Penentuan Kadar Amonia pada Outlet Limbah Industri Karet Dengan Spektrofotometer UV- Visible Secara Fenat

(1)

PENENTUAN KADAR AMONIA PADA

OUTLET

LIMBAH

INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VISIBLE

SECARA FENAT

TUGAS AKHIR

SAKINAH

112401014

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PENENTUAN KADAR AMONIA PADA

OUTLET

LIMBAH

INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VISIBLE

SECARA FENAT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

SAKINAH

112401014

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PenentuanKadar Amonia Pada Outlet Limbah Industri Karet Dengan Spektrofotometer

UV- Visible Secara Fenat Kategori : Tugas Akhir

Nama : Sakinah Nomor Induk Mahasiswa : 112401014 Program studi : D-3 Kimia Analis Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

DisetujuiOleh :

Program Studi D-III Kimia DosenPembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dra. Saur Lumban Raja, M.Si NIP. 19551218 1987012001 NIP.195506231986012002

Departemen Kimia Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AMONIA PADA OUTLET LIMBAH INDUSTRI

KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLESECARA

FENAT

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

SAKINAH 112401014


(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan Rahmat serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “Penentuan Kadar Amonia pada Outlet Limbah Industri Karet Dengan Spektrofotometer UV-Visible secara fenat”, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi D-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari pihak keluarga dan rekan–rekan sekalian.Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya. Teristimewa buat Kedua orang tua penulis yang tercinta ayahanda Alm H.M.Najamuddin Pulungan dan ibunda Hj Sanawiah Harahap yang telah mendidik penulis dan memberikan dukungan moril maupun materil serta limpahan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, juga kepada abang–abang penulis: Mikdat Pulungan ST, Ahmad Sahlul SE, Habibulloh Amd. Dan kepada kakak dan adik penulis yang cantik–cantik : Milda Hayani AM.keb dan Riska Hayani Pulungan.

Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

1.Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst, MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2.Ibu Dr Emma Zaidar Nst selaku ketua Program Studi D3 Kimia Analis sekaligus sebagai dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam kelancaran kegiatan Akademik .

3.Ibu Dra Saur Lumban Raja selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4.Abanganda Fadhil Maulizandy Amri selaku kepala laboratorium, ibu sumarni dan ibu mardiani yang sangat banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pkl di BARISTAND Industri Medan

5.Teman–teman PKL penulis: anni, melda dan suci yang sama- sama berjuang selama 1 bulan.

6.Teman–teman penulis camelia, sopiah hikmah, khusniah, wulan, dina, marina dan IMKAN 11 yang tidak bisa penulis sebut satu persatu walaupun berjumlah 28 orang, semoga kita menjadi orang-orang yang terbaik.

7.Abanganda Anrul Yusuf Nasution yang selalu membantu dan memotivasi penulis selama penulisan tugas akhir ini.

Demikianlah karya ilmiah ini penulis perbuat dan penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan khusus nya penulis.

Medan, juli 2014 Penulis

SAKINAH iii


(6)

PENENTUAN KADAR AMONIA PADA

OUTLET

LIMBAH

INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VISIBLE

SECARA FENAT

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar amonia terhadap outlet limbah industri karet dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan berasal dari 5 lokasi yang berbeda yang dianalisa secara duplo. Dari hasil analisa diperoleh 2 lokasi yang memenuhi standar yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. Sedangkan 3 lokasi tidak memenuhi standar yaitu : 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.


(7)

THE DETERMINATION OF THE RATES OF AMMONIA IN

THE INDUSTRIAL WASTE OUTLET OF RUBBER BY USING

SPECTROPHOTOMETERUV-VISIBLE INPHENATE

ABSTRACT

Analysis of the rates ofammonia on theindustrial waste outlet of rubber by using spectrophometer UV-Visiblewas done. The sample of this study was taken from 5 different locations that were analyzed in duplicate. From the analysis, there were 2 locations that fills the standards; 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. While the 3 others did not fills the standards; 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 3

1.3Pembatasan Masalah 3 1.4. Tujuan 3

1.5. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah 5

2.1.1. Jenis Limbah 5

2.1.2. Limbah Cair Industri 6 2.1.2.1.sifat- sifat limbah cair industri 6 2.1.2.2.karakteristik limbah cair 7

2.1.3. Kualitas Limbah 9

2.1.4. Dampak Pembuangan Air Limbah 10 2.1.5. Pengolahan Limbah Cair Industri 10

2.2. Amonia 13

2.2.1. Sifat fisik amonia 13

2.3. Karet 17

2.3.1. Lateks 17

2.3.2.Faktor – faktor yang Mempengaruhi 18 Kualitas Lateks

2.3.3.Bahan – bahan Antikoagulan pada Lateks 19 2.3.4. Pengolahan Air Limbah Karet20

2.4. Spektrofotometer UV-Vis 21

2.4.1. Bagan Alat Spektrofotometer UV- Vis 22

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 .Alat dan Bahan 24

3.2. Prosedur 25

3.2.1. Preparasi Sampel 25


(9)

3.2.2. Pembuatan Larutan Standar 26 3.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi 27 3.2.4. Pengujian amoniak pada sampel 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data HasilPercobaan 29

4.2. Reaksi 30

4.3. Perhitungan 30

4.4.Pembahasan 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 43


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor judul Halaman Tabel

4.1 . Data Hasil 29


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor judul Halaman

Gambar

1. Struktur karet alam 18 2. Bagan Alat spektrofotometer 22

UV-Visible


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman lampiran

1. Baku mutu limbah cair 43 Untukndustri karet

2. Kurva kalibrasi 44 x


(13)

PENENTUAN KADAR AMONIA PADA

OUTLET

LIMBAH

INDUSTRI KARET DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VISIBLE

SECARA FENAT

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar amonia terhadap outlet limbah industri karet dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Sampel yang digunakan berasal dari 5 lokasi yang berbeda yang dianalisa secara duplo. Dari hasil analisa diperoleh 2 lokasi yang memenuhi standar yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. Sedangkan 3 lokasi tidak memenuhi standar yaitu : 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.


(14)

THE DETERMINATION OF THE RATES OF AMMONIA IN

THE INDUSTRIAL WASTE OUTLET OF RUBBER BY USING

SPECTROPHOTOMETERUV-VISIBLE INPHENATE

ABSTRACT

Analysis of the rates ofammonia on theindustrial waste outlet of rubber by using spectrophometer UV-Visiblewas done. The sample of this study was taken from 5 different locations that were analyzed in duplicate. From the analysis, there were 2 locations that fills the standards; 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L. While the 3 others did not fills the standards; 6,9220 mg/L – 24,7940 mg/L.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu sumber air. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry) (Mulia, 2005 ).

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengolahan limbah cair yang digunakan dalam industri (Mukono, 2005 ).

Standar mutu air limbah adalah ukuran batas unsur pencemar atau jumlah unsur pencemar yang dibatasi keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air (Mulia, 2005).

Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah non ekonomis.Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambahan. Sedangkan limbahnon ekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah.


(16)

Sebagai limbah, keberadaannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri.Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan bakuindustri. Beracun dan berbahaya suatu limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri,baik dari jumlah maupun kualitasnya.Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, keberadaannya dapat merusak kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu di tetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan (Gintings,1992).

Sistem penanganan limbah telah dirancang untuk menurunkan kadar limbah sehingga tidak membahayakan lingkungan .Selain itu pada penanganan limbah tersebut juga diinginkan penghilangan nitrogen dalam bentuk amonia. Hal ini disebabkan amonia dapat menyebabkan keadaan kekurangan oksigen pada air karena pada konversi amonia menjadi nitrat membutuhkan 4,5 bagian oksigen untuk setiap bagian amonia.Bila terjadi perubahan amonia menjadi nitrat maka kadar oksigen terlarut dalam cairan akan turun yang menyebabkan makhluk biologis,misalnya ikan tidak dapat hidup (Jenie,1993).

Kadar amonia yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran. Kadar amonia harus rendah, pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus dibawah 0,5 mg/L (syarat mutu air sungai di Indonesia) (Alaert, 1984).


(17)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menentukan kadar amonia pada Outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV – Visible secara fenat.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor : Kep 51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk industri karet, kadar maksimum amonia yang di perbolehkan terdapat pada sampel Outlet limbah karet jenis karet kering adalah 5 mg/L.

Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapa kadar amonia yang terdapat dalam Outlet limbah industri karetyang berasal dari 5 lokasi yang berbeda dan apakah telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

1.3.Pembatasan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada penentuan kadar amonia pada outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV – Visible secara fenat.

1.4. Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar amonia pada outlet limbah industri karet

2. Untuk mengetahui apakah kadar amonia yang di peroleh telah memenuhi standart yang di tetapkan oleh pemerintah.


(18)

1. 5. Manfaat

Sebagai informasi mengenai kandungan amonia yang terdapat pada Outlet limbah industri karet yang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah agar tidak mencemari lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri dan tempat–tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra, 2006).

Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi yang secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemari lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan manusia (Djatmiko dkk . 2000)

2.1.1. Jenis Limbah

Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah permukiman terdiri dari : 1) Air limbah rumah tangga (yang disebut saniter ),yaitu air limbah dari daerah

perumahan serta sarana–sarana komersial,institusional dan yang serupa dengan itu.

2) Air limbah industri yaitu bila bahan–bahan buangan industri merupakan bagian terbesar .

3) Air resapan/aliran masuk,yaitu air dari luar yang masuk kedalam sistem pembuangan dengan berbagai cara,serta air hujan yang tercurah dari sumber – sumber seperti pipa.


(20)

Sesuai dengan sifatnya,limbah digolongkan menjadi 3 bagian,yaitu:limbah cair,limbah gas,dan limbah padat.

1) Limbah cair yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin,lalu memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain.

2) Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.Pabrik mengeluarkan gas,asap, partikel debu melalui udara,dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas.

3) Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil proses produksi (Gintings, 1992).

2.1.2. Limbah Cair Industri

Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses harus di buang.Jenis-jenis industri yang menghasilkan limbah cair antara lain pengolah crumb rubber, minyak kelapa sawit,baja dan besi,minyak goreng (Chandra,2006).

2.1.2.1. Sifat –Sifat Limbah Cair Industri

Berdasarkan persenyawaan yang di temukan dalam air buangan industri,sifat limbah cair tersebut dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik fisika,kimia,dan karakteristik biologinya.Pengamatan mengenai karakteristik ini penting untuk menetapkan jenis parameter pencemar yang terdapat didalamnya.


(21)

Sifat kimia dan fisika masing-masing parameter dapat menunjukkan akibat yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan(Chandra,2006).

2.1.2.2. Karakteristik limbah cair

Karateristik fisik

Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair industri antara lain:

a. Padatan

Berasal dari bahan organik maupun bahan anorganik,baik yang larut,mengendap maupun yang berbentuk suspensi.Pengendapandi bagian dasar air akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan dasar penerima,selain menyebabkan tumbuhnya tanaman air tertentu,seperti eceng gondok,juga berbahaya bagi makhluk hidup lain dalam air.Banyaknya padatan menunjukkan lumpur yang terkandung dalam air limbah.

b. Kekeruhan

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air.Kekeruhan akan membatasi cahaya masuk kedalam air.Sifat ini terjadi karena adanya bahan yang terapung maupunyang terurai seperti bahan organik, jasad renik, lumpur,tanah liat dan benda lain yang melayang maupun terapung.

c. Bau

Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat organik untuk menghasilkan gas tertentu.Bau juga timbul karena reaksi kimia


(22)

yang menimbulkan gas.Kuatlemahnya bau yang ditimbulkan bergantung pada jenis dan banyaknya gas yang dihasilkan.

d. Temperatur

Temperatur air limbah akan mempengaruhi badan penerima apabila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar.Temperatur juga dapat memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia dan biologi pada benda padat dan gas dalam air. Pada suhu yang tertinggi terjadi pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi zat organik.

e. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik,yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.

f. Warna

Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air,selain bahan pewarna tertentu yang mengandung logam berat.

Karakteristik kimia

Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air baik dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkannya.Secara umum sifat air dipengaruhi oleh bahan kimia organik dan anorganik

a. Bahan kimia organik

Karbohidrat dan protein, Minyak dan lemak, Pestisida, Fenol, Zat warna dan surfaktan.


(23)

b. Bahan kimia anorganik

Klorida, Fosfor, Logam berat dan beracun, Nitrogen, Sulfur.

Karakteristik biologi

Virus merupakan karakteristik limbah cair secara biologi (Chandra,2006).

2.1.3. Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan pencemar dalam limbah.Kandungan pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai parameter.Semakin sedikit parameter dan semakin kecil konsentrasi,menunjukkan peluang pencemar terhadap lingkungan semakin kecil.Limbah yang diproduksi pabrik berbeda satu dengan yang lain,masing– masing memiliki karakteristik tersendiri pula.Karakteristik ini diketahui berdasarkan parameternya.

Apabila limbah masuk kedalam lingkungan,ada beberapa kemungkinan yang ditimbulkan:

1) Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti

2) Ada pengaruh perubahan tapi tidak menyebabkan pencemaran 3) Memberi perubahan dan menimbulkan pencemaran.


(24)

Kualitas limbah dipengaruhi berbagai faktor, yaitu volume air limbah, kandungan bahan pencemar.Penetapanstandar kualitas limbah harus dihubungkan dengan kualitas lingkungan (Gintings,1992 ).

2.1.4. Dampak Pembuangan Air Limbah

Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.Dampak tersebut antara lain:

1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan–badan air yang digunakan oleh manusia.

2. Mengganggu kehidupan dalam air,mematikan hewan dan tumbuhan air. 3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat

anorganik).

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra,2006).

2.1.5. Pengolahan Limbah Cair Industri

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengelolaan terlebih dahulu.Untuk dapat melaksanakan pengelolaan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik.Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri,antara lain:

1) Mencegah Pencemaran pada sumber air rumah tangga 2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air 3) Menghindari pencemaran tanah permukaan


(25)

Sementara itu,sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut:

1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber – sumber air minum. 2) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan

3) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam penggunaannya sehari – sehari

4) Tidak dihinggapi oleh serangga yang menyebabkan penyakit 5) Tidak terbuka dan harus tertutup

6) Tidak menimbulkan bau, atau aroma tidak sedap.

Menurut tingkat prosesnya,pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi 5 tingkatan.Namun,tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium.Dengan mengetahui jenis–jenis parameter dalam limbah,dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan.Berikutbeberapa tahapan pengolahan air limbah.

a. Prapengolahan (pretreatment)

Pada tahap ini,saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran kurang lebih 30 x 30 cm untuk debit air 100 m2/jam sudah cukup baik.Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,saringan dapat dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan.

b. Pengolahan primer (primary treatment)

Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan


(26)

terdahulu.Ada dua metode utama yang dapat dilakukan yaitu pengolahan secara kimia dan fisika.

Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan padatan melalui penambahan zat kimia.Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar dari pada air.Tidaksemua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).

Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun pengapungan yang di tujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah.Pengapungandilakukan dengan memasukkan udara kedalam air dan menciptakan gelembung gas partikel halus terbawa gelembung ke permukaan air.

c. Pengolahan sekunder

Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia.Didalam proses biologis ini,banyak dipergunakan reaktor lumpur aktif dan trickling filter.

d. Pengolahan tersier

Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang di tujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun anorganik.Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik (filtrasi,destilasi,pengapungan,pembekuan,dan lain–lain)proses kimia (absorbsi karbon aktif,pengendapan kimia,pertukaran ion,elektrokimia,oksidasi,dan reduksi) dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga) (Chandra,2006 ).


(27)

2.2. Amonia

Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut amonium; amonia sendiri berada dalam keadaan tereduksi (-3).Amonia dalam air permukaan berasal dari air dan tinja; juga dari oksidasi zat organik (HaObCcNd) secara mikrobiologis,yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk.

Dapat dikatakan bahwa amonia berada di mana–mana,dari kadar beberapa mg/L pada air permukaan dan air tanah,sampai kira- kira 30 mg/L lebih,pada air buangan.Air tanah hanya mengandung sedikit NH3,karena NH3 dapat menempel pada butir–butir tanah liat selama infiltrasi air ke dalam tanah,dan sulit terlepas dari butir–butir tanah liat tersebut (Alaert, 1984).

2.2.1. Sifat fisik amonia

Adapun sifat fisik dari amonia adalah :

Amonia (NH3) berbentuk gas tidak berwarna, baunya khas. Titik didih -33,5°C

Berat molekul 17,03 g Tidak mudah terbakar Mudah larut dalam air Bersifat basa.

(Sumardjo, 2008 )

Aroma amonia kurang enak,sehingga kadar NH3 harus rendah.NH3 tersebut dapat dihilangkan sebagai gas melalui aerasi atau reaksi dengan asam hipoklorit HOCL atau kaporit dan sebagainya hingga menjadi kloramin yang tidak


(28)

berbahaya atau sampai menjadi N2.Pada air buangan NH3,dapat diolah secara mikrobiologi melalui proses nitrifikasi menjadi nitrit dan nitrat

(Alaert,1984).

Amonia digolongkan sebagai basa karena sepasang elektron yang tersedia. H +

.. │ H+ + H ─N ─ H → H─ N─H │ │

H H

Didalam teori Lewis basa adalah zat yang memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan bersama. Reaksi asam basa adalah pembentukan ikatan kovalen antara asam dan basa (Petrucci,1985).

Amonia (NH3) dan garam – garamnya bersifat mudah larut dalam air.Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia.Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea,industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat,amonium nitrat dan amonium sulfat), serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper).Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air,yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan dalam persamaan reaksi:

N organik + O2 → NH3 –N + O2 → NO2-N + O2 → NO3-N Amonifikasi nitrifikasi

(Effendi,2003 ).

Amonia (NH3) dibentuk dengan penambahan basa pada suatu garam ammonium:


(29)

NH4++ OH- → NH3 + H2O N2 (g) + 3 H2 (g) → 2 NH3

Amonia adalah gas yang berbau khas dan tidak berwarna, dan merupakan pelarut yang lebih baik bagi senyawa organik namun umumnya adalah pelarut yang lebih tidak baik bagi senyawa organik ionik. Amonia terbakar diudara

4 NH3 (g) + 3 O2 (g) = 2 N2 (g) + 6 H2O (Cotton et al. 2007 )

Reaksi netralisasi yang khas pada amonia adalah sebagai berikut: NH4 Cl + NaNH2→ NaCl + 2NH3

2NH4Cl + PbNH → PbCl2 + 3 NH3 NH4Cl + NaOH → NaCl + NH3 + H2O (Day, 1993 )

Didalam cairan amonia asam cuka akan berubah menjadi asam mineral didalam air.

NH3 + CH3CHOOH ↔ NH4+ +CH3COO

-Hidrazina dihasilkan dari oksidasi amonia yang mengandung air dimana lebih besar daripada natrium hipoklorit.

NH3 + NaOCl ↔ NH2Cl + NaOH

2NH3 +NH4Cl ↔ NH2 NH2 + NH4Cl

Komponen reaktan itu campuran pada saat suhu rendah dan dengan pemanasan yang cepat dapat merusak reaksi choloramin dengan amonia (Heslop, 1960 )

Amonia bebas disebut juga nitrogen amonia,dihasilkan dari pembusukan secara bakterial zat-zat organik.Air limbah yang masih baru (segar) secara relatif


(30)

berkadar amonia bebas rendah dan berkadar nitrogen organik tinggi.Nitrogen amoniak berkurang kadarnya ketika air limbah dibenahi sedangkan keseimbangannya tercapai (Mahida,1984).

Amonia merupakan produk utama dari penguraian (pembusukan) limbah nitrogen organik yang keberadaan nya menunjukkan bahwa sudah pasti terjadi pencemaran oleh senyawa tersebut.Amonia kadang-kadang ditambahkan kedalam bahan air untuk air minum atau sumber air dengan pH rendah yang kemudian klor akan bereaksi dan menghasilkan sisa klor (pada penjernihan air minum ).

Amonia terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak tercemar.Berbagai sumber antara lain :mikroorganisme,pengolahan air limbah, industri amonia,dan dari sistem pendingin dengan bahan amoniak.Konsentrasi yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya pelepasan gas tersebut.

Amonia hilang dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan hasil nya sebagai basa.Ini merupakan sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi dari nitrat dan aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar amoniak bereaksi dengan aerosol asam ini untuk pembentukan garam ammonium

NH3 + HNO3 →NH4NO3 NH3 + H2SO4 → NH4HSO4

Diantara aerosol – aerosol atmosfer, garam – garam ammonium termasuk yang lebih korosif(Achmad 2004).


(31)

Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4). Perbandingan amonia dalam kedua bentuk tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu (Jenie,1993)

2.3. Karet

Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Bentuk utama dari karet alam adalah 97% cis–1,4– poliisoprena dikenal sebagai hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (hevea brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika selatan dan ditanam di bagian dunia yang lain (Stevens, 2001).

2.3.1. Lateks

Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bagian yangdisadap pohon karet.Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan dengan bahan tambahan atau tanpa bahan pemantap(zat antikoagulan). Lateks kebun yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Disaring dengan saringan berukuran 40 mesh

Tidak terdapat kotoran atau benda- benda lain seperti daun atau kayu Tidak bercampur dengan bubur lateks,air,ataupun serum lateks. Warna putih dan berbau karet segar


(32)

Lateks kebun mutu 1 mempunyai kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering 20%. (Tim penulis,1999).

Secara umum karet adalah turunan isoprenoid paling penting yang berbobot molekul lebih besar dari pada bobot molekul tetraterpenoid.Karet adalah polimer yang mengandung 3000 sampai 6000 satuan isoprene. Sebagian molekul digambarkan sebagai:

Gambar 1. Struktur karet alam

Karet dapat dibedakan dari guta berdasarkan kekenyalannya dan kelarutannya yang tidak sempurna dalam hidrokarbon aromatik.Meskipun hanya sedikit sekali tumbuhan (misalnya hevea brasillensis) yang memungkinkan untuk memproduksi, karet terdapat dalam banyak tumbuhan dikotil . Dalam beberapa tumbuhan terdapat sebagai komponen lateks dan dapat diperoleh dengan menyadap pembuluh lateks (Robinson,1995 ).

2.3.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lateks

Setyamidjaja (1993) mengemukakan Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas lateks.Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet,harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas lateks, diantaranya adalah:


(33)

1) Faktor dikebun (jenis klon, sistem sadap,kebersihan pohon dan lain - lain). 2) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi,musim kemarau

keadaan lateks tidak stabil)

3) Alat – alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat)

4) Pengangkutan (guncangan,keadaan tangki,jarak,jangka waktu) 5) Kualitas air dalam pengolahan

6) Bahan- bahan kimia yang digunakan 7) Komposisi lateks.

Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dankrep(crepe) adalah ±93 %,sedangkan kandungan air antara 0,3 – 0,9 %. Bilakadar air lebih tinggi yang disebabkan oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jamur akan terjadi dan lazim disertai dengan timbulnya bintik – bintik warna dipermukaan lembaran.

2.3.3.Bahan – bahan Antikoagulan pada Lateks

Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah : Soda (natrium karbonat ,Na2CO3 dan Na2CO3.10 H2O )

Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang (CO2) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan (koagulum).


(34)

Amoniak

Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan 0,7%NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan (centrifuge latex).Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 ml larutan amoniak 2 - 2,5%.

Natrium sulfit(Na2SO3)

Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan.Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10 % dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 – 10 ml natrium sulfit 10 %. (Setyamidjaja, 1993).

Amonia Zat anti koagulan yang banyak digunakan.Apabila segala sesuatunya dilakukan dengan benar dan cermat,maka hasil yang didapat dengan menggunakan amoniak akan memuaskan.Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi ammonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya.Dosis amonia yang dipake untuk mencegah terjadinya prokoagulasi adalah 5 – 10 ml larutan amonia 2,5 % untuk setiap liter lateks. (Tim Penulis, 1999 ).

2.3.4. Pengolahan Air Limbah Karet

Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk–produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah.Limbah yang menjadi masalah dipabrik – pabrik biasanya berupa cairan.Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet karena memang komponennya sebagian besar terdiri dari air dan zat – zat sisa pengolahan karet.


(35)

Agar air limbah pengolahan karet bisa dibuang kesaluran–saluran air umum tanpa membahayakan lingkungan maka air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu.

Prinsip pengolahan air limbah adalah memisahkan partikel–partikel yang berbahaya atau tidak diinginkan dari air atau mengubahnya menjadi zat- zat yang dapat dimanfaatkan. Nilai BOD dan pH limbah dibuat menjadi nilai normal yang tidak membahayakan pencemaran lingkungan yang biasa timbul harus dicegah (Tim penulis, 1999 )

2.4. Spektrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi.Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,direfleksikan atau diemisikan sebagaifungsi dari panjang gelombang

(Khopkar, 2007).

Spektrofotometri UV-Visible adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190 – 380 nm) dan sinar tampak (380 – 780 nm ) dengan memakai instrument spektrofotometer. Spektrofotometri UV- Visible melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang di analisis,sehingga spektrofotometri UV – Visible lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.


(36)

2.4.1.Bagan Alat spektrofotometer UV-Visibel

Pada umumnya bagian dasar setiap spektrofotometer UV-Visible :

Gambar 2.Bagan Alat spektrofotometer UV- Visible Keterangan :

SR : Sumber Radiasi D : Detektor

M : Monokromator A : Amplifier atau penguat SK : Sampel kompartemen VD : Visual display atau meter

Setiap bagian peralatan optik dari spektrofotometer UV- Visiblememegang fungsi dan peranan tersendiri yang saling terkait.Setiap fungsi dan peranan tiap bagian dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal,sehingga akan diperoleh hasil pengukuran yang tinggi tingkat ketelitian dan ketepatannya.

Sumber Radiasi

Beberapa sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV Visibleadalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri.

Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV-Visiblebiasanya terdiri dari susunan : celah (slit) – filter – prisma – kisi (greating) – celah keluar.

Sel atau Kuvet

Sel dan Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaiannya kuvet ada dua macam yaitu kuvet yang permanen terbuat dari


(37)

bahan gelas atau leburan silika dan kuvet disposible untuk satu kali pemakaian yang terbuat dari teflon atau plastik.

Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian spektrofotometer UV-Visible yang terpenting. Oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Visible. Fungsi detektor didalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.

Sinyal elektronik diteruskan oleh detektor harus dapat di amplifikasikan oleh penguat (amplifier) ke rekorder (pencatat) (Mulja,1995 ).

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang mengarah ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm.

Sebuah spektrofotometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai sistem optis yang dapat, menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk dan dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang yang dipilih dari jangka spektral itu.Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang di teruskan atau suatu fungsi intensitas ini. Bila digabung dalam spektrofotometer, spektrometer dan fotometeritu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang berpadanan dengan selisih antara radiasi yang diteruskan oleh bahan pebanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh pada panjang – panjang gelombang yang terpilih (Vogel,1994).


(38)

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat

- Spektrofotometer uv – vis - Labu alas

- Botol aquadest - Pipet Volume - Kuvet

- Pipet tetes - Beaker glass - Alat destilasi

- Labu Erlenmeyer bertutup - Gelas ukur

- Corong

Bahan

- Amonium klorida (NH4Cl) - Larutan penyangga borat

- Larutan Asam borat 2 % (H3BO3) - Larutan NaOH 6N

- Larutan Fenol ( C6H5OH)


(39)

- Larutan Pengoksidasi - Larutan Alkalin sitrat

- Larutan Natrium nitroprusid 0,5 % - Air suling

- Indikator fenolftalein - Batu didih

3.2. Prosedur

3.2.1. Preparasi Sampel

- Diukur 300 mL sampel dan dimasukkan kedalam labu alas 500 mL - Ditambahkan 25 mL larutan penyangga borat

- Dimasukkan beberapa batu didih

- Ditambahakan 2 tetes indikator fenolftalein

- Dibuat pH 9,5 dengan menambahkan larutan NaOH 6 N (diuji dengan kertas universal )

- Didestilasi selama 1 jam

- Ditampung destilat didalam labu Erlenmeyer yang telah berisi 30 mL larutan asam borat (H3BO3) 2 % hingga volume mencapai 200 mL

- Ditambahkan dengan air suling sampai volume 300 ml dan sampel siap diuji.


(40)

3.2.2.Prosedur Pembuatan Larutan Standart

a.Pembuatan larutan induk NH3 1000 ppm - Ditimbang 3,819 g NH4Cl

- Dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL dengan menggunakan corong dan diencerkan dengan air suling sampai garis tanda

- Dihomogenkan.

b. Pembuatan larutan baku NH3 100 ppm -Dipipet 10 mL larutan induk NH3 1000 ppm -Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL

-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan

c. Pembuatan larutan baku NH3 10 ppm -Dipipet 10 mL larutan induk NH3 100 ppm -Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL

-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan

d. Pembuatan larutan kerja NH3 1 ppm dalam 250 mL -Dipipet 25 mL larutan induk NH3 10 ppm

-Dimasukkan kedalam labu takar 250 mL

-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan e. Pembuatan larutan seri standart NH3 (0,1 ; 0,3 ; 0,5; 0,7; 1 ppm)


(41)

-Dimasukkan masing – masing kedalam labu takar 50 mL.

-Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda kemudian dihomogenkan

3.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi

- Dioptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar NH3,

- Dipipet 25 mL larutan kerja NH3 0,1 ppm;0,3 ppm; 0,5 ppm; 0,7 ppm;1 ppm danmasing -masing dimasukkan kedalam Erlenmeyer.

- Ditambahkan 1 mL larutan Fenol kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dan dihomogenkan.

- Ditambahkan 1mL larutan Nitroprusid kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dan dihomogenkan.

- Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup.

- Dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna. - Dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya dan dihitung

konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm.


(42)

3.2.4. Pengujian amoniak pada sampel

- Dioptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar NH3.

- Dipipet masing – masing 25 mL sampel dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer.

- Ditambahkan 1 mL larutan Fenol kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dandihomogenkan.

- Ditambahkan 1 mL larutan Nitroprusid kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dan dihomogenkan.

- Ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing labu Erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup .

- Dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna. - Dimasukkan kedalam Kuvet dan diukur Absorbansinya dan dihitung

konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm.


(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data percobaan

Pada penentuan kadar amonia pada Outlet limbah industri karet dengan spektrofotometer UV– Visible secara Fenat di laboratorium Air Balai Riset Standarisasi Industri (BARISTAND) Medan, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.1. Penentuan Amonia (NH3)Secara fenat

No Sampel absorbansi Faktor

pengenceran

Konsentrasi (mg/L)

1 Outlet A1 0,3217 50 24,5137

2 Outlet A2 0,3258 50 24,7940

3 Outlet B1 0,5703 10 8,4731

4 Outlet B2 0,5703 10 8,4731

5 Outlet C1 0,4625 10 6,9220

6 Outlet C2 0,4780 10 7,1449

7 Outlet D1 0,0124 2 0,0902

8 Outlet D2 0,0152 2 0,0987

9 Outlet E1 0,0063 2 0,0731


(44)

4.2. Reaksi

Penambahan hipoklorit pada sampel amonia menghasilkan mono-chloroamina. NH3 + OCl - → NH2Cl + OH –

Fenol bereaksi dengan mono-chloroamina membentuk senyawa biru indofenol.

4.3. Perhitungan

Pembuatan larutan induk

L x mrN

CL mrNH CL

LNH

mg/ 4 4 1

819 , 3

1 0067 , 14

5 , 53

L x

Pembuatan larutan baku NH3 100 ppm

V1.N1 = V2.N2 V1.1000 = 100.100 V1= 10 mL

Pembuatan larutan baku NH3 10 ppm

V1 .N1= V2 .N2 V1.100 = 100.10 = 10 mL


(45)

Pembuatan larutan kerja NH31 ppm

V1 .N1 = V2 .N2 V1.10 = 250.1 V1 = 25 mL

Pembuatan larutan seri standart NH3 (0,1 ; 0,3 ; 0,5; 0,7; 1 ppm)

0,1 ppm

V1 .N1= V2 .N2 V1. 1 = 50 .0,1 V1 = 5 mL

0,3 ppm

V1.N1= V2 .N2 V1.1 = 50. 0,3 = 15 mL

0,5 ppm

V1 .N1= V2. N2 V1.1 = 50 . 0,5 = 25 mL

0,7 ppm

V1 .N1= V2. N2 V1.1 = 50. 0,7 = 35 mL


(46)

Metode biasa

Dimana: X = konsentrasi Y = absorbansi

Metode least square

x= 0,43333

6 6 , 2 n x

y= 0,28228

6 6937 , 1 n y

X Y

0 0,0001

0,1 0,0300

0,3 0,2015

0,5 0,3187

0,7 0,4535

1 0,6899

X Y (x-x) (y-y) (x-x)2 (y-y)2

(x-x) (y-y)

0 0,0001 -0,43333 -0,28218 0,18777 0,07962 0,12227 0,1 0,0300 -0,33333 -0,25228 0,11110 0,06364 0,08409 0,3 0,2015 -0,13333 -0,08078 0,01777 0,00652 0,01077 0.5 0,3187 0,06667 0,03642 0,00444 0,00132 0,00242 0,7 0,4535 0,26667 0,17122 0,07111 0,02931 0,04565 1 0,6899 0,56667 0,40762 0,32111 0,16615 0,23098 ∑x=

2,6

∑y=

1,697

∑(x-x) =0,00002

∑(y-y) =0,00002

∑(x-x)2 =0,7133

∑(y-y)2 =0,34656

∑(x-x)(y-y) =0,49618


(47)

Menentukan nilai slope (a) 7133 , 0 49618 , 0 =0,69561

Menentukan nilai intersept (b)

b =

y

a

x

= 0,28228 – 0,69561.0,43333

= 0,28228 -0,30142 = -0,01914 99796 , 0 49719 , 0 49618 , 0 24720 , 0 49618 , 0 ) 34656 , 0 )( 7133 , 0 ( 49618 , 0 ) ( ) ( ) )( ( 2 2 2 2 2 2 2 r r r r y y x x y y x x

r

) ( ) ( ) ( x x y y x x a


(48)

Persamaan garis regresi

y = ax +b

dimana: y = y baru a = slope b = intersept

y1= 0,69561 (0) + (-0,01914) = - 0,01914 y2 = 0,69561 (0,1) + (-0,01914) = 0,05042 y3= 0,69561(0,3) + (-0,01914) = 0,18954 y4 = 0,69561(0,5) + (-0,01914) = 0,32866 y5= 0,69561(0,7) + (-0,01914) = 0,46778 y6= 0,69561(1) + (-0,01914) = 0,67647

Data kurva kalibrasi

X Y

0 -0,01914

0,1 0,05042

0,3 0,18954

0,5 0,32866

0,7 0,46778

1 0,67647

Perhitungan kadar sampel

a b y x

Dimana : x = konsentrasi sampel y = absorbansi

a = slope b = intersept


(49)

Perhitungan kadar amonia(mg N/L)

C x fp

Dimana:

C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg / L) fp = faktor pengenceran

Penentuan Kadar Amonia Sampel A

Outlet A1 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 3219 , 0 x L mg

x 0,49027 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,49027 x 50 = 24,5137 mg/L

Outlet A2 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 3258 , 0 x L mg

x 0,49588 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,49588 x 50 = 24,7940

Penentuan Kadar Amonia Sampel B

Outlet B1 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 5703 , 0 x L mg


(50)

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 084737 x 10 = 8,47371 mg/L

Outlet B2 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 5703 , 0 x L mg

x 0,84737 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,84737 x 10 = 8,47371 mg/L

Penentuan Kadar Amonia Sampel C

Outlet C1 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 4625 , 0 x L mg

x 0,6922 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,6922 x 10 = 6,9220 mg/L

Outlet C2 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 497 , 0 x L mg

x 0,7144 /

Kadar amonia = C x fp


(51)

Penentuan Kadar Amonia Sampel D Outlet D1 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 0124 , 0 x L mg

x 0,0451 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,0451 x 2 = 0,0902 mg/L

Outlet D2 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 0152 , 0 x L mg

x 0,0493 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,0493 x 2 = 0,0987 mg/L

Penentuan Kadar Amonia Sampel E

Outlet E1 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 0063 , 0 x L mg

x 0,0365 /

Kadar amonia = C x fp

Kadar amonia = 0,0365 x 2 =0,0731mg/L

Outlet E2 69561 , 0 ) 01914 , 0 ( 0065 , 0 x L mg

x 0,03685 /

Kadar amonia = C x fp


(52)

4.4. Pembahasan

Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah, baik limbah domestik dan limbah industri. Semakin tinggi kandungan amonia pada limbah akan menyebabkan keracunan pada biota air, dan jika kadar amonia terlalu tinggi pada suatu perairan akan menyebabkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh darah pada ikan oleh sebab itu parameter ini tercantum pada spesifikasi mutu limbah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.

Pada hasil analisa kadar amonia pada OutletA ;Outlet B; Outlet C sangat tinggi. Hal ini menunjukkan kadar amonia pada outlet limbah pabrik tersebut sudah melewati kadar maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair untuk industri karet jenis karet kering yang kadar maksimumnya 5 mg/L. Tingginya Kadar amonia pada outlet tersebut disebabkan proses pengolahan limbah pada pabrik tersebut kurang bagus sehingga kadar amonia yang terdapat pada outlet limbah tersebut tinggi. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Toksisitas amonia juga tergantung dari jumlah amonia yang masuk dalam sel tumbuhan atau hewan.Pengaruh pH terhadap toksisitas amonia ditunjukkan dengan keadaan pada kondisi pH rendah akan bersifat racun bila jumlah amonia banyak, sedangkan pada pH yang tinggi hanya dengan jumlah amonia yang rendah sudah akan bersifat racun.


(53)

Upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan mengatur pembuangan air limbah industri dan meningkatkan proses pengolahan air limbah pada suatu industri sehingga limbah yang akan dialirkan tidak menimbulkan pencemaran air dan lingkungan.

Sedangkan Kadar amonia padaOutlet D; Outlet E, tidak melewati persyaratan pemerintah tersebut karena belum melewati kadar maksimum yang ditetapkan didalam baku mutu limbah cair industri karet kering. Hal ini disebabkan proses pengolahan air limbah pada pabrik tersebut sudah bagus sehingga outlet limbah yang akan disalurkan ke air atau lingkungan tidak menimbulkan pencemaran pada biota air dan juga lingkungan tersebut.

Analisa yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat spektrofotometer

UV-Visible yaitu penyerapan sinar tampak suatu molekul yang dapat

menyebabkan eksitasi elektron dalam orbital molekul dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Kelebihan dari spektrofotometer UV- Visibleadalah cara kerjanya sederhana dan dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Sedangkan kekurangan dari spektrofotometerUV- Visible adalah sinar yang dipakai harus monokromatis dan absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat pengganggu serta kebersihan dari kuvet.


(54)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa yang dilakukandalam penentuan kadar amonia pada outlet limbah industri karet dari 5 lokasi yang berbeda dengan menggunakan alat spektrofotometer UV- Visiblesecara fenat dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 3 lokasi tidak memenuhi standar amonia yang ditetapkan pemerintah yaitu: 6,9220 mg/L - 24,7940 mg/L. Sedangkan yang 2 lokasi memenuhi standar amonia yaitu: 0,0731 mg/L – 0,0987 mg/L.

5.2.Saran

Sampel yang terlalu pekat sebaiknya dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses analisa.

Analisa pada spektrofotometer sebaiknya dilakukan secara duplo (dua kali percobaan) atau triplo (tiga kali percobaan) agar diperoleh data yang lebih akurat.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad , R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : andi.

Alaerts, G. 1986. Metode Penelitian Air . Surabaya : Usaha Nasional. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Cotton, A dan Wilkinson, G. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press. Day, M, C. 1993. Kimia Anorganik Teori . yogyakarta : UGM press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Gintings,P.1992.Mencegah dan Mengendalikan Pencemaranindustri.Jakarta:PSH Heslop, R, B and Robinson. Inorganic chemistry. London : Elsevier publishing

company.

Jenie, B,S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: kanisius. Khopkar, SM. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-Press

Linsley, R,K.1991. Teknik Sumber Daya Air : Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Mahida,U,N.1984.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: c.v.rajawali.

Mulja,M. dan suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Universitas Press Surabaya

Petrucci, R, H. 1985. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Robinson,T.1995.Kandungan Organik Tumbuhant Tinggi.Bandung: Penerbit ITB

Setyamidjaja,D. 1993. Karet.Yogyakarta:kanisius.

Stevens, M, P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta. PT Pranya Paramita

Sonila Duka and Alqi Cullaj. An Optimal Procedure for Ammonical Nitrogen Analysis in Natural Waters Using Indophenol Blue Method. Natura Montenegrina, Podgorica, 9 (3): 743-751.


(56)

Tim Penulis. 1999. Karet. Bogor : Penebar Swadaya.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC Mulia, R, M. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha ilmu. Djatmiko, Margono, Wahyono. 2000. Pendayagunaan industrial waste

management . Bandung : PT Aditya Bakti.

Mukono, H, J. 2005. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya: airlangga university Press.


(57)

(58)

Lampiran 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR : KEP – 51/MENLH/10/1995

TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

TANGGAL : 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET

PARAMETER

LATEKS PEKAT KARET BENTUK KERING

Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemaran maksimum (mg/Ton) Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemaran maksimum (mg/Ton)

BOD 5 100 4 60 2,4

COD 250 10 200 8

TSS 100 4 100 4

Amoniak total (sebagai NH3

N)

15 0,6 5 0,2

Nitrogen total (sebagai N)

25 1,0 10 0,4

pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0

Debit limbah maksimum


(59)

Lampiran 2. Kurva Kalibrasi Untuk Larutan Standart

Kurva kalibrasi untuk larutan standart

Dimana: X = konsentrasi Y = absorbansi

0 0.1 0.3 0.5 0.7 1, 0. y = 0.668x

R² = 0.997

-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

A b sor b an si Konsentrasi

Absorbansi vs Konsentrasi

y Linear (y)

X Y

0 -0,01914

0,1 0,05042

0,3 0,18954

0,5 0,32866

0,7 0,46778


(60)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad , R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : andi.

Alaerts, G. 1986. Metode Penelitian Air . Surabaya : Usaha Nasional. Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Cotton, A dan Wilkinson, G. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press. Day, M, C. 1993. Kimia Anorganik Teori . yogyakarta : UGM press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Gintings,P.1992.Mencegah dan Mengendalikan Pencemaranindustri.Jakarta:PSH Heslop, R, B and Robinson. Inorganic chemistry. London : Elsevier publishing

company.

Jenie, B,S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: kanisius. Khopkar, SM. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-Press

Linsley, R,K.1991. Teknik Sumber Daya Air : Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Mahida,U,N.1984.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: c.v.rajawali.

Mulja,M. dan suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Universitas Press Surabaya

Petrucci, R, H. 1985. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Robinson,T.1995.Kandungan Organik Tumbuhant Tinggi.Bandung: Penerbit ITB

Setyamidjaja,D. 1993. Karet.Yogyakarta:kanisius.

Stevens, M, P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta. PT Pranya Paramita

Sonila Duka and Alqi Cullaj. An Optimal Procedure for Ammonical Nitrogen Analysis in Natural Waters Using Indophenol Blue Method. Natura Montenegrina, Podgorica, 9 (3): 743-751.


(2)

Tim Penulis. 1999. Karet. Bogor : Penebar Swadaya.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC Mulia, R, M. 2005. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha ilmu. Djatmiko, Margono, Wahyono. 2000. Pendayagunaan industrial waste

management . Bandung : PT Aditya Bakti.

Mukono, H, J. 2005. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya: airlangga university Press.


(3)

(4)

Lampiran 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP – 51/MENLH/10/1995

TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

TANGGAL : 23 OKTOBER 1995

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI KARET

PARAMETER

LATEKS PEKAT KARET BENTUK KERING Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemaran maksimum (mg/Ton) Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemaran maksimum (mg/Ton)

BOD 5 100 4 60 2,4

COD 250 10 200 8

TSS 100 4 100 4

Amoniak total (sebagai NH3

N)

15 0,6 5 0,2

Nitrogen total (sebagai N)

25 1,0 10 0,4

pH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0

Debit limbah maksimum

40 m3/Ton produk karet 40 m3/Ton produk karet


(5)

Lampiran 2. Kurva Kalibrasi Untuk Larutan Standart

Kurva kalibrasi untuk larutan standart

Dimana: X = konsentrasi Y = absorbansi

0 0.1 0.3 0.5 0.7 1, 0. y = 0.668x

R² = 0.997

-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

A b sor b an si Konsentrasi

Absorbansi vs Konsentrasi

y Linear (y)

X Y

0 -0,01914

0,1 0,05042

0,3 0,18954

0,5 0,32866

0,7 0,46778


(6)