Baik tidaknya kualitas pelayanan barang atau jasa tergantung pada kemampuan produsen dalam memenuhi harapan konsumen secara
konsisten. Konsumen yang merasa puas secara tidak langsung akan menciptakan loyalitas, dan mendorong terjadinya rekomendasi dari mulut
kemulut, bahkan dapat memperbaiki citra perusahaan di mata konsumen. Oleh karena itu kualitas pelayanan harus menjadi fokus utama perhatian
perusahaan. Suatu perusahaan dalam mempertimbangkan penerapan kualitas
pelayanan berhubungan dengan bagaimana perusahaan tersebut memposisikan dirinya dalam memahami nilai dasar pelanggan yang
tercermin pada konsep kepuasan pelanggan yang kuat. Kualitas layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan berhubungan dengan loyalitas
pelanggan yang pada akhirnya mendorong munculnya minat beli ulang dalam menggunakan jasa tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Muzakki 2013 yang melakukan penelitian tentang
“Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Lokasi, Harga Dan Fasilitas Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Studi kasus pada Pencucian mobil
Levi Auto Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen pada
pencucian mobil Levi Auto Semarang.
2. Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang Jasa Transportasi
Taxi Motor 86 di Sleman
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan uji t menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap minat beli ulang jasa transportasi
Taxi Motor 86 di Sleman. Hasil ini dibuktikan dari nilai t sebesar 4,113 nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 sig0,05, dan koefisien
regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,195; dengan demikian penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
“Terdapat pengaruh positif dan signifikan citra merek terhadap minat beli ulang jasa transportasi Taxi Motor 86 di Sleman”.
Faktor kedua yang mempengaruhi minat beli ulang adalah citra merek dari perusahaan tersebut. Citra adalah cara seseorang atau
sekelompok memandang sebuah benda. Perusahaan harus melakukan survei kembali terhadap publik secara periodik untuk melihat apakah kegiatan
yang dilakukan perusahaan sudah meningkatkan citranya. Pemasaran digunakan untuk menilai citra yang lebih baik Kotler, 2007:259.
Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi.
Citra yang baik berarti masyarakat khususnya konsumen mempunyai kesan positif terhadap suatu organisasi, sehingga citra yang kurang baik
berarti masyarakat mempunyai kesan yang negatif Sutisna, 2001:331. Citra dapat berperan untuk mengkomunikasikan harapan-harapan
bersamaan dengan gerakan-gerakan kampanye pemasaran eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra
mempunyai dampak pada adanya pengharapan. Citra yang positif lebih memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan
membuat orang-orang lebih mudah mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang negatif, menyulitkan bagi perusahaan untuk
berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih sulit mengerti
dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra juga merupakan faktor yang memengaruhi seorang konsumen
tentang pelayanan. Disini citra memengaruhi persepsi konsumen karena fungsinya sebagai filter penyaring dari suatu kegiatan-kegiatan
perusahaan. Jika citra baik, maka citra menjadi pelindung. Sebaliknya, jika citra yang negatif akan menimbulkan perasaan konsumen yang tidak puas
dan kecewa dengan pelayanan yang buruk. Citra yang negatif dan tidak jelas akan berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan dan hubungan
dengan konsumen. Sebaliknya citra positif dan jelas, misalnya citra organisasi dengan pengalaman yang sangat baik secara internal
menceritakan nilai-nilai yang jelas dan menguatkan sikap positif terhadap organisasi.
Dengan demikian citra merek sangat bernilai karena mampu mempengaruhi pilihan atau preferensi konsumen. Citra merek yang
memiliki kekuatan tinggi akan menarik minat konsumen untuk membeli. Perkembangan pasar yang demikian pesat mendorong konsumen untuk
lebih memperhatikan citra merek dibandingkan karakteristik fisik suatu produk. Dipertegas oleh penelitian yang dilakukan Pratama, 2014
menunjukkan bahwa citra merek mempengaruhi minat beli konsumen. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Pratama 2014 melakukan penelitian tentang “Analisis
Pengaruh Citra Merek, Daya Tarik Iklan, dan Harga terhadap Minat Beli Smartphone
Nokia Lumia Studi Pada Konsumen Smartphone Di Kota Semarang. Hasil penelitian menujukkan bahwa semua variabel independen
yaitu citra merek, daya tarik iklan, dan harga mempunyai pengaruh positif
terhadap variabel dependen yaitu minat beli.
3. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Merek terhadap Minat Beli