9
BAB II LANDASAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini
Corbin Sumantri, 2005: 48 menjelaskan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan
berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Sejalan dengan pendapat Corbin, Saputra dan Rudyanto 2005: 114 menjelaskan bahwa perkembangan motorik
merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Perkembangan
motorik dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Keterampilan motorik sangat penting bagi anak
karena keterampilan motorik turut berperan bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak. Hurlock 2013: 150 menjelaskan bahwa perkembangan motorik halus
adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.
Soemarjadi, dkk dalam Mayasari, 2014: 10 memaparkan bahwa keterampilan adalah kepandaian ataupun kemampuan untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Keterampilan motorik
halus adalah kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh. Keterampilan motorik halus terutama melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan
koordinasi mata. Contoh keterampilan motorik halus adalah memegang, menulis,
10 menggunting, dan lain sebagainya. Keterampilan motorik halus melibatkan
kekuatan, kontrol motorik otot, dan ketangkasan. Sumantri 2005: 143 menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus
adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari- jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata
dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek atau pengontrolan terhadap mesin, misalnya mengetik,
menjahit, dan lain-lain. Sejalan dengan hal tersebut, Mahendra Sumantri, 2005: 143 menjelaskan bahwa keteramplilan motorik halus fine motor skill
merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecilhalus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang
berhasil. Magil Sumantri, 2005: 143 menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang melibatkan koordinasi yang memerlukan
ketepatan derajat tinggi untuk berhasil dalam keterampilan ini. Keterampilan motorik halus merupakan salah satu komponen yang sangat
mendukung aspek perkembangan yang lain, misalnya aspek kognitif dan aspek sosial emosional. Perkembangan motorik halus perlu dilatih terus menerus kepada
anak usia dini. Keterampilan motorik halus anak usia dini dapat dikembangkan melalui kegiatan menggenggam, menyentuh, menggunting, meronce, gerak
tipuan, koordinasi mata tangan, koordinasi dua tangan, dan menggambar. Dari kedelapan kegiatan tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari guru
maupun orangtua. Melatih anak usia dini dalam pengembangan motorik halus
11 secara terus menerus akan mengembangkan bakat terpendam yang dimiliki anak.
Supaya kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik, kegiatan yang bersifat memegang, menggenggam, dan ketangkasan koordinasi kedua
tangan perlu dilakukan oleh anak secara rutin. Kemampuan motorik halus anak dikatakan terlambat bila pada usia yang
seharusnya anak sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, namun anak belum menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah
sekitar enam tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar, belum dapat menjahit, ataupun belum dapat mengikat tali. Anak-anak yang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara
fleksibel. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan
motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan ketangkasan, keluwesan, ketelitian serta koordinasi mata dan tangan. Keterampilan motorik halus pada
anak usia dini dapat dikembangkan melalui pemberian latihan secara terus- menerus.
2. Prinsip Perkembangan Motorik
Hurlock 1978: 151 mengemukakan lima prinsip perkembangan motorik, yaitu: a.
Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang.
c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.
d. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.
e. Adanya perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
12 Saputra dan Rudyanto 2005: 114 menjelaskan prinsip perkembangan
motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi,
status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Prinsip-prinsip perkembangan motorik anak usia dini yang
dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional 2007: 11 adalah sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media alat dan bahan agar
dapat merangsang anak untuk berkreatif. c.
Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentukan teknikcara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak. e.
Membimbing anak
sesuai dengan
kemampuan dan
taraf perkembangannya.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang
menyenangkan pada anak. Sedangkan Sumantri 2005: 148 menjelaskan bahwa prinsip-prinsip
pengembangan motorik halus meliputi: a.
Pengembangan motorik halus harus berorientasi pada kebutuhan anak.
b. Pengembangan motorik halus dikemas dalam konsep belajar sambil
bermain. c.
Kegiatan untuk pengembangan motorik halus harus kreatif dan inovatif.
d. Lingkungan yang kondusif dalam artian aman dan nyaman harus
selalu tersedia untuk mendukung pengembangan motorik halus. e.
Kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk mengembangkan motorik halus disajikan dalam tema-tema tertentu misalnya tema binatang,
tumbuhan, pekerjaan, dan lain-lain. f.
Kegiatan yang diberikan harus mengembangkan keterampilan hidup.
13 g.
Pengembangan motorik halus menggunakan kegiatan terpadu yaitu sekaligus mengembangkan aspek perkembangan lain.
Prinsip perkembangan motorik yang dikemukakan oleh Morrison 1998: 188 dalam Rasyid, Mansyur, Suratno 2012: 93 yaitu: a sekuensial atau urutan
pokok berdasarkan kejadian penting; b sistem kematangan motorik yaitu dari motorik kasar ke motorik halus; c pengembangan motorik berawal dari kepala
ke kaki; dan d pengembangan motorik berawal dari proximal ke distal. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan
motorik halus dalam penelitian ini adalah memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak, pengembangan motorik
halus dikemas dalam konsep belajar sambil bermain, serta melakukan pengaturan waktu, tempat, media alat dan bahan agar dapat merangsang anak untuk
berkreatif. 3.
Unsur–unsur Pembelajaran Motorik Richard 2013: 42-51 menjelaskan unsur
–unsur pokok yang terdapat dalam pembelajaran motorik adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan
Kekuatan merupakan unsur penting dalam pembelajaran motorik. Pembelajaran motorik berhubungan erat dengan kerja otot, sehingga
memunculkan gerakan tubuh atau bagian –bagian tubuh. Kekuatan didefinisikan
sebagai kapasitas untuk mendesak kekuatan otot ketika melakukan sebuah gerakan. Apapun bentuk gerakan yang muncul, pada saat yang sama, muncul
14 pula kekuatan otot, meskipun gerakan yang dilakukan sangat sederhana
Richard, 2013: 42-51 .
b. Kecepatan
Keberhasilan sebuah gerakan dalam pembelajaran motorik bergantung pada kecepatan, meskipun tidak semua gerakan yang dilakukan membutuhkan
kecepatan. Kecepatan diartikan sebagai kapasitas seorang siswa agar berhasil melakukan gerakan dalam waktu yang sangat cepat Richard, 2013: 42-51.
c. Power
Power adalah kapasitas siswa untuk mengontraksikan otot secara maksimum. Power sebagai ledakan aksi yang menghasilkan kecepatan dalam
waktu yang singkat. Power dihitung dengan jenis kegiatan lompat, mengangkat beban, atau melempar Richard, 2013: 42-51.
d. Ketahanan
Ketahanan adalah hasil dari kapasitas psikologis siswa untuk menopang gerakan atas dalam suatu periode. Ketahanan dapat dibagi menjadi dua yaitu
ketahanan yang diasosiakan dengan kekuatan dan ketahanan yang diasosiasikan dengan sistem sirkulasi pernapasan Richard, 2013: 42-51.
e. Kelincahan
Kelincahan merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi gerakan siswa dalam pembelajaran motorik. Kelincahan ialah
kemampuan badan untuk mengubah arah secara secara cepat dan tepat.
15 Kelincahan lebih efektif bila dikombinasikan dengan kekutan, ketahanan, dan
kecepatan Richard, 2013: 42-51. f.
Keseimbangan Keseimbangan merupakan kemampuan untuk menjaga atau memelihara
sistem otot saraf dalam kondisi diam untuk respons yang efisien demi mengendalikan tubuh saat bergerak secara efisien Richard, 2013: 42-51.
g. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah rangkaian gerakan dalam sebuah sendi. Fleksibilitas dapat diukur dengan tes rangkaian gerakan sendi seperti tes menyentuh ujung jari
ke lantai Richard, 2013: 42-51. h.
Koordinasi Koordinasi menjadi dasar dari gerakan yang lebih kompleks. Koordinasi
merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan jenis gerakan ke bentuk gerakan yang lebih kompleks Richard, 2013: 42-51.
Sejalan dengan pendapat Richard, Mikdar 2006: 47-49 menjelaskan
bahwa komponen keterampilan motorik sangat diperlukan oleh anak dalam proses kegiatan belajar. Komponen keterampilan motorik anak usia dini meliputi:
a. Kecepatan
Mikdar 2006: 47-49 menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang paling singkat.
Kecepatan geraknya bersifat siklik satu jenis gerak yang dilakukan secara berulang-ulang.
16 b.
Power Mikdar 2006: 47- 49 menyatakan bahwa power adalah gabungan
kekuatan dan kecepatan atau pengerahan daya otot maksimum dan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan komponen tersebut untuk menunukkan kepada
orang lain. c.
Kelincahan Mikdar 2006: 47-49 menyatakan bahwa kelincahan adalah kemampuan
mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersama- sama dengan gerakan lainnya. Bagi anak, kelincahan merupakan komponen yang
harus dimiliki. d.
Keseimbangan Mikdar 2006: 47-49 menyatakan bahwa keseimbangan adalah
kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam static balance atau pada saat melakukan gerakan dynamic balance. Anak
TK memerlukan keseimbangan yang dapat mempertahankan stabilitas posisi tubuh statik atau dinamik.
e. Koordinasi
Mikdar 2006: 47- 49 menyatakan bahwa koordinasi merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan efesien. Koordinasi
menunjukkan hubungan yang harmonis berbagai faktor pada suatu gerakan. Kemampuan koordinasi merupakan dasar yang baik dari kemampuan belajar yang
17 bersifat sensomotorik, makin baik tingkat kemampuan koordinasi, akan makin
cepat dan efektif pula gerakan sulit dapat dipelajari. f.
Kecepatan Reaksi Mikdar 2006: 47-49 menyatakan bahwa kecepatan reaksi adalah waktu
yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dan awal reaksi, kemampuan ini tergantung dari organ perasa dalam mengatur stimulus yang
datang dan diterima melalui organ penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, dan sentuhan.
g. Ketepatan
Mikdar 2006: 47-49 menyatakan bahwa ketepatan sebagai latihan motorik merupakan komponen yang diperlukan kegiatan anak sehari-hari.
Ketepatan dapat berupa gerakan atau sebagai ketepatan hasil. Ketepatan berkaitan erat dengan kematangan sistem saraf dalam menilai ruang dan waktu, tepat dalam
mendistribusikan tenaga, tepat dalam mengkoordinasikan otot dan sebagainya. Dari unsur-unsur keterampilan motorik, dapat disimpulkan bahwa anak
sangat memerlukan unsur keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari hari. Keterampilan motorik halus pada kegiatan tali-temali membutuhkan kecepatan,
ketepatan, dan koordinasi.
18 4.
Tujuan Perkembangan Motorik Halus Saputra dan Rudyanto 2005: 115 berpendapat bahwa tujuan
pengembangan motorik halus yaitu: a.
Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. b.
Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. c.
Mampu mengendalikan emosi. Tujuan pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun menurut
Sumantri 2005: 146 yaitu: a.
Agar anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan seperti meronce,
menganyam, bertepuk tangan. b.
Agar anak mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan. c.
Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.
d. Agar anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Puskur, Balitbang Departemen Pendidikan Nasional Sumantri, 2005: 146 Tujuan khusus pengembangan motorik halus anak usia TK adalah anak
dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan seperti persiapan untuk pengenalan
menulis. Dapat disimpulkan tujuan dari perkembangan motorik halus adalah supaya anak mampu untuk mengembangkan keterampilan motorik halus yang
akan berguna bagi kehidupannya baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan mendatang.
19 5.
Manfaat Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik
anak sebab pada usia lima tahun fisik anak masih lentur, dan mudah diarahkan. Keterampilan motorik halus merupakan aktivitas yang memerlukan pemakaian
otot kecil pada tangan. Keterampilan motorik halus sangatlah penting dalam kehidupan anak dan dapat secara langsung mempengaruhi rasa percaya diri anak
dan kesuksesan dalam hidupnya. Pengembangan dari keterampilan motorik halus berfungsi untuk mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitif
dan sosial karena setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain. Peningkatan keterampilan motorik halus di TK dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan yang melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan. Hurlock 1978: 150 memaparkan manfaat perkembangan motorik
meliputi: a kesehatan yang baik; b kemandirian; c katarsis emosional; d sosialisasi; e hiburan diri; dan f konsep diri. Aspek perkembangan motorik
yang dikembangkan di TK meliputi motorik kasar dan halus. Penelitian ini lebih difokuskan pada kegiatan pembelajaran motorik halus. Kegiatan yang dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah kegiatan tali temali. Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih keterampilan
tangan anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat perkembangan motorik halus
adalah untuk menumbuhkan kemandirian anak sehingga anak tidak terus menerus
20 bergantung pada orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memberikan
rasa senang kepada anak. 6.
Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini Sebelum mengembangkan keterampilan motorik halus anak, hendaknya
pendidik harus mengetahui tahapan perkembangan motorik anak. Fits dan Postner Sumantri, 2005: 101 menjelaskan proses perkembangan belajar motorik anak
usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu: a. Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah
menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan gerakannya sendiri masih baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap
kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan
dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan
dengan menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk
contoh gerakan atau gambar gerakan, disini indra penglihatan aktif berfungsi.
21 b. Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-
gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi
semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada tahap ini perkembangan anak usia dini sedang
memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara
terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik,
maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi. c. Tahap Otomatisasi
Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak mampu
melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa
terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memerhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya
sendiri sudah bisa dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan.
22 Anak usia TK berada pada perkembangan motorik tahap asosiatif.
Pada tahap ini perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Seperti pada kegiatan yang dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini yaitu kegiatan tali temali. Pada pelaksanaan kegiatan tali temali pendidik tentunya harus mengikuti
langkah kerja menali agar anak mudah memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan dalam tali-temali.
Bloom Suyadi, 2010: 73 menyatakan bahwa rentang penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang
lancar atau luwes. Dave Muhyidin dkk, 2014: 136-138 mengembangkan teori Bloom dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik kedalam lima kategori,
mulai dari tingkat yang paling rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi. Teori ini dapat dijadikan pijakan untuk memberikan stimulasi edukatif guna
meningkatkan perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Berikut ini penjabaran dari kelima tingkat perkembangan Dave:
a. Imitation Peniruan Imitation peniruan adalah keterampilan untuk menentukan suatu
gerakan yang telah dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan atau memperlihatkan. Kemampuan ini merupakan representasi
ulang terhadap apa yang dilihat dan didengar anak. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, di mana anak mulai memberi respon serupa
dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan
23 kontrol otot-otot saraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam
bentuk global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar jadi tentang suatu gerakan, dan menirukan langkah
tari. b. Manipulation Penggunaan Konsep
Manipulation penggunaan
konsep adalah
kemampuan untuk
menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga disebut sebagai kemampuan manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan anak
selalu mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan gerakan anak
menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji, melakukan gerakan senam kesegaran
jasmani yang didemontrasikan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan melatih
keterampilan tertentu pada anak seperti menggunakan sendok makan, gunting dan sebagainya.
c. Presition Ketelitian Presition ketelitian adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak
yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu. Kemampuan gerak fisik- motorik ini sebenarnya hampir sama dengan gerak fisik-motorik pada tahap
manipulasi. Hanya saja, pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih
24 tinggi, sehingga kesalahan dapat dieliminasi. Contoh gerakan ini adalah gerakan
mengendaraimenyetir mobil dengan terampil, berjalan di atas papan titian. d. Articulation Perangkaian
Articulation perangkaian adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini
membutuhkan koordinasi antarorgan tubuh, syaraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan mengurutkan serangkaian gerak secara
berkesinambungan, konsisten, ajek, dan luwes. Contoh keterampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis, dan menjahit.
e. Naturalization KewajaranKealamiahan Naturalization kewajarankealamiahan adalah kemampuan melakukan
gerak secara wajar atau luwes, untuk dapat melakukan gerak fisik-motorik pada tahap ini, diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara syaraf, pikiran, mata, tangan,
dan anggota badan yang lain. Oleh karena itu, gerak fisik-motorik pada tahap ini sering kali menguras tenaga dan pikiran. Gerakan ini biasanya dilakukan secara
rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya. Misalnya memainkan bola dengan
mahir, menampilkan
gaya yang
benar dalam
berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan, pantomim dan sebagainya.
Sedangkan Harrow Utami, dkk, 2013: 75-76 membagi tingkatan keterampilan motorik menjadi 5 jenis gerakan, yaitu.
25 a. Gerakan refleks, yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam
menanggapi stimulus.
Contohnya merentangkan,
melenturkan badan,
menyesuaikan postur tubuh menurut keadaan. b. Gerakan dasar, yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan
campuran gerak refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Contohnya menggenggam, mencengkram, mencekal, dan menyambar.
c. Gerakan tanggap perseptual, merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hasil
belajarnya dapat berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan kecermatan. Contohnya bermain tali, menangkap, dan menyepak.
d. Kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan-kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara. Contohnya semua kegiatan
fisik yang memerlukan usaha dalam jangkauan panjang dan berat, pengerahan otot, dan gerakan sendi yang cepat.
e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh merentang dari ekspresi mimik muka sampai gerakan koreografi
yang rumit. Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan motorik anak usia
dini meliputi tahap verbal kognitif, tahap asosiatif, dan tahap otomatisasi. Anak usia TK berada pada perkembangan motorik tahap asosiatif. Pada tahap ini
perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada tahap verbal kognitif ditunjukkan saat guru
26 menjelaskan bagaimana cara mengikat tali, tahap asosiatif ditunjukkan pada saat
anak mulai mencoba mengikat tali sesuai dengan apa yang sudah guru contohkan, dan pada tahap otomatisasi anak sudah mampu mengikat tali dengan benar seperti
yang sudah dijelaskan oleh guru. 7.
Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Indikator motorik halus anak usia dini 5-6 tahun meliputi:
a. Ketangkasan Suharjana 2012: 9 menjelaskan bahwa pengertian tangkas sama dengan
cepat, cekatan, sigap dan gesit. Anak yang tangkas berarti anak yang memiliki kecepatan, kecekatan, kesigapan, kegesitan, dan kepandaian.
Sehingga ketangkasan diartikan sebagai cepat mengerti, pintar, cerdik, dan selalu siap menghadapi masalah atau cepat dan pintar melakukan sesuatu.
Menurut Shumway Woolacott Ariyanti, Hastuti, Kurnia, 2012: 90 ketangkasan adalah kemampuan untuk memanipulasi berbagai macam objek
yang berbeda dengan menggunakan kecepatan tertentu. Ketangkasan adalah kemampuan untuk menggunakan tangan dengan terampil, terkoordinasi untuk
memahami dan memanipulasi benda, mudah terlihat, dan gerakan yang tepat American Dental Education Association, 2015.
Martin, Ramsay, Hughes, Peters, dan Edwards 2015 menjelaskan bahwa “Ketangkasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai hasil
kemampuan tangan yang ditunjukkan. Termasuk waktu reaksi, tangan pilihan, kecepatan lengkungan pergelangan, kecepatan jari dalam menekan, bertujuan,
27 stabilitas tangan dan stabili
tas lengan”. Fleisman Haibach, Reid, Collier, 2011: 38 menjelaskan ketangkasan merupakan kemampuan untuk menggerakkan benda
kecil dengan jari contohnya menulis. b. Keluwesan
Harsono Kardjono, 2008: 16 menjelaskan keluwesan adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi. Seseorang dikatakan memiliki
keluwesan apabila mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis. Keluwesan menurut Sajoto Pinontoan,
2006: 44 keluwesan adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah
ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh. Sejalan dengan pendapat di atas Irianto Nurhayati, 2010: 16 memaparkan keluwesan
adalah kemampuan persendian bergerak secara luas. Maclaren D. dan George K. Ibrahim, 2009: 35 menjelaskan keluwesan
dapat diartikan sebagai jangkauan gerakan dalam sebuah sendi yang merefleksikan kemampuan otot dan tendon untuk memperpanjang di dalam
keterbatasan sendi tersebut. Keluwesan menurut Lutan Faridah, 2012: 509 didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi
di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Keluwesan yang optimal memungkinkan
sekelompok atau suatu sendi untuk bergerak dengan efisien. Pada motorik
28 halus keluwesan ditentukan oleh kemampuan dalam menekuk jari-jemari dan
tangan saat melakukan kegiatan. c. Ketelitian
Depdiknas Febrianta, 2015: 14 menyatakan bahwa ketelitian merupakan kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi
hubungan antara bentuk persendian tulang yang membentuk sendi otot, tendo, dan ligamen disekitar sendi. Dengan kata lain seseorang disebut memiliki
ketelitian apabila mampu melakukan suatu gerakan secara tepat. Dave Utami, dkk, 2013: 75 menjelaskan bahwa ketelitian merupakan suatu keterampilan yang
berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi
dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Fleisman Pamela, Haibach, Reid, Douglas, 2011: 38 menjelaskan bahwa
Ketelitian adalah kemampuan untuk membuat gerakan yang diatur oleh kelompok otot besar.
d. Koordinasi Juita, Wijayanti, Syahriadi, Riswindra 2013: 26 menjelaskan bahwa
koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan mudah dan
lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Hampir semua gerakan yang dilakukan dalam
olahraga dikendalikan dan dikoordinasikan secara konstan oleh sistem saraf pusat.
29 Kemampuan gerak motorik yang terkoordinasi dengan baik berlangsung secara
cepat dan terarah. Dengan kata lain bahwa kecepatan dan ketepatan gerakan merupakan ciri dari gerakan yang terkoordinasi dengan baik.
Sejalan dengan hal, tersebut Irianto Nurhidayah Sukoco, 2015: 71 menjelaskan bahwa koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada
berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Jurgen Hofsab Tasnila, 2012: 1743 menyatakan bahwa “koordinasi gerak mata dan
tangan merupakan suatu gerakan yang sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta
sesuai dengan keinginan”. Hairy Nurhayati, 2010: 18 menjelaskan bahwa koordinasi merupakan
kemampuan untuk menggunakan rasa, bagian tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dengan mulus dan ketepatan yang sangat tinggi. Koordinasi
pada kegiatan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan jari-jemari dan tangan secara bersama-sama dengan tepat. Sajoto Munandar, 2015: 66
mengungkapkan bahwa “koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam
–macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”.
Harrow Rihatno, 2013: 785 menjelaskan bahwa kemampuan mengoordinasikan termasuk aktivitas yang terdiri dari dua atau lebih kemampuan
dan pola gerak, seperti mata-tangan membutuhkan kemampuan pengamatan dan bentuk pergerakan. Koordinasi mata-tangan menunjukkan kepada kemampuan
30 mempelajari untuk
menyeleksi objek dan sekelilingnya serta untuk mengoordinasikan objek pandangan dengan manipulasi gerakan. Koordinasi
mata-tangan kegiatannya membutuhkan ketepatan pandangan dan kontrol pergerakan.
Dapat disimpulkan bahwa hal yang harus diperhatikan ketika mengamati keterampilan motorik halus pada anak usia dini meliputi ketangkasan, keluwesan,
ketelitian, dan koordinasi. 8.
Kegiatan Pembelajaran Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Caughlin 2001; Sumantri, 2005: 105-106 memaparkan tentang
pengembangan kegiatan motorik halus anak berdasarkan kronologis usia yaitu: a memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari; b menjiplak persegi
panjang, wajik dan segitiga; c memotong bentuk-bentuk sederhana; dan d menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut, rambut, dan hidung. Sumantri
2005: 151-152 menjelaskan kemampuan motorik halus anak usia TK dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti meronce, melipat, mengikat, membentuk,
menulis awal, menyusun dan mengunting. Tingkat Pencapaian Perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 yaitu: a melakukan berbagai gerakan terkoordinasi
secara terkontrol; b melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan gerakan mata, tangan secara terkoordinasi dalam menirukan gerakan
yang teratur; dan c melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu
31 terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas. Suyanto
2005: 219-220 menyatakan bahwa pengembangan motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan seperti melempar bola kecil dan kelereng, bermain
kelereng, dan melempar target. Saputra dan Rudyanto 2005: 18 menyatakan bahwa aktivitas motorik
halus anak TK dapat dikembangkan melalui pembelajaran yaitu: a menempel; b mengerjakan puzzle; c menjahit sederhana; d semakin terampil
menggunakan jari tangan mewarnai dengan rapi; e mengancingkan kancing baju; f melempar dan menangkap bola; dan g melipat kertas.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan
seperti kegiatan mengikat contohnya mengikat tali sepatu atau mengikat tali pada roncean, mozaik, kolase, finger painting, mengecap, meremas kertas, dan lain-
lain. 9.
Kegiatan Tali Temali a. Pengertian Kegiatan Tali Temali
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan diartikan sebagai aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Sedangkan secara etimologi tali-temali adalah
segala aktivitas yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali seperti tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. Menurut Ardiansyah 2013: 2 tali-temali
adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik penggunaan tali. Kegiatan tali-
32 temali merupakan suatu aktivitas yang mempelajari tentang teknik penggunaan
tali. b. Sejarah Tali Temali
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tali diartikan sebagai seutas panjang yang dipakai untuk mengikat. Tali temali merupakan salah satu dari
keterampilan tertua yang dimiliki manusia, yang mempunyai dua fungsi, yaitu kegunaan dan keindahan dekorasi. Di India dan Suku Indian di Amerika tali
temali memiliki unsur magis dan kepercayaan. Dalam sejarah tali temali merupakan bagian penting dari banyak peristiwa perdagangan dan kerajinan dan
secara khusus digunakan dikalangan pelaut. Para pelaut berlayar dengan kapal pengangkut pada abad ke-19, telah menggunakan puluhan macam simpul. Secara
etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Ardiansyah 2013: 2 menjelaskan tali adalah
untaian serat panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung, dan sebagainya.
Tali memiliki sifat-sifat yaitu:
1 Sebagian besar tali tidak tahan terhadap gesekan.
2 Peka terhadap zat kimia.
3 Tidak tahan terhadap panas.
4 Kekuatan tali tergantung pada simpul yang dibuat.
5 Mudah kusut apabila digunakan secara tidak baik.
6 Kekuatan tali tergantung dari serat bagiannya yang terlemah.
33 7
Prinsip kerja tali adalah gaya tarik. Tali temali adalah keterampilan dalam menggunakan tali dan membuat
simpul-simpul untuk menciptakan ikatan yang tepat dan aman. Ada perbedaan pengertian antara tali, simpul, dan ikatan. Tali merupakan bendanya, simpul
adalah hubungan antara tali dengan tali sedangkan ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya. Ada tiga
jenis dalam tali temali yaitu tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. 1
Tali Simpul Simpul merupakan ikatan tali dengan tali. Simpul digunakan untuk tujuan-
tujuan mendasar seperti mempererat dan mengikat benda-benda serta mencatat informasi. Simpul yang telah digunakan sekarang sudah banyak digunakan pada
zaman Yunani kuno dan Romawi. Simpul banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saat TK kita belajar bagaimana mengikat tali sepatu. Ada
banyak simpul yang bermanfaat untuk hal-hal lain diantaranya : a
Simpul pangkal clove hitch knot, berfungsi untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang. Simpul pangkal dapat digunakan untuk memulai suatu
ikatan. b
Simpul jangkar girth hitch knot, berfungsi untuk membuat tandu, menaikkan pasak, mengikat cincin, dan menark balok.
c Simpul tambat timber hitch knot, berfungsi menarik atau menyeret balok,
karena memiliki sifat menjerat.
34 d
Simpul mati reefsquare knot, ber
f
ungsi untuk mengakhiri suatu ikatan dan menyambung dua utas tali yang sama besarnya dalam keadaan kering.
e Simpul hidup overhand knot, berfungsi untuk mengikatkan tali pada tiang
yang mudah untuk dibuka kembali sementara. f
Simpul anyam sheer bend, berfungsi untuk menyambung 2 dua buah tali yang tidak sama besar dalam keadaan kering tidak basah.
g Simpul anyam berganda double sheet bend, berfungsi untuk menyambung 2
dua buah tali yang tidak sama besar dalam keadaan licin basah. h
Simpul kembarnelayan fisherman’s knot, berfungsi untuk menyambung 2 buah tali yang sama besar dalam keadaan licin
basah. i
Simpul Tarik quick release knot, berfungsi untuk mengikatkan tali pengikat binatang ke tiang agar mudah dilepaskan kembali.
j Simpul erat heepshank knot, berfungsi untuk memendekkan tali tanpa
memotongnya.. k
Simpul ujung tali heaving line knot, berfungsi untuk memperkuat ujung tali sehingga pintalan tidak mudah terlepas.
l Simpul gulung killickk hitch knot, berfungsi untuk menarik balok atau
diikatkan pada tali penarik balok, sehingga orang lain dapat membantu. m
Simpul penarik butterfly knot, berfungsi untuk menarik sesuatu benda yang cukup besar.
n Simpul turki turk’s head knot, berfungsi untuk menghias tongkat sapu lidi.
35 o
Simpul penjeratlasso honda knot, berfungsi untuk menjerat dan menangkap binatang.
p Simpul tiang bowline knot, berfungsi untuk mengikat sesuatu sehingga yang
diikat masih dapat bergerak leluasa; q
Simpul tiang berganda bowline on a bight, berfungsi untuk mengikat orang dari bawah keatas atau sebaliknya.
r Simpul kursi fireman’s chair knot, berfungsi untuk mengangkat
menurunkan benda atau orang pingsan. 2
Tali Anyaman Anyaman merupakan bagian dari simpul yaitu menyambung pintalan tali
yang terurai sehingga memiliki kegunaan lain. Anyaman memiliki sifat permanen. Dalam anyaman ada 5 macam yaitu:
a Anyaman pendek, berfungsi untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar.
b Anyaman mata eye splice, berfungsi untuk membuat sosok diujung tali agar
dapat dipakai untuk memasang kail dan sebagainya. c
Anyaman rantai chain splice, berfungsi untuk memendekkan tali sehingga dengan cepat dapat diuraikan kembali.
d Anyaman ujung black end splice, berfungsi untuk mencegah tali terurai.
3 Tali Ikatan
Ikatan merupakan ikatan antara tali dengan 2 benda misalnya ikatan antara tali dengan 2 tongkat. Dalam ikatan ada 4 macam ikatan yaitu ikatan
palang, ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga.
36 Karena dalam penelitian ini jenis tali-temali yang digunakan adalah tali
simpul mati dan tali simpul anyam maka berikut akan dijelaskan mengenai langkah-langkah menali simpul mati dan simpul anyam.
1 Langkah-langkah tali simpul mati
a Lingkarkan tali sehingga membentuk lingkaran.
b Ambil ujung tali bagian kanan kemudian masukkan kedalam lingkaran dari
arah depan.
Gambar 1. Tali simpul mati Sumber: www.google.co.id
2 Langkah-langkah menali simpul anyam.
a Buatlah sosok pada ujung utas tali yang berukuran lebih besar
b Masukkan ujung tali yang lebih kecil ke dalam sosok tali besar dari arah
bawah. c
Belitkan ujung tali kecil di bawah tali biru. d
Sisipkan ujung tali kecil ke bawah badan tali itu sendiri.
Gambar 2. Tali simpul anyam Sumber: www.google.co.id
37 Jadi, dapat disimpulkan bahwa tali temali merupakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Terdapat tiga jenis tali temali yaitu tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. Dalam penelitian ini menggunakan tali
simpul mati dan tali simpul anyam. 10.
Teori Belajar Keterampilan Motorik Halus Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan
untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar Sugihartono, 2013: 89. Budiningsih 2002: 16-77 memaparkan 5 pandangan teori belajar yaitu teori
belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik, teori belajar Konstruktivitik, dan teori belajar Sibernetik.
a. Teori Belajar Behavioristik
Kemampuan anak usia dini akan meningkat apabila anak diajak untuk melakukan hal yang akan meningkatkan kemampuannya. Teori belajar
behavioristik lebih menekankan pada stimulus dan respon. Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus S dengan respon R. Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menandakan untuk beraksi atau
berbuat sedangkan respon merupakan tingkah laku yang muncul karena adanya rangsangan. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus
dan respon ini mengikuti hukum –hukum seperti hukum kesiapan, hukum latihan,
hukum akibat, hukum reaksi bervariasi, hukum sikap, hukum aktivitas berita sebelah, hukum respon by analogi dan hukum perpindahan asosiasi.
38 Skinner Budiningsih, 2002: 20-21 menjelaskan bahwa hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus yang saling
berinteraksi dapat mempengaruhi bentuk respon yang akan ditimbulkan. Misalnya seorang siswa yang diberi stimulus tertentu akan giat belajar. Teori behavioristik
berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dapat disebut belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
b. Teori Belajar Kognitif
Budiningsih 2002: 30 menjelaskan bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar menurut teori
kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Bruner menjelaskan bahwa belajar
lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, bukan ditentukan oleh umur. Sedangkan menurut Ausubel proses belajar terjadi jika
seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melalui tahap memperhatikan stimulus,
memahami makna, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
c. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik Budiningsih, 2002: 75 tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Tokoh yang menganut teori humanistik adalah
Kolb yang menyatakan bahwa ada empat tahap dalam belajar yaitu, pengalaman
39 konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
Teori belajar humanistik mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa dalam belajar.
d. Teori Belajar Konstruktivistik
Budiningsih 2002: 55 menjelaskan belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang
menuju pada pembentukan struktur kognitifnya. Teori belajar konstruktivistik menekankan pada pemberian kesempatan pada siswa untuk memunculkan ide-ide
siswa sendiri. e.
Teori Belajar Sibernetik Teori ini menjelaskan bahwa belajar merupakan pengolahan informasi.
Teori sibernetik tidak hanya mementingkan proses belajar, tetapi juga mementingkan sistem informasi yang diproses akan dipelajari siswa. Proses
belajar yang berlangsung ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Dari beberapa teori belajar, peneliti dalam penelitian ini menggunakan
teori belajar behavioristik. Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya stimulus dan respon. Pada penelitian ini stimulus yang diberikan
berupa kegiatan tali-temali dan respon yang akan muncul setelah adanya stimulus yaitu meningkatnya kemampuan motorik halus anak.
40
B. Hasil Penelitian yang Relevan