Jenis-jenis Tindak Pidana Perikanan Yang Terjadi di Perairan Serdang Bedagai

BAB III PERANAN POLISI PERAIRAN DALAM MENANGANI TINDAK

PIDANA PERIKANAN DI PERAIRAN SERDANG BEDAGAI

A. Jenis-jenis Tindak Pidana Perikanan Yang Terjadi di Perairan Serdang Bedagai

. Dalam melakukan pencurian ikan, para nelayan mempunyai berbagai cara. Cara yang dilakukan dengan menggunakan alat trawl, pemboman, dan cara pembiusan. Dan dapat juga dengan tidak adanya SIUP, SIPI, dan sebagainya. Di kabupaten serdang bedagai, yang sering melakukan pencurian ikan adalah nelayan tradisional dimana para nelayan tersebut menggunakan alat tangkap trawl, dan pembiusan. Di kabupaten ini, sering juga halnya terjadi kapal yang masuk ke daerah perairan ini dengan illegal, dengan membawa bawang, dan sebagainya. Tetapi, dalam hal ini, Polisi Perairan hanya dapat menangkap dan kemudian menyerahkannya kepada Bea cukai yang lebih berwenang dengan hal ini. Perairan serdang bedagai ini juga sering terjadi illegal logging baik kapal asing maupun kapal Indonesia. Tetapi dalam hal ini penulis hanya lebih dalam membahas tentang pencurian ikan. Dapat kita lihat grafik dibawah ini yang menggambarkan bagaimana sebenarnya kasus tindak pidana perikanan di Perairan Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara Grafik Tingkat Kasus Tindak Pidana perikanan di Perairan Serdang Bedagai. Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa tindak pidana perikanan yang terjadi di Perairan serdang bedagai tidak stabil. Pada tahun 2011, tidak ada kasus yang terjadi di perairan ini. Pada tahun 2012, ada 2 kasus yang terjadi di perairan ini yaitu penangkapan ikan dengan menggunkan alat Trawl, dan memiliki senjata api tanpa izin. Pada tahun 2013, ada 11 kasus yang terjadi, di tahun ini banyak sekali kasus yang terjadi di perairan ini yaitu kasus Konservasi Sumber daya Alam, penangkapan ikan dengan menggunakan alat Trawl. Pada Tahun 2014, ada 3 kasus yang terjadi di Perairan ini yaitu penangkapan ikan dengan munggunakan alat Trawl. Dapat kita lihat, bahwa upaya yang dilakukan oleh Polisi Perairan dalam menangani tindak pidana perikanan di perairan serdang bedagai sudah mulai 2 4 6 8 10 12 2011 2012 2013 2014 Series 1 Universitas Sumatera Utara efektif sehingga untuk tahun terakhir ini tidak begitu banyak terjadinyatindak pidana perikanan. Untuk itu seharusnya penegak hukum lebih tegas sehingga tidak adanya kasus-kasus yang terjadi di Perairan Serdang Bedagai. B. Peran Polisi Perairan dalam menangani Tindak Pidana Perikanan di Perairan Serdang Bedagai. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah suatu kabupaten yang memiliki perairan yang sangat luas, yang terdiri dari beberapa pantai. Dengan luasnya perairan yang dimiliki oleh Serdang bedagai , maka potensi kekayaan alamnya pun sangat banyak, maka daerah ini sangat rawan akan praktek tindak pidana perikanan. Dalam hal ini, untuk menangani tindak pidana perikanan di Serdang Bedagai sangat dibutuhkan peran dari berbagai macam pihak, salah satunya yaitu Polisi Perairan Serdang Bedagai. Polisi Perairan Serdang Bedagai adalah Satuan kepolisian Perairan yang berada dibawah naungan Polisi Resort Serdang Bedagai. Polisi Perairan Serdang Bedagai dahulu merupakan satuan polisi Perairan Belawan. Tetapi, dikarenakan luasnya perairan Serdang Bedagai , maka dari itu Polisi Perairan Serdang Bedagai tidak lagi masuk ke satuan Polisi Perairan Belawan. Markas Polisi Perairan Serdang Bedagai berada di Jalan Bawal No.1, Bedagai. Markas tersebut jauh dari rumah masyarakat. Universitas Sumatera Utara TABEL Daftar Anggota Polisi Perairan Serdang Bedagai NO JABATAN JENIS KELAMIN JUMLAH JENJANG PENDIDIKAN KET 1 KASAT L 1 BINTARA PERWIRA DAS PA POLAIR 2 KAUR BIN OPS L 1 BINTARA PERWIRA 3 KAUR MINTU L 1 BINTARA DAS BA POLAIR 4 KANIT PATROLI L 1 BINTARA DAS BA POLAIR ATT5 5 KASUBNIT PATWAL AIR L 1 TAMTAMA BINTARA 6 KANIT GAKKUM L 1 TAMTAMA BINTARA 7 KANITHARKAN KAPAL L 1 TAMTAMA BINTARA DAS TA POLAIR 8 KOMANDAN KAPAL L 1 BINTARA DAS BA POLAIR 9 BA SAT POL AIR L 11 BINTARA DAS BA POLAIR Sumber : Data diolah dari data registrasi Polisi Perairan Serdang Bedagai. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah personil Polisi Perairan sergei berjumlah 19 orang, yang terdiri dari Polisi Laki-laki saja. Tugas yang dilakukan juga berbeda-beda antar jabatan. Kasat bertanggungjawab kepada Kapolres dalam memimpin satuan Polisi Perairan di Serdang Bedagai, Kaur binsops bertugas melaksanakan pembinaan administrasi dan operasional satpolair, Kaur mintu mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan Universitas Sumatera Utara ketatausahaan. Kanit Patroli bertugas bertugas menyelenggarakan patroli pantai dan patroli laut serta perairan, Kanit gakkum bertugas bertugas melaksanakan pengamanan dan penegakan hukum diwilayah laut dan perairan, melaksanakan penyidikan kecelakaan dan penindakan pelanggaran dilaut dan perairan, Kanit harkan kapal bertugas memelihara merawat dan memperbaiki mesin serta instalasi listrik kapal, sedangkan untuk BA Sat Pol air itu merupakan bintara dari satuan tersebut dapat juga dikatakan sebagai anggota dari Kepolisian Perairan Serdang Bedagai. Dalam melakukan tanggung jawab yang berat yaitu menjaga perairan tersebut, salah satu yang harus dipenuhi adalah tentang sumber daya manusia atau personil Polisi Perairan. Untuk menjaga perairan Serdang Bedagai yang begitu luas harus dibutuhkan cukup banyak Personil. Tetapi , dalam hal ini personil polisi perairan Serdang Bedagai sangat minim dapat dikatakan kurang. Personil Polisi Perairan Serdang Bedagai hanya berjumlah 19 orang. Mengingat begitu luasnya perairan Serdang Bedagai, personil dengan jumlah hanya 19 orang dianggap kurang. Tetapi dengan kurangnya personil, kepala satuan kepolisian perairan Serdang Bedagai optimis dalam menangani tindak pidana perikanan tersebut agar perbuatan tersebut dapat berkurang bahkan tidak ada lagi. Polisi Perairan ini tentu saja berbeda ruang lingkup medan yang dihadapinya dengan Polisi yang tugas didarat. Peranan Polisi Perairan dalam menangani tindak pidana perikanan ini adalah meliputi peran preventif pencegahan dan refresif. Universitas Sumatera Utara Peranan preventif Polisi Perairan ini adalah berbicara tentang tindakan- tindakan pencegahan terjadinya kejahatan dan sasaran utamanya adalah untuk menangani faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kejahatan 47 . Dari pengertian tersebut kita simpulkan bahwa peranan preventif polisi perairan ini berarti melakukan segala usaha, kebijakan, atau pun tindakan-tindakan sebelum terjadinya kejahatan yang dalam hal ini adalah tindak pidana perikanan agar kejahatan ini tidak terjadi. Adapaun peranan preventif ini dilakukan polisi perairan Serdang Bedagai melalui usaha-usaha berikut 48 : a. Melakukan sosialisasi kepada nelayan masyarakat mengenai segala dokumen kelengkapan dalam kegiatan perikanan. b. Melakukan patroli di perairan c. Memperketat pelaksanaan pemeriksaan surat-dokumen kapal terhadap kapal yang melakukan penangkapan ikan. d. Memberikan peringatan kepada nelayan yang belum memenuhi ketentuan undang-undang yang berlaku. e. Meningkatkan pembinaan masyarakat pesisir terutama nelayan melalui ceramah penyuluhan mengenai peraturan-peraturan diperairan. Peranan Represif adalah usaha untuk memberantas setiap perbuatan yang dapat dipidana dan yang telah dilakukan penyidikan atas kasus tersebut diantaranya dengan menangkap dan menahan si pelaku, pemeriksaan penggeledahan dan pembuatan berita acara , pemeriksaan pendahuluan guna 47 Mahmud Mulyadi,Kepolisian dalam Sistem Peradilan pidana,USU Press,Medan,2009, hal.31. 48 Hasil wawancara Kepala Satuan Polisi Perairan, Pada tanggal 2 April 2015 Universitas Sumatera Utara diajukan ke jaksa penuntut umum dan selanjutnya dituntut dimuka hakim yang berwenang. Polisi Perairan mempunyai hak dalam melakukan penyidikan tindak pidana yang terjadi di perairan 49 . Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polisi Perairan terhadap terjadinya tindak pidana perikanan adalah melakukan serangkaian tindakan kepolisian salah satunya melakukan tindakan penyidikan terhadap pelaku dan merupakan bahagian dari criminal justice system. Tindakan yang dilakukan setelah Polri mengetahui terjadinya tindak pidana perikanan, baik melalui patroli di wilayah perairan, dari hasil penyelidikan tindak pidana ataupun laporan dari masyarakat, maka Polri selaku penyidik melakukan proses lebih lanjut. Secara garis besar, penyidikan terhadap tindak pidana perikanan di lakukan berdasarkan dua sumber yaitu : 1. Dari laporan terjadinya tindak pidana perikanan, berdasarkan laporan tersebut penyidik melakukan penelitian mendalam lebih lanjut, karena laporan tersebut bersifat informasi yang harus dilakukan penelitian atau penyelidikan akan kebenarannya. 2. Setelah dilakukan penelitian dan dirasa dapat ditingkatkan ke dalam penyidikan maka laporan tersebut dituangkan dalam laporan polisi model A, yaitu laporan polisi yang dibuat oleh anggota polisi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan alat bukti. 49 Ibid Universitas Sumatera Utara Kemudian langkah yang dilakukan penyidik adalah mengumpulkan alat bukti yang terkait dengan tindak pidana perikanan. Alat bukti yang dimaksud berupa : 1. Alat bukti sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Pidana pasal 184 KUHAP, yaitu 50 : a. Keterangan saksi Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Tetapi, Pada Pasal 186 KUHAP dikatakan bahwa kekecualian menjadi saksi yaitu : 1 Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah samapi derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. 2 Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa samapi derajat ketiga. 3 Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa. Pada Pasal 171 KUHAP juga ada ditambahkan kekecualian menjadi saksi yaitu : 1 Anak dibawah umur, yaitu yang belum mencapai lima belas tahun dan belum pernah menikah. 2 Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun ingatannya baik kembali. Keterangan saksi haruslah mengenai hal-hal dan keadaan yang dialami, dilihat atau didengar olehnya sendiri. Jika pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja bukanlah keterangan saksi. 50 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia,CV Saptha Arta Jaya, Jakarta, 1996, hal. 268. Universitas Sumatera Utara b. Keterangan ahli Keterangan ahli berbeda dengan keterangan saksi, tetapi sulit pula dibedakan secara tegas. Kadang-kadang seorang ahli menerangkan seorang ahli merangkap pula sebagai saksi. Pada Pasal 183 KUHP menyatakan bahwa keterangan seorang ahli disebut juga sebagai alat bukti. Keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Isi keterangan seorang saksi dan ahli berbeda. Keterangan saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri sedangkan keterangan ahli adalah mengenai suatu penilai mengenai hal-hal yang sudah nyata ada dan mengambil kesimpulan mengenai hal tersebut. c. Surat Pasal yang mengatur tentang alat bukti surat yaitu Pasal 187 KUHAP. Dimana dalam Pasal 187 ini menyebutkan bahwa : 1 Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya, dalam memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, diserta dengan alasan yang jelas dan tegas. 2 Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang- undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. 3 Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi padanya. 4 Surat lain hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain. Universitas Sumatera Utara d. Petunjuk Definisi petunjuk berdasarkan Pasal 188 ayat 1 KUHAP yaitu : “Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuainnya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya”. e. Keterangan terdakwa. Dalamn Pasal 184 butir c menyatakan bahwa keterangan terdakwa sebagai alat bukti, tetapi dalam HIR menyebutkan pengakuan terdakwa Pada Pasal 295. KUHAP tidak menjelaskan perbedaan antara keterangan terdakwa dengan pengakuan terdakwa. Keterangan terdakwa tidak perlu sama dengan pengakuan , karena pengakuan sebagai alat bukti mempunyai syarat yaitu. 1 Mengaku ia yang melakukan perbuatan yang didakwakan. 2 Mengaku ia bersalah. 2. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirim, atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau serupa dengan itu. 3. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 7 yaitu : data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca danatau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau bantuan suatu sarana, baik yang tertuang diatas kertas, benda fisik adapun selain kertas atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada : a. Tulisan, suara atau gambar b. Peta, rancangan, foto atau sejenisnya. Universitas Sumatera Utara c. Huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang dimiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya. Selanjutnya langkah pemeriksaan terhadap para saksi, ahli dan tersangka secara projustisia yang diarahkan kepada unsur pasal yang akan dipersangkakan, serta melakukan penyitian terhadap barang bukti dokumen dan atau bukti yang memberikan keterangan atas suatu peristiwa tindak pidana dimaksud. Langkah terakhir yang dilakukan oleh penyidik dan rangkaian proses penyidikan adalah menyerahkan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut umum untuk melakukan penuntutan dengan penyerahan tersangka dan barang buktinya setelah berkas perkara dinyatakan lengkap. Berdasarkan hukum acara pidana yakni undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dimana dirumuskan dimana Polri sebagai penyidik. Yang dimaksudkan penyidik menurut undang-undang Nomor 8 tahun 1981 adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkanya. Petugas Polisi Perairan yang berhak melakukan penyidikan seperti halnya polisi umumnya adalah menurut peraturan pemerintah tentang pelaksanaan KUHAP Nomor 27 Tahun 1983 tentang syarat kepangkatan dan pengangkatan penyidik yaitu pada Pasal 3 adalah : a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya berpangkat pembantu Letnan Dua Polisi. Universitas Sumatera Utara b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat IGolongan IIB atau yang disamakan dengan itu. Selain itu juga ada penyidik pembantu sebagai mana disebut Pasal 1 ayat 3 jo pasal 10 ayat 1 KUHAP. Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur undang-undang ini. Kepangkatannya diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, yaitu : a. Pejabat polisi negara yang sekurang-kurangnya berpangkat sersan Dua Polisi. b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dalam lingkungan kepolisian negara republik indonesia yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Golongan II A atau yang disamakan dengan itu. Dasar hukum Polisi Perairan dapat melakukan penyidikan di wilayah perairan Serdang Bedagai adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam Pasal 1 ketentuan umum disebutkan bahwa penyidik adalah Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Dan penyidik Pembantu adalah pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarta kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-undang. Kemudian dalam pasal 14 ayat 1 poin g, disebutkan bahwa Tugas Pokok kepolisian Republik Indonesia adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan Universitas Sumatera Utara peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan demikian Polisi Perairan juga berwenang sebagai Penyidik dalam tindak pidana illegal fishing. Dalam tugas penyidikan ini kepolisian juga memiliki wewenang sebagaimana disebutkan Pasal 16 ayat 1 undang-undang ini yaitu melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan, menghentikan penyidikan, memberi petunjuk dan bantuan kepada penyidik Pegawai Negeri sipil serta menerima hasil penyidikan Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum. 2. Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 jo Undang-undang Nomor 45 tahun 2009. Kewenangan penyidik perikanan ditetapkan pada pasal 73 a yaitu untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang perikanan. b. memanggil dan memeriksa tersangka danatau saksi untuk didengar keterangannya. c. membawa dan menghadapkan seseorang sebagai tersangka danatau saksi untuk didengar keterangannya. d. menggeledah sarana dan prasarana perikanan yang diduga digunakan dalam atau menjadi tempat melakukan tindak pidana di bidang perikanan. e. menghentikan, memeriksa, menangkap, membawa, danatau menahan kapal danatau orang yang disangka melakukan tindak pidana di bidang perikanan. f. memeriksa kelengkapan dan keabsahan dokumen usaha perikanan. g. memotret tersangka danatau barang bukti tindak pidana di bidang perikanan. h. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tindak pidana di bidang perikanan. i. membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan. Universitas Sumatera Utara j. melakukan penyitaan terhadap barang bukti yang digunakan danatau hasil tindak pidana. k. melakukan penghentian penyidikan. l. mengadakan tindakan lain yang menurut hukum dapat dipertanggungjawabkan. 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Pada pasal 1 disebutkan bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena tugasnya diberi wewenang tertentu dapat melakukan Tugas yang diatur dalam undang-undang ini. Penyidik yang dimaksud dalam undang-undang ini disebutkan Pada Pasal 6 yaitu : a. Pejabat kepolisian negara Republik Indonesia. b. Pejabat Pegawai Negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. Adapun kewenangan penyidik ini disebutkan Pada Pasal 7 yaitu : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f. Mengambil sidik jari dan memeriksa seseorang. g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. i. Mengadakan penghentian penyidikan. j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab. Universitas Sumatera Utara Satuan polisi Perairan sebagai bagian dari Kepolisian republik Indonesia berwenang untuk memperoses suatu tindak pidana dalam fungsinya sebagai penyidik utama sebagaimana disebutkan dalam KUHAP sebelumnya, dimana informasi mengenai tindak pidana dapat diperoleh melalui laporan masyarakat, tertangkap tangan, ditemukan sendiri oleh Patroli Perairan atau berdasarkan mass media. Selain penyidik Polisi perairan ini ada juga penyidik khusus perikanan yaitu penyidik PNS dan TNI-AL sebagaimana ketentuan pasal 73 ayat 1 Undang- undang perikanan. Sesuai KUHAP , penyidik Polri berkedudukan sebagai penyidik umum. Namun berdasarkan undang-undang perikanan diangkat dan bertugas sebagai penyidik khusus. Pengaturan penyidik perikanan tersebut menyimpang dari sistem penyidik tunggal yang dianut KUHAP, karena dengan 3 penyidik yang diberi wewenang untuk melakukan penyidikan perikanan, ketiganya sebagai penyidik yang masing-masing berdiri sendiri. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KENDALA YANG DIHADAPI OLEH POLISI PERAIRAN DALAM