PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

MONLILA BENI RIAN PUJAKESUMA

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD membantu siswa secara aktif dalam memahami materi pelajaran. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Populasi penilitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar, kecuali kelas VIIIB yang nerupakan kelas unggulan. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII E sebagai kelas control yang dipilih mengunakan teknik purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes hasil belajar siswa di akhir penelitian. Berdasarkan analisis data secara deskriptif dan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Natar tahun pelajaran 2011/2012 .


(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

MONLILA BENI RIAN PUJAKESUMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1.Pembelajaran Kooperatif ... 8

2.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... ... 12

3.Hasil Belajar ... ... 14

B. Kerangka Pikir ... ... 15

C. Anggapan Dasar ... ... 16

D. Hipotesis Penelitian ... .... 17

1. Hipotesis Umum ... .... 17


(4)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 18

B. Desain Penelitian ... ... 19

C. Langkah Penelitian ... ... 19

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 21

E. Instrumen Penelitian... ... 21

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... .... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

1. Hasil Belajar Matematika Siswa ... ... 30

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... ... 33

B. Pembahasan ... ... 33

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 36

B. Saran ... ... 36 DAFTAR PUSTAKA


(5)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2.2. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setip Individu ... 13

2.3. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 13

3.1. Daftar nilai Rata-rata mid semeseter ... 18

3.2. Desain Penelitian ... 19

3.3. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 24

3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 24

3.5. Data Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 25

4.1. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 31

4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar ... 32


(6)

MOTTO

Tidak ada perbuatan baik, sekecil apapun, yang sia sia dan

Bersyukurlah

Jadilah seseorang yang bukan hanya sukses, tapi jadilah seseorang

yang berharga


(7)

PERSEMBAHAN

Segala Puji hanya milik Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang begitu berlimpah.

Shalawat dan Salam kepada Baginda Rasul Muhammad SAW Karya kecilku ini kupersembahkan kepada

Kedua Orangtuaku Bapak Hanipan dan Ibu Sriatun yang telah memberikan kasih sayangnya serta memberikan semangat, dan selalu berdoa

tanpa lelah untuk keberhasilanku.

Adikku tersayang (Sena dan Ayu ) yang senantiasa memberikan perhatian dan mendoakan keberhasilanku

Seluruh keluarga besar, yang terus memberikan doanya, terima kasih. Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang

sangat berharga. Semua Temanku. Almamater yang tercinta


(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro Lampung, pada tanggal 24 Juli 1989. Penulis merupakan anak pertama pasangan Bapak Hanipan dan Ibu Sriatun serta memiliki dua saudara yaitu Sena Marhaendra Pusumakeja dan Ayu Lasesari Anjakesuma. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Metro Lampung pada tahun 2001, di SMP Negeri 1 Metro Lampung lulus pada tahun 2004, dan SMA Negeri 1 Metro Lampung lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Budi Karya Natar pada tahun 2011.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku pembimbing akademik dan pem-bimbing I yang telah mempem-bimbing, memberikan nasihat, dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini


(11)

6. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing selama menyelesaikan

studi.

8. Ibu Dra.Ros Lili Budiarti, selaku Kepala SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian. 9. Bapak Drs. Kasdiyanto, selaku guru matematika kelas VIII SMP Negeri 3

Natar Kabupaten Lampung Selatan yang telah membantu selama melakukan penelitian.

10.Siswa/siswi kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 11.Ayah dan Ibu tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan

selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.

12.Adik-adikku tersayang, Sena, dan Ayu yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Nda Dina Ali, Ifan, Dani, Komang, Mbak Endah, Heru, Bang Ken, Adi, Munif, Dina Nurhayati, S.Pd., Dwi Desmayanasari, S.Pd., Mba Devi, Sri Rejeki, S.Pd., Fitri Apriyani, S.Pd., Berta, Vera Lidya, S.Pd., Ratnasari, S.Pd., Vina, Triagusti eliati, S.Pd., Indah , Marista, S.Pd., Reni Puspitaningsih, S.Pd., Leni, S.Pd., Fiska Kurniawati, S.Pd., Harviana, S.Pd., Yesi Ariasari, S.Pd., Dwi Ariyanti, S.Pd., Tanti, Eci, Nesha, Uya, Robertus Handi, S.Pd., Indri C.K, S.Pd., M Billy, S.Pd., Bang Lihin, Dhea, Agustina,


(12)

S.Pd., Sevia G, S.Pd., Ana, Nana, Rita, Mbak Eva, Mira, Mbak Yemi, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

14.Almarhum Haris Setiawan, semoga diterima amal ibadahnya dan mendapat tempat yang terbaik disisi Allah SWT.

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2005 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakanku.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, November 2012 Penulis


(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan bangsa, dengan adanya pendidikan akan terbentuk manusia yang memiliki budi pekerti yang baik. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Melalui pendidikan, seorang individu mampu mengembangkan potensi diri se-hingga memiliki kemampuan yang akan berguna dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis dan realistis. Hal ini membuat pendidikan harus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dan setiap usaha dalam penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum perlu mempertimbang-kan perkembangan yang terjadi didalam pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang mempengaruhi siswa dalam terjadinya proses belajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Maka dalam proses pembelajaan, guru harus memiliki strategi jitu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif serta


(14)

menyenangkan sehingga membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar dan pembelajaran di kelas hingga akhirnya siswa dapat mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa untuk tiap jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat mata pelajaran atau mata kuliah matematika. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memberikan keterampilan kepada mereka untuk mampu menggunakan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Selama ini pembelajaran matematika masih banyak yang berpusat pada guru. Pada umumnya guru menjelaskan materi menggunakan metode ekspositori lalu memberikan contoh soal dan memberikan tugas untuk latihan. Pembelajaran tersebut kita kenal dengan pembelajaran konvensional. Guru aktif menyampai informas dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan dan mencatat sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa

Berdasarkan wawancara terhadap guru matematika kelas VIII SMP N 3 Natar,diperoleh informasi bahwa guru mengajar dengan pembelajaran konvensional dengan berpedoman pada buku paket dan LKS. Pemberian materi dengan ceramah lalu latihan soal atau tugas. Dari hasil pengamatan saat guru melakukan pemelajaran dikelas, banyak siswa yang tidak fokus dan tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi dan banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas maupun mencontek tugas dari teman. Diduga hal tersebut dapat berakibat banyak siswa yang


(15)

tidak bisa mengerjakan soal-soal saat ulangan harian dan menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka. Sedikit siswa yang memiliki keberanian untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas tentang konsep yang sedang dipelajari sehingga mereka juga bingung mengenai apa yang ingin ditanyakan.

Dari hasil tes semester genap matematika dapat diketahui dari 204 siswa, sebanyak 70 siswa atau 34,31% tergolong memiliki hasil belajar yang tinggi (di atas KKM) dan sebanyak 134 siswa atau 65,68% tergolong memiliki hasil belajar yang rendah (di bawah KKM).Rendahnya hasil belajar siswa diindikasikan oleh tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Bloom dalam Uno (2006 :35) tujuan pembelajaran dibagi dalam tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Tujuan pembelajaran perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab kegiatan pembelajaran berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati, 1999 : 10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Proses pembelajaran memberikan perubahan bagi siswa dan guru. Model pembelajaran diperlukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran

yang aktif dan interaktif antara siswa dan guru. Johnson & Johnson (dalam Lie, 2004:7) menyatakan bahwa suasana belajar cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik. Lima tipe utama dari model pembelajaran kooperatif adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI) (Slavin, 1995:5).


(16)

Slavin (1995 : 71) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif dan merupakan model yang cocok untuk para guru yang akan memulai model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan garis besar materi. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Dengan adanya kerja sama di dalam kelompok, siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam belajar kelompok, siswa diberi kebebasan mengenai cara menyelesaikan tugas kelompoknya, akan tetapi mereka semua harus bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami konsep yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok, bukan masing-masing individu. Oleh karena itu, kerjasama di dalam kelompok sangat diperlukan. Keberhasilan individu sangat mempengaruhi keberhasilan kelompok, karena setiap individu akan menyumbangkan nilainya untuk menentukan poin peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Kelompok yang berhasil memperoleh poin tertinggi berhak mendapat hadiah atau penghargaan. Dengan adanya pemberian penghargaan kelompok, siswa lebih terpacu dalam belajar.

Berdasarkan keterangan di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STADdapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakahpembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIII semester genap SMP N 3 Natar Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIII semester genap SMP N 3 Natar Tahun Ajaran 2011/2012?

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama dalam meningkatkan hasil belajar

siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.

a. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi sarana dalam menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang sejenis.


(18)

E.Ruang lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang dominan. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya atau akibat dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dikatakan berpengaruh bila :

Hasil belajar matematika pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pembelajaran konvensioal.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif,

dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang), siswa bekerjasama dalam tim untuk mengerjakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, Setelah selesai bekerja dalam tim, salah satu tim ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya sebagai perwakilan kelas.

3. Pembelajaran konvensional

Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru berperan aktif untuk menjelaskan materi, memberikan latihan dan tugas.

4. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan atau penguasaan siswa terhadap matematika setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran


(19)

kooperatif tipe STAD dan pembelajaran konvensional pada akhir akhir pokok bahasan. Hasil belajar dibatasi pada aspek kognitif yang direpresentasikan dengan nilai


(20)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

“Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator” (Lie, 2004:2). Dengan demikian, pembelajaran kooperatif harus mengarahkan siswa untuk belajar dalam kelompok dimana guru sebagai fasilitator harus mampu mengkondisikan siswa untuk dapat bekerja dalam kelompok masing-masing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slavin (1995:284) yang mengatakan “Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut mencapai hasil belajar yang tinggi”. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan menangani konsep-konsep yang sukar jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.Menurut Roger dan Jhonson (dalam Lie,2004 : 31), ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran kelompok biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.


(21)

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada setiap usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif , guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai. Dengan kondisi yang demikian tidak ada siswa yang dirugikan.

b) Tanggung jawab perseorangan

Hal ini merupakan akibat langsung dari ketergantungan positif. Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d) Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan intelektual, keterampilan berkomunikasi setiap anggota dalam kelompoknya.

e) Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompokdan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Pelaksanaan metode


(22)

pembelajaran kooperatif memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif dan alur proses belajar tidak harus berasal

dari guru menuju siswa

Urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Ibrahim dkk. (2000:10) dapat diketahui dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Ada enam langkah

utama di

dalam melaksanaka n pembelajara n kooperatif, menurut Streeter (dalam Suprayekti 2006 : 90), Pembelajara n dimulai dari guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan atau secara verbal.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siwa belajar.

Fase 2 Menyajikan

informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


(23)

Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama. Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, dan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu

Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa (Slavin, 1995:17). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk belajar dari temannya yang lebih memahami materi yang diajarkan. Siswa yang menguasai materi dengan baik berkesempatan untuk menjadi tutor bagi temannya sehingga pemahamannya lebih baik.

Lungdren (dalam Ibrahim dkk.,2000:18) mengemukakan bahwa:

“Manfaat dari pembelajaran kooperatif bagi siswa berprestasi rendah seperti berikut ini.

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

2. Rasa harga diri yang lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Angka putus sekolah rendah

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

7. Perselisihan antar pribadi berkurang

8. Sikap apatis berkurang

9. Pemahaman lebih mendalam

10. Motivasi lebih besar 11. Hasil belajar lebih baik

12. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi”

Pembelajaran kooperatif yang dilakukan dalam kelompok ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada temannya yang lebih memahami. Sehingga kerjasama ini mampu memberikan manfaat.


(24)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri

dari mengajar, belajar dalam kelompok, tes, dan pemberian penghargaan terhadap kelompok. Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995 : 71) adalah sebagai berikut.

a. Presentasi Kelas

Materi pelajaran disampaikan pada presentasi kelas, bisa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Hal ini penting karena akan membantu siswa dalam melaksanakan tes, dan skor tes mereka akan dihitung untuk memperoleh poin kelompok.

b. Belajar Kelompok

Setiap kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orangberdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis kelamin. Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa juga akan diberikan kebebasan menentukan cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan tugas tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh tiap anggotanya. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya.

c. Tes

Setelah melakukan beberapa kali pertemuan, siswa diberikan tes individu.

Pada saat tes siswa tidak boleh membantu satu sama lain. Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa.


(25)

Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor tes awal, kemudian siswa diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu diberikan berdasarkan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal. kriteria pemberian poin peningkatan

menurut Slavin (1995:159) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

e . Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus:

Nk

Kelompok

Anggota

Banyaknya

Kelompok

Anggota

Setiap

Peningka

Poin

Jumlah

tan

Berdasarkan poin peningkatan kelompok. Kriteria penghargaan kelompok tersebut seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok.

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15 Cukup

15 < Nk < 25 Baik

Nk > 25 Sangat baik

Slavin (1995 : 159) 3. Hasil Belajar


(26)

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Sardiman (2001 : 21) mengemukakan bahwa ”belajar merupakan perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dialami siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Hasil penilaian dapat memberikan informasi kepada siswa tentang sejauh mana penguasaan konsep yang telah dipelajari. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai keadaan siswa, ketepatan metode dan umpan balik sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut disebut sebagai hasil belajar.

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Ahmadi (1984:35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes. Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran, dan dapat diukur dengan alat tes. Ketercapaian suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang dapat diwujudkan dengan nilai setelah mengikuti tes.


(27)

B. Kerangka Pikir

Pada pembelajaran konvesional, guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran kemudian memberikan soal. Aktivitas siswa cenderung mendengarkan,

mencatat dan mengerjakan tugas hanya sedikit yang mengajukan pertanyaan Sehingga siswa tidak mendapat penglaman belajar dan dapat mempengaruhi hasil

belajar matematika siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan langkah yang tepat untuk memulai pembelajaran kooperatif ( cooperatif learning ). Mula-mula siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 siswa perkelompok. Pengelompokkan ini dimaksudkan agar siswa dapat berdiskusi dengan sesama anggota kelompok sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. siswa untuk belajar bersama teman tanpa harus terpusat oleh guru.

Siswa berkemampuan tinggi dalam kelompok kooperatif dapat memberikan bantuan kepada teman kelompoknya dalam memahami konsep yang dipelajari. Mereka juga diharapkan untuk memberikan motivasi kepada teman kelompoknya agar dapat memberikan sumbangan nilai bagi keberhasilan kelompok. Sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanyakan materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan baik. Adanya interaksi dalam kelompok secara tidak langsung membuat siswa aktif ikut serta dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dapat menambah aktivitas siswa dan akhirnya dapat berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah penentuan poin peningkatan individu. Dengan adanya poin peningkatan individu dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Poin peningkatan individu selanjutnya berdampak


(28)

pada penghargaan kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan poin perkembangan kelompok.

Kerangka pikir dapat di gambarkan sebagai berikut :

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar pada penelitian ini sebagai berikut. 1)Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 3 Natar memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2) Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk seluruh siswa diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian a) Hipotesis umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalahpembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

b) Hipotesis kerja

Hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan meng

Populasi

Kelas Eksperimen

Sampel

Kelas Kontrol

Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD

Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran Konvensional


(29)

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar semester genap tahun pelajaran 2011/2012.Sekolah ini terdiri dari lima kelas VIII yaitu A, B, C, VIII-D, VIII-Edengan satu kelas diantaranya sebagai kelas unggulan yaitu kelas VIII-B. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Tahap-tahap pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Dari 5 kelas, diambil 4 kelas yang bukan merupakan kelas unggulan. 2. Selanjutnya, diambil 2 kelas

3. Dari dua kelas terpilih, satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

Tabel 3.1 Daftar nilai rata-rata mid semester No. Kelas Nilai Rata-rata Siswa

1 VIII A 58,20

2 VIII B 63,50

3 VIII C 58,15

4 VIII D 58,35

5 VIII E 58,15

Setelah dilakukan tahapan pengambilan sampel diperoleh kelas VIII-C yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model


(31)

sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelaajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment (eksperimen semu ) menggunakan desain post-test only control design sebagaimana dikemukankan Furchan (1982:353) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Postes

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan STAD

C = Kelas Kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skor posttest pada kelas ekperimen

O2 = Skor posttest pada kelas control

Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Setelah pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes hasil belajar yangdilakukan pada kedua kelas dengan soal tes yang sama.

C. Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan

a. Observasi ke sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara pembelajaran guru matematika

b. Meminta data nilai matematika Ulangan Harian( mid semester )siswa pada materi sebelumnya untuk digunakan sebagai nilai awal siswa,


(32)

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

d. Membuat Lembar Kerja Kelompok yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

e. Membuat soal tes formatif. 2. Tahap pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan selama 6 kali pertemuan dan pada materi bangun ruang sisi datar. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

a. Membagi siswa ke dalam 8 kelompokyang terdiri dari 5 siswa pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

b. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas, dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.

c. Menentukan skor awal

Skor awal ditentukan dengan menggunakan hasil ulangan harian terakhir siswa. Urutan pembelajaran yang dilakukan:

1. Kegiatan Awal

a. Memberikan motivasi dan mempresentasika kepada siswa mengenai materi yang akan di-bahas.

2. Kegiatan Inti


(33)

b. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan lembar kerja kegiatan (LKK).

c. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa berdiskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau jalannya diskusi.

d. Guru memanggil kelompok secara acak agar para siswa dalam kelompok selalu mempersiapkan diri untuk mempresentasikan didepan.

3. Kegiatan Penutup

e. Guru dan siswa membahas hasil LKK.

f. Guru mengadakan kuis kepada para siswa, dan siswa dilarang berkerja sama. Kuis dilakukan setelah sekitar satu atau dua periode setelah siswa memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim.

g. Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikasi atau bentuk penghargaan tim. Skor kelompok dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka (individu).

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui tes yang diberikan pada akhir materi. Tes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.


(34)

Instrumen penelitian yang digunakan adalah perangkat tes. Tes merupakan penilaian terhadap hasil belajar. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Dalam upaya mendapatkan data yang akurat, maka tes harus memenuhi validitas dan reabilitas tes yang semestinya. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang ditinjau dari ke-sesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan. Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Jika penilaian guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga tes tersebut dikategorikan valid

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran tes.


(35)

Reliabel tes adalah keajegan atau ketepatan instrumen menilai apa yang dinilai. Sudijono (2011; 208) menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat

digunakan rumus alpha, yaitu :

dimana:

= Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan dari 0,70 ( ≥ 0,70), sehingga dalam penelitian ini kriteria reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70

2. Tingkat Kesukaran

Suatu tes dikatakan baik jika tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan kata lain mempunyai tingkat kesukaran yang sedang atau cukup.Menurut Karno To (dalam Noer, 2010: 23), tingkat kesukaran suatu butir soal dapat ditentukan dengan rumus berikut:

= dengan,

TK = Tingkat kesukaran suatu butir soal

JT = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal

IT = Jumlah skor maksimun yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

11 r

Si

2

               

2

2

11 1 1 Si

Si n

n r


(36)

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

15 . 0 00

.

0 TK  Sangat Sukar

30 . 0 16

.

0 TK  Sukar

70 . 0 31

.

0 TK  Sedang

85 . 0 71

.

0 TK  Mudah

00 . 1 86

.

0 TK  Sangat Mudah

Sudijono (dalam Noer, 2010: 23)

Dalam penelitian ini digunakan butir-butir soal dengan kriteria sedang dan membuangbutir-butir soal dengan kategori sangat sukardan terlalu mudah.

3. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2007: 177) yang dimaksud daya pembeda tes adalah kemampuan tes dalam memisahkan antar subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Menurut Karno To (dalam Noer, 2010: 23) daya pembeda dapat ditentukan dengan rumus berikut :

= −

dengan,

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yangdiolah IA = Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpetasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel :

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0,10 Sangat buruk

0,10 ˂ DP ≤ 0,19 Buruk

0,20 ˂ DP ≤ 0,29 Agar Baik, perlu revisi

0,30 ˂ DP ≤ 0,49 Baik

DP ≥ 0,50 Sangat baik

KarnoTo (dalam Noer, 2010)


(37)

dengan daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30. Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan Lampiran C.1 dan C.2, didapatkan data pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Data Uji Coba Tes Hasil belajar

Test No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Kesukaran Tingkat

uji coba

1

0,75 (Reliabilitas

baik)

0,39 (baik) 0,63 (sedang)

2 0,80 (sangat baik) 0,62 (sedang)

3 0,36 (baik) 0,69 (sedang)

4 0,49 (baik) 0,40 (sedang)

5 0,63 (sangat baik) 0,53 (sedang)

6 0,53 ( baik) 0,63(sedang)

7 0,62( sangat baik ) 0,38(sedang)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba diatas, seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Data Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai tes akhir yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata hasil belajar sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: 1) Hipotesis Uji:


(38)

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi: α = 5%

3) Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan 4) Keputusan uji:

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf nyata untuk pengujian  =5 %. Dalam hal lainnya H0 diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar siswa yang

diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

H0 :

12

22 (variansi homogen)

H1 :

12

22 (variansi tidak homogen)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut. 1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.


(39)

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:

4) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

5) Keputusan uji

Tolak H0 jika

x

2

x

21 k1 dan terima H0 jika

x

2

x

21 k1, dimana

x

21 k1 didapat

dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1).

3. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata.Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis uji H0 :1 2

   1 1 2 2 i i i n s n s

(log 2) 1

i n s B

 2

2 ln10 1log

i i s n B X

1 2 2   

n x x s i i


(40)

H1 :1>2

μ : rata-rata skor posttest dalam kelompok eksperimen. μ : rata-rata skor posttest dalam kelompok kontrol. 2) Taraf signifikansi :  = 5 %

3) Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1 2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2 4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ), terima Ho jika t hitung < t tabel.


(41)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada siawa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa di-bandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini didasarkan pada hal berikut :

 Nilai post test, yang memperlihatkan bahwa nilai terendah, nilai tertinggi,

dan rata – rata nilai hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan STAD lebih baik dari hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Selain itu, didapat temuan dalam penelitian ini bahwa pada saat pembelajaran STAD di kelas berlangsung siswa menjadi lebih aktif dalam usahanya memahami konsep, serta siswa menjadi semangat karena keinginannya dalam memperoleh penghargaan, baik penghargaan dari diri sendiri maupun penghargaan yang diberikan guru.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai Berikut :


(42)

35

1. Guru dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa matematika dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Diharapkan peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk

tidak hanya menilai aspek kognitifnya saja namun dapat menilai juga aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial siswa.

3. Diharapkan peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama agar


(1)

dengan daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,30. Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan Lampiran C.1 dan C.2, didapatkan data pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Data Uji Coba Tes Hasil belajar

Test No Soal Reliabilitas Daya Pembeda Kesukaran Tingkat

uji coba

1

0,75 (Reliabilitas

baik)

0,39 (baik) 0,63 (sedang) 2 0,80 (sangat baik) 0,62 (sedang)

3 0,36 (baik) 0,69 (sedang)

4 0,49 (baik) 0,40 (sedang)

5 0,63 (sangat baik) 0,53 (sedang)

6 0,53 ( baik) 0,63(sedang)

7 0,62( sangat baik ) 0,38(sedang)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba diatas, seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Data Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai tes akhir yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas

a) Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata hasil belajar sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: 1) Hipotesis Uji:


(2)

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi: α = 5%

3) Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan 4) Keputusan uji:

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf nyata untuk pengujian  =5 %. Dalam hal

lainnya H0 diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes hasil belajar siswa yang

diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

H0 :

12

22 (variansi homogen) H1 :

12

22 (variansi tidak homogen)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut. 1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.


(3)

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:

4) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

5) Keputusan uji

Tolak H0 jika

x

2

x

21 k1 dan terima H0 jika

x

2

x

21 k1, dimana

x

21 k1 didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1).

3. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata.Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis uji H0 :1 2

   1 1 2 2 i i i n s n s

(log 2) 1

i n s B

 2

2 ln10 1log

i i s n B X

1 2 2   

n x x s i i


(4)

H1 : 1> 2

μ : rata-rata skor posttest dalam kelompok eksperimen.

μ : rata-rata skor posttest dalam kelompok kontrol. 2) Taraf signifikansi :  = 5 %

3) Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2 4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ), terima Ho jika t hitung < t tabel.


(5)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada siawa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa di-bandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini didasarkan pada hal berikut :

 Nilai post test, yang memperlihatkan bahwa nilai terendah, nilai tertinggi, dan rata – rata nilai hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan STAD lebih baik dari hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Selain itu, didapat temuan dalam penelitian ini bahwa pada saat pembelajaran STAD di kelas berlangsung siswa menjadi lebih aktif dalam usahanya memahami konsep, serta siswa menjadi semangat karena keinginannya dalam memperoleh penghargaan, baik penghargaan dari diri sendiri maupun penghargaan yang diberikan guru.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai Berikut :


(6)

35 1. Guru dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa matematika dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Diharapkan peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk tidak hanya menilai aspek kognitifnya saja namun dapat menilai juga aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial siswa.

3. Diharapkan peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama agar mengambil secara acak dalam pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol


Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN TIPE NHT ( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011)

0 7 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 42

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 8 31

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 66

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas VIII F SMP Negeri I Natar Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011)

0 12 107

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 28 57

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 5 35

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130