MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN TALI TEMALI PADA KELOMPOK B DI TK ABA DEKSO, BANJARARUM, KALIBAWANG, KULON PROGO.

(1)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN TALI TEMALI PADA KELOMPOK B

DI TK ABA DEKSO, BANJARARUM, KALIBAWANG, KULON PROGO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Siwining Lestari NIM 13111241016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN TALI TEMALI PADA KELOMPOK B

DI TK ABA DEKSO, BANJARARUM, KALIBAWANG, KULON PROGO

Oleh: Siwining Lestari NIM 13111241016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan tali temali pada anak kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan motorik halus anak kelompok B belum berkembang secara optimal serta anak masih meminta bantuan guru dalam melakukan kegiatan motorik halus seperti kegiatan mengikat tali.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK ABA Dekso yang berjumlah 35 anak dengan 19 anak laki-laki dan 17 anak perempuan. Obyek penelitian ini adalah kemampuan motorik halus. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perkembangan motorik halus pra Siklus sebesar 46,66%, pada Siklus I sebesar 85,29 % dengan peningkatan sebesar 35, 29% dan pada siklus II sebesar 93,93% dengan peningkatan sebesar 43, 93%. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut; 1) Peneliti menyiapkan media yang disesuaikan dengan tema, 2) Peneliti melubangi media untuk memasukkan tali dan mengikatnya, 3) Peneliti menganti jenis tali pita menjadi tali kenor yang lebih kaku dan memiliki ujung runcing, (4) Peneliti memberikan contoh cara mengikat tali terlebih dahulu kemudian anak mempraktekkan langsung kegiatan mengikat tali sesuai dengan yang guru contohkan sebelumnya. Kata Kunci: keterampilan motorik halus, tali temali, anak kelompok B


(3)

iii

IMPROVING SKILLS MOTORIAL SKILL THROUGH RIGGING ACTIVITIES ON GROUP B IN KINDERGARTEN ABA DEKSO,

BANJARARUM, KALIBAWANG, KULON PROGO By:

Siwining Lestari NIM 13111241016

ABSTRACT

This study aims to improve fine motor skills through ropes activities in group B children in ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo. This research is motivated by the fine motor ability of group B children not yet developed optimally and the children still ask for help of teacher in doing fine motor activity like tying the rope.

This type of research is collaborative classroom action research using Kemmis and Mc Taggart research model. Subjects in this study were children group B TK ABA Dekso, amounting to 35 children with 19 boys and 17 girls. The object of this research is fine motor ability. The methods used in data collection are observation and documentation. Data analysis technique using quantitative and qualitative descriptive analysis techniques.

The result of the research shows that the pre-cycle motor development is 46,66%, the first cycle is 85,29% with the increase of 35,29% and the second cycle is 93,93% with the increase of 43,9%. The steps are carried out as follows; 1) The researcher prepares media that is adapted to the theme, 2) The researcher punctures the media to insert the rope and ties it, 3) The researcher changes the strap type to a more rigid kenor strap and has a pointed tip, (4) The researcher gives an example of how to tie the rope first Then the child practice the activities directly tie the rope in accordance with the teacher example earlier


(4)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Siwining Lestari NIM : 13111241016

Program Studi : Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Judul Skripsi : Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Tali Temali di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo

Dengan ini penulis menyatakan bahwa menyatakan skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 20 Mei 2017 Penulis,

Siwining Lestari NIM. 13111241016


(5)

(6)

(7)

vii

HALAMAN MOTTO

“ Suatu keterampilan akan berhasil apabila anak mampu menggunakan otot-otot halusnya”

(Mahendra)


(8)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan ibu tercinta 2. Almamater UNY


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Amir Syamsudin, M.Ag. dan Ibu Ika Budi Maryatun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak, Ibu selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Ketua Jurusan PAUD beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi

5. Ibu Ambarwati Istiyaningsih S.Pd, selaku Kepala TK ABA Dekso yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Para guru TK ABA Dekso yang telah memberi bantuan selama proses pengambilan data penelitian Tugas Akhir Skripsi.

7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 22 Juli 2017 Penulis,

Siwining Lestari NIM 13111241016


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Diagnosis Permasalahan Kelas ... 6

C.Fokus Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

G.Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN PUSTAKA A.Kajian Pustaka ... 9

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini ... 9

2. Prinsip Perkembangan Motorik ... 11

3. Unsur-Unsur Pembelajaran Motorik ... 13

4. Tujuan Perkembangan Motorik Halus ... 18

5. Manfaat Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini ... 19

6. Program Pengembagan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini ... 20

7. Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini ... 26

8. Kegiatan Pembelajaran Motorik Halus Anak Usia 5- 6 Tahun . 30 9. Kegiatan Tali Temali ... 31

10.Teori Belajar Keterampilan Motorik Halus ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 40

C.Kerangka Berpikir... ... 40


(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian Tindakan ... 42

B. Waktu Penelitian ... 43

C. Deskripsi Tempat Penelitian ... 43

D. Subjek dan Obyek Penelitian ... 43

E. Skenario Tindakan ... 43

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 46

G. Kriteria Keberhasilan ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

1.Deskripsi Lokasi Penelitian... 51

2.Deskripsi Subjek Penelitian ... 51

3.Deskripsi Hasil Penelitian Pratindakan ... 52

4.Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II ... 65

B. Pembahasan... 163

C. Keterbatasan Penelitian ... 169

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 171

B. Saran ... 172

DAFTAR PUSTAKA ... 173


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi ... 47

Tabel 2. Kisi-kisi Dokumentasi... 48

Tabel 3. Hasil Keterampilan Motorik Halus Pratindakan ... 63

Table 4. Hasil Keterampilan Motorik Halus Siklus I ... 108

Tabel 5. Perbandingan Hasil Belajar Pratindakan Dan Tindakan Siklus I ... 110

Tabel 6. Hasil Keterampilan Motorik Halus Siklus II ... 160


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tali Simpul Mati ... 36

Gambar 2. Tali Simpul Anyam ... 36

Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 4. Model Kemmis dan McTaggart ... 44

Gambar 5. Tali Pita dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Pratindakan ... 52

Gambar 6. Tali Pita dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus I Pertemuan I ... 67

Gambar 7. Tali Pita dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus I Pertemuan II ... 77

Gambar 8. Tali Pita dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus I Pertemuan III ... 88

Gambar 9. Tali Pita dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus I Pertemuan IV... 98

Gambar 10. Tali Kenor dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus II Pertemuan I ... 114

Gambar 11. Tali Kenor dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus II Pertemuan II ... 125

Gambar 12. Tali Kenor dan Media yang Digunakan untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus II Pertemuan III ... 136

Gambar 13. Tali Kenor dan Media yang Digunakan Untuk Kegiatan Tali Temali pada Siklus II Pertemuan IV ... 148

Gambar 14. Hasil Tali Temali Anak pada Pratindakan ... 165


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 178

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 183

Lampiran 3. Rubrik Penilaian ... 186

Lampiran 4. Hasil Observasi ... 215


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang harus dikembangkan semua potensi dan keterampilan yang dimiliki karena anak usia dini pada masa mendatang akan memajukan bangsa dengan segala potensi dan keterampilannya. Namun potensi tersebut hanya dapat berkembang manakala diberi rangsangan, bimbingan, bantuan, dan perlakuan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Anak usia dini merupakan anak yang memiliki usia 0-6 tahun. Sedangkan menurut NAEYC (National Association of Education for Young Children) anak usia dini merupakan anak yang memiliki usia 0-8 tahun. Masa usia dini merupakan masa golden age atau usia emas, dimana pada masa usia dini kemampuan anak akan berkembang. Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk memelajari keterampilan tertentu, karena menurut Hurlock (1992) ada tiga alasan yaitu (1) anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai terampil; (2) anak-anak


(16)

bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti oleh anak yang lebih besar; (3) anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.

Balitbang Departemen Pendidikan Nasional (2007: 2) menjelaskan bahwa anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

Pada usia 4-6 tahun, anak mengalami perkembangan dalam berbagai aspek. Perkembangan itu meliputi perkembangan dalam aspek sosial emosional, nilai agama dan moral,bahasa, fisik, seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan maupun psikis yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Aspek perkembangan motorik sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendali gerak tubuh. Perkembangan motorik halus turut berperan bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak. Berdasarkan hal tersebut perkembangan motorik halus pada anak perlu distimulasi.

Berdasarkan karakteristik perkembangan yang berhubungan dengan motorik halus anak usia dini diantaranya dapat mengoles mentega pada roti,


(17)

3

dapat mengikat tali sepatu sendiri dengan sedikit bantuan, dapat membentuk dengan menggunakan tanah liat atau plastisin, memegang kertas dengan satu tangan dan menguntingnya, menggambar orang, mewarnai gambar sesukanya, memegang krayon atau pensil yang berdiameter lebar, bisa berpakaian sendiri (Hurlock, 1978: 159-160).

Karakteristik perkembangan motorik halus anak usia dini berdasarkan Departemen Pendidikan Nasional (2007) yaitu pada saat anak berusia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun anak telah belajar bagaimana menggunakan jari-jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya.

Saat peneliti melaksanakan PPL di TK ABA Dekso, peneliti menemukan permasalahan pada kemampuan motorik halus anak Kelompok B. Jumlah murid pada Kelompok B di TK ABA Dekso sebanyak 35 anak. Dari hasil pengamatan di lapangan saat peneliti melakukan PPL pada bulan Agustus 2016 bahwa kemampuan motorik halus anak Kelompok B belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan anak dalam mengerakkan jari-jemari dan tangannya yang masih kaku. Anak juga belum mampu menggerakkan tangannya dengan tepat yang dibuktikan dengan hasil guntingan dan hasil mewarnai anak yang masih berada di luar garis batas. Kegiatan pengembangan motorik halus anak Kelompok B lebih terpaku pada penggunaan LKA. Kemampuan motorik halus anak distimulasi dengan kegiatan menulis dengan menggunakan LKA.


(18)

Dalam kegiatan pembelajaran mengikat tali, sebanyak 17 anak meminta bantuan guru untuk menyelesaikan mengikat tali. Pada kenyataannya sebagian besar anak Kelompok B tidak bisa menyelesaikan ikatannya, mereka kesulitan dalam menalidan ada yang tidak diselesaikan untuk mengikat tali. Bahkan ketika anak sudah diberi contoh dua kali anak masih belum bisa mengikat tali. Hal-hal seperti itulah yang menjadi penyebab mereka tidak antusias dalam kegiatan pengembangan keterampilan motorik halus.

Dari permasalahan yang terjadi pada anak Kelompok B perlu untuk segera diatasi. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kemampuan motorik halus anak yaitu dengan menstimulasi kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan tali-temali. Kegiatan tali-temali dipilih karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang mengajak anak untuk berkreatifitas dan memberikan rasa gembira pada anak yang sesuai dengan prinsip pengembangan motorik halus menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007: 11) yaitu dapat merangsang anak untuk berkreatif dan memberikan rasa gembira serta menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak. selain itu kegiatan tali-temali merupakan kegiatan belajar sambil bermain yang sesuai prinsip pengembangan motorik halus menurut Sumantri (2005: 148) yaitu pengembangan motorik halus dikemas dalam konsep belajar sambil bermain. Dalam kegiatan tali-temali peneliti memilih tali pita sebagai media penelitian karena tali pita merupakan media yang aman digunakan pada anak, harganya terjangkau, mudah didapat, menarik karena warna-warni, dan tidak mudah rusak.


(19)

5

Sumantri (2005: 143) memaparkan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 menyebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu anak sudah mampu: (a) melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol; (b) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan gerakan mata, tangan secara terkoordinasi dalam menirukan gerakan yang teratur; dan (c) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan sebuah pengembangan motorik halus pada anak Kelompok B. Kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus yaitu tali-temali. Dari runtutan alasan di atas maka penulis mengambil judul “Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Tali Temali Pada Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo ”.


(20)

B. Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang muncul dalam pembelajaran di TK ABA Dekso, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagian besar kemampuan motorik halus anak Kelompok B belum berkembang secara optimal.

2. Pembelajaran yang dilakukan dalam pengembangan motorik halus lebih terpaku pada penggunaan LKA.

3. Anak masih kesulitan dalam melakukan kegiatan menali.

C. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian dibatasi pada keterampilan motorik halus melalui kegiatan tali-temali pada Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka rumusan masalahnya yaitu dapat dirumuskan bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan tali-temali pada Kelompok B di TK ABA Dekso?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan tali-temali pada Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo.


(21)

7 F. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Anak

a. Dengan memberikan kegiatan tali-temali dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

b. Dapat dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui tali-temali. 2. Bagi Guru

a. Hasil dari penelitian dapat dijadikan pertimbangan guru dalam memilih kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat mengurangi permasalahan dalam pembelajaran di sekolah. b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menyamakan pandangan mengenai beberapa istilah yang digunakan:

1. Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Orang dikatakan terampil apabila mampu melakukan sesuatu dengan benar. Benar di sini adalah mampu mengoordinasi tangan dan mata dalam menali.


(22)

2.Kegiatan Tali Temali

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan diartikan sebagai aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Sedangkan secara etimologi tali-temali adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali seperti tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. Kegiatan tali-temali merupakan suatu aktivitas yang mempelajari tentang teknik penggunaan tali. Pada penelitian ini jenis tali yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran meliputi tali simpul mati dan tali simpul anyam dengan menggunakan tali pita.


(23)

9 BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini

Corbin (Sumantri, 2005: 48) menjelaskan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Sejalan dengan pendapat Corbin, Saputra dan Rudyanto (2005: 114) menjelaskan bahwa perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Keterampilan motorik sangat penting bagi anak karena keterampilan motorik turut berperan bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak. Hurlock (2013: 150) menjelaskan bahwa perkembangan motorik halus adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

Soemarjadi, dkk (dalam Mayasari, 2014: 10) memaparkan bahwa keterampilan adalah kepandaian ataupun kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Keterampilan motorik halus adalah kemampuan mengkoordinasi gerakan otot kecil dari anggota tubuh. Keterampilan motorik halus terutama melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan koordinasi mata. Contoh keterampilan motorik halus adalah memegang, menulis,


(24)

menggunting, dan lain sebagainya. Keterampilan motorik halus melibatkan kekuatan, kontrol motorik otot, dan ketangkasan.

Sumantri (2005: 143) menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek atau pengontrolan terhadap mesin, misalnya mengetik, menjahit, dan lain-lain. Sejalan dengan hal tersebut, Mahendra (Sumantri, 2005: 143) menjelaskan bahwa keteramplilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Magil (Sumantri, 2005: 143) menjelaskan bahwa keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang melibatkan koordinasi yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasil dalam keterampilan ini.

Keterampilan motorik halus merupakan salah satu komponen yang sangat mendukung aspek perkembangan yang lain, misalnya aspek kognitif dan aspek sosial emosional. Perkembangan motorik halus perlu dilatih terus menerus kepada anak usia dini. Keterampilan motorik halus anak usia dini dapat dikembangkan melalui kegiatan menggenggam, menyentuh, menggunting, meronce, gerak tipuan, koordinasi mata tangan, koordinasi dua tangan, dan menggambar. Dari kedelapan kegiatan tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus baik dari guru maupun orangtua. Melatih anak usia dini dalam pengembangan motorik halus


(25)

11

secara terus menerus akan mengembangkan bakat terpendam yang dimiliki anak. Supaya kemampuan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik, kegiatan yang bersifat memegang, menggenggam, dan ketangkasan koordinasi kedua tangan perlu dilakukan oleh anak secara rutin.

Kemampuan motorik halus anak dikatakan terlambat bila pada usia yang seharusnya anak sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, namun anak belum menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekolah sekitar enam tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar, belum dapat menjahit, ataupun belum dapat mengikat tali. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan ketangkasan, keluwesan, ketelitian serta koordinasi mata dan tangan. Keterampilan motorik halus pada anak usia dini dapat dikembangkan melalui pemberian latihan secara terus-menerus.

2. Prinsip Perkembangan Motorik

Hurlock (1978: 151) mengemukakan lima prinsip perkembangan motorik, yaitu: a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan

syaraf.

b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang. c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan. d. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik. e. Adanya perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.


(26)

Saputra dan Rudyanto (2005: 114) menjelaskan prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Prinsip-prinsip perkembangan motorik anak usia dini yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2007: 11) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.

b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk berkreatif.

c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.

d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak.

e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangannya.

f. Memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak.

Sedangkan Sumantri (2005: 148) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pengembangan motorik halus meliputi:

a. Pengembangan motorik halus harus berorientasi pada kebutuhan anak.

b. Pengembangan motorik halus dikemas dalam konsep belajar sambil bermain.

c. Kegiatan untuk pengembangan motorik halus harus kreatif dan inovatif.

d. Lingkungan yang kondusif dalam artian aman dan nyaman harus selalu tersedia untuk mendukung pengembangan motorik halus. e. Kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk mengembangkan motorik

halus disajikan dalam tema-tema tertentu misalnya tema binatang, tumbuhan, pekerjaan, dan lain-lain.


(27)

13

g. Pengembangan motorik halus menggunakan kegiatan terpadu yaitu sekaligus mengembangkan aspek perkembangan lain.

Prinsip perkembangan motorik yang dikemukakan oleh Morrison (1998: 188 dalam Rasyid, Mansyur, & Suratno 2012: 93) yaitu: (a) sekuensial atau urutan pokok berdasarkan kejadian penting; (b) sistem kematangan motorik yaitu dari motorik kasar ke motorik halus; (c) pengembangan motorik berawal dari kepala ke kaki; dan (d) pengembangan motorik berawal dari proximal ke distal.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan motorik halus dalam penelitian ini adalah memberikan rasa gembira dan menciptakan suasana yang menyenangkan pada anak, pengembangan motorik halus dikemas dalam konsep belajar sambil bermain, serta melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk berkreatif.

3. Unsur–unsur Pembelajaran Motorik

Richard (2013: 42-51) menjelaskan unsur–unsur pokok yang terdapat dalam pembelajaran motorik adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan

Kekuatan merupakan unsur penting dalam pembelajaran motorik. Pembelajaran motorik berhubungan erat dengan kerja otot, sehingga memunculkan gerakan tubuh atau bagian–bagian tubuh. Kekuatan didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendesak kekuatan otot ketika melakukan sebuah gerakan. Apapun bentuk gerakan yang muncul, pada saat yang sama, muncul


(28)

pula kekuatan otot, meskipun gerakan yang dilakukan sangat sederhana(Richard, 2013: 42-51) .

b. Kecepatan

Keberhasilan sebuah gerakan dalam pembelajaran motorik bergantung pada kecepatan, meskipun tidak semua gerakan yang dilakukan membutuhkan kecepatan. Kecepatan diartikan sebagai kapasitas seorang siswa agar berhasil melakukan gerakan dalam waktu yang sangat cepat (Richard, 2013: 42-51). c. Power

Power adalah kapasitas siswa untuk mengontraksikan otot secara maksimum. Power sebagai ledakan aksi yang menghasilkan kecepatan dalam waktu yang singkat. Power dihitung dengan jenis kegiatan lompat, mengangkat beban, atau melempar (Richard, 2013: 42-51).

d. Ketahanan

Ketahanan adalah hasil dari kapasitas psikologis siswa untuk menopang gerakan atas dalam suatu periode. Ketahanan dapat dibagi menjadi dua yaitu ketahanan yang diasosiakan dengan kekuatan dan ketahanan yang diasosiasikan dengan sistem sirkulasi pernapasan (Richard, 2013: 42-51).

e. Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi gerakan siswa dalam pembelajaran motorik. Kelincahan ialah kemampuan badan untuk mengubah arah secara secara cepat dan tepat.


(29)

15

Kelincahan lebih efektif bila dikombinasikan dengan kekutan, ketahanan, dan kecepatan (Richard, 2013: 42-51).

f. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan kemampuan untuk menjaga atau memelihara sistem otot saraf dalam kondisi diam untuk respons yang efisien demi mengendalikan tubuh saat bergerak secara efisien (Richard, 2013: 42-51).

g. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah rangkaian gerakan dalam sebuah sendi. Fleksibilitas dapat diukur dengan tes rangkaian gerakan sendi seperti tes menyentuh ujung jari ke lantai (Richard, 2013: 42-51).

h. Koordinasi

Koordinasi menjadi dasar dari gerakan yang lebih kompleks. Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan jenis gerakan ke bentuk gerakan yang lebih kompleks (Richard, 2013: 42-51).

Sejalan dengan pendapat Richard, Mikdar (2006: 47-49) menjelaskan bahwa komponen keterampilan motorik sangat diperlukan oleh anak dalam proses kegiatan belajar. Komponen keterampilan motorik anak usia dini meliputi: a. Kecepatan

Mikdar (2006: 47-49) menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang paling singkat. Kecepatan geraknya bersifat siklik (satu jenis gerak yang dilakukan secara berulang-ulang).


(30)

b. Power

Mikdar (2006: 47- 49) menyatakan bahwa power adalah gabungan kekuatan dan kecepatan atau pengerahan daya otot maksimum dan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan komponen tersebut untuk menunukkan kepada orang lain.

c. Kelincahan

Mikdar (2006: 47-49) menyatakan bahwa kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersama-sama dengan gerakan lainnya. Bagi anak, kelincahan merupakan komponen yang harus dimiliki.

d. Keseimbangan

Mikdar (2006: 47-49) menyatakan bahwa keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Anak TK memerlukan keseimbangan yang dapat mempertahankan stabilitas posisi tubuh statik atau dinamik.

e. Koordinasi

Mikdar (2006: 47- 49) menyatakan bahwa koordinasi merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan efesien. Koordinasi menunjukkan hubungan yang harmonis berbagai faktor pada suatu gerakan. Kemampuan koordinasi merupakan dasar yang baik dari kemampuan belajar yang


(31)

17

bersifat sensomotorik, makin baik tingkat kemampuan koordinasi, akan makin cepat dan efektif pula gerakan sulit dapat dipelajari.

f. Kecepatan Reaksi

Mikdar (2006: 47-49) menyatakan bahwa kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya stimulus atau rangsangan dan awal reaksi, kemampuan ini tergantung dari organ perasa dalam mengatur stimulus yang datang dan diterima melalui organ penglihatan, pendengaran, gabungan keduanya, dan sentuhan.

g. Ketepatan

Mikdar (2006: 47-49) menyatakan bahwa ketepatan sebagai latihan motorik merupakan komponen yang diperlukan kegiatan anak sehari-hari. Ketepatan dapat berupa gerakan atau sebagai ketepatan hasil. Ketepatan berkaitan erat dengan kematangan sistem saraf dalam menilai ruang dan waktu, tepat dalam mendistribusikan tenaga, tepat dalam mengkoordinasikan otot dan sebagainya.

Dari unsur-unsur keterampilan motorik, dapat disimpulkan bahwa anak sangat memerlukan unsur keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari hari. Keterampilan motorik halus pada kegiatan tali-temali membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan koordinasi.


(32)

4. Tujuan Perkembangan Motorik Halus

Saputra dan Rudyanto (2005: 115) berpendapat bahwa tujuan pengembangan motorik halus yaitu:

a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. b. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. c. Mampu mengendalikan emosi.

Tujuan pengembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun menurut Sumantri (2005: 146) yaitu:

a. Agar anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan seperti meronce, menganyam, bertepuk tangan.

b. Agar anak mampu mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan.

c. Anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.

d. Agar anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Puskur, Balitbang Departemen Pendidikan Nasional (Sumantri, 2005: 146) Tujuan khusus pengembangan motorik halus anak usia TK adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan seperti persiapan untuk pengenalan menulis. Dapat disimpulkan tujuan dari perkembangan motorik halus adalah supaya anak mampu untuk mengembangkan keterampilan motorik halus yang akan berguna bagi kehidupannya baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan mendatang.


(33)

19

5. Manfaat Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini

Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak sebab pada usia lima tahun fisik anak masih lentur, dan mudah diarahkan. Keterampilan motorik halus merupakan aktivitas yang memerlukan pemakaian otot kecil pada tangan. Keterampilan motorik halus sangatlah penting dalam kehidupan anak dan dapat secara langsung mempengaruhi rasa percaya diri anak dan kesuksesan dalam hidupnya. Pengembangan dari keterampilan motorik halus berfungsi untuk mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitif dan sosial karena setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain. Peningkatan keterampilan motorik halus di TK dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

Hurlock (1978: 150) memaparkan manfaat perkembangan motorik meliputi: (a) kesehatan yang baik; (b) kemandirian; (c) katarsis emosional; (d) sosialisasi; (e) hiburan diri; dan (f) konsep diri. Aspek perkembangan motorik yang dikembangkan di TK meliputi motorik kasar dan halus. Penelitian ini lebih difokuskan pada kegiatan pembelajaran motorik halus. Kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah kegiatan tali temali. Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih keterampilan tangan anak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat perkembangan motorik halus adalah untuk menumbuhkan kemandirian anak sehingga anak tidak terus menerus


(34)

bergantung pada orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memberikan rasa senang kepada anak.

6. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini Sebelum mengembangkan keterampilan motorik halus anak, hendaknya pendidik harus mengetahui tahapan perkembangan motorik anak. Fits dan Postner (Sumantri, 2005: 101) menjelaskan proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu:

a. Tahap Verbal Kognitif

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan gerakannya sendiri masih baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, disini indra penglihatan aktif berfungsi.


(35)

21 b. Tahap Asosiatif

Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang. Pada tahap ini perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi. c. Tahap Otomatisasi

Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memerhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah bisa dilakukan secara otomatis. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan.


(36)

Anak usia TK berada pada perkembangan motorik tahap asosiatif. Pada tahap ini perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Seperti pada kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini yaitu kegiatan tali temali. Pada pelaksanaan kegiatan tali temali pendidik tentunya harus mengikuti langkah kerja menali agar anak mudah memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan dalam tali-temali.

Bloom (Suyadi, 2010: 73) menyatakan bahwa rentang penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Dave (Muhyidin dkk, 2014: 136-138) mengembangkan teori Bloom dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik kedalam lima kategori, mulai dari tingkat yang paling rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi. Teori ini dapat dijadikan pijakan untuk memberikan stimulasi edukatif guna meningkatkan perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Berikut ini penjabaran dari kelima tingkat perkembangan Dave:

a. Imitation (Peniruan)

Imitation (peniruan) adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya. Latihan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan atau memperlihatkan. Kemampuan ini merupakan representasi ulang terhadap apa yang dilihat dan didengar anak. Jadi kemampuan ini terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, di mana anak mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan


(37)

23

kontrol otot-otot saraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Contoh gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar jadi tentang suatu gerakan, dan menirukan langkah tari.

b. Manipulation (Penggunaan Konsep)

Manipulation (penggunaan konsep) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga disebut sebagai kemampuan manipulasi. Sebab, pada tahap ini perkembangan anak selalu mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin, menggergaji, melakukan gerakan senam kesegaran jasmani yang didemontrasikan. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mencapai kemampuan gerak fisik-motorik pada tahap ini adalah dengan melatih keterampilan tertentu pada anak seperti menggunakan sendok makan, gunting dan sebagainya.

c. Presition (Ketelitian)

Presition (ketelitian) adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu. Kemampuan gerak fisik-motorik ini sebenarnya hampir sama dengan gerak fisik-fisik-motorik pada tahap manipulasi. Hanya saja, pada tahap ini telah mencapai tingkat kontrol yang lebih


(38)

tinggi, sehingga kesalahan dapat dieliminasi. Contoh gerakan ini adalah gerakan mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, berjalan di atas papan titian.

d. Articulation (Perangkaian)

Articulation (perangkaian) adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara kombinatif dan berkesinambungan. Kemampuan ini membutuhkan koordinasi antarorgan tubuh, syaraf, dan mata secara cermat. Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan mengurutkan serangkaian gerak secara berkesinambungan, konsisten, ajek, dan luwes. Contoh keterampilan gerakan ini adalah mengetik dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis, dan menjahit. e. Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan)

Naturalization (kewajaran/kealamiahan) adalah kemampuan melakukan gerak secara wajar atau luwes, untuk dapat melakukan gerak fisik-motorik pada tahap ini, diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara syaraf, pikiran, mata, tangan, dan anggota badan yang lain. Oleh karena itu, gerak fisik-motorik pada tahap ini sering kali menguras tenaga dan pikiran. Gerakan ini biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya. Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar dalam berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan, pantomim dan sebagainya.

Sedangkan Harrow (Utami, dkk, 2013: 75-76) membagi tingkatan keterampilan motorik menjadi 5 jenis gerakan, yaitu.


(39)

25

a. Gerakan refleks, yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus. Contohnya merentangkan, melenturkan badan, menyesuaikan postur tubuh menurut keadaan.

b. Gerakan dasar, yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan campuran gerak refleks dan gerakan yang lebih kompleks. Contohnya menggenggam, mencengkram, mencekal, dan menyambar.

c. Gerakan tanggap perseptual, merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Hasil belajarnya dapat berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan dan kecermatan. Contohnya bermain tali, menangkap, dan menyepak.

d. Kegiatan fisik, yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan-kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara. Contohnya semua kegiatan fisik yang memerlukan usaha dalam jangkauan panjang dan berat, pengerahan otot, dan gerakan sendi yang cepat.

e. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh merentang dari ekspresi mimik muka sampai gerakan koreografi yang rumit.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan motorik anak usia dini meliputi tahap verbal kognitif, tahap asosiatif, dan tahap otomatisasi. Anak usia TK berada pada perkembangan motorik tahap asosiatif. Pada tahap ini perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Pada tahap verbal kognitif ditunjukkan saat guru


(40)

menjelaskan bagaimana cara mengikat tali, tahap asosiatif ditunjukkan pada saat anak mulai mencoba mengikat tali sesuai dengan apa yang sudah guru contohkan, dan pada tahap otomatisasi anak sudah mampu mengikat tali dengan benar seperti yang sudah dijelaskan oleh guru.

7. Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Indikator motorik halus anak usia dini 5-6 tahun meliputi: a. Ketangkasan

Suharjana (2012: 9) menjelaskan bahwa pengertian tangkas sama dengan cepat, cekatan, sigap dan gesit. Anak yang tangkas berarti anak yang memiliki kecepatan, kecekatan, kesigapan, kegesitan, dan kepandaian. Sehingga ketangkasan diartikan sebagai cepat mengerti, pintar, cerdik, dan selalu siap menghadapi masalah atau cepat dan pintar melakukan sesuatu. Menurut Shumway & Woolacott (Ariyanti, Hastuti, & Kurnia, 2012: 90) ketangkasan adalah kemampuan untuk memanipulasi berbagai macam objek yang berbeda dengan menggunakan kecepatan tertentu. Ketangkasan adalah kemampuan untuk menggunakan tangan dengan terampil, terkoordinasi untuk memahami dan memanipulasi benda, mudah terlihat, dan gerakan yang tepat (American Dental Education Association, 2015).

Martin, Ramsay, Hughes, Peters, dan Edwards (2015) menjelaskan bahwa “Ketangkasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai hasil kemampuan tangan yang ditunjukkan. Termasuk waktu reaksi, tangan pilihan, kecepatan lengkungan pergelangan, kecepatan jari dalam menekan, bertujuan,


(41)

27

stabilitas tangan dan stabilitas lengan”. Fleisman (Haibach, Reid, & Collier, 2011: 38) menjelaskan ketangkasan merupakan kemampuan untuk menggerakkan benda kecil dengan jari (contohnya menulis).

b. Keluwesan

Harsono (Kardjono, 2008: 16) menjelaskan keluwesan adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi. Seseorang dikatakan memiliki keluwesan apabila mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis. Keluwesan menurut Sajoto (Pinontoan, 2006: 44) keluwesan adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh. Sejalan dengan pendapat di atas Irianto (Nurhayati, 2010: 16) memaparkan keluwesan adalah kemampuan persendian bergerak secara luas.

Maclaren D. dan George K. (Ibrahim, 2009: 35) menjelaskan keluwesan dapat diartikan sebagai jangkauan gerakan dalam sebuah sendi yang merefleksikan kemampuan otot dan tendon untuk memperpanjang di dalam keterbatasan sendi tersebut. Keluwesan menurut Lutan (Faridah, 2012: 509) didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Keluwesan yang optimal memungkinkan sekelompok atau suatu sendi untuk bergerak dengan efisien. Pada motorik


(42)

halus keluwesan ditentukan oleh kemampuan dalam menekuk jari-jemari dan tangan saat melakukan kegiatan.

c. Ketelitian

Depdiknas (Febrianta, 2015: 14) menyatakan bahwa ketelitian merupakan kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang membentuk sendi) otot, tendo, dan ligamen disekitar sendi. Dengan kata lain seseorang disebut memiliki ketelitian apabila mampu melakukan suatu gerakan secara tepat. Dave (Utami, dkk, 2013: 75) menjelaskan bahwa ketelitian merupakan suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Fleisman (Pamela, Haibach, Reid, & Douglas, 2011: 38) menjelaskan bahwa Ketelitian adalah kemampuan untuk membuat gerakan yang diatur oleh kelompok otot besar.

d. Koordinasi

Juita, Wijayanti, Syahriadi, & Riswindra (2013: 26) menjelaskan bahwa koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan mudah dan lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Hampir semua gerakan yang dilakukan dalam olahraga dikendalikan dan dikoordinasikan secara konstan oleh sistem saraf pusat.


(43)

29

Kemampuan gerak motorik yang terkoordinasi dengan baik berlangsung secara cepat dan terarah. Dengan kata lain bahwa kecepatan dan ketepatan gerakan merupakan ciri dari gerakan yang terkoordinasi dengan baik.

Sejalan dengan hal, tersebut Irianto (Nurhidayah & Sukoco, 2015: 71) menjelaskan bahwa koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Jurgen Hofsab (Tasnila, 2012: 1743) menyatakan bahwa “koordinasi gerak mata dan tangan merupakan suatu gerakan yang sangat berkaitan satu dengan yang lainnya agar suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan lancar, berurutan serta sesuai dengan keinginan”.

Hairy (Nurhayati, 2010: 18) menjelaskan bahwa koordinasi merupakan kemampuan untuk menggunakan rasa, bagian tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dengan mulus dan ketepatan yang sangat tinggi. Koordinasi pada kegiatan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan jari-jemari dan tangan secara bersama-sama dengan tepat. Sajoto (Munandar, 2015: 66) mengungkapkan bahwa “koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam–macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”.

Harrow (Rihatno, 2013: 785) menjelaskan bahwa kemampuan mengoordinasikan termasuk aktivitas yang terdiri dari dua atau lebih kemampuan dan pola gerak, seperti mata-tangan membutuhkan kemampuan pengamatan dan bentuk pergerakan. Koordinasi mata-tangan menunjukkan kepada kemampuan


(44)

mempelajari untuk menyeleksi objek dan sekelilingnya serta untuk mengoordinasikan objek pandangan dengan manipulasi gerakan. Koordinasi mata-tangan kegiatannya membutuhkan ketepatan pandangan dan kontrol pergerakan.

Dapat disimpulkan bahwa hal yang harus diperhatikan ketika mengamati keterampilan motorik halus pada anak usia dini meliputi ketangkasan, keluwesan, ketelitian, dan koordinasi.

8. Kegiatan Pembelajaran Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun

Caughlin (2001; Sumantri, 2005: 105-106) memaparkan tentang pengembangan kegiatan motorik halus anak berdasarkan kronologis usia yaitu: (a) memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari; (b) menjiplak persegi panjang, wajik dan segitiga; (c) memotong bentuk-bentuk sederhana; dan (d) menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut, rambut, dan hidung. Sumantri (2005: 151-152) menjelaskan kemampuan motorik halus anak usia TK dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti meronce, melipat, mengikat, membentuk, menulis awal, menyusun dan mengunting.

Tingkat Pencapaian Perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 yaitu: (a) melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol; (b) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu melakukan gerakan mata, tangan secara terkoordinasi dalam menirukan gerakan yang teratur; dan (c) melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu


(45)

31

terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas. Suyanto (2005: 219-220) menyatakan bahwa pengembangan motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan seperti melempar bola kecil dan kelereng, bermain kelereng, dan melempar target.

Saputra dan Rudyanto (2005: 18) menyatakan bahwa aktivitas motorik halus anak TK dapat dikembangkan melalui pembelajaran yaitu: (a) menempel; (b) mengerjakan puzzle; (c) menjahit sederhana; (d) semakin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi); (e) mengancingkan kancing baju; (f) melempar dan menangkap bola; dan (g) melipat kertas.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan mengikat contohnya mengikat tali sepatu atau mengikat tali pada roncean, mozaik, kolase, finger painting, mengecap, meremas kertas, dan lain-lain.

9. Kegiatan Tali Temali

a. Pengertian Kegiatan Tali Temali

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kegiatan diartikan sebagai aktivitas, usaha, atau pekerjaan. Sedangkan secara etimologi tali-temali adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali seperti tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. Menurut Ardiansyah (2013: 2) tali-temali adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik penggunaan tali. Kegiatan


(46)

tali-temali merupakan suatu aktivitas yang mempelajari tentang teknik penggunaan tali.

b. Sejarah Tali Temali

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tali diartikan sebagai seutas panjang yang dipakai untuk mengikat. Tali temali merupakan salah satu dari keterampilan tertua yang dimiliki manusia, yang mempunyai dua fungsi, yaitu kegunaan dan keindahan (dekorasi). Di India dan Suku Indian di Amerika tali temali memiliki unsur magis dan kepercayaan. Dalam sejarah tali temali merupakan bagian penting dari banyak peristiwa perdagangan dan kerajinan dan secara khusus digunakan dikalangan pelaut. Para pelaut berlayar dengan kapal pengangkut pada abad ke-19, telah menggunakan puluhan macam simpul. Secara etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Ardiansyah (2013: 2) menjelaskan tali adalah untaian serat panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung, dan sebagainya.

Tali memiliki sifat-sifat yaitu:

1) Sebagian besar tali tidak tahan terhadap gesekan. 2) Peka terhadap zat kimia.

3) Tidak tahan terhadap panas.

4) Kekuatan tali tergantung pada simpul yang dibuat. 5) Mudah kusut apabila digunakan secara tidak baik.


(47)

33 7) Prinsip kerja tali adalah gaya tarik.

Tali temali adalah keterampilan dalam menggunakan tali dan membuat simpul-simpul untuk menciptakan ikatan yang tepat dan aman. Ada perbedaan pengertian antara tali, simpul, dan ikatan. Tali merupakan bendanya, simpul adalah hubungan antara tali dengan tali sedangkan ikatan adalah hubungan antara tali dengan benda lainnya, misal kayu, balok, bambu dan sebagainya. Ada tiga jenis dalam tali temali yaitu tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan.

1) Tali Simpul

Simpul merupakan ikatan tali dengan tali. Simpul digunakan untuk tujuan-tujuan mendasar seperti mempererat dan mengikat benda-benda serta mencatat informasi. Simpul yang telah digunakan sekarang sudah banyak digunakan pada zaman Yunani kuno dan Romawi. Simpul banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saat TK kita belajar bagaimana mengikat tali sepatu. Ada banyak simpul yang bermanfaat untuk hal-hal lain diantaranya :

a) Simpul pangkal (clove hitch knot), berfungsi untuk mengikatkan tali pada kayu atau tiang. Simpul pangkal dapat digunakan untuk memulai suatu ikatan.

b) Simpul jangkar (girth hitch knot), berfungsi untuk membuat tandu, menaikkan pasak, mengikat cincin, dan menark balok.

c) Simpul tambat (timber hitch knot), berfungsi menarik atau menyeret balok, karena memiliki sifat menjerat.


(48)

d) Simpul mati (reef/square knot), berfungsi untuk mengakhiri suatu ikatan dan menyambung dua utas tali yang sama besarnya dalam keadaan kering.

e) Simpul hidup (overhand knot), berfungsi untuk mengikatkan tali pada tiang yang mudah untuk dibuka kembali (sementara).

f) Simpul anyam (sheer bend), berfungsi untuk menyambung 2 (dua) buah tali yang tidak sama besar dalam keadaan kering (tidak basah).

g) Simpul anyam berganda (double sheet bend), berfungsi untuk menyambung 2 (dua) buah tali yang tidak sama besar dalam keadaan licin (basah).

h) Simpul kembar/nelayan (fisherman’s knot), berfungsi untuk menyambung 2( buah ) tali yang sama besar dalam keadaan licin

(basah).

i) Simpul Tarik (quick release knot), berfungsi untuk mengikatkan tali pengikat binatang ke tiang agar mudah dilepaskan kembali.

j) Simpul erat (heepshank knot), berfungsi untuk memendekkan tali tanpa memotongnya..

k) Simpul ujung tali (heaving line knot), berfungsi untuk memperkuat ujung tali sehingga pintalan tidak mudah terlepas.

l) Simpul gulung (killickk hitch knot), berfungsi untuk menarik balok atau diikatkan pada tali penarik balok, sehingga orang lain dapat membantu. m) Simpul penarik (butterfly knot), berfungsi untuk menarik sesuatu benda yang

cukup besar.


(49)

35

o) Simpul penjerat/lasso (honda knot), berfungsi untuk menjerat dan menangkap binatang.

p) Simpul tiang (bowline knot), berfungsi untuk mengikat sesuatu sehingga yang diikat masih dapat bergerak leluasa;

q) Simpul tiang berganda (bowline on a bight), berfungsi untuk mengikat orang dari bawah keatas atau sebaliknya.

r) Simpul kursi (fireman’s chair knot), berfungsi untuk mengangkat/ menurunkan benda atau orang pingsan.

2) Tali Anyaman

Anyaman merupakan bagian dari simpul yaitu menyambung pintalan tali yang terurai sehingga memiliki kegunaan lain. Anyaman memiliki sifat permanen. Dalam anyaman ada 5 macam yaitu:

a) Anyaman pendek, berfungsi untuk menyambung 2 utas tali yang sama besar. b) Anyaman mata (eye splice), berfungsi untuk membuat sosok diujung tali agar

dapat dipakai untuk memasang kail dan sebagainya.

c) Anyaman rantai (chain splice), berfungsi untuk memendekkan tali sehingga dengan cepat dapat diuraikan kembali.

d) Anyaman ujung (black/ end splice), berfungsi untuk mencegah tali terurai. 3) Tali Ikatan

Ikatan merupakan ikatan antara tali dengan 2 benda misalnya ikatan antara tali dengan 2 tongkat. Dalam ikatan ada 4 macam ikatan yaitu ikatan palang, ikatan silang, ikatan canggah, dan ikatan kaki tiga.


(50)

Karena dalam penelitian ini jenis tali-temali yang digunakan adalah tali simpul mati dan tali simpul anyam maka berikut akan dijelaskan mengenai langkah-langkah menali simpul mati dan simpul anyam.

1) Langkah-langkah tali simpul mati

a) Lingkarkan tali sehingga membentuk lingkaran.

b) Ambil ujung tali bagian kanan kemudian masukkan kedalam lingkaran dari arah depan.

Gambar 1. Tali simpul mati Sumber: www.google.co.id 2) Langkah-langkah menali simpul anyam.

a) Buatlah sosok pada ujung utas tali yang berukuran lebih besar

b) Masukkan ujung tali yang lebih kecil ke dalam sosok tali besar dari arah bawah.

c) Belitkan ujung tali kecil di bawah tali biru.

d) Sisipkan ujung tali kecil ke bawah badan tali itu sendiri.

Gambar 2. Tali simpul anyam Sumber: www.google.co.id


(51)

37

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tali temali merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Terdapat tiga jenis tali temali yaitu tali simpul, tali anyaman, dan tali ikatan. Dalam penelitian ini menggunakan tali simpul mati dan tali simpul anyam.

10. Teori Belajar Keterampilan Motorik Halus

Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar (Sugihartono, 2013: 89). Budiningsih (2002: 16-77) memaparkan 5 pandangan teori belajar yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik, teori belajar Konstruktivitik, dan teori belajar Sibernetik.

a. Teori Belajar Behavioristik

Kemampuan anak usia dini akan meningkat apabila anak diajak untuk melakukan hal yang akan meningkatkan kemampuannya. Teori belajar behavioristik lebih menekankan pada stimulus dan respon. Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menandakan untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon merupakan tingkah laku yang muncul karena adanya rangsangan. Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hukum–hukum seperti hukum kesiapan, hukum latihan, hukum akibat, hukum reaksi bervariasi, hukum sikap, hukum aktivitas berita sebelah, hukum respon by analogi dan hukum perpindahan asosiasi.


(52)

Skinner (Budiningsih, 2002: 20-21) menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Stimulus yang saling berinteraksi dapat mempengaruhi bentuk respon yang akan ditimbulkan. Misalnya seorang siswa yang diberi stimulus tertentu akan giat belajar. Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dapat disebut belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

b. Teori Belajar Kognitif

Budiningsih (2002: 30) menjelaskan bahwa teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Bruner menjelaskan bahwa belajar lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, bukan ditentukan oleh umur. Sedangkan menurut Ausubel proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melalui tahap memperhatikan stimulus, memahami makna, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

c. Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistik (Budiningsih, 2002: 75) tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Tokoh yang menganut teori humanistik adalah Kolb yang menyatakan bahwa ada empat tahap dalam belajar yaitu, pengalaman


(53)

39

konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Teori belajar humanistik mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa dalam belajar.

d. Teori Belajar Konstruktivistik

Budiningsih (2002: 55) menjelaskan belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya. Teori belajar konstruktivistik menekankan pada pemberian kesempatan pada siswa untuk memunculkan ide-ide siswa sendiri.

e. Teori Belajar Sibernetik

Teori ini menjelaskan bahwa belajar merupakan pengolahan informasi. Teori sibernetik tidak hanya mementingkan proses belajar, tetapi juga mementingkan sistem informasi yang diproses akan dipelajari siswa. Proses belajar yang berlangsung ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.

Dari beberapa teori belajar, peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori belajar behavioristik. Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya stimulus dan respon. Pada penelitian ini stimulus yang diberikan berupa kegiatan tali-temali dan respon yang akan muncul setelah adanya stimulus yaitu meningkatnya kemampuan motorik halus anak.


(54)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Meningkatkan keterampilan motorik halus dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fardilla, Chumdari, dan Karsono pada tahun 2013 bahwa keterampilan motorik halus anak Kelompok A di TK Aisyiyah 21 Premulung Lameyan Surakarta dapat meningkat melalui media tali-temali. Subyek dalam penelitian tersebut berjumlah 29 anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki, dan 11 anak perempuan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tali-temali sebagai salah satu kegiatan pembelajaran meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan motorik halus ialah keterampilan untuk mengontrol otot-otot halus yang melibatkan koordinasi mata dan tangan serta membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan keterampilan menggerakkan. Keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam masa perkembangan motorik anak usia dini. Keterampilan motorik halus anak akan turut mendukung aspek perkembangan lainnya, seperti aspek kognitif, bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain (Sumantri, 2005: 146). Dalam kegiatan motorik halus yang dilakukan oleh anak Kelompok B TK ABA Dekso menunjukkan hasil yang belum baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan untuk meningkatkan keterampilan motorik anak. Kegiatan


(55)

41

pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dapat dilakukan melalui kegiatan tali-temali. Saat anak mencapai usia 5-6 tahun sangat tepat diberi stimulasi untuk melatih otot–otot tangan melalui kegiatan tali-temali.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimana tali-temali dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo?.

Peneliti dan Guru Kemampuan motorik halus anak belum berkembang secara optimal

Peneliti dan Guru Kemampuan motorik halus anak

berkembang secara optimal

Peneliti dan Guru Mengoptimalkan Kemampuan motorik anak melalui

kegiatan Tali Temali

Diskusi pemecahan masalah Penerapan kegiatan melalui tali temali Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Sebelum

Tindakan Tindakan

Kondisi Akhir Setelah Tindakan


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Arikunto (2007: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sejalan dengan pendapat di atas, Suyanto (Sujati, 2000: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara proffesional. Penelitian ini bermula dari permasalahan yang ditemukan di Kelompok B di TK ABA Dekso. Keterampilan motorik halus anak Kelompok B belum berkembang dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan tali-temali pada anak Kelompok B di TK ABA Dekso.

Dalam penelitian tindakan kelas ini guru sebagai kolaborator dan peneliti melakukan pengamatan pada kemampuan motorik halus anak. Dari permasalahan yang ditemukan kemudian peneliti dan kolaborator melakukan tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada dikelas tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak.


(57)

43 B. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017 yaitu antara bulan Februari 2017 sampai dengan bulan Maret 2017.

C. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak Kelompok B di TK ABA Dekso, Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo.

D. Subjek penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B di TK ABA Dekso yang berjumlah 35 anak yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus.

E.Skenario Tindakan

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan McTaggart. Sujati (2000: 23) menjelaskan bahwa model Kemmis dan McTaggart menggunakan siklus sistem spiral, setiap siklus terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi seperti gambar dibawah ini.


(58)

Gambar 4. Model Kemmis dan McTaggart

Berdasarkan gambar 4, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap kemampuan motorik halus anak kelas B, menyusun Rencana Kegiatan Harian, membuat media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, menyiapkan lembar observasi untuk pengambilan data, serta menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan yang berupa foto atau gambar. Dalam perencanaan peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

Cara megikat tali temali: (a) menyiapkan media yang disesuaikan dengan tema, (b) melubangi media untuk memasukkan tali dan mengikatnya, (c) tali simpul mati dapat diikat dengan cara lingkarkan tali sehingga membentuk lingkaran, kemudian ambil ujung tali bagian kanan dan masukkan kedalam lingkaran dari arah depan, (d) tali simpul anyam dapat diikat dengan cara membuat sosok pada ujung utas tali yang berukuran lebih besar, masukkan ujung


(59)

45

tali yang lebih kecil ke dalam sosok tali besar dari arah bawah, belitkan ujung tali kecil di bawah tali besar, kemudian sisipkan ujung tali kecil ke bawah badan tali itu sendiri.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) dan Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan oleh guru dan peneliti. Sebagai kolaborator guru kelas melakukan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RKH dan peneliti melakukan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi dan dokumentasi yang sudah disiapkan sebelumnya.

Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Pada tahap pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi dalam bentuk cheklist yang sudah disusun. Tujuan dari pengamatan adalah untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilkaukan untuk mengumpulkan data–data yang kemudian dari data tersebut dapat ditentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Refleksi (Reflect)

Setelah guru selesai melakukan tindakan, guru dan peneliti akan melakukan diskusi dari hasil kegiatan tali temali yang dilakukan oleh anak. Tahap refleksi dilakukan disetiap akhir siklus dan bertujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak sudah berkembang atau belum. Setelah diketahui


(60)

kemampuan motorik halus anak maka akan dilakukan tindakan selanjutnya apakah perlu dilakukan siklus selanjutnya atau tidak.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Proses untuk mengumpulkan data dalam penelitian harus memiliki cara atau teknik untuk mendapatkan data, agar kebenaran dari informasi yang diperoleh saat penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. a. Observasi

Hadi (Sugiyono, 2007: 203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses–proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat perubahan atau peningkatan anak dalam kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan lembar observasi.

b. Study Dokumen

Sugiyono (2011: 240) menyatakan bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang sebagai pelengkap penggunaan metode penelitian yang digunakan. Sedangkan Syaodin (2006: 221) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan RKH (Rencana


(61)

47

Kegiatan Harian), foto hasil karya anak, dan foto-foto ketika kegiatan tali-temali yang dijadikan data untuk mengetahui proses kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan tali-temali.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen observasi serta dokumentasi.

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi

Variabel Sub Variabel Indikator

Keterampilan motorik halus melalui kegiatan tali temali.

Ketangkasan Menggerakkan tangan dan jari secara cepat dalam mengikat tali sesuai dengan langkah-langkah tali temali.

Keluwesan Menekuk jari jemari dan tangan saat melakukan kegiatan mengikat tali.

Ketelitian Menggerakkan jari dan tangan secara tepat mengikuti langkah dalam tali temali.

Koordinasi Menggunakan jari jemari dan tangan secara runtut dalam mengikat tali-temali.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian berupa lembar check list.Adapun objek yang akan diteliti adalah keterampilan motorik halus. Kisi-kisi observasi dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 1. Sedangkan dokumentasi merupakan instrumen yang digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai pembelajaran serta memperkuat data yang diperoleh. Kisi-kisi dokumentasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 halaman 48.


(62)

Tabel 2. Kisi-kisi Dokumentasi

No Komponen Dokumen yang dibutuhkan Sumber

1 Perencanaan/ persiapan

Silabus

RKM (Rencana Kegiatan Mingguan

RKH (Rencana Kegiatan Harian)

Media pembelajaran Penilaian pembelajaran

Guru

Kepala Sekolah

2 Pelaksanaan Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir

Photo Kegiatan, Rekaman Video Pembelajaran 3 Evaluasi Catatan harian perkembangan

anak

Laporan perkembangan anak

Guru

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Indikator keberhasilan dapat dikatakan berhasil apabila 90% dari 35 jumlah anak Kelompok B di TK ABA Dekso yaitu 31 anak telah mampu menunjukkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan tali temali dengan adanya perubahan anak didik pada ketangkasan, keluwesan, ketelitian, dan koordinasi.

H. Teknik Analisis Data

Patton (Sujati, 2000: 50) menyatakan bahwa analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Nasution (Sujati, 2000: 50) mengartikan analisis data sebagai suatu proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola, tema, atau kategori. Menafsirkan atau memberikan interpretasi berarti memberikan makna kepada


(63)

49

analis, menjelaskan pola atau kategori, dan mencari hubungan antara berbagai konsep.

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh data yang pasti apakah terjadi perbaikan atau peningkatan kemampuan motorik halus pada anak sebagaimana yang diharapkan. Pada penelitian ini, data yang dianalisis adalah hasil kegiatan tali temali. Analisis pembelajaran anak dilakukan pada setiap pertemuan dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung skor yang diperoleh anak dari lembar observasi. Sedangkan, data kualitatif dengan menjelaskan kemampuan yang diperoleh anak saat melakukan kegiatan yang dinyatakan dalam predikat. Adapun rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif menurut Sudijono (Hajiri, 2016: 97- 98) adalah sebagai berikut

Keterangan: P: Persentase

F: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N: Number Of case(jumlah frekuensi banyak individu)

Dari data hasil observasi akan dilakukan analisis yang disesuaikan dengan kriteria yang ada di taman kanak-kanak yang dijadikan tempat penelitian dengan pedoman sebagai berikut.

F

Persentase = X100% N


(64)

1. Skor rata-rata 10,01 – 16,00 Berkembang Sangat Baik (BSB) 2. Skor rata-rata 8,01- 10,00 Berkembang Sesuai Harapan(BSH) 3. Skor rata-rata 6,01 – 8,00 Mulai Berkembang (MB)


(1)

226

Data Pratindakan Keterampilan Motorik Halus

No Nama Ketangkasan Keluwesan Ketelitian Koordinasi Jumlah Skor Skor

Maksimum

Kriteria

1 Arkhn 4 4 4 4 16 16 BSB

2 Rdw 4 4 4 4 16 16 BSB

3 Yn 1 1 2 1 5 16 BB

4 Sysy 4 4 4 4 16 16 BSB

5 Rdt 4 4 4 3 15 16 BSB

6 Mt 4 4 4 4 16 16 BSB

7 Nf 1 1 1 1 4 16 BB

8 Alv 3 3 3 2 11 16 BSB

9 Ifft 1 1 1 1 4 16 BB

10 Ptr 1 3 2 2 8 16 MB

11 Sto - - - -

12 Avb - - - -

13 Andry 4 4 4 4 16 16 BSB

14 Jhn 1 3 1 2 7 16 MB

15 Rd 3 4 4 4 15 16 BSB

16 Vn 4 4 4 4 16 16 BSB

17 Sl - - - -

18 Frd 1 1 1 1 4 16 BB

19 Nla 4 4 4 4 16 16 BSB

20 Bgs 4 4 3 2 13 16 BSB

21 Vd 1 3 1 4 9 16 BSH

22 Frsk 3 4 4 3 14 16 BSB

23 Sd 1 1 1 1 4 16 BB


(2)

227

25 Syv 1 2 1 1 5 16 BB

26 Rndy 2 4 1 4 11 16 BSB

27 Arf 3 3 2 3 11 16 BSB

28 Ag 1 1 1 1 4 16 BB

29 Hn 1 2 1 2 6 16 BB

30 Alf 1 1 1 1 4 16 BB

31 Rsy 1 1 1 1 4 16 BB

32 Rhn 4 4 4 2 14 16 BSB

33 Da 1 1 1 1 4 16 BB

34 Ksy - - - - - - - 35 Arsy - - - - - - -

Jumlah 296 480

Rata-rata 46,66%

Keterangan:

Belum Berkembang (BB) 4,00-6,00 : 11 anak Mulai Berkembang (MB) 6,01- 8,00 : 3 anak Berkembang Sesuai Harapan (BSH)8,01- 10,00 : 1 anak

Berkembang Sangat Baik (BSB) 10,01 – 16,00 : 15 anak F ( Frekuensi yang sedang dicari persentasenya) Rata- rata Kemampuan Motorik Halus = X100%

N (jumlah frekuensi banyak individu) 15

= X100%

30 = 46,66%


(3)

228

Data Kumulatif Siklus I Keterampilan Motorik Halus

No Nama Siklus I Jumlah

Skor

Skor Maksimum

Kriteria Ketangkasan Keluwesan Ketelitian Koordinasi

1 Arkhn 16 16 16 16 64 64 16 BSB

2 Rdw 16 16 16 16 64 64 16 BSB

3 Yn 16 16 16 16 64 64 16 BSB

4 Sysy 12 16 16 13 57 64 14 BSB

5 Rdt 15 16 15 15 61 64 15,25 BSB

6 Mt 13 16 13 11 53 64 13, 25 BSB

7 Nf 14 15 15 15 59 64 14,75 BSB

8 Alv 12 12 12 12 48 64 16 BSB

9 Ifft 5 9 8 9 31 64 10,33 BSB

10 Ptr 16 16 16 16 64 64 16 BSB

11 St 2 2 2 2 8 64 4 BB

12 Avb 4 4 4 4 16 64 16 BSB

13 Andry 16 16 16 16 64 64 16 BSB

14 Jhn 5 5 5 5 20 64 10 BSH

15 Rd 13 13 13 12 51 64 12,75 BSB

16 Vn 10 12 12 11 45 64 15 BSB

17 Sl 8 8 8 8 32 64 12 BSB

18 Frd 8 13 9 10 40 64 10 BSH

19 Nla 16 16 16 16 64 64 16 BSB

20 Bgs 12 15 14 14 55 64 13,75 BSB

21 Vd 14 15 14 14 57 64 14,25 BSB

22 Frsk 14 16 16 16 62 64 13,5 BSB


(4)

229

24 Rst 8 8 5 8 29 64 14,5 BSB

25 Syv 4 4 4 4 16 64 16 BSB

26 Rndy 12 16 13 13 54 64 13,5 BSB

27 Arf 8 7 8 8 31 64 15,3 BSB

28 Ag 4 4 4 4 16 64 4 BB

29 Hn 12 13 16 14 55 64 13,75 BSB

30 Alf 8 11 10 11 40 64 13,33 BSB

31 Rsy 6 8 6 6 26 64 6,5 MB

32 Rhn 13 16 15 13 57 64 14,25 BSB

33 Da 12 15 13 12 52 64 13 BSB

34 Ksy - - - -

35 Arsy 3 4 4 4 15 64 15 BSB

Jumlah 1534 2176

Rata-rata 85,29%

Keterangan:

Belum Berkembang (BB) 4,00-6,00 : 2 anak Mulai Berkembang (MB) 6,01- 8,00 :1 anak Berkembang Sesuai Harapan (BSH)8,01- 10,00 : 2 anak

Berkembang Sangat Baik (BSB) 10,01 – 16,00 : 29 anak F ( Frekuensi yang sedang dicari persentasenya)

Rata- rata Kemampuan Motorik Halus = X100% N (jumlah frekuensi banyak individu)

29

= X100% 34


(5)

230

Data Kumulatif Keterampilan Motorik Halus Siklus II

No Nama Siklus II Jumlah Skor Skor

Maksimum

Kriteria Ketang

Kasan

Keluwesan Ketelitian Koordinasi

1 Arkhn 16 16 16 16 64 64 BSB

2 Rdw 16 16 16 16 64 64 BSB

3 Yn 16 16 16 16 64 64 BSB

4 Sysy 16 16 16 16 64 64 BSB

5 Rdt 3 4 3 4 14 64 BB

6 Mt 16 16 16 16 16 64 BSB

7 Nf - - - -

8 Alv 8 8 8 8 32 64 BSH

9 Ifft 7 10 7 11 35 64 BSH

10 Ptr 16 16 16 16 64 64 BSB

11 St 5 6 6 6 23 64 MB

12 Avb 12 12 12 12 48 64 BSB

13 Andry 6 15 9 16 50 64 BSB

14 Jhn 0 0 0 0 0 - BB

15 Rd 8 8 8 8 32 64 BSH

16 Vn 16 16 16 16 64 64 BSB

17 Sl 12 12 12 12 48 64 BSB

18 Frd 15 16 16 16 63 64 BSB

19 Nla 16 16 16 16 64 64 BSB

20 Bgs 12 12 12 12 48 64 BSB

21 Vd 15 16 16 16 63 64 BSB

22 Frsk 16 16 16 16 64 64 BSB


(6)

231

24 Rst 15 16 16 16 63 64 BSB

25 Syv 14 16 15 15 60 64 BSB

26 Rndy 8 16 9 15 48 64 BSB

27 Arf 8 8 8 8 32 64 BSH

28 Ag 7 9 9 12 37 64 BSH

29 Hn 16 16 16 16 64 64 BSB

30 Alf 11 13 11 11 46 64 BSH

31 Rsy 12 14 10 14 50 64 BSB

32 Rhn 11 12 12 12 47 64 BSH

33 Da 8 8 8 8 32 64 BSH

34 Ksy 16 16 16 16 64 64 BSB

35 Arsy 16 16 16 16 64 64 BSB

Jumlah 1653 2112

Rata-rata 93,93% Keterangan:

Belum Berkembang (BB) 4,00-6,00 : 0 anak Mulai Berkembang (MB) 6,01- 8,00 : 1 anak Berkembang Sesuai Harapan (BSH)8,01- 10,00: 1 anak Berkembang Sangat Baik (BSB) 10,01 – 16,00 : 31 anak

F (Frekuensi yang sedang dicari persentasenya) Rata- rata Kemampuan Motorik Halus Siklus II = X100%

N (jumlah frekuensi banyak individu) 31

= X100% 33


Dokumen yang terkait

MENGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B DI TK KREATIF ABA JONO TANON Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Menggambar Pada Anak Kelompok B Di TK Kreatif Aba Jono Tanon Sragen Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Anak Didik Kelompok B Semester Gasal Tk Pertiwi Kacangan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora

0 2 12

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN JUMPUTAN Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Jumputan Pada Kelompok B TK Gerdu 01 Gerdu Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 15

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Kelompok B Tk Dawungan I Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE PROYEK KELOMPOK B DI TK ABA BARAHAN TIRTORAHAYU GALUR KULON PROGO.

0 5 108

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

1 5 151

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN BUBUR KERTAS DI KELOMPOK B TK ABA KORIPAN, SRANDAKAN, BANTUL.

3 20 180

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN EGRANG BATHOK KELAPA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA BANJARHARJO II KALIBAWANG KULON PROGO.

2 2 212

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS PADA KELOMPOK B4 DI TK MASJID SYUHADA YOGYAKARTA.

1 7 126

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9