Titrasi Asidi-Alkalimetri Titrasi Argentometri

2.8. Titrimetri

Dalam analisis titrimetri atau analisis kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki direaksikan dengan larutan baku standard yang kadar konsentrasi-nya telah diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung sesara kuantitatif. Larutan baku tiap liternya berisi sejumlah berat ekivalen senyawa baku. Berat atau kadar bahan yang diselidiki dihitung dari volume larutan serta kesetaraan kimianya. Larutan baku diteteskan dari buret kepada larutan yang diselidiki dalam tempatnya, misalnya labu Erlenmeyer atau gelas piala.Pekerjaan mereaksikan ini disebut dnegan titrasi atau menitrasi. Larutan baku yang diteteskan dapat pula disebut sebagai titran. Saat yang menyatakan reaksi telah selesai disebut titik ekivalen teoritis. Selesainya titrasi harus dapat diamati dengan suatu perubahan yang dapat dilihat jelas. Ini dapat dilihat dengan berubahnya warna atau dengan terbentuknya endapan kekeruhan. Perubahan ini dapat diamati karena larutan bakunya sendiri atau dengan bantuan larutan zat lain yang disebut indikator. Saat terjadinya perubahan yang terlihat dan emnandakan titrasi harus diakhiri disebut titik akhir titrasi yang menyatakan volume larutan baku yang terpakai dari buret sekian mililiter. Suatu titrasi yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen teoritis. Dalam kenyataan selalu ada perbedaan kecil. Beda ini disebut dengan kesalahan titrasi yang dinyatakan dengan milliliter larutan baku. Oleh karena itu, pemilihan indikator harus dilakukan sedemikian rupa agar kesalahan ini sekecil-kecilnya. Rohman, A., 2007.

2.8.1. Titrasi Asidi-Alkalimetri

Ini melibatkan titrasi basa bebas, atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu asam standar asidimetri, dan titrasi asam bebas, atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar alkalimetri. Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air. Vogel, 1994. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu, terutama senyawa organik tidak larut air. Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat misalnya NaOH. Rivai, H., 1996. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton asam dengan penerima proton basa. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Rohman, A., 2007.

2.8.2. Titrasi Argentometri

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa- senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat AgNO 3 pada suasana tertenru. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah: AgNO 3 + Cl - AgCl s + NO 3 - Reaksi-reaksi pengendapan yang lazim dipakai dalam gravimetri tidak dapat dipakai seluruhnya dalam titrasi pengendapan. Sebenarnya, hanya reaksi pengendapan dengan ion perak yang lazim digunakan dalam titrasi pengendapan, meskipun kadang-kadang dapat pula dipakai reaksi pengendapan dengan ion raksa I. Rivai, H., 1996. Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag + . Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah Universitas Sumatera Utara metode titrasi kembali. Perak nitrat AgNO 3 berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida. Sisa AgNO 3 selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat menggunakan indikator besiIII ammonium sulfat. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. Rohman, A., 2007. Pada titrasi cara Mohr untuk penentuan klorida dan bromida, ion kromat digunakan sebagai indikator. Dekat fengan kesetaraan ion perak bereaksi dengan ion kromat, membentuk endapan Ag 2 CrO 4 yang berwarna merah, sesuai dengan persamaan reaksi berikut:      4 2 2 4 2 CrO Ag CrO Ag Dengan demikian jelas bahwa penentuan ion klorida dengan cara titrasi Mohr harus dilakukan dalam larutan yang bersifat netral atau hampir netral. Batas-batas pH larutan yang diperbolehkan untuk melakukan titrasi ini adalah 7 sampai 10. Rivai, H., 1996.

2.8.3. Titrasi Kompleksometri