Latar Belakang Masalah Analisis pengelolaan kredit bermasalah pada PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo Periode 2007-2009 4168

ii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang berbasis kepercayaan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui produk-produk yang ditawarkan seperti tabungan, deposito dan giro serta menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Perbankan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan kepercayaan. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada pihak perbankan untuk menjaga sejumlah dana yang telah disimpan di Bank, sementara pihak Bank menyalurkan atau menempatkan dananya berupa kredit kepada debitur yang dilandasi unsur kepercayaan Nur Hidayah, 2007: 1. Bank dari sisi penempatan dananya yang berpotensi menghasilkan profitabilitas untuk mendukung aktivitas usahanya adalah melalui usaha perkreditan. Aktivitas penyaluran kredit bank selain menghasilkan profit spread income juga memiliki risiko yang tinggi, yaitu risiko kredit dimana nasabah gagal memenuhi kewajibannya. Peningkatan risiko kredit ini dapat meningkatkan non performing loan , bad debt atau kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar yang sampai saat jatuh temponya tidak dapat diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan. iii Kasus kredit bermasalah pada perbankan nasional bukanlah hal yang baru bagi BPR Grogol Joyo, karena berdasarkan laporan keuangan BPR Grogol Joyo selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2007, 2008, 2009 jumlah NPLnya sebesar 13,50, 8,65, 5,33. Jumlah tersebut melampui batas yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu Non Performing Loan tidak boleh melebihi maksimal dari 5 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2007- 2009 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo. Peningkatan NPL pada BPR Grogol Joyo sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 merupakan akumulasi dari beberapa permasalahan yang dihadapi juga oleh industri perbankan lainnya.Pertama, karena imbas negatif krisis keuangan global yang memaksa perusahaan counterparty bank masuk kedalam persaingan yang semakin ketat, keadaan ini membuat perusahaan counterparty bank mengalami kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar dan memperburuk prospek usaha dalam jangka pendek dan jangka panjang, konsekuensinya pendapatan perusahaan counterparty bank menurun. Kondisi ini yang membuat perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam membanyar angsuran pinjaman ke bank. Kedua, kebijakan industri perbankan yang mempertahankan suku bunga kredit tinggi ditengah –tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil serta kontribusi terhadap tingginya NPL. Tingginya suku bunga kredit pada saat pendapatan perusahaan counterparty bank mengalami penurunan, membuat beban angsuran pinjaman perusahaan ke perbankan relatif mengalami peningkatan. Ketiga, pemberian kredit bank yang tidak prudent pada saat situasi ekonomi iv yang tidak menentu maka debitur baru mendapatkan fasilitas kredit bank yang potensial lossnya lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah yang mendapatkan fasilitas kredit pada saat ekonomi baik dan stabil. Pemberian kredit mengandung suatu tingkat risiko tertentu dimana ada kemungkinan kredit yang tidak dapat kembali ditagih. Untuk menghindari atau memperkecil resiko tersebut,sebelum kreditur atau pihak bank memberikan kredit kepada calon debitur, kreditur harus menentukan calon debitur yang layak. Agar dapat menentukan besar jumlah pinjaman yang akan diberikan, kreditur juga harus mengetahui kondisi atau keadaan keuangan calon debitur. Permohonan kredit harus dinilai oleh bank, adapun syarat- syarat penilaiannya adalah character, capacity, capital, collateral, condition of economy, return, repayment capacity, risk bearing ability Nur Hidayah, 2007: 2. Dengan dipenuhinya syarat-syarat 5C dan 3R tersebut kemungkinan kredit yang bermasalah dapat diminimalisasikan. Meskipun penilaian tersebut sudah diterapkan tetapi masih ada kredit yang bermasalah. Hampir semua bank mengalami kredit bermasalah termasuk BPR Grogol Joyo. Menurut data perkembangan kredit yang diperoleh dari PT. BPR Grogol Joyo adalah sbb: Tabel 1.1Perkembangan Kolektibilitas Kredit Pada Tahun 2010 Dalam Jutaan Rupiah Periode Bulan Menurut kolektibilitas Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Rp NSB Rp NSB Rp NSB Rp NSB Januari 9.901 379 44 153 20 474 114 v Februari 9.998 409 44 135 22 487 116 Maret 10.170 321 41 163 20 502 118 April 10.191 257 35 131 19 500 118 Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2010 PT. BPR Grogol Joyo Sukoharjo NPL Januari = 5,95 NPL Februari = 6,10 NPL Maret = 5,63 NPL April = 4,77 Dari data diatas dapat diketahui bahwa PT. BPR Grogol Joyo dalam pemberian kreditnya masih ditemukan kredit yang bermasalah. Penelitian ini mendiskripsikan langkah yang ditempuh PT. BPR Grogol Joyo dalam mengungkap faktor-faktor penyebab kredit bermasalah dan penanganan kredit bermasalah. Penelitian yang hampir sama tentang kredit bermasalah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, berikut ini tabel tentang daftar penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No Nama Pengarang, Tahun, Judul Penelitian, Kesimpulan 1 Andi Arif Swastiana, 2004 ”Aspek Hukum Penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan”. Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu: 1. Faktor internal bank sendiri, yaitu kurangnya pengawasan dari pihak bank setelah menyalurkan kredit. vi 2. Faktor internal debitur penerima kredit,yaitu disebabkan oleh debitur dalam penggunaan kredit menyimpang dari tujuan pemberian kredit. Dalam penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Penyelesaian oleh pihak bank sendiri dengan cara membentuk tim Satuan Tugas Khusus untuk mengurus kredit macet dan melakukan restrukturisasi kredit secara selektif terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik. Apabila pihak debitur tidak mampu juga membayar kewajiban atas kreditnya, maka dilakukan penyelesaian cara kedua, yaitu dengan menyerahkan pengurusan piutang kredit macet piutang negara tersebut kepada KP2LN 2 Erna Indriasari, 2005 ”Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada PD. BPR Bank Pasar Kabupaten Karangayar”. Dua faktor penyebab kredit macet, yaitu: 1. Faktor intern, yang disebabkan oleh pihak bank sendiri, yaitu karena kurang pengawasan dan kurang tepatnya didalam menyalurkan kredit. 2. Faktor ekstern , yaitu karena perubahan kondisi ekonomi, perdagangan dan perubahan teknologi. Penyelesaian kredit macet dilakukan dengan dua cara,yaitu: 1. Tindakan preventif , yaitu dengan cara pengawasan terhadap kelancaran suatu kredit yang diberikan, mengadakan pembinaan terhadap usaha debitur agar kredit berjalan lancar dan pengikatan jaminan kredit dengan jaminan. 2. Tindakan represif . Pertama, dengan cara perdamaian, yaitu penundaan waktu dan keringanan suku bunga dan angsuran. Kedua, penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan prosedur yang berlaku menurut hukum. 3 Hermanto, 2006 ”Faktor-Faktor Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang”. Kesimpulan yang dapat ditarik, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet pada PD. BPR BKK Ungaran, antara lain: salah penggunaan kredit, pengelolaan administrasi pembukuan debitur serta menurunnya pendapatan. Pengalaman adanya kredit bermasalah akhir-akhir ini, telah memacu BPR Grogol Joyo untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dana kredit. Rencana kredit disusun lebih matang, analisis atas permohonan kredit lebih terarah dan pengamanan kredit lebih diperketat, disamping itu peningkatan dalam sistem pembinaan nasabah. vii Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul ”ANALISIS PENGELOLAAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO PADA PERIODE 2007-2009”.

B. Perumusan Masalah