perubahan yang lebih besar pada preferensi makanan pada anak-anak jika model adalah anak yang lebih besar, seorang teman atau fictional hero. Orang dewasa yang tidak dikenal tidak
memiliki dampak pada preferensi makanan. Pada studi lainnya, peer modelling digunakan untuk mengubah preferensi anak-anak tentang sayur Birch, 1980, dalam Odgen, 2004.
Sikap orang tua terhadap makanan dan perilaku makan adalah sesuatu yang utama dalam proses belajar sosial. Wardle, 1995 dalam Odgen, 2004 menyatakan bahwa sikap orangtua
secara jelas mempengaruhi anak secara tidak langsung melalui pembelian makanan dan penyediaan makanan di rumah; mempengaruhi kebiasaan dan preferensi anak. Beberapa bukti
mengindikasikan pada orang tua yang mempengaruhi perilaku makan anak mereka. Sebagai contoh, Klesges,et al, 1991 dalam Odgen, 2004 menemukan bahwa anak-anak memilih
makanan yang berbeda ketika mereka diamati orangtua mereka dibandingkan dengan ketika mereka tidak diamati. Selain itu, Contento,et al.,1993 dalam Odgen, 2004 menemukan
hubungan antara motivasi kesehatan ibu dan kualitas diet anak-anak. Perilaku dan sikap anak menjadi pusat dari proses belajar sosial dengan penemuan penting bahwa ada asosiasi positif
antara orang tua dan diet anak-anak. Lowe et al. 1998 dalam Odgen, 2004 menyatakan bahwa preferensi makanan dapat
ditingkatkan dengan menawarkan reward pada konsumsi makanan target, sepanjang konteks simbolik dari reward adalah positif, dan tidak mengindikasikan bahwa memakan makanan target
adalah aktivitas yang bernilai rendah. Sepanjang anak tidak berpikir bahwa „saya ditawarkan suatu reward untuk memakanan
sayuran saya‟, disamping sayur menjadi hal negatif kemudian rewards
dapat diberikan.
2.4. Modelling
Modelling atau belajar model adalah proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat,
dilakukan secara sadar atau tidak. Belajar model ini sinonim dengan imitasi, identifikasi dan belajar melalui observasi Monks, dkk, 2006. Menurut Bandura dalam Monks, dkk, 2006,
kebanyakan tingkah laku orang terjadi karena pengamatan atau belajar model. Odgen 1996, menyatakan bahwa faktor belajar sosial adalah penting dalam pemilihan makanan. Hal ini
termasuk significant people dalam lingkungannya, terutama orang tua dan juga media, yang sering menawarkan informasi penting baru, menggambarkan peran model dan mengilustrasikan
perilaku dan sikap yang dapat diobservasi.
2.5. Pendekatan Behavioral Terhadap Perilaku Makan
Beberapa pendekatan behavioral yang berkaitan dengan perilaku makan, yaitu:
1. Associative learning
Belajar asosiatif berkaitan dengan dampak dari faktor-faktor, yang dipertimbangkan sebagai reinforcers dengan operant conditioning. Dalam hal perilaku makan, penelitian
menemukan bahwa makanan dapat dipasangkan dengan aspek lingkungan. Termasuk didalamnya, makanan dipasangkan dengan suatu reward, digunakan sebagai suatu reward
dan dikaitkan dengan konsekuensi fisiologis.
2. Rewarding eating behavior.
Beberapa penelitian sering menguji efek rewarding perilaku makan seperti: “jika anda
memakan sayur, makan saya akan menyenangkanmu”. Sebagai contoh, Birch et al., 1980 dalam Ogden, 2014 memberikan anak-anak makanan yang diasosiasikan dengan atensi
positif orang dewasa dibandingkan dengan situasi yang lebih netral, dan hal ini menunjukkan preferensi pada makanan tertentu. Penelitian akhir dalam menggunakan
video untuk mengubah perilaku makan menemukan bahwa menghadiahkan konsumsi sayuran dapat meningkatkan perilaku tersebut Lowe et al. 1998, dalam Ogden, 2004.
3. Food as the reward.
Penelitian akhir mengeksplorasi dampak penggunaan makanan sebagai suatu reward. Pada studi ini mengasosiasikan makanan dengan perilaku lainnya, seperti “jika anda berperilaku
baik, anda akan diberikan biscuit”. Birch et al.,1980 dalam Odgen, 2014 meneliti anak-
anak dengan makanan sebagai suatu reward, sebagai sebuah makanan ringan ataupun dalam suatu situasi non-sosial kontrol. Hasilnya menemukan bahwa penerimaan makanan
terhadap makanan meningkat ketika makanan diberikan sebagai suatu reward, tetapi kondisi netral lain tidak memiliki efek. Memberikan makanan sebagai suatu reward
meningkatkan preferensi terhadap makanan. Asosiasi antara makanan dan reward menekankan suatu peran bagi kontrol orang tua
melebihi perilaku makan. Beberapa penelitian menempatkan dampak dari control sebagai suatu studi mengindikasikan bahwa orang tua sering percaya bahwa akses terbatas pada makanan dan
larangan untuk memakan makanan adalah strategi tepat untuk meningkatkan preferensi makanan Casey Rozin, 1989, dalam Odgen, 2004.