Analisis Amonia pada Limbah Industri Karet secara Spektrofotometri Visible
Lampiran 1.Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP – 51/MENLH/10/1995
TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI TANGGAL : 23 OKTOBER 1995
PARAMETER
LATEKS PEKAT KARET BENTUK
KERING Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemaran maksimum (mg/Ton) Kadar maksimum (mg/L) Beban pencemar an maksimu m (mg/Ton)
BOD 5 100 4 60 2,4
COD 250 10 200 8
TSS 100 4 100 4
Amoniak total (sebagai
NH3 N)
15 0,6 5 0,2
Nitrogen total (sebagai
N)
25 1,0 10 0,4
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
Debit limbah maksimum
40 m3/Ton produk karet 40 m3/Ton produk karet
(2)
Lampiran 2.Perhitungan Larutan Standar
1. Pembuatan Larutan Standar Amonia (NH3)
- 100 ppm dari 1000 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.1000 = 50. 100
V1 = 5 mL
- 10 ppm dari 100 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.100 = 100. 10
V1 = 10 mL
- 0,1 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 50. 0,1
V1 = 0,5 mL
- 0,3 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 50. 0,3
V1 = 1,5 mL
- 0,5 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 50. 0,5
V1 = 2,5 mL
(3)
V1 = 3,5 mL
- 1 ppm dari 10 ppm V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 50. 1
V1 = 5 mL
2. Perhitungan garis regresi
x Y (x-xi) (y- yi) (x- xi)2 (y- yi)2 (x- xi) (y- yi)
0,00 0,0002 -0,4333 -0,3408 -0,18777778 0,116122 0,147665556
0,10 0,0374 -0,3333 -0,3036 0,11111111 0,092153 0,101188889
0,30 0,2246 -0,1333 -0,1164 0,01777778 0,013541 0,015515556
0,50 0,3517 0,0667 0,0107 0,00444444 0,000115 0,000715556
0,70 0,5610 0,2667 0,2200 0,07111111 0,048415 0,058675556
1,00 0,8709 0,5667 0,5299 0,32111111 0,280829 0,300295556
Σx= 2,60
Σy=
2,0458
Σ(x- x ) =0,0000
Σ(y- y ) =0,0000
Σ(x- x )2 =0,7133
Σ(y- y )2 =0,5512
Σ(x- x )(y- y ) =0,6241
��
=
Σx�
=
2,606
=
0,433333��
=
Σy�
=
2,0458(4)
- Menentukan nilai slope (a)
� =Σ(x− �)(y− �) Σ(x− �)2 = 0,6241
0,7133 = 0,874846
- Menentukan nilai intersept (b)
�=� − ��
�= 0,340967−[(0,874846)(0,433333)]
= - 0,038133
- Menentukan koefisien korelasi (r)
�
=
Σ
(x
−
xi)(y
−
yi)
�
Σ
(x
−
xi)(y
−
yi)
�
=
0,6241�(0,7133)(0,5512)
=
0,995252Maka persamaan regresinya adalah
�= ��+�
� = 0,874846�+ (−0,038133)
�1 = 0,874846(0) + (−0,038133) = −0,038133 �2 = 0,874846 (0,1) + (−0,038133) = 0,049351 �3 = 0,874846 (0,3) + (−0,038133) = 0,224320
(5)
3. Data Kurva Kalibrasi
X Y
0 −0,038133
0,1 0,049351
0,3 0,224320
0,5 0,39929
0,7 0,574259
1 0,836713
4. Perhitungan Kadar Amonia
- PA 0077
�
=
� − �
�
�
=
0,009−(−0,038133 )0,874846 = 0,05387
Kadar amonia = C x fp
Kadar amonia = 0,05387 x 5 = 0,26937 mg/L
- PA 0078
�
=
� − �
�
�
=
0,0945−(−0,038133 )0,874846
=
0,15160Kadar amonia = C x fp
Kadar amonia = 0,15160 x 1 = 0,15160 mg/L
(6)
�
=
� − �
�
�
=
0,864−(−0,038133 )0,874846 = 1,03119
Kadar amonia = C x fp
Kadar amonia = 1,03119 x 25 = 25,77976 mg/L
- PA 0124
�
=
� − �
�
�
=
0,044−(−0,038133 )0,874846 = 0,09388
Kadar amonia = C x fp
Kadar amonia = 0,09388 x 1 = 0,09388 mg/L
- PA 0134
�
=
� − �
�
�
=
0,714−(−0,038133 )0,874846 = 0,85973
Kadar amonia = C x fp
Kadar amonia = 0,85973 x 25 = 21,49329 mg/L
- PA 0135
(7)
Kadar amonia = C x fp
(8)
Lampiran 3.Gambar Alat dan Bahan
Pengenceran Larutan baku Amonia
(9)
Pembentukan warna biru indofenol pada sampel
(10)
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. (1987). Metode Penelitian Air . Surabaya: Usaha Nasional. Halaman 125-127; 184-185.
Brady, J. (2012). Kimia Universitas. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Halaman 425-427.
Effendi, H. (2003).Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 148-151. Jenie, B,S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Halaman 56-58.
Kristanto, P. (2002).Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Halaman 167-172.
Lestari, F. (2009).Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran kontaminan kimia di
Udara. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 188-189.
Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Penerbit Pusaka Pelajar. Halaman 222-227.
Standar Nasional Indonesia.(2005). SNI 06-6989.30-2005.Cara Uji Kadar
Amonia dengan Spektrofotometer Secara Fenat. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional. Halaman 1-6.
Tim penulis PS. (2008).Panduan Lengkap Karet. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 215.
Wattson, D.(2009). Analisis Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 110-111.
Zulkifli, A. (2014). Pengelolaan Limbah Berkelanjutan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 15-20; 30-35.
(11)
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Analisis amonia (NH3) dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di
Balai Riset Standardisasi Industri Medan yang bertempat di Jl. Sisingamangaraja No.24 Medan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada pengujian amonia adalah pipet tetes, pipet volumerik, kuvet, timbangan analitik, spektrofotometer dan peralatan gelas lainnya.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada pengujian amonia adalah air suling, amonium klorida (NH4Cl), larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7), larutan fenol
(C6H5OH), larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5% , larutan natrium nitroprusida
(C5FeN6Na2O) 0,5 % , larutan pengoksidasi.
3.4 Persiapan Pengujian
3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Amonia 100 ppm
Larutan baku amonia 1000 ppm dipipet 5 mL dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL. Air sulingditambahkan sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
(12)
3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Amonia 10 ppm
Larutan baku amonia 100 ppm dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Air suling ditambahkan sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia
3.4.3.1 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,1 ppm
Larutan baku 10 ppm dipipet 0,5 mL lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan dengan air suling sampai garis tanda dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
3.4.3.2 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,3 ppm
Larutan baku 10 ppm dipipet 1.5 mL lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan dengan air suling sampai garis tanda dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
3.4.3.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,5 ppm
Larutan baku 10 ppm dipipet 2,5 mL lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan dengan air suling sampai garis tanda dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
(13)
Larutan baku 10 ppm dipipet 3,5 mL lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan dengan air suling sampai garis tanda dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
3.4.3.5 Pembuatan Larutan Standar Amonia 1 ppm
Larutan baku 10 ppm dipipet 5 mL lalu dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan dengan air suling sampai garis tanda dan dihomogenkan (SNI 06-6989.30-2005).
3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar amonia, lalu dipipet 25 mL larutan standar amonia 0,1 ppm; 0,3 ppm; 0,5 ppm; 0,7 ppm; 1 ppm dan masing -masing dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1 mL larutan fenol kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan, lalu ditambahkan 1 mL larutan nitroprusida kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan, kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup, lalu dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna, kemudian dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya dan dihitung konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm (SNI 06-6989.30-2005).
3.5 Pengujian Amonia Pada Sampel
Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar amonia, kemudian dipipet 25 mL sampel dan masing-masing
(14)
dimasukkan kedalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 1 mL larutan fenol kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan, lalu ditambahkan 1 mL larutan nitroprusida kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan, kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan pengoksidasi kedalam masing-masing erlenmeyer dan dihomogenkan serta ditutup, lalu dibiarkan selama 1 jam ditempat yang gelap untuk pembentukan warna, kemudian dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya dan dihitung konsentrasinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm (SNI 06-6989.30-2005).
(15)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada penentuan kadar amonia padalimbah industri karet dengan spektrofotometer secara fenat di Laboratorium Air Balai Riset Standarisasi Industri Medan, diperoleh data pada kurva 4.1 sebagai berikut.
(16)
Pada penentuan kadar amonia secara fenat, diperoleh data pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1.Penentuan Amonia (NH3) Secara Fenat
No Sampel Absorbansi Faktor Pengencer
Konsentrasi (mg/L)
1. PA 0077 0,00 5 0,26
2. PA 0078 0,09 1 0,15
3. PA 0123 0,86 25 25,77
4. PA 0124 0,04 1 0,09
5. PA 0134 0,71 25 21,49
6. PA 0135 0,06 1 0,11
4.2 Pembahasan
Lingkungan, sebagai wadah penerima, akan menyerap bahan limbah tersebut. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan.Daya dukung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat lainnya berbeda (Kristanto, 2002).
(17)
Negara Lingkungan Hidup 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair untuk industri karet jenis karet kering yang kadar maksimumnya 5 mg/L. Tingginya Kadar amonia pada limbah tersebut disebabkan proses pengolahan limbah pada pabrik tersebut kurang bagus sehingga kadar amonia yang terdapat pada limbah tersebut tinggi. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Toksisitas amonia juga tergantung dari jumlah amonia yang masuk dalam sel tumbuhan atau hewan.Pengaruh pH terhadap toksisitas amonia ditunjukkan dengan keadaan pada kondisi pH rendah akan bersifat racun bila jumlah amonia banyak, sedangkan pada pH yang tinggi hanya dengan jumlah amonia yang rendah sudah akan bersifat racun.
(18)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Hasil pengujian kadar amonia (NH3) dengan menggunakan spektrofotometer
visible diperoleh kadar amonia pada limbah industri karet yaitu 0,26 mg/L;
0,15 mg/L; 25,77 mg/L; 0,09 mg/L; 21,49 mg/L; 0,11 mg/L.
- Dari analisa limbah industri karet yang telah diuji, kadar amonia yang tidak memenuhi syarat Kep.Men LH 51/MENLH/10/1995 yaitu 25,77 mg/L dan 21,49 mg/L.
5.2 Saran
- Agar pada pengujian selanjutnya dilakukan uji inlet dan outlet limbah industri karet untuk mengetahui efisiensi proses produksi pada limbah industri karet.
- Agar pada pengujian selanjutnya dilakukan uji amonia pada limbah industri farmasi untuk mengendalikan pencemaran air dari industri farmasi.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan (Zulkifli,2014). Limbah cair atau wastewater adalah kotoran dari manusia, rumah tangga, dan berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum (Sugiharto, 1987).
2.1.1 Jenis Limbah
Menurut Zulkifli (2014), limbah dikelompokkan berdasarkan sumbernya yaitu :
a. Limbah domestik atau rumah tangga yaitu limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk atau rumah tangga dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran, gedung perkantoran dan sebagainya.
b. Limbah industri yaitu merupakan sisa atau buangan dari hasil proses industri.
c. Limbah pertanian yaitu limbah pertanian yang berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun perkebunan.
d. Limbah pertambangan yaitu limbah pertambangan yang berasal dari kegiatan pertambangan.
(20)
e. Limbah pariwisata yaitu limbah limbah yang berasal dari sarana transportasi yang membuang limbahnya.
f. Limbah medis yaitu limbah yang berasal dari dunia kesehatan atau limbah medis mirip dengan sampah domestic pada umumnya.
Menurut Zulkifli (2014), berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan yaitu :
1. Limbah padat yaitu bahan-bahan buangan rumah tangga atau pabrik yang tidak digunakan lagi atau tidak terpakai dalam bentuk padat.
2. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair.
3. Limbah gas adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan manusia, hewan, dan tumbuhan.
4. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
2.1.2 Karakteristik Limbah
Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi (Zulkifli, 2014).
2.1.2.1Karakteristik Fisik
(21)
Sifat-sifat fisik yang umum diuji pada limbah cair adalah suhu, warna, oksigen terlarut (D.O), karbondioksida bebas, pH, nitrat, amoniak, fosfat, padatan tersuspensi total (T.S.S), padatan terlarut total (T.D.S), kebutuhan oksigen biologi (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), dan bakteri koli (Sastrawijaya, 1991).
2.1.2.2Karakteristik Kimia
Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Zulkifli, 2014).
2.1.2.3Karakteristik Biologi
Pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.Pemeriksaan biologis di dalam limbah cair untuk mengetahui apakah ada bakteri-bakteri patogen dalam limbah cair.Apabila bakteri patogen, maka sebelum limbah cair dibuang ke perairan harus dilakukan pengolahan tertentu agar bakteri-bakteri tersebut mati dan tidak menimbulkan bahaya bagi makhluk hidup.Pengolahan air limbah secara biologis, bertujuan untuk menghilangkan bahan anorganik, organik, fosfat, dan amoniak dengan bantuan mikroorganisme (Zulkifli, 2014).
2.1.3 Kualitas Limbah
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah.Kandungan pencemar di dalam limbah terdiri dari berbagai parameter.Semakin kecil jumlah parameter dan
(22)
semakin kecil konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Kualitas limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Volume limbah
Banyak sedikitnya limbah memengaruhi kualitas limbah.Jika limbah di lingkungan terdapat dalam jumlah banyak, limbah terebut berbahaya. Akan tetapi, jika jumlahnya sedikit maka limbah tidak akan membahayakan.
b. Kandungan bahan pencemar
Kualitas limbah dipengaruhi oleh kandungan bahan pencemar.Jika limbah tidak mengandung bahan pencemar berbahaya, berarti limbah tersebut tidak membahayakan.
c. Frekuensi pembuangan limbah
Pembuangan limbah dengan frekuensi yang sering akan menimbulkan masalah. Jika pembuangan limbah dilakukan dengan frekuensi yang tidak sering maka limbah tidak akan membahayakan (Zulkifli, 2014).
2.1.4 Dampak Limbah
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.Dampak tersebut antara lain:
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan–badan air yang digunakan oleh manusia.
(23)
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra,2006).
2.1.5 Pengolahan Limbah
Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak berpotensi menciptakan pencemaran. Limbah, baik dalam jumlah besar maupun kecil, dalam jangka panjang maupun pendek akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lingkungan (Kristanto, 2002).
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:
1. Pengenceran atau Dilution
Air limbah diencerkan sampai tahap konsentrasi yang cukup rendah kemudian dibuang ke badan-badan air.Pertambahan penduduk yang tinggi diikuti meningkatnya aktifitas manusia menyebabkan jumlah air limbah semakin banyak.Akibatnya air yang digunakan untuk pengenceran semakin banyak pula. Karena itu, cara pengenceran tidak lagi dapat dipertahankan. Disamping itu, pengenceran menyebabkan efek samping, bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada.
2. Kolam Oksidasi atau Oxidation Ponds
Pada dasarnya kolam oksidasi adalah proses memanfaatkan sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen untuk pembersih alamiah. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
(24)
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit terbuka kemudian air tersebut merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.Pada kondisi tertentu, air buangan tersebut dapat digunakan untuk mengairi ladang pertanian dan perkebunan (Zulkifli, 2014).
2.2 Amonia
Amonia merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau yang sangat menyegat yang dapat segera dikenali orang.Titik didihnya 33,350C dan membeku pada suhu -77,70C. Sebagai cairan, sifat-sifat sebagai pelarut sama seperti air. Zat ini sangat polar dan sangat mudah larut dalam air. Kelarutannya yang besar dalam air merupakan hasil kemampuannya membentuk ikatan hidrogen dalam air (Brady, 2012).
Amonia (NH3) dan garam–garamnya bersifat mudah larut dalam air.Ion
amonium adalah bentuk transisi dari amonia.Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea,industri bahan kimia (asam nitrat, amonium fosfat,amonium nitrat dan amonium sulfat), serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan
paper).Sumber amonia di perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein
dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air,yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Menurut Effendi (2003), proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi, ditunjukkan dalam persamaan reaksi:
(25)
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut amonium; amonia sendiri berada dalam keadaan tereduksi (-3).Amonia dalam air permukaan berasal dari air dan tinja; juga dari oksidasi zat organik (HaObCcNd) secara mikrobiologis,yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk (Alaerts, 1987).
2.2.1 Prinsip Amonia Secara Fenat
Prinsip analisis amonia secara fenat yaitu amonia akan bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalisis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol. Cara uji ini digunakan untuk menentukan kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat dalam contoh air limbah pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang gelombang 640 nm (SNI
06-6989.30-2005).
2.2.2 Dampak Amonia
Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4). Perbandingan amonia
dalam kedua bentuk tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu (Jenie, 1993)
Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap
organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu. Avertebrata air lebih
(26)
toleran terhadap toksisitas amonia daripada ikan. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah (Effendi,2003).
Amonia dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja; juga dari oksidasi zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk sesuai reaksi sebagai berikut :
HaObCcNd +(�+ � 4−
�
2− 3
4�)O2 c CO2 +�
�
2− 3
2 �� H2O + d NH3
Zat organis bakteri
Dapat dikatakan bahwa amonia berada dimana-mana, dari kadar beberapa mg/L pada air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 mg/L lebih, pada air buangan. Kadar amonia yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak, sehingga kadar NH3 harus rendah; pada air
minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus di bawah 0,5 mg/L N (syarat mutu air sungai di Indonesia). NH3 tersebut dapat dihilangkan sebagai gas melalui
aerasi atau reaksi dengan asam hipoklorik HOCl atau kaporit dan sebagainya, hingga menjadi kloramin yang tidak berbahaya atau sampai menjadi N2 (Alaerts,
1987).
2.3 Spektrofotometer
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorbansi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu
(27)
yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri” karena memberikan warna (Lestari, 2009).Prinsip spektrofotometris, sampel menyerap radiasi (pemancaran) elektromagnetis yang pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat (Alaerts, 1987).
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.Warna sinar tampak dihubungkan dengan panjang gelombangnya (Rohman, 2009).
Komponen-komponennya antara lain:
1. Sumber cahaya- lampu deuterium untuk daerah uv dari 190-350 nm dan lampu halogen kuartz atau lampu tungsten untuk daerah visible dari 350 sampai 900 nm.
2. Monokromator- digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam panjang gelombang unsur-unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah.
3. Optik- dirancang untuk memisahkan berkas cahaya sehingga berkas tersebut melewati dua kompartemen sampel, dan pada instrument berkas rangkap tersebut, larutan blangko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk memperbaiki pembacaan atau spektrum sampel tersebut. (Watson, 2009).
(28)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Setiap industri yang menghasilkan limbah cair wajib melakukan pengolahan air limbah agar memenuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah sehingga dapat langsung dibuang tanpa mencemari lingkungan. Limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan (Zulkifli, 2014).
Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber air sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air (Kristanto, 2002).
Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan limbah.Limbah yang menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet yang sebagian besar komponennya terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Proses
(29)
mendinginkan mesin-mesin. Sisa air yang digunakan akan dikeluarkan dalam bentuk limbah. Dalam jangka waktu yang lama limbah akan menumpuk dan menimbulkan masalah baru yang harus mendapat perhatian khusus (Tim Penulis PS, 2008).
Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan tersebut. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak (Mulyanto, 2007).
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir berjudul “Analisa Amonia Pada Limbah Industri Karet Secara Spektrofotometri
Visible”.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui kadar amonia yang terdapat pada limbah industri karet.
- Untuk mengetahui apakah kadar amonia pada limbah industri karet memenuhi syarat Kep.Men LH 51/MENLH/10/1995.
1.3 Manfaat
Sebagai informasi mengenai kandungan amonia yang terdapat padalimbah industri karet yang sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah agar tidak mencemari lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup.
(30)
ANALISIS AMONIA PADA LIMBAH INDUSTRI KARET SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
ABSTRAK
Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan limbah.Limbah yang menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet yang sebagian besar komponennya terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak.Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan Amonia yang terkandung dalam limbah industri karet dan untuk mengetahui apakah kandungan Amonia memenuhi syaratKep.Men LH 51/MENLH/10/1995. Penentuan kadar Amonia dalam limbah industri karet dapat dilakukan dengan metode fenat dan dianalisis dengan Spektrofotometri Visible pada panjang gelombang 640 nm. Pengujian Amonia dalam limbah industri karet dilakukan di Laboratorium Limbah cair di Balai Riset Standardisasi dan Industri (BARISTAND) Medan. Dari pengujian didapatkan hasil Amonia yaitu 0,26937 mg/L; 0,15160 mg/L; 25,77976 mg/L; 0,09388 mg/L; 21,49329 mg/L; 0,11311 mg/L. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa dari limbah industri karet yang diperiksa, dua sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu 25,77976 mg/L dan 21,49329 karena menurut Kep.Men LH 51/MENLH/10/1995 syarat maksimum adalah 5 mg//L.
(31)
ANALISIS AMONIA PADA LIMBAH INDUSTRI KARET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
TUGAS AKHIR
OLEH:
IMALIA ARSA SEMBIRING NIM 132410030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DANMAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(32)
ANALISIS AMONIA PADA LIMBAH INDUSTRI KARET
SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
IMALIA ARSA SEMBIRING NIM 132410030
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DANMAKANAN
(33)
(34)
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Imalia Arsa Sembiring
NIM : 132410030
Program Studi : Analis Farmasi dan Makanan
Judul Tugas Akhir : Analisis Amonia Pada Limbah Industri Karet Secara Spektrofotometri Visible.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan plagiatisme atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika dalam tradisi keilmuan.Atas pernyataan ini saya siap menerima tindakan/sanksi yang dijatuhkan pada saya apabila dikemudian ditemukan pelanggaran atas etika akademik dalam karya saya ini.
Yang menyatakan pernyataan,
Imalia Arsa Sembiring NIM 132410030
(35)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Amonia pada Limbah Industri Karet secara Spektrofotometri
Visible”.
Tujuan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan berdasarkan yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Riset Standarisasi (Baristand) Industri Medan.
Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis juga mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Masfria,M.S.,Apt., selakuDekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan,S.Si.,M.Si., Apt., selaku wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir.
(36)
7. Bapak Fadhil Maulizandy Amri, S.Si., Kepala Laboratorium Limbah Cair dan selaku Pembimbing PKL di Baristand Industri Medan.
8. Ibu Mardiani, dan Ibu Sumarni selaku Pembimbing PKL di Laboratorium Limbah Cair Baristand Industri Medan.
9. Sahabat-sahabat penulis, Chesya, Debora, Margaret, Mega, Ruth, Renopalti, Riza yang senantiasa memberi semangat dan bantuan, beserta teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada kedua orang tua, Ayahanda Sarjana Sembiring dan IbundaArih Serentak Ginting yang sudah memberikan dukungan dalam penulisan Tugas akhir. Juga saudara kandung penulis Josua Atmaja Sembiring beserta keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan nasihat kepada penulis agar semangat meraih cita-cita.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2016 Penulis,
(37)
ANALISIS AMONIA PADA LIMBAH INDUSTRI KARET SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE
ABSTRAK
Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan limbah.Limbah yang menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet yang sebagian besar komponennya terdiri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada perairan. Keasaman air atau nilai pH nya sangat mempengaruhi apakah jumlah amonia yang ada akan bersifat racun atau tidak.Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan Amonia yang terkandung dalam limbah industri karet dan untuk mengetahui apakah kandungan Amonia memenuhi syaratKep.Men LH 51/MENLH/10/1995. Penentuan kadar Amonia dalam limbah industri karet dapat dilakukan dengan metode fenat dan dianalisis dengan Spektrofotometri Visible pada panjang gelombang 640 nm. Pengujian Amonia dalam limbah industri karet dilakukan di Laboratorium Limbah cair di Balai Riset Standardisasi dan Industri (BARISTAND) Medan. Dari pengujian didapatkan hasil Amonia yaitu 0,26937 mg/L; 0,15160 mg/L; 25,77976 mg/L; 0,09388 mg/L; 21,49329 mg/L; 0,11311 mg/L. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa dari limbah industri karet yang diperiksa, dua sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu 25,77976 mg/L dan 21,49329 karena menurut Kep.Men LH 51/MENLH/10/1995 syarat maksimum adalah 5 mg//L.
(38)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan ... 2
1.3Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1Limbah ... 3
2.1.1 Jenis Limbah ... 3
2.1.2 Karakteristik Limbah ... 4
2.1.2.1 Karakteristik Fisik ... 4
2.1.2.2 Karakteristik Kimia ... 5
(39)
2.1.5 Pengolahan Limbah ... 7
2.2 Amonia ... 8
2.2.1 Prinsip Amonia Secara Fenat ... 9
2.2.2 Dampak Amonia ... 9
2.3 Spektrofotometer ... 10
BAB III METODE PENGUJIAN ... 12
3.1 Tempat ... 12
3.2 Alat ... 12
3.3 Bahan ... 12
3.4 Persiapan Pengujian ... 12
3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Amonia 100 ppm ... 12
3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Amonia 10 ppm ……... 13
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia ... 13
3.4.3.1 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,1 ppm 13
3.4.3.2 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,3 ppm 13
3.4.3.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,5 ppm 13
3.4.3.4 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,7 ppm 13
3.4.3.5 Pembuatan Larutan Standar Amonia 1 ppm .. 14
3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 14
3.5 Pengujian Amonia Pada Sampel ... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil ... 16
4.2 Pembahasan ... 16
(40)
5.1 Kesimpulan ... 18 5.2 Saran ... 18 DAFTAR PUSTAKA ... 19
(41)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Hasil Penentuan Amonia Secara Fenat ... 16 2 Perhitungan Hasil Regresi ... 22
(42)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(43)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup ... 20 2 Perhitungan Larutan Standar ... 21 3 Gambar Alat dan Bahan ... 26
(1)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan ... 2
1.3Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1Limbah ... 3
2.1.1 Jenis Limbah ... 3
2.1.2 Karakteristik Limbah ... 4
2.1.2.1 Karakteristik Fisik ... 4
2.1.2.2 Karakteristik Kimia ... 5
2.1.2.3 Karakteristik Biologi ... 5
2.1.3 Kualitas Limbah ... 6
(2)
2.1.5 Pengolahan Limbah ... 7
2.2 Amonia ... 8
2.2.1 Prinsip Amonia Secara Fenat ... 9
2.2.2 Dampak Amonia ... 9
2.3 Spektrofotometer ... 10
BAB III METODE PENGUJIAN ... 12
3.1 Tempat ... 12
3.2 Alat ... 12
3.3 Bahan ... 12
3.4 Persiapan Pengujian ... 12
3.4.1 Pembuatan Larutan Baku Amonia 100 ppm ... 12
3.4.2 Pembuatan Larutan Baku Amonia 10 ppm ……... 13
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia ... 13
3.4.3.1 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,1 ppm 13
3.4.3.2 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,3 ppm 13
3.4.3.3 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,5 ppm 13
3.4.3.4 Pembuatan Larutan Standar Amonia 0,7 ppm 13
3.4.3.5 Pembuatan Larutan Standar Amonia 1 ppm .. 14
3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 14
3.5 Pengujian Amonia Pada Sampel ... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil ... 16
4.2 Pembahasan ... 16
(3)
ix
5.1 Kesimpulan ... 18 5.2 Saran ... 18 DAFTAR PUSTAKA ... 19
(4)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Hasil Penentuan Amonia Secara Fenat ... 16 2 Perhitungan Hasil Regresi ... 22
(5)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup ... 20 2 Perhitungan Larutan Standar ... 21 3 Gambar Alat dan Bahan ... 26