ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang berbasis kepercayaan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat
melalui produk-produk yang ditawarkan seperti tabungan, deposito dan giro serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk
kredit. Perbankan
dalam menjalankan
kegiatannya membutuhkan
kepercayaan. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak perbankan untuk menjaga sejumlah dana yang telah disimpan di Bank, sementara pihak
Bank menyalurkan atau menempatkan dananya berupa kredit kepada debitur yang dilandasi unsur kepercayaan Nur Hidayah, 2007: 1.
Bank dari sisi penempatan dananya yang berpotensi menghasilkan profitabilitas untuk mendukung aktivitas usahanya adalah melalui usaha
perkreditan. Aktivitas penyaluran kredit bank selain menghasilkan profit
spread income
juga memiliki risiko yang tinggi, yaitu risiko kredit dimana nasabah gagal memenuhi kewajibannya. Peningkatan risiko kredit ini dapat
meningkatkan
non performing loan
,
bad debt
atau kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar yang sampai saat jatuh temponya
tidak dapat diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan.
iii Kasus kredit bermasalah pada perbankan nasional bukanlah hal yang
baru bagi BPR Grogol Joyo, karena berdasarkan laporan keuangan BPR Grogol Joyo selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2007, 2008, 2009
jumlah NPLnya sebesar 13,50, 8,65, 5,33. Jumlah tersebut melampui batas yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu
Non Performing Loan
tidak boleh melebihi maksimal dari 5 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007-
2009 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo. Peningkatan NPL pada BPR Grogol Joyo sejak tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009 merupakan akumulasi dari beberapa permasalahan yang dihadapi juga oleh industri perbankan lainnya.Pertama, karena imbas negatif
krisis keuangan global yang memaksa perusahaan
counterparty bank
masuk kedalam persaingan yang semakin ketat, keadaan ini membuat perusahaan
counterparty bank
mengalami kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar dan memperburuk prospek usaha dalam jangka pendek dan jangka
panjang, konsekuensinya pendapatan perusahaan
counterparty bank
menurun. Kondisi ini yang membuat perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam membanyar angsuran pinjaman ke bank. Kedua,
kebijakan industri perbankan yang mempertahankan suku bunga kredit tinggi ditengah –tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil serta kontribusi
terhadap tingginya NPL. Tingginya suku bunga kredit pada saat pendapatan perusahaan
counterparty bank
mengalami penurunan, membuat beban angsuran pinjaman perusahaan ke perbankan relatif mengalami peningkatan.
Ketiga, pemberian kredit bank yang tidak
prudent
pada saat situasi ekonomi
iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank
yang potensial
lossnya
lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah yang mendapatkan fasilitas kredit pada saat ekonomi baik dan stabil.
Pemberian kredit mengandung suatu tingkat risiko tertentu dimana ada kemungkinan kredit yang tidak dapat kembali ditagih. Untuk menghindari
atau memperkecil resiko tersebut,sebelum kreditur atau pihak bank memberikan kredit kepada calon debitur, kreditur harus menentukan calon
debitur yang layak. Agar dapat menentukan besar jumlah pinjaman yang akan diberikan, kreditur juga harus mengetahui kondisi atau keadaan keuangan
calon debitur. Permohonan kredit harus dinilai oleh bank, adapun syarat- syarat penilaiannya adalah
character, capacity, capital, collateral, condition of economy, return, repayment capacity, risk bearing ability
Nur Hidayah, 2007: 2. Dengan dipenuhinya syarat-syarat 5C dan 3R tersebut kemungkinan
kredit yang bermasalah dapat diminimalisasikan. Meskipun penilaian tersebut sudah diterapkan tetapi masih ada kredit
yang bermasalah. Hampir semua bank mengalami kredit bermasalah termasuk BPR Grogol Joyo. Menurut data perkembangan kredit yang
diperoleh dari PT. BPR Grogol Joyo adalah sbb:
Tabel 1.1Perkembangan Kolektibilitas Kredit Pada Tahun 2010
Dalam Jutaan Rupiah Periode
Bulan Menurut kolektibilitas
Lancar Kurang Lancar
Diragukan Macet
Rp NSB
Rp NSB
Rp NSB
Rp NSB
Januari 9.901
379 44
153 20
474 114
v Februari
9.998 409
44 135
22 487
116 Maret
10.170 321
41 163
20 502
118 April
10.191 257
35 131
19 500
118 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2010 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo
NPL Januari = 5,95 NPL Februari = 6,10
NPL Maret = 5,63
NPL April = 4,77
Dari data diatas dapat diketahui bahwa PT. BPR Grogol Joyo dalam pemberian kreditnya masih ditemukan kredit yang bermasalah. Penelitian ini
mendiskripsikan langkah yang ditempuh PT. BPR Grogol Joyo dalam mengungkap faktor-faktor penyebab kredit bermasalah dan penanganan
kredit bermasalah. Penelitian yang hampir sama tentang kredit bermasalah pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, berikut ini tabel tentang daftar penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
No Nama Pengarang, Tahun, Judul Penelitian, Kesimpulan
1 Andi Arif Swastiana, 2004
”Aspek Hukum Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan”.
Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu:
1. Faktor internal bank sendiri, yaitu kurangnya pengawasan dari pihak
bank setelah menyalurkan kredit.
vi 2.
Faktor internal debitur penerima kredit,yaitu disebabkan oleh debitur dalam penggunaan kredit menyimpang dari tujuan pemberian kredit.
Dalam penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Penyelesaian oleh pihak bank sendiri dengan cara membentuk tim Satuan Tugas Khusus untuk mengurus kredit macet dan melakukan
restrukturisasi kredit secara selektif terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik.
Apabila pihak debitur tidak mampu juga membayar kewajiban atas kreditnya, maka dilakukan penyelesaian cara kedua, yaitu dengan
menyerahkan pengurusan piutang kredit macet piutang negara tersebut kepada KP2LN
2 Erna Indriasari, 2005
”Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Karangayar”.
Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu:
1. Faktor
intern,
yang disebabkan oleh pihak bank sendiri, yaitu karena kurang pengawasan dan kurang tepatnya didalam menyalurkan
kredit. 2.
Faktor
ekstern
, yaitu karena perubahan kondisi ekonomi, perdagangan dan perubahan teknologi.
Penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara,yaitu: 1.
Tindakan
preventif
, yaitu dengan cara pengawasan terhadap kelancaran suatu kredit yang diberikan, mengadakan pembinaan
terhadap usaha debitur agar kredit berjalan lancar dan pengikatan jaminan kredit dengan jaminan.
2. Tindakan
represif
. Pertama, dengan cara perdamaian, yaitu penundaan waktu dan keringanan suku bunga dan angsuran. Kedua,
penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan prosedur yang berlaku menurut hukum.
3 Hermanto, 2006
”Faktor-Faktor Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang”.
Kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet pada PD. BPR BKK Ungaran, antara lain: salah penggunaan kredit,
pengelolaan administrasi pembukuan debitur serta menurunnya pendapatan.
Pengalaman adanya kredit bermasalah akhir-akhir ini, telah memacu BPR Grogol Joyo untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana
kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan pengamanan kredit lebih diperketat, disamping itu
peningkatan dalam sistem pembinaan nasabah.
vii Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul
”ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO PADA PERIODE 2007-2009”.
B. Perumusan Masalah