PENGARUH KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS X DI MAN 1 PONCOWATI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR PKn SISWA KELAS X DI MAN 1 PONCOWATI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Endang Lusiati

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terhadap motivasi belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap motivasi belajar PKn Siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, wawancara dan observasi. Tehnik analisis data menggunakan rumus Chi Kuadrat. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 330 dan sampel yang diambil sebanyak 46 responden.

Berdasarkan analisis data dan pengujian pengaruh yang dilakukan, maka dalam penelitian ini terdapat derajad keeratan, yaitu dengan koefisien kontingensi C = 0,68 dan = 0,81, diperoleh nilai 0,82. Dengan hasil 0,82 berada pada kategori sangat berpengrauh, hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas X di MAN 1 Poncowati. Oleh karena itu siswa diharuskan untuk meningkatkan pembelajaran melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan untuk meningkatkan motivasi belajar dengan baik.


(2)

PENGARUH KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR PKn SISWA KELAS X DI MAN 1 PONCOWATI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Endang Lusiati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan melalui seorang ibu yang telah banyak berdo’a dan senantiasa memberi semangat dalam hidup, juga seorang ayah, dengan penuh tanggung jawab. Penulis lahir di Desa Banjar Rejo pada tanggal 26 Juni 1991. Putri keenam dari delapan bersaudara, anak dari pasangan ibunda Munatatik dan Ayahanda Saeroji.

Penulis memulai sekolah di SD N 2 Banjar Ratu Kec. Way Pengubuan, Lampung Tengah. Lulus tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah di Paket B Tunas Mekar Sulusuban Kec. Seputih Agung, Lampung Tengah lulus tahun 2007. Alhamdulillah masih bisa melanjutkan di sekolah MA Tri Bhakti At-Ikhlas Bumi Mas, Bumi Kencana, Lampung Tengah lulus tahun 2010.

Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi S1 Jurusan IPS Progran Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis juga pernah jadi GEMA (Generasi Muda) FPPI sebagai Anggota Sosmas. Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sebagai salah satu mata kuliah wajib dengan tujuan Jakarta-Badung-Yogyakarta pada tanggal 26-31 Januari 2013. Penulis juga telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Liwa selama tiga bulan, terhitung sejak bulan Juli sampai September 2014.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam atas rahmat Allah SWT,

Tuhan Yang Maha Esa, ku selesaikan karya ini sebagai

tanda bakti dan cinta ku kepada:

Ayahandaku yang telah memberikan do’a dan dukungan dalam setiap

langkah yang kutempuh. Untuk Ibundaku tercinta yang karena,

kesabaran dan pengorbanannya dalam mendidik, membesarkan, dan

selalu mendo’akanku disetiap sujudnya untuk keberhasilanku.


(8)

MOTO

La Tahzan,”Innallahama’ana”

Sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan

(Q.S Al-Insyirah : 6)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk

tenang dan sabar

(Khalifah Umar)

Hidup butuh perjuangan untuk menentukan suatu cara untuk hidup yang sesungguhnya


(9)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Guru Dalam Membuat Rencan Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Drs. Holilulloh, M.Si selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik dan Bapak HermiYanzi, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, penulis juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada:


(10)

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum. Selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs Zulkarnain, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Pembahas I terimakasih atas saran, kritik dan masukan dalam skripsi ini.

7. Bapak Rohman, S.Pd, M.Pd., selaku Pembahas II terimakasih atas saran, kritik dan masukan dalam skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak Drs. H. AR Aminullah, MM, selaku Kepala MAN 1 Poncowati, terima kasih atas izin penelitiannya.


(11)

bimbingannya beserta Bapak dan Ibu guru MAN 1 Poncowati serta staf tata usaha yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Terimakasih untuk anak-anak MAN 1 Poncowati yang telah bersedia mengisi angket penelitian skripsi ini.

12.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda ku Saeroji dan Ibundaku Munatatik terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi serta finansial yang tidak pernah terbanyarkan. Dan kakak-kakakku serta adik-adikku tersayang yang telah memberi dukungan dan semangat serta do’a yang begitu berarti.

13.Keluarga besarku terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

14.Teristimewa untuk keluarga kecil kakakku Munawar Shodiq dan Istri Fitriyana serta kedua Keponakaanku M. Farzan Ahza dan Mufidhah Zakiatul Khanzah yang telah memberikan semangat dan senyum disaat lelah mendatangiku.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Suci Daniati, Nur Khasanah dan Lusi Linda Sari terimakasih untuk semangat dan banyaknya warna yang kalian torehkan, semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada untuk selamanya.

16.Teman-teman PPKn angkatan 2011 ganjil maupun genap, terima kasih untuk kekompakan dalam suka maupun duka dan juga atas pengalaman-pengalaman terbaik yang belum pernah aku rasakan dalam kehidupan ini.


(12)

motivasi dan segala bantuan serta canda tawa sehingga membuat hari-hari menjadi indah.

18.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,

Endang Lusiati NPM 1113032017


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Penelitian ... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 11

2. Ruang Lingkup Subjek ... 12

3. Ruang Lingkup Objek ... 12

4. Ruang Lingkup Tempat ... 12


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis ... 13

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 13

a. Motivasi ... 13

b. Belajar ... 16

c. Motivasi Belajar ... 18

d. Fungsi Motivasi ... 20

e. Macam-macam Motivasi ... 21

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 23

2. Pengertian Kemampuan Guru ... 27

a. Pengertian Kemampuan ... 27

b. Pengertian Guru ... 29

c. Peranan Guru ... 30

d. Kemampuan Guru ... 34

e. Macam-macam Kemampuan Guru ... 36

f. Jenis-jenis Kemampuan Guru ... 41

g. Syarat-syarat Kemampuan Guru ... 41

h. Karakteristik Kemampuan Guru ... 41

3. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 42

a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 42

b. Komponen Perencanaan Pembelajaran ... 44

c. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ... 49

d. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

3. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 50

B. Penelitian Yang Relevan ... 53

C. Kerangka Pikir ... 54

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 56

B. Populasi dan Sampel ... 56

1. Populasi ... 56

2. Sampel ... 57

C. Variabel Penelitian ... 58

1. Variabel Bebas (X) ... 58

2. Variabel Terikat (Y) ... 58

D. Defini Konseptuan dan Definisi Operasional ... 58

1. Definisi KonseptuanVariabel ... 58

2. Definisi Operasional Variabel ... 59

E. Rencana Pengukuran Variabel ... 60

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

1. Teknik Pokok ... 61

a. Angket ... 61

2. Teknik Penunjang ... 61

a. Wawancara ... 61

b. Dokumentasi ... 62

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 62

1. Uji Validitas ... 62


(15)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Penelitian ... 67

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 67

2. Penelitian Pendahuluan ... 68

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 69

4. Pelaksanaan Penelitian ... 69

5. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 70

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 75

1. Sejaran MAN Poncowati ... 75

2. Visi dan Misi MAN Poncowati ... 76

C. Deskripsi Data ... 77

1. Pengumpulan Data ... 77

2. Penyajian Data ... 78

D. Pengujian Data ... 96

1. Pengujian Pengaruh ... 96

2. Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ... 99

E. Pembahasan ... 101

1. Kemampuan Guru Dalam Membuat RPP ... 101

2. Motivasi Belajar PKn Siswa ... 104

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data hasil pengamatan proses pembelajaran kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran TP 2014/2015... 8 3.1 Jumlah populasi siswa kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung

Tengah Tahun Pelajaran Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 57 3.2 Data jumlah siswa yang menjadi sampel di MAN 1 Poncowati

Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 57 4.1 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari Sepuluh Siswa Responden

diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X ... 71 4.2 Distribusi Hasil Uji Coba Angket Dari Sepuluh Siswa Responden

diluar Sampel Untuk Item Genap (Y) ... 72 4.3 Distribusi Antara Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y) Dari Uji Coba

Angket Kepada Sepuluh Responden Siswa diluar Sampel ... 73 4.4 Distribusi Skor Angket Indikator Kemampuan Menentukan Strategi

Afektif Dalam Pembelajaran ... 78 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Kemampuan Menentukan Strategi

Afektif Dalam Pembelajaran ...79 4.6 Distribusi Skor Angket Indikator Kemampuan Membuat Pembelajaran Yang Afektif ...80 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Kemampuan Membuat Pembelajaran

Yang Afektif ...81 4.8 Distribusi Skor Angket Pengaruh Kemampuan Guru Dalam Membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... .... 82 4. 9 Distribusi Frekuensi Pengaruh Kemampuan Guru Dalam Membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran ... ... 84 4.10 Distribusi Skor Angket Indikator Minat dan Ketekunan ... 85 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Minat dan Ketekunan... 86 4.12 Distribusi Skor Angket Indikator Keinginan Untuk Mencapai Kemajuan ... 87


(17)

4.13 Distribusi Frekuensi Indikator Keinginan Untuk Mencapai Kemajuan... 88 4.14 Distribusi Skor Angket Indikator Ulet Dalam Belajar dan

Menghadapi Kesulitan ... ... 89 4.15 Distribusi Frekuensi Indikator Ulet Dalam Belajar dan Menghadapi

Kesulitan... 90 4.16 Distribusi Skor Angket Indikator Senang Mencari dan Menyelesaikan Masalah ... 92 4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Senang Mencari dan Menyelesaikan

Masalah ... 93 4.18 Distribusi Skor Angket Motivasi Belajar Pkn Siswa ... 94 4.19 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar PKn Siswa... 95 4.20 Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Pengaruh

Kemampuan Guru Dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajran Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati

Terbanggi Besar Lampung tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 97 4.21Daftar Kontingensi Perolehan Data Pengaruh Kemampuan Guru Dalam

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015... 98


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembantu Dekan 2. Surat Penelitian Pendahuluan 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari MAN 1 Poncowati 5. Angket Penelitian

6. Distribusi Skor Angket Kemampuan Guru dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ataupun latihan untuk masa yang akan datang. Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang bermutu memiliki pengetahuan, menguasai teknologi dan mempunyai keterampilan teknis yang memadai serta pendidikan mampu membangun kemandirian bangsa, yang menjadi prasyarat mutlak dalam memasuki persaingan antar bangsa. Sehubungan dengan itu, dunia pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, inovatif dan religius dalam pemecahan masalah, berani, bermoral, berakhlak mulia, siap menghadapi perubahan, dan mampu bersaing di dunia luas yaitu nasional dan internasional.

Maka disini peran guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk dijadikan patokan dalam mengajar harus bisa membuat siswa bersemangat terutama dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dijelaskan dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang antara lain


(21)

mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Hal ini dimaksudkan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan sekolah, kompetensi paedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Suatu penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang menuntun tercapainya suatu tujuan pendidikan, pemerintah pun memberikan kebebasan terhadap masing-masing sekolah untuk membuat desain pembelajaran yang menarik agar mampu membuat siswa bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar. Dalam memotivasi, guru juga harus bisa menentukan situasi dimana kegiatan belajar-mengajar bisa


(22)

berlangsung, di saat akan memulai pelajaran disini guru harus mampu membuat siswa penasaran dan termotivasi untuk mendapatkan pembelajaran sesuai dengan keinginannya.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, dalam proses tersebut terkandung multi peran guru. Peran guru dalam upaya mengimplementasikan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan meliputi; merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.

Peranan guru berkenaan dengan perencanaan kurikulum adalah guru membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran maksudnya adalah membuat persiapan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas.

Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan mampu melakukan persiapan pembelajaran, baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi psikis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi: penentuan tujuan/kompetensi/indikator yang diharapkan, menentukan materi/bahan pelajaran, menentukan media, metode, alat pembelajaran, dan merencanakan penilaian pembelajaran.


(23)

Kegiatan merencanakan merupakan upaya sistematis dalam upaya mencapai tujuan. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik diharapkan akan mempermudah pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Memiliki guru yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum merupakan harapan bagi pemimpin pada tingkat satuan pendidikan. Akan tetapi, pada kenyataannya masih saja ditemukan adanya guru-guru yang belum mampu melakukan hal tersebut. Salah satunya dalam membuat perencanaan pembelajaran.

Disini dijelaskan bahwa peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam mewujudkan masa depan, siswa harus mempunyai motivasi yang tinggi, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan pembelajaran tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki peserta didik dapat tercapai. Sehingga motivasi sangatlah penting pengaruhnya untuk siswa. Pendidikan yang formal yang dilakukan di dalam kelas harus mampu menumbuhkan motivasi untuk siswa dan dapat memperoleh prestasi yang optimal dan dapatkan membanggakan dirinya maupun orang lain.


(24)

Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah berasal dari siswa itu sendiri, yaitu minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik. Minat adalah kecenderungan seseorang untuk merasa pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa ketertarikan terhadap sesuatu akan membentuk motivasi yang akhirnya teraktualisasi dalam perilaku belajarnya. Syarat yang penting untuk memulai sesuatu adalah minat terhadap apa yang mau dipelajari. Tanpa minat dan hanya didasari atas dasar terpaksa, maka tidak akan tercipta motivasi belajar sehingga hasil yang di dapat tidak akan optimal meskipun cara belajar yang digunakan sudah efektif. Dan faktor lainnya adalah cita-cita, timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan kepribadian. Cita-cita untuk menjadi seseorang (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajar. Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang diinginkan.

Cita-cita menjadi sebuah kenyataan dalam pelajaran harus menggunakan desain pembelajaran yang sesuai dengan siswa dalam mata pelajaran yang akan disampaikan guru pada nantinya sehingga didalam sebuah proses pembelajaran bisa membantu siswa dalam memahami pelajarannya dan bisa bermotivasi untuk mencapai cita-citanya. Di dalam sebuah pelajaran


(25)

hedaknya memang harus menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pada akhirnya dan bisa selalu memotivasi siswa di dalam belajar.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dinyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dijelaskan juga dalam pasal 20 di ungkapkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan, jenis kelamin, agama, ras, suku, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik

guru serta nilai-nilai agama dan etika, dan

5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Demikian telah dijelaskan diatas bahwa untuk menjadi guru, seseorang wajib memiliki kualifikasi akademik (kualifikasi terkait dengan tingkat pendidikan formal minimun seorang calon guru), dan kompetensi


(26)

(sekumpulan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selanjutkan kemampuan ini dijabarkan dalam empat kemampuan yakni: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional), namun pada faktanya banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pelajaran PKn begitupun yang dialami oleh para siswa di MAN 1 Poncowati, berdasarkan observasi dan wawancara. MAN 1 Poncowati merupakan sekolah setara dengan sekolah tingkat menengah atas yang terdapat di kecamatan Terbanggi Besar yang memiliki siswa yang bervariasi motivasi belajarnya. Hal ini diketahui berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan penulis tentang motivasi belajar siswa kelas X di MAN 1 Poncowati, dengan menggunakan suatu desain pembelajaran yang tepat untuk para siswa di harapkan mampu menumbuhkan motivasi belajarnya, dibanding dengan pelajaran lain Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memang terlalu mudah jika di pikir tapi tidak semudah yang dipikirkan, ada juga siswa yang menganggap pelajaran ini susah sehingga mengurangi minat siswa untuk belajar sehingga motivasi belajarnya kurang, hal itu juga yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa.

Uraian diatas, data diperoleh melalui hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bimbingan konseling dan guru PKn. Ada siswa yang memiliki tingkat motivasi tinggi, sedang, rendah. Berikut ini di buktikan dengan tabel hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran bimbingan konseling terkait dengan motivasi belajar peserta didik kelas X di MAN 1


(27)

Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Hasil Pengamatan Dalam Proses Pembelajaran Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Komponen-komponen

1. Kedisiplinan dalam belajar Disiplin 2. Fokus dalam mengikuti

pembelajaran

Kurang fokus 3. Keaktifan dalam proses

pembelajaran

Kurang aktif 4. Ketekunan dalam

pembelajaran

Kurang tekun 5. Tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas

Kurang tanggung jawab

Sumber: Guru Bimbingan Konseling di MAN Poncowati

Berdasarkan tabel 1.1 Diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelas X di MAN 1 Poncowati pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan masih tergolong kurang. Terdapat peserta didik yang kurang fokus dalam memperhatikan pelajaran ketika guru sedang menjelaskan di kelas, peserta didik cenderung masih kurang tanggung jawab dalam tugas, belum fokus dalam pelajaran dan mengobrol ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran, walaupun peserta didik kelas X MAN 1 Poncowati ini tingkat keaktifan belajarnya kurang, namun ada motivasi yang diberikan guru dengan memberikan nilai tambahan dalam pertemuan belajar dari peserta didik, di dukung juga dengan peraturan kedisiplinan sekolah yang membiasakan peserta didiknya harus disiplin. Rendahnya motivasi peserta didik terlihat juga dari kurang minat dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal ini diduga karena kurangnya motivasi belajar peserta didik baik dari dalam diri maupun luar


(28)

diri peserta didik, hal ini kreativitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran diperlukan menggunakan pendekatan yang sesuai dan menarik untuk keadaan siswa.

Adapun faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar tersebut diantaranya adalah (1) faktor internal yaitu: a) faktor penguasaan terhadap komponen belajar siswa, b) motivasi guru dalam proses pembelajaran, (2) faktor eksternal yaitu: a) fasilitas pembelajaran, b) dukungan dan motivasi dari kepala sekolah.

Penulis menduga salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah kemampuan guru dalam merancang pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, maka meneliti tertkait dengan

“Pengaruh Kemampuan Guru dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1

Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terkait motivasi belajar siswa.


(29)

3. Partisipasi guru dalam pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada: “Kemampuan Guru dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar PKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada Pengaruh Kemampuan Guru dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar PPKn Siswa Kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Pengaruh Kemampuan Guru dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terhadap Motivasi Belajar PPKn Siswa Kelas X di MAN Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian yang dilakukan oleh seseorang diharapkan dapat memiliki manfaat tertentu. Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :


(30)

a) Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan paedagogik, prinsip dan prosedur ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang wilayah kajian PPKn mengkaji kemampuan guru dalam membuat RPP sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap dunia pendidikan.

b) Secara Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar, karena di setiap masalah pasti ada solusinya.

b. Bagi guru, penelitian ini agar dapat mengembangkan strategi untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dan kebutuhan siswa dikelas sehingga dapat memaksimalkan motivasi belajar siswa.

c. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk menjaga intensitas belajar siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi berprestasi.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya kajian paedagogik dalam Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan. Khususnya membahas tentang dimensi Pendidikan nilai dan moral dan dimensi Pendidikan Kewarganegaraan.


(31)

2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah.

3. Ruang Lingkup Obyek

Ruang lingkup obyek pada penelitian ini adalah : 1) Kemampuan Guru PPKn Membuat RPP dan, 2) Motivasi Belajar PKn Siswa.

4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat pada penelitian ini adalah di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah.

5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian pendahuluan yang dikeluarkan olek Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 13 Oktober 2014 sampai tanggal 14 Maret 2015.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

I. Pengertian Motivasi Belajar a. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan pada peserta didik yang sedang belajar untuk merubah tingkah laku. Keinginan untuk belajar timbul dari kebutuhan seseorang untuk mencapai tujuan. Dorongan dan keinginan dalam belajar untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya inilah yang disebut dengan motivasi belajar.

Mc Donald (dalam Oemar Hamalik, 2011: 106) merumuskan bahwa

“motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan”. Mc Donald juga mengemukakan bahwa dalam motivasi ada tiga

elemen yang saling berkaitan, yaitu:

1. Bahwa motivasi itu dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi individu masing-masing.

2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan afektif.

3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini disebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan.

Dari ketiga elemen tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya


(33)

perubahan suatu energi pada diri manusia sehingga akan terkait dengan persoalan timbulnya perasaan dan menimbulkan suatu reaksi untuk kemudian melakukan sesuatu. Semua itu dorongan untuk mendapatkan suatu tujuan dan keinginan.

Pendapat lain dari Juhri (2009: 113) mengemukakan juga bahwa

“motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya untuk

melakukan sesuatu, sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,

baik disadari maupun tidak disadari”. Pendapat ini berarti bahwa

motivasi menjelaskan mengapa ada seseorang yang berperilaku seperti itu untuk mencapai serangkaian tujuan. Dengan demikian, motivasi membuat seseorang melakukan sesuatu cara untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dengan tanpa di sadarinya.

Dikemukakan juga oleh Frederick J. Mc Donald (dalam Soemanto, 2006:

206) “motivasi adalah perubahan tenaga dari dalam diri seseorang yang

ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan dimana di dalamnya merupakan bagian dari belajar. Dorongan yang timbul untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dalam belajar diperoleh

dari proses belajar”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas bahwa motivasi itu daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya. Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Dengan tujuan adalah


(34)

sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu selain itu motivasi dipengaruhi oleh keadaan atau suasana emosional seseorang, sehingga guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dengan melihat kondisi peseta didik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar seseorang sehingga berkeinginan untuk merubah tingkah laku atau aktivitas yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Atau dapat pula di simpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada indikator dan unsur-unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Uno (2008: 23) indikator yang mendukung keberhasilan itu adalah sebagai berikut :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang sisiwa dapat belajar dengan baik. Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: (1) kebutuhan, (2) dorongan, (3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.


(35)

Maslow (dalam Uno, 2008: 41) membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis (berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan, sandang, dan perumahan)

2. Kebutuhan akan perasaan aman (berkenaan dengan keamanan yang bersifat fisik dan psikologis)

3. Kebutuhan social (berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan maju, dan pemilikan diri)

4. Kebutuhan akan penghargaan diri (berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahuai dan memahami, kebutuhan estetika: keserasian, keteraturan dan keindahan, kebutuhan aktualisasi diri: mendapat kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan, bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: (a) mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

b. Belajar

Belajar merupakan tanggung jawab seluruh manusia. Yang masih belajar sebagai peserta didik maupun mahasiswa dan manusia yang hidup karna


(36)

belajar sendiri adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang belum tahu menjadi tahu dan untuk merubah tingkah laku menjadi lebih baik.

Uno (2012: 23) berpendapat bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik dan penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan

untuk mencapai tujuan tertentu”. Hal ini sesuai dengan teori belajar

tingkah laku menurut Thorndike (Uno, 2008: 11) mengemukakan bahwa

belajar adalah: “proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa

pikiran, perasaa, atau gerakan)”. Kesimpulannya bahwa menurut

Thorndike perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak bisa diamati). Di dalam belajar misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap objek yang dikerjakan. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktek merupakan stimulus, dan siswa menggunakan pemikirannya, melakukan kegiatan praktik merupakan respon yang hasilnya langsung dapat diamati. Dengan demikian, pandangan Thorndike mengarah pada hasil langsung belajar atau tingkah laku yang ditampilkan.

Skinner (Uno, 2008: 13) berpendapat “deskripsi hubungan antara stimulus dan respons, untuk menjelaskan perubahan tingkah laku (dalam


(37)

Menurut Sardiman A.M. (2011: 18) yang menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan

misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.

Ada pula pendapat dari Dimyati dan Mudjiono (2006: 76) bahwa “belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau perolehan pengalaman individual

yang unik”. Pengertian yang sejalan juga dikemukakan oleh Ahmad

Rohani (2010: 19) “belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan tingkah laku”.

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian diatas tentang belajar adalah perubahan tingkah laku yang didasari dengan stimulus dan respon untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampiran yang hasil dengan tujuannya dapat diamati dan juga tidak dapat diamati. Peneliti juga mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan yang belum tahu menjadi tahu dan untuk merubah tingkah laku menjadi lebih baik.

c. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan dorongan pada peserta didik yang sedang belajar untuk mencapai prestasi. Menurut WS. Winkel (2001: 150) menyatakan

bahwa “motivasi belajar merupakan keseluruhan pada daya penggerak

psikis di dalam peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan”.


(38)

Sedangkan menurut Nanang (2009: 26) menyatakan bahwa “motivasi

belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, alat pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka

perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.

Dari pendapat diatas motivasi belajar merupakan kekuatan dan mental yang terdapat pada diri seseorang dan kekuatan untuk mendorong terjadinya proses belajar. Melemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi dalam belajar akan menimbulkan melemahnya kegiatan belajar. Mutu hasil belajarpun akan menjadi lemah. Oleh karena itu motivasi belajar pada peserta didik harus diperkuat dan dibuat menyenangkan di dalam proses belajarnya.

Kuat atau lemahnya motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dari rutinitas atau aktivitas peserta didik yang dilakukan di sekolah setiap harinya. Sardiman A.M. (2011: 83) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang terdapat pada diri seseorang, yaitu sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4. Lebih senang bekerja sendiri

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6. Dapat mempertahankan pendapatnya

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Berdasarkan pendapat diatas mengenai ciri-ciri motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mempunyai beberapa ciri diatas


(39)

akan berhasil dengan baik, dan pastinya akan mencapai tujuan yang diharapkan dan dapat menimbulkan pengetahuan, keterampilan yang diharapkan dan mencapai tujuan.

d. Fungsi Motivasi

Motivasi yang mendorong untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Hasil belajar menjadi optimal jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik bergantung kepada besar tidaknya motivasi belajar itu. Demi suksesnya belajar motivasi belajar itu haruslah kuat. Terdapat beberapa fungsi penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran menurut Uno (2012: 27) yaitu: (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguatan belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan

belajar, dan (d) menentukan ketekunan belajar”.

Menurut Ahmad Rohani (2004: 11) fungsi motivasi sebagai berikut:

“memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik agar tetap berminat dan siaga, memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar, membantu emenuhi

kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang”.

Pendapat dari Sardiman A.M. (2011: 85) bahwa ada tiga fungsi motivasi, yaitu:


(40)

1. Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2. Menentukan arah perbuatan, kearah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan dan menyisihkan apa ynag tidak bermanfaat bagi tujuannya.

Seperti yang dijelaskan diatas, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menimbulkan hasil yang baik juga. Jadi dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan menghasilkan prestasi yang baik.

e. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam dari motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Sardiman A.M. yaitu:

a. Motivasi yang dilihat dari dasar pembentukannya (motif-motif bawaan, motif-motif yang dipelajari).

b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis (motif atau kebutuhan organis, motif darurat, dan motif objektif).

c. Motivasi jasmani dan rohani. d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

Pendapat lain dari Uno (2008: 7) ada dua yaitu: “motivasi instrinsik,

yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau keinginan sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk-bentuk insentif

atau hukuman”. Konsep motivasi instrinsik ini mengidentifikasikan tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu, apabila ia menyenangi kegiatan itu, maka termotivasi untuk melakukan kegiatan


(41)

tersebut. Jika seseorang menghadapi tantangan dan ia merasa yakin dirinya mampu maka biasanya orang tersebut akan mencoba melakukan kegiatan tersebut. Pengaturan diri merupakan bentuk tertinggi penggunaan kognisi. Sehingga motivasi dapat diartikan sebagai dorongan rasa ingin tahu yang menyebabkan seseorang untuk memenuhi kemauan atau keinginannya. Dan untuk mendorong kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya.

Motivasi intrinsik berisi :

1. Penyesuaian tugas dengan minat 2. Perencanaan yang penuh variasi 3. Umpan balik atas respons siswa

4. Kesempatan respons peserta didik yang aktif, dan

5. Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.

Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah “motivasi yang disebabkan oleh

keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang berbentuk oleh faktor-faktor eksternal berupa ganjaran dan

atau hukuman”. Motivasi ekstrinsik sendiri berisi tentang :

1. Penyesuaian tugas dengan minat 2. Perencanaan yang penuh variasi 3. Respons siswa


(42)

5. Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya

6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yakni : 1) Faktor Internal 2) Faktor Eksternal 3) Faktor Pendekatan Belajar.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikaf conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (factor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa berintelijensi tinggi (factor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (factor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran.

1. Faktor Internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek, yakni : aspek fisiologis (jasmani), psikologis (rohaniah).

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,


(43)

apalagi jika disertai pusing kepala berat, misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang di pelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

b. Aspek Psikologis

Adapun yang dimaksud dengan faktor psikologis yaitu: Bakat, minat, intelegensi dan kemampuan dasar.

1). Bakat adalah kemampuan bawaan seseorang sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat akan dapat menentukan proses belajar seseorang. Siswa yang berbakat di suatu bidang sudah tentu mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut. Jadi prestasi belajar perwujudan dari bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Ketidakmampuan seseorang anak berbakat untuk berprestasi sesuai dengan potensinya disebabkan oleh potensi lingkunganya yang kurang sesuai untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Kondisi lingkungan tersebut antara lain taraf sosial ekonomi yang rendah, tempat tinggal terpencil yang tidak dapat menyediakan fasilitas pendidikan dan kebudayaan.

2). Minat

Faktor minat juga sangat dipengaruhi keberhasilan siswa dalam mengikuti belajar. Minat merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan prestasi belajar siswa.


(44)

Di kemukakan juga bahwa Minat adalah suatu gejala tingkah laku, ingin sesuatu yang lebih banyak dan selanjutnya akan mencerminkan suatu tujuan. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik dengan gemilang terhadap pelajaran tertentu, maka siswa harus benar-benar berminat tinggi pada pelajaran tersebut. Siswa yang mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran agama dan merasa senang juga berhasrat dan giat dalam belajar agama sehingga siswa tersebut akan mencapai prestasi atau hasil belajar yang tinggi dalam bidang pendidikan agama.

3). Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga sering dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman. Dijelaskan juga intelegensi merupakan kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi dan kondisi yang baru.

4). Kemampuan Dasar

Pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang telah diperoleh anak pada sekolah sebelumnya. Seorang anak yang telah melanjutkan studinya ke sekolah lanjutan, akan menentukan keberhasilan di sekolah selanjutnya dalam


(45)

proses belajar. Hal ini tentu membawa pengaruh bagi anak dalam menerima pelajaran keselanjutnya, karena anak yang sudah mempunyai kemampuan dasar dengan mudah memahami pelajaran lanjutan.

2. Faktor Eksternal

Siswa Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni : faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a). Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut.

b). Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu


(46)

belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar, seperti faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa, hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagai mana yang telah di paparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan dan proses pembelajaran siswa tersebut.

2. Pengertian Kemampuan Guru a. Pengertian Kemampuan

Guru dalam melaksanakan tugas-tugas dengan baik memerlukan kemampuan. Kemampuan diperlukan agar tugas-tugas guru dapat sesuai dengan tujuan. Cooper dalam Prawito (2012: 3) mengemukakan bahwa “guru harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas dan mengevaluasi hasil belajar”.


(47)

Kemampuan guru yang biasa di sebut dengan istilah kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan merupakan suatu penilaian individu terhadap hasil yang diharapkan. Menurut Robbin (2006: 67) pengertian kemampuan yaitu:

Kemampuan merupakan bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan kemampuan intelektual berkaitan dengan aktivitas mental.

Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan kemampuan merupakan kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengertian kemampuan juga dikemukakan oleh Soehardi (2003: 24) yaitu yang dimaksud “kemampuan atau abilities ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara fisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar dan dari pengalaman”. Sedangkan menurut Prawito dalam Stepen P. Robbins (2006: 52) “kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam pekerjaan tertentu”.

Kemampuan sangat di butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, seperti menurut pendapat Prawito (2012: 112) “kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik”.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan individu untuk melakukan


(48)

suatu pekerjaan guna mendapatkan hasil untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan yang dimiliki seseorang dapat diperoleh sejak lahir melalui proses belajar dan pengalaman.

b. Pengertian Guru

Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi/ kemampuan adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan UU RI No 14 Tahun 2005, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Sedangkan menurut pendapat Oemar Hamalik (2009: 5) menyatakan bahwa ”guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan menuntun murid-murid


(49)

untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan”.

Definisi guru menurut Keputusan Menteri Pendidikan, “guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang di beri tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di

sekolah”. Sedangkan menurut Djam’an dkk (2012: 25) “guru adalah sebagai panutan yang harus di gugu dan di tiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan tenaga pendidik profesional yang di beri tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik guna menjadi manusia yang kreatif, cerdas, mandiri dan bermoral baik.

c. Peranan Guru

Berdasarkan Departemen Pendidikan Nasional (2005) yaitu:

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian. Guru berperan sebagai pembimbing dan dalam hal ini menyangkut fisik dan juga mental anak didik. Guru merupakan pemimpin dimana guru di harapkan mempunyai kepribadian dan pengaruh untuk memimpin anak didiknya.


(50)

Menurut Djamarah (2000 : 36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah:

Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. 2 Tahun 1983 Sebagai prantara dalam belajar Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan. Menurut James W. Brown dalam Sardiman A.M (2008: 144) mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain “menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa”. Sedangkan menurut PreyKartz dalam Sardiman A.M (2008: 144)

“menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar untuk menbentuk karakter dan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dari beberapa pendapat di atas maka secara singkat dapat dijelaskan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

1. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.


(51)

2. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua di organisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efek-efek dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinfocement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lama di kenal

dengan istilah “ Ing madya mangun karsa”. Peranan guru sebagai

motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance dalam anti personalisasi dan sosial diri.

4. Pengarah atau director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.


(52)

5. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat di contoh oleh anak didiknya. Jadi, termasuk pula dalam lingkup

semboyan “ingarso sungtulodo”.

6. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

7. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interkasi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini termasuk pula

dalam lingkup semboyan “ tut wuri handayani”.

8. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9. Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang


(53)

akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Dalam memberikan nilai atau criteria keberhasilan tidak cukup hanya di lihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang di ujikan, tetapi masih perlu adanya pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa peran guru sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan, guru berperan untuk membantu perkembangan peserta didik, guru sebagai pembimbing untuk membentuk kepribadian anak demi menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia.

d. Kemampuan Guru

Kemampuan guru dalam suatu bidang pendidikan guru merupakan hal yang paling utama. Dimana guru menjadi pemfasilitator, penunjang, pembimbing dan penentu arah bagi kemampuan para siswanya. Menurut pendapat Rusmin (dalam Rohani, 2010: 3) titik tekannya adalah “kemampuan guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning what to be learn), guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan kompetensinya”. Sehingga guru harus mampu menafsirkan dan mengembangkan isi kurikulum yang digunakan selama ini pada suatu jenjang pendidikan yang diberlakukan sama walaupun latar belakang sosial, ekonomi dan budaya yang berbeda-beda. Aspek-aspek


(54)

teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru.

Berdasararkan penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa kemampuan guru adalah kesanggupan seorang guru dalam melaksanakan tugas untuk memenuhi suatu tujuan guna mendapatkan hasil yang maksimal. Tujuan yang di penuhi guru yaitu sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Untuk itu di dalam mengajar guru harus mempunyai potensi yang meliputi kemampuan keterampilan proses dan kemampuan penguasaan pengetahuan yang merupakan unsur kolaborasi dalam bentuk satu kesatuan yang utuh dan membentuk struktur kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, sebab kemampuan guru harus searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah, tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Guru harus memiliki kemampuan keterampilan proses belajar mengajar yaitu penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kompetensi dimaksud meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, menyusun program perbaikan dan pengayaan, serta menyusun program bimbingan dan konseling sedangkan kemampuan penguasaan pengetahuan adalah penguasaan terhadap kemampuan yang berkaitan dengan keluasan dan kedalaman pengetahuan. Kemampuan yang dimaksud meliputi pemahaman


(55)

terhadap wawasan pendidikan, pengembangan diri dan profesi, pengembangan potensi peserta didik dan penguasaan akademik.

e. Macam-Macam Kemampuan Guru

Ada empat macam kemampuan yang biasa di sebut dengan istilah kompetensi yang harus di milki guru dalam mengajar. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kemampuan tersebut terintegrasi dalam kinerja guru yaitu: 1. Kemampuan Paedagogik

Kemampuan peadagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut:

Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.


(56)

Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial, menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.

2. Kemampuan Kepribadian

Kemampuan kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan


(57)

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

b. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

c. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,


(58)

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial yaitu mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut: a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.


(59)

b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Keempat kemampuan tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh kemampuan guru meliputi:

a. Pengenalan peserta didik secara mendalam.

b. Penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah.

c. Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan.

d. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.

Menurut Surya (2005) dalam Kunandar (2011: 47) “guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode”.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ada empat macam kemampuan guru yang harus di miliki dalam proses mengajar yaitu kemampuan paedagogik, kemampuan kepribadian, kemampuan sosial, kemampuan profesional.


(60)

f. Jenis- Jenis Kemampuan Guru

Berdasarkan pendapat Darmadi (2011: 7) “kemampuan guru terdiri dari kemampuan akademik dan kemampuan non akademik”.

a. Kemampuan Akademik Guru diantaranya:

1. Menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmunya.

2. Menguasai materi mengembangkan metodologi pembelajaran.

3. Mampu menyusun program pembelajaran dan melaksanakannya.

4. Mampu menilai hasil dan evaluasi pembelajarannya. 5. Mampu mempedayakan siswa dalam pembelajaran. b. Kemampuan Non Akademik.

1. Menguasai paradigma baru pendidikan. 2. Tidak buta teknologi.

3. Memiliki iman dan taqwa seimbang antara kehidupan duniawi dan akhirat .

g. Syarat-Syarat Kemampuan Guru

Guru dikatakan memiliki kemampuan, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Menurut Darmadi (2011: 7) menjelaskan syarat-syarat kemampuan guru antara lain:

1. Pengetahuan (Knowledge) di bidang tertentu terutama di bidang keguruan dan pendidikan baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.

2. Keterampilan (Skill) di bidang keguruan sehingga mampu memimpin/menguasai kelasnya secara efektif.

3. Kemampuan menilai atau mengevaluasi (Evolution) sehingga guru mampu menilai atau mengevaluasi sejauh mana siswa mampu menguasai materi pelajaran itu.

h. Karakteristik Kemampuan Guru

Guru memiliki kemampuan karakteristik untuk menjalankan perannya agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2008: 39)


(61)

karakteristik kemampuan guru terbagi menjadi empat karakteristik tanggung jawab antar lain:

1. Tanggung Jawab Moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tanggung Jawab Pendidikan di Sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pelajaran (SP), mampu memahami kurikulum, dan mampu mengajar di kelas.

3. Tanggung Jawan Kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, yaitu guru mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarkat. 4. Tanggung Jawan Keilmuan, yaitu guru selaku ilmuan

bertanggung jawab dan ikut serta memajukana ilmu yang menjadi spesialisnya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembang.

3. Pengertian Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran atau disebut juga sebagai desain pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Ada banyak istilah untuk menamai perencanaan pembelajaran. Ada yang menyebut rencana pelajaran, program pembelajaran, skenario pembelajaran, bahkan ada yang menyebutnya dengan desain pembelajaran. Apa pun istilahnya, konsep awalnya tetap sama yaitu sebagai sebuah proses perencanaan dalam kegiatan belajar mengajar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang guru ketika proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. RPP menjadi panduan bagi seorang guru dalam mengembangkan kompetensi dasar (KD)


(62)

menjadi indikator, menentukan pengalaman belajar yang sesuai, materi pokok pembelajaran, menentukan bentuk, teknik dan instrumen pembelajaran berdasarkan alokasi waktu dan sumber belajar.

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

Menurut pendapat (Manshur, 2008: 48) Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah “rancangan mata pelajaran per unit yang akan ditetapkan guru dalam pembelajaran di kelas”. Berdasarkan RPP inilah seorang guru baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran tertuang dalam Buku Saku KTSP Sekolah Mengengah Pertama (2007: 38), dalam buku tersebut dinyatakan bahwa "yang dimaksud dengan RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan


(63)

dalam Standar Isi”. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran atau program pengajaran adalah suatu penetapan prosedur atau perkiraan-perkiraan yang dibuat oleh guru dalam menyusun persiapan pembelajaran untuk kompetensi tertentu pada mata pelajaran tertentu untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan.

b. Komponen Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebelum mengajar tidak sebaliknya (mengajar dulu dibuat perencanaannya). Pada umumnya guru membuat perencanaan pembelajaran untuk satu kali pertemuan. Sesungguhnya perencanaan pembelajaran untuk satu kali untuk beberapa pertemuan, misalnya untuk 4 atau 5 pertemuan sekaligus. Dengan cara tersebut, maka guru tidak direpotkan lagi membuat perencanaan untuk setiap kali mengajar. Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. Jadi secara sederhana RPP


(64)

merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/ skenario pembelajaran.

Permendiknas No.41 Tahun 2007 menjelaskan bahwa komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah:

1. Identitas mata pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/ program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan di

observasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diamati, diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.


(1)

Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kriteria sebagai berikut :

76 % - 100 % = Baik

56 % - 75 % = Cukup

40 % - 55 % = Kurang Baik

0 - 39 % = Tidak Baik

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh maka penulis mengggunakan uji Chi Kuadrat asosiasi dua faktor, dengan rumus sebagai berikut :

Eij Eij Oij X K i j B j i 2

2

 

Keterangan :

2

X = Chi Kuadrat

B

j i

= Jumlah baris

K

i j

= Jumlah kolom

Oij = Banyaknya data yang diharapkan terjadi

Eij = Banyaknya data hasil pengamatan

Selanjutnya data akan diuji dengan menggunakan rumus koefisien kontingensi yaitu :


(2)

66

n X

X C

2 2

Keterangan :

C = Koefisien kontingensi

X2 == Chi kuadrat

n = Jumlah sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan harga koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

m m Cmaks 1

Keterangan

Cmaks : Koefisien kontingensi maksimum

m : Harga maksimum antara banyak baris dan kolom 1 : Bilangan konstan

Dengan kriteria uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap motivasi belajar PKn siswa kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan analisis data dan pengujian pengaruh yang dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat derajad keeratan, yaitu dengan koefisien kontingensi C = 0,68 dan = 0,81, diperoleh nilai 0,82. Dengan hasil 0,82 berada pada kategori sangat berpengaruh, hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam hal melibatkan siswa dan mengajak siswa untuk menyelesaikan aktivitas dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi untuk dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas X di MAN 1 Poncowati Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015.


(4)

113

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis dan mengambil kesimpulan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada guru mata pelajaran PPKn diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam mengajar dan dapat memberikan pembelajaran sesuai yang dibutuhkan para siswa, dan menentukan strategi afektif dalam pembelajaran yang baik untuk bisa membantu para siswa dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajarnya.

2. Kepada para siswa diharapkan terus bersemangat dalam pembelajaran khususnya pelajaran PPKn agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan cara selalu meningkatkan semangat belajarnya dan selalu berusaha dalam setiap permasalahan sekolah.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat meningkatkan peraturan yang dapat membuat para siswa bersemangat datang ke sekolah dan dapat meningkatkan motivasi belajaranya seperti kedisplinan dalam peraturan sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung. PT Refika Aditama.

AM, Juhri. 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan Suatu Pendekatan Kompetensi Guru. Jakarta: Panji Grafika.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Baeng, Rikianto. 2013. Pengertian Motivasi Belajar dan Hasil.

Darmadi. 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Delafini, Ranissa. 2014. Pengaruh Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi Terhadap Kesiapan Guru dalam Mengajar di SMA Negeri 2 Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Universitas Lampung. Skripsi.

Dimyati, Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta: PT. RinekaCipta.

Djam’an dkk. 2012. Panduan Lengkap Uji Sertifikasi Guru. jakarta: PT Prestasi Pustakatya.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Irianto, Yoyon Bahtiar. 2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Muslich, Manshur. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

E. Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Nanang, H. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Aditama. Prawito, Febriawan Dwiadi. 2012. Pengertian Kemampuan.

http://www.scribd.com/doc/89466477/Pengertian-Kemampuan#scribd. Diakses tanggal 23 Desember 2014

Robbin, S.P. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT.Indeks.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Soehardi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito Bandung. Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Uno, Hamzah B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTELIGENSI DENGAN KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 39 86

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DAN KEMAMPUAN GURU MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 1

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU, KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DAN KEMAMPUAN GURU MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 103

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA DI SMAN 1 TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 30 72

PENGARUH MOTIVASI DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL MTS NEGERI PONCOWATI LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 92

PENGARUH KEMAMPUAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BERBANTUAN VIRTUAL LABORATORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 29 63

PENGARUH KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS X DI MAN 1 PONCOWATI TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 89

PENGARUH STRATEGI BELAJAR PQ4R TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X IPS 3 SMA N 1 KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 59

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN GRAFIS KELAS VII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 51 68