasarnya disebabkan oleh keragaman budaya atau karena masalah ekonomi? Jelaskan!

™ Bilamana anda akan menikah dengan orang yang berbeda