PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IVA

SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Oleh

DYAH AYU RETNO NINGRUM

Penelitian ini berlatar belakang dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IVA di SD Negeri 8 Metro Timur. Perbaikan pembelajaran melalui penerapan mapping dalam model PAIKEM bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik di kelas IVA.

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, dengan prosedur pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus. Data penelitian diperoleh melalui observasi, unjuk kerja, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase nilai observasi aktivitas peserta didik pada siklus I adalah 66,7%, pada siklus II meningkat menjadi 79%, dan pada siklus III meningkat menjadi 87,5%. Hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah 50% dengan nilai rata-rata 70, pada siklus II meningkat menjadi 66,7% dengan nilai rata-rata 80,6, dan pada siklus III meningkat menjadi 91,7% dengan nilai rata-rata 84,79.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kibang, Kecamatan Metro Kibang, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 08 Oktober 1990, sebagai anak ke-4 dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Garwoto dan Ibu Fr. Rumana Rumiyati.

Riwayat pendidikan peneliti:

1. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Binakarya Utama, Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah pada tahun 2003. 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di selesaikan di SMPN 2 Rumbia,

Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah pada tahun 2006.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Kristen 1 Metro pada tahun 2009.

Tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa program Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.


(7)

Moto

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranya,

maka semuanya itu akan ditambahkannya kepadamu

(Matius 6: 33)

Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut

kehendakMu.

(Bunda Maria)

Kuatkanlah hatimu lewati setiap persoalan, Tuhan Yesus

slalu menopangmu, jangan berhenti harap padaNya...

(Lagu Rohani)

Hidup tidak mudah, tapi bukan berarti menyerah dan kalah!

Kesulitan adalah tantangan untuk menjadi yang terbaik.

Kesabaran & kegigihan adalah perjuangan tiada henti.

Teruslah berusaha, berdoa, & berserah pada Tuhan.


(8)

PERSEMBAHAN

Ya Tuhan, apabila karya ini merupakan salah satu kebanggaan,

maka ku persembahkan karya ini untuk orang yang ku cinta dan ku

sayang sebagai tanda bakti dan sayangku kepada:

Ibunda dan Ayahanda yang telah membesarkan, mendidik,

mendoakan, dan mencurahkan kasih sayang serta perhatiannya demi

kebahagiaan dan keberhasilan ananda. Sungguh ananda tak akan

pernah dapat membalas itu semua dengan sempurna.

Saudara kandungku, Ayunda Dian Renny, Adinda Agung, dan Widia

yang selalu memberikan dukungan dan doanya untukku.

Saudara Iparku Kakanda Hendarto yang senantiasa membantu dan

memberikan semangat kepadaku.

Keponakanku, si cantik Charolita yang senantiasa menghibur dan

melepas lelahku

Para pendidik yang mendidikku dengan ketulusan dan kesabarannya,

semoga selalu diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Sahabat-sahabatku Dwi F., Astri W., Diah S., Ayu Pakarti D.,

Hidayatullah, Agustinus Widodo dan teman-teman seperjuanganku

PGSD angkatan 2010 khususnya kelas A.

Almamater tercinta Universitas Lampung


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Mapping dalam Model PAIKEM pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Ketua PGSD UPP Metro sekaligus selaku Pembimbing I yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi dan atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, dan nasihat serta bantuan yang diberikan di sela kesibukannya.


(10)

ini.

6. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan.

7. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd. Pembimbing Akademik.

8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Ibu Dwi Hastuti, S.Pd., Kepala Sekolah SD Negeri 8 Metro Timur.

10. Ibu Rusiah Gani, A.Ma.Pd., guru bidang studi matematika SD Negeri 8 Metro Timur.

11. Peserta didik kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

12. Kedua orang tua, kakak, adik, dan keponakan yang telah memberikan doa, motivasi, serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

13. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin


(11)

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar ... 10

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu ... 10

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu ... 12

2.1.3 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar 13 2.1.4 ScientificApproach ... 14

2.1.5 Penilaian Autentik ... 15

2.2 Belajar ... 18

2.2.1 Pengertian Belajar ... 18

2.2.2 Pengertian Aktivitas Belajar ... 20

2.2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 22

2.3 Model PAIKEM dan Mapping ... 23

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 23

2.3.2 Pengertian Model PAIKEM ... 25

2.3.3 Karakteristik Model PAIKEM ... 27

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PAIKEM ... 28

2.3.5 Pengertian Mapping ... 29

2.3.6 Kelebihan dan Kelemahan Mapping ... 31

2.3.7 Langkah-langkah Pembuatan Mapping ... 32

2.3.8 Langkah-langkah Penerapan Mapping dalam Model PAIKEM 35


(13)

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.4 Alat Pengumpul Data ... 41

3.5 Teknik Analisis Data... 42

3.5.1 Analisis Data Kualitatif... 42

3.5.2 Analisis Data Kuantitatif... 44

3.6 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 46

3.7 Indikator Keberhasilan ... 58

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil SD Negeri 8 Metro Timur ... 59

4.2 Prosedur Penelitian ... 60

4.2.1 Deskripsi Awal... 60

4.2.2 Refleksi Awal... 61

4.3 Hasil Penelitian ... 61

4.3.1 Hasil Pembelajaran Siklus I ... 62

4.3.2 Hasil Pembelajaran Siklus II ... 72

4.3.3 Hasil Pembelajaran Siklus III ... 83

4.4 Pembahasan... 95

4.4.1 Kinerja Guru ... 95

4.4.2 Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 97

4.4.3 Hasil Unjuk Kerja Mapping (Psikomotor) Peserta Didik ... 99

4.4.4 Hasil Belajar Peserta Didik ... 100

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Secara Klasikal... 5

2. Kategori Aktivitas Peserta Didik ... 43

3. Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru ... 43

4. Kualifikasi Aktivitas Peserta Didik ... 44

5. Kategori Hasil Belajar Peserta Didik ... 45

6. Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus ... 62

7. Data Skor Nilai Peserta Didik pada Siklus I ... 68

8. Data Skor Nilai Peserta Didik pada Siklus II ... 79

9. Data Skor Nilai Peserta Didik pada Siklus III ... 91

10.Data Skor Nilai Kinerja Guru Tiap Siklus ... 96

11.Rekapitulasi Data Aktivitas Peserta Didik ... 97

12.Rekapitulasi Hasil Unjuk Kerja Mapping ... 99

13.Data Nilai Hasil Belajar Peserta Didik... 100


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Langkah-Langkah ScientificApproach ... 14

2. Contoh Aplikasi Mind Mapping 1 ... 34

3. Contoh Aplikasi Mind Mapping 2 ... 34

4. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 39

5. Diagram Kenaikan Nilai Kinerja Guru dengan Menerapkan Mapping dalam Model PAIKEM ... 96

6. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Peserta Didik dengan Menerapkan Mapping dalam Model PAIKEM ... 98

7. Diagram Persentase Nilai Klasikal Aktivitas Peserta Didik dengan Menerapkan Mapping dalam Model PAIKEM ... 98

8. Diagram Peningkatan Persentase Unjuk Kerja Mapping Peserta Didik ... 100

9. Daigram Hasil Belajar Peserta Didik dengan Menerapkan Mapping dalam Model PAIKEM ... 101


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar dan membelajarkan peserta didik. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Mudyahardjo (2010: 3) pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Melalui penjelasan tersebut, dapat kita pahami bahwa pendidikan merupakan salah satu wadah bagi umat manusia untuk belajar dan membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab dan kerjasama antara peserta didik, pengajar/guru, masyarakat termasuk orang tua juga sistem pendidikan itu sendiri untuk menciptakan generasi penerus yang siap bersaing diera global seperti sekarang.

Kemendiknas dalam (Mulyasa 2013: 19) menjelaskan bahwa visi Kemendiknas yaitu, pada tahun 2025 adalah mampu menghasilkan Insan


(17)

Indonesia yang cerdas dan kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Insan cerdas yang dimaksud adalah insan yang cerdas secara komperhensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestesis. Oleh sebab itu, pembelajaran hendaknya dilaksanakan untuk membangun sikap dan karakter peserta didik seperti yang diharapkan dalam undang-undang dan visi Kemendiknas tersebut.

Kurikulum 2013 dirancang berbasis karakter dan kompetensi dengan menggunakan scientific approach, tematik terpadu, dan penilaian autentik. Burke 1995 dalam (Mulyasa 2013: 66) mengemukakan bahwa kompetensi:’...is a knowledge, skills, and abilities or capabilitis that a person

achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can

satisfactorily perfom particular cognitive, afective, and psikomotor”. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut Mulyasa (2013: 7) pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Selain berbasis karakter dan kompetensi, Kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan tematik terpadu dan kontekstual.

Pada struktur kurikulum SD dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa proses pembelajaran kelas 1 sampai kelas 6 menggunakan tematik terpadu.


(18)

Proses belajar disuguhkan berdasarkan tema yang di dalamnya terdapat beberapa mata pelajaran. Sehingga yang pada mulanya dalam KTSP mata pelajaran SD berjumlah 10, kini dalam Kurikulum 2013 hanya berjumlah 7, yaitu PPKN, Matematika, Bahasa Indonesia, PJOK, SBDP, IPA, dan IPS. Hal ini tentunya sangat membantu peserta didik dalam proses belajar, karena menurut Piaget dalam (Syah, 2007: 73) bahwa anak-anak tingkat SD usia 7-11 tahun masih berada pada tahap perkembangan operasional konkret, baru mampu berfikir mengenai sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa yang konkret.

Kaitannya dengan tematik terpadu, menurut Saud dkk (2006: 17) guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas untuk memahami keterkaitan antar mata pelajaran. Untuk itu guru juga dituntut untuk memiliki kecerdasan, kemampuan menganalitik dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan material maupun metodologik suatu pokok bahasan. Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi, tapi juga sebagai fasilitator. Selain itu, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik dengan berkreativitas dan berinovasi dalam pembelajaran, misalnya dalam pemilihan model, metode, atau teknik pembelajaran dapat lebih melekatkan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat dari segi hasil, namun juga dari segi proses pembelajaran yang dilakukan.

Mulyasa (2013: 143) mengungkapkan bahwa dari segi proses, pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (80%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun


(19)

sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembentukan karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (80%).

Untuk mencapai kemampuan tersebut, guru sebaiknya mampu menilai kinerjanya dalam mengajar di kelas melalui kegiatan refleksi. Kegiatan ini dilakukan setelah pembelajaran usai. Setelah guru merefleksi kinerjanya, maka guru melakukan perbaikan pembelajaran apabila nilai peserta didik dalam kelas belum mencapai kriteria yang sudah ditentukan. Perbaiakn ini dilaksanakan dalam lingkup kelasnya sendiri dan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar dengan memperbaiki pelaksanaan pembelajaran dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih baik. Kegiaran semacam ini disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di kelas IVA SDN 8 Metro Timur, menunjukkan aktivitas dan pemahaman peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu sebagai berikut: (1) peserta didik tidak memberikan respon/tanggapan ketika guru memberi kesempatan bertanya, mengajukan pendapat/gagasan; (2) peserta didik masih takut dan kurang percaya diri untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan guru; (3) pada saat mengerjakan latihan di papan tulis, hanya beberapa peserta didik yang berani mengerjakannya; (4) pembelajaran belum mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi peserta didik; (5) guru belum menerapkan teknik mapping dalam model PAIKEM pada pembelajaran.


(20)

Selain hal di atas, dapat dijelaskan juga guru belum menggunakan model-model pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Model pembelajaran yang digunakan dalam kelas yaitu diskusi, tanya jawab, dan ceramah. Dengan demikian pembelajaran jadi membosankan karena tidak ada inovasi dan kreativitas dari guru, sehingga peserta didik tidak merasakan senang saat belajar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan hal utama yang diperhatikan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hal-hal yang telah disebutkan di atas mengakibatkan kondisi pembelajaran tematik terpadu kelas IVA cenderung kurang diminati peserta didik dan kelas menjadi gaduh. Aktivitas belajar peserta didik menjadi rendah dan kurang termotivasi. Hasil belajar peserta didik juga belum maksimal. Dilihat dari segi proses dan hasil, hanya 62,5% atau 15 dari 24 peserta didik

yang mendapat nilai ≥ 66.

Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Secara Klasikal

Jumlah Peserta Didik

Nilai Hasi Belajar Klasikal

Kategori < 66 ≥ 66

24 37,5 % 62,5 % Cukup

Sehubungan dengan masalah yang telah dipaparkan, guru perlu menerapkan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas. Alternatif yang dapat membantu menumbuh kembangkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik adalah model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Menurut Djamarah (2010: 372) PAIKEM adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.


(21)

Model PAIKEM ini sangat relevan jika digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 karena sama-sama berbasis kompetensi. Tujuan PAIKEM adalah membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.

Agar peserta didik dapat mengoptimalkan ide dan kreativitasnya dalam model PAIKEM, penulis juga menggunakan mapping sebagai teknik dalam pembelajaran. Seperti yang dijelaskan Swadarma (2013: 2) bahwa mapping

adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dengan demikian, selain peserta didik dapat menuangkan ide-ide pada teknik

mapping ini, mereka juga dapat mengingat materi pelajaran dengan mudah karena mempunyai ringkasan dengan kata-kata yang dibuat sendiri.

Berdasarkan uaraian di atas untuk mengatasi masalah, penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan “Penerapan Mapping dalam Model PAIKEM pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pelajaran


(22)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Peserta didik tidak memberikan respon/tanggapan ketika guru memberi kesempatan bertanya, mengajukan pendapat/gagasan.

2. Peserta didik masih takut dan kurang percaya diri untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan guru.

3. Pembelajaran belum mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi peserta didik.

4. Hanya 62,5% peserta didik yang mencapai nilai ≥ 66.

5. Masih rendahnya aktivitas peserta didik kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur.

6. Guru kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur belum menerapkan mapping

dalam model pembelajaran PAIKEM.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan mapping dalam model PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas IVA SDN 8 Metro Timur pada pembelajaran tematik terpadu tahun pelajaran 2013/2014?

2. Apakah penerapan mapping dalam model PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IVA SDN 8 Metro Timur pada pembelajaran tematik terpadu tahun pelajaran 2013/2014?


(23)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu di kelas IVA SDN 8 Metro Timur dengan menerapkan mapping

dalam model PAIKEM tahun pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu di kelas IVA SDN 8 Metro Timur dengan menerapkan mapping

dalam model PAIKEM tahun pelajaran 2013/2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peserta didik, yaitu dapat meningkatkan proses belajar melalui penerapan

mapping dalam model PAIKEM pada pembelajaran tematik terpadu di kelas IVA SDN 8 Metro Timur.

2. Guru, yaitu dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru kelas mengenai model pembelajaran khususnya model PAIKEM dan mengkobinasikan dengan mapping sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran tematik terpadu di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

3. Sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.


(24)

4. Peneliti, yaitu berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan mapping dalam model PAIKEM pada pembelajaran tematik terpadu.


(25)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Kemendikbud (2013: 7) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema. Semua mata pelajaran melebur menjadi satu dan terikat dalam satu tema. Pembelajaran tetap dikembangkan dari KD setiap mata pelajaran. Adapun kompetensi yang dicapai terdiri dari tiga aspek, yaitu sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Guru Pembaharu dalam (http://gurupembaharu.com) menjelaskan bahwa tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan prinsip terpadu dengan menggunakan tema pemersatu dalam memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus pada satu kali tatap muka sehingga memberikan pengalaman peserta yang bermakna. Kebermaknaan pembelajaran bagi peserta didik merupakan hal yang paling diutamakan dalam pembelajaran tematik terpadu. Seperti yang dijelaskan Suaidinmath dalam (http://suaidinmath.wordpress.com) bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman


(26)

yang bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran dapat dikatakan bermakna apabila peserta didik memahami konsep-konsep yang telah dipelajari melalui pengalaman langsung dan mampu menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Mulyasa (2013: 170) menyatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang diterapkan pada tingkat pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya. Menurut Hernawan dkk (2007: 7) ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang luas dapat dijabarkan lagi ke dalam anak tema atau sub tema. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

Menurut Trianto (2010: 83) pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiri secara aktif sampai penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan dan memahami dunia kehidupannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggabungkan dan mengkaitkan beberapa mata pelajaran dalam


(27)

satu tema secara kontekstual agar pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik.

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri khas. Berpandu dari Depdiknas 2014, Suaidinmath dalam (http://suaidinmath.wordpress.com) mengemukakan beberapa ciri khas pembelajaran tematik terpadu, diantaranya:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Memberi pengalaman langsung pada peserta didik 3. Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran

5. Bersifat luwes

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran. Tematik terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak

8. Bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan schemata yang dimiliki peserta didik

9. Autentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi autentik

10. Aktif, artinya peserta didik perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses penilaian

11. Wujud lain dari implementasi tematik terpadu yang bertolak dari tema

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menghubungkan atau mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu dengan melibatkan pengalaman belajar bermakna.


(28)

2.1.3 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu, pada dasarnya terbagi atas tiga tahapan. Berikut ini tiga tahapan utama kegiatan pembelajaran tematik menurut Trianto (2010: 84):

1) Kegiatan pendahuluan/awal/pembukaan

Kegiatan ini terutama dilakukan untuk menciptakan suasana awal belajar untuk mendorong peserta didik memfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap guru.

2) Kegiatan inti/penyajian

Dalam kegiatan ini difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi, dan dapat dilakukan dalam kelompok kecil atau perorangan.

3) Kegiatan penutup/akhir dan tindak lanjut

Sifat dari kegiatan penutup adalah menenangkan. Hal yang dapat dilakukan oleh guru diantaranya mendongeng, membaca Al-quran, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

Pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan beberapa tahapan sesuai dengan Kurikulum 2013 yaitu: 1) guru mengacu pada tema pemersatu yang telah ditentukan; 2) analisis KI dan KD serta membuat indikator; 3) membuat jaringan tema dari mata pelajaran yang


(29)

akan diajarkan; 4) menyusun silabus tematik terpadu; 5) menyusun RPP tematik terpadu dengan menggunakan scientific approach.

2.1.4 Scientific Approach

Scientific approach merupakan istilah dari Bahasa Inggris yang diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu pendekatan ilmiah. Kemendikbud (2013: 9) menjelaskan scientific approach adalah pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk melakukan ketrampilan-ketrampilan ilmiah, yaitu: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulan informasi; 4) mengasosiasi; dan 5) mengomunikasikan.

Menurut Faiq (dalam penelitiantindakankelas.blogspot.com) langkah-langkah scientificapproach sebagai berikut:

Gambar 1 Langkah-langkah ScientificApproach

Gambar tersebut dijelaskan oleh Kemendikbud (2013: 8-9) yaitu sebagai berikut:

1. Mengamati: guru memberi kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk membaca, mendengar, menyimak, melihat, merasa, meraba, dan membaui (tanpa alat atau dengan alat).

2. Menanya: guru mendorong peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Bagi peserta didik yang


(30)

belum mampu mengajukan pertanyaan, guru membimbing agar peserta didik mampu melakukannya secara mandiri.

3. Mengumpulkan informasi/eksperimen: merupakan tindak lanjut dari bertanya, yaitu menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

4. Mengasosiasi/menalar: berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh, peserta didik dapat menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan.

5. Mengomunikasikan: kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan/mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa scientific approach merupakan pendekatan yang memiliki langkah-langkah ilmiah dalam pelaksanaan pembelajaran.

2.1.5 Penilaian Autentik

Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan. Permendikbud dalam (Kunandar, 2013: 49-50) menjelaskan cakupan penilaian tentang Standar Penilaian Pendidikan, yaitu: 1) penilaian autentik; 2) penilaian diri; 3) penilaian berbasis portofolio; 4) ulangan; 5) ulangan harian; 6) ulangan tengah semester; 7) ulangan akhir


(31)

semester; 8) Ujian Tingkat Kompetensi; 9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi; 10) Ujian Nasional; dan 11) Ujian Sekolah.

Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nurgiyantoro (2011: 25) autentik dapat berarti dan sekaligus menjamin objektivitas, nyata, benar-benar tampilan peserta didik, akurat, dan bermakna.

Kemendiknas (2013: 9) menjelaskan bahwa penilaian autentik dilakukan dengan melihat proses pencapaian kompetensi dan hasil yang dicapai. Nurgiyantoro (2011: 23) berpendapat bahwa penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di dunia sekolah. Penilaian autentik mencakup tiga komponen yaitu menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Kunandar (2013: 12) bahwa keterpaduan ketiga komponen pembelajaran tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instruksional effect), dan dampak

pengiring (nurturant effect).

Nurgiyantoro (2011: 34-38) menjelaskan penilaian autentik memiliki beberapa macam bentuk penilaian, diantaranya:

1. Penilaian Kinerja: penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan


(32)

dan ketrampilan. Contoh: dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia menilai hasil dari segi kemampuan berbicara dan menulis.

2. Wawancara Lisan: dalam konteks asesmen autentik, penilaian bahasa dilakukan tidak hanya dari ketepatan struktur dan kosa kata, tapi juga ketepatan atau kejelasan informasi yang disampaikan. 3. Pertanyaan Terbuka: penilaian dilakukan denganmemberikan

pertanyaan atau stimulus atau tugas yang harus dijawab secara lisan atau tulisan.

4. Menceritakan Kembali Teks atau Cerita: hal ini untuk mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibacakan secara lisan atau tertulis.

5. Portofolio: merupakan kumpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistemik yang kemudian dianalisis, secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan mereka setiap waktu.

6. Proyek: merupakan bentuk penugasan untuk menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok.

Dengan bentuk-bentuk penilaian tersebut diharapkan hasil dari penilaian bisa relevan dan objektif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerja secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan ketrampilan.


(33)

2.2 Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses di mana seseorang mengubah pandangan tentang dirinya dan lingkungan. Menurut Hernawan dkk (2007: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan prilaku, dimana perubahan prilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan prilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, efektif, dan psikomotor. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Schwartz 1972 dalam (Hernawan dkk, 2007: 2) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, efek obat-obatan, atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan seringkali dipengaruhi oleh latihan.

Pengertian belajar sebagai kegiatan yang menetap dikemukakan juga oleh Ihsan (2005: 41) istilah pendidikan seumur hidup (life long learning Education) tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya) tidak sama persis, seperti istilah Out of School education, continuing education, adult education, further education, recurrent education. Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yang disampaikan oleh UNESCO dalam (Kunandar, 2011: 295) yaitu learning to know (belajar mengetahui), learning to do

(belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri), dan


(34)

Adapun penjelasan untuk empat pilar tersebut (1) learning to know (belajar untuk mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) Learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk mrmperoleh suatu ketrampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) Learning to be (belajar untuk menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus mengembangkan kepribadiannya lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) Learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik/majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain konsep belajar yang diungkapkan di atas, menurut Bruner dalam (Nasution, 2008: 9-10) terdapat proses belajar yang dibedakan dalam tiga fase yaitu: (1) Informasi: dalam tiap pembelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui


(35)

sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap; (2) Transformasi: informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan; (3) Evaluasi: kemudian kita nilai sampai manakah pengetahuan yang kita peroleh dan tranformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Kaitannya denga Kurikulum 2013, Mulyasa (2013: 107) menjelaskan bahwa belajar harus dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar. Oleh karena itu, hal-hal yang harus diupayakan antara lain:

1. Bagaimana motivasi peserta didik, dan bagaimana materi belajar harus dikemas sehingga membangkitkan motivasi, gairah, dan nafsu belajar;

2. Belajar perlu dikaitkan dengan seluruh kehidupan peserta didik, agar dapat menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari perolehan belajar;

Dari berbagai pendapat para ahli dan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan hal tersebut terjadi pada setiap orang dalam sepanjang hidupnya.

2.2.2 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan peserta didik guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan aspek kognitif,


(36)

afektif, dan psikomotor. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Guru perlu memberi stimulus atau rangsangan terhadap aktivitas peserta didik dalam berpikir maupun berbuat. Karena menurut Sardiman (2010: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Oleh sebab itu, aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan peserta didik untuk belajar. Menurut Wardani (2012: 11) peserta didik dikatakan memiliki keaktivan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan soal yang diberikan guru menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Kaitannya dengan penilaian dalam Kurikulum 2013, aktivitas merupakan salah satu penilaian yang termasuk dalam penilaian proses. Seperti yang dijelaskan Mulyasa (2013: 143) bahwa penilaian proses dilakukan untuk menilai aktivitas, kreativitas, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, terutama keterlibatan mental, emosional, dan sosial dalam pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan (observasi) dan


(37)

refleksi. Dengan demikian, penulis melakukan penilaian aktivitas dengan menggunakan lembar observasi dan dilanjutkan dengan refleksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan, serta memperoleh perubahan tingkah laku yang kemudian melibatkan kerja pikiran dan badan, terutama dalam hal kegiatan pembelajaran.

2.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas belajar dan kemampuan intelektual peserta didik sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam memperoleh hasil. Gagne dalam (Swadarma, 2013: 43) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik.

Menurut Kunandar (2013: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif: Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif: Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,


(38)

menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor: Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Implementasi Kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013: 143-154), pemerolehan hasil belajar terbagi menjadi: (1) Penilaian Proses pembelajaran, dapat dilakukan dengan pengamatan dan refleksi; (2) Penilaian unjuk kerja; (3) Penilaian karakter; (4) Penilaian portofolio; (5) Penilaian ketuntasan belajar. Kemendikbud (2013: 96) menjelaskan penilaian hasil belajar adalah suatu kegiatan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa berdasarkan tahapan belajarnya selama mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemapuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila peserta didik sudah mengalami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2.3 Model PAIKEM dan Mapping

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah suatu pencitraan atau penggambaran bentuk yang sama persis namun bukan aslinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan Sanjaya (2008: 82) yang mengemukakan bahwa model adalah abstraksi


(39)

dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa model adalah contoh yang sama persis dengan bentuk nyantanya misalnya pesawat terbang mainan.

Sedangkan model pembelajaran menurut Nurulwati dalam (Trianto, 2011: 142) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Joyce dalam (Trianto, 2011: 142) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur dalam (Trianto, 2011: 142.145) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut diantaranya:

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya;

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai.


(40)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka dan arah bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2.3.2 Pengertian Model PAIKEM

Menurut Swadarma (2013: 69) PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Adanya model pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa model pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung membuat peserta didik pasif, malas, dan bosan dalam belajar. Hal tersebut disebabkan oleh peserta didik yang hanya duduk, mendengar lalu mencatat ceramah dari guru. Pembelajaran yang hanya satu arah ini berakibat pada kurang optimalnya penguasaan materi peserta didik.

Menurut Djamarah (2010: 372) PAIKEM adalah suatu pembelajaran yang mengajak anak didik untuk belajar secara aktif. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran harus menuju pembelajaran yang bermakna. Seperti yang diungkapkan oleh Sagala (2011: 163), proses belajar adalah membangun makna/pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran, dan perasaan. Selain itu, pembelajaran juga hendaknya menyenangkan bagi peserta didik. Hal itu sejalan dengan pendapat Peter Kline dalam (Sagala, 2011: 268) yang mengatakan bahwa bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.


(41)

Kelima kriteria PAIKEM dijelaskan oleh Djamarah (2011: 369-378) sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aktif: pembelajaran yang mengajak anak didik untuk belajar secara aktif. Pemicu keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya rasa ingin tahu, ketertarikan, dan minat siswa terhadap hal yang dipelajari.

2. Pembelajaran Inovatif: merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengemukakan ide-ide/gagasan-gagasan baru untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran Kreatif: berarti memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan. Kreativitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang.

4. Pembelajaran Efektif: merupakan pembelajaran yang memungkinkan anak didk dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan. Proses belajaranya mudah, terhindar dari ancaman, hambaran, atau gangguan. Efektifitas pembelajaran akan nampak pada perubahan prilaku yang terdapat pada Tujuan Umum Pendidikan Nasional.

5. Pembelajaran menyenangkan: merupakan pembelajaran yang didisain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenangkan, dan yang paling utama tidak membosankan kepada peserta didik.

Ramadhan dalam (tarmizi.wordpress.com) menyebutkan bahwa secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.

2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan „pojok baca‟

4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan


(42)

gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PAIKEM adalah model pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkangkan bagi peserta didik dan untuk menyiapkan peserta didik menjadi insan yang memiliki daya cipta dengan menuangkan ide-ide atau gagasan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

2.3.3 Karakteristik Model PAIKEM

Menurut Budimansyah dalam (Wanto, 2012: 14) ada beberapa karakteristik PAIKEM sebagai berikut:

1. Pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengalaman belajar yang tersedia atau disediakan.

2. Pembelajaran menggunakan bahan/materi baru dan bermanfaat.

3. Pembelajaran memberikan ruang gerak peserta didik untuk memunculkan kreativitas peserta didik dan gurunya.

4. Pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

5. Pembelajaran berlangsung menyenangkan, atau dilakukan oleh peserta didik dengan suasana menyenangkan.


(43)

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PAIKEM

Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekuranag. Dibawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan model PAIKEM:

a) Kelebihan model PAIKEM menurut Kurniawan dkk (kangwahyu90.blogspot.co/paikem.html)

1. Siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas.

2. Dengan PAIKEM pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pembelajaran itu berkesan bagi siswa dan tidak terlupakan karena keaktifan mereka.

3. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. 4. Siswa dapat menemukan caranya sendiri dalam pemecahan

suatu masalah, untuk mengungkapkan ide, pendapat dan gagasannya.

5. Membangkitkan semangat siswa, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 6. Melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 7. Mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan.

8. Mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah laku yang memungkinkan pembelajar meningkatkan tanggung jawab dalam belajarnya. 9. Siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang

sesuatu yang ada di lingkungannya.

10. Dengan meningkatnya minat siswa terhadap pembelajaran maka akan meningkat pula perhatian dan konsentrasi siswa dalam belajar, sehingga akan menumbuhkan kegembiraan saat pembelajaran berlangsung (Keriangan hati).

11. Dalam proses pembelajarannya dapat memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga proses pembelajarannya tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat juga di luar kelas (Depdiknas: 2006).

12. Menciptakan kegiatan belajar yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.

13. Dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.


(44)

b) Kekurangan model PAIKEM menurut Murdikah dalam (ikha-princes.blogspot.com) sebagai berikut:

1. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki/perempuan, pintar/kurang pintar, social, ekonomi tinggi/rendah.

2. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.

3. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk,kegiatan yang dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar.

4. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran pakem yang baik.

5. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.

6. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian besar pertanyaanya bersifat tertutup.

Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran ini, guru dapat meminimalisir kekurangan-kekurangan dengan berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran.

2.3.5 Pengertian Mapping

Dari Kamus Inggris Indonesia arti mapping adalah membuat peta. Sedangkan menurut Swadarma (2013: 2) mapping adalah pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Pada halaman berikutnya Swadarma juga menjelaskan beberapa pengertian mapping, yaitu:

1. Cara mencatat yang efektif, efisien, kreatif, menarik, mudah, dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita.

2. Sistem berpikir yang terpancar (radiant thingking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang.


(45)

3. Alat organisasional informasi yang bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah.

4. Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.

Mapping atau yang sering disebut mind mapping ini merupakan ide brilian dari Aristoteles yang kemudian dilahirkan kembali oleh Tony Buzan. Swadarma (2013: 5) mengemukakan bahwa Tony Buzan memasuki tahun 1960-an banyak menulis tentang human brain, bahwa sebenarnya manusia dilahirkan dengan jutaan kali lebih canggih dari komputer. Tony Buzan mengaitkan teknik peta konsep dengan teori

radiant thinking karena itulah dinamakan mind mapping. Untuk merangsang dan membantu kemampuan penghafalan otak kita, dia selalu menganjurkan penggunaan banyak warna, gambar nyata, humor, dan provokasi, dalam mind mapping untuk menciptakan kesan yang lebih kuat pada otak kita sehinnga bisa dihafalkan dengan baik.

Menurut Buzan dalam (Lestari, 2012: 14) mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran-pikiran. mind mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan-ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran. Dengan demikian, cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat tradisional. Selain itu mind mapping adalah sistem penyimpanan raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan.


(46)

Mulyasa (2013: 163) menyatakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Teknik pembelajaran ini sangat membantu dalam mewujudkan tujuan pendidikan dalam Kurikulum 2013 tersebut. Karena dalam teknik ini, selain peserta didik diajak untuk berkreativitas, mereka juga diajak untuk menuangkan ide-ide secara visual dengan berbagai gambar dan warna yang mereka sukai. Meskipun ide-ide tertuang dalam bentuk visual, namun peserta didik tetap terlibat pada aspek belajar yang lain yaitu auditori dan kinestetik. Dengan demikian pembelajaran akan lebih berkesan dan menyenangkan.

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

mapping (mind mapping) adalah teknik yang efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada di dalam pikiran dan dapat membantu membuka seluruh potensi dan kapasitas otak kanan dan otak kiri dengan cara yang menyenangkan.

2.3.6 Kelebihan dan Kelemahan Mapping

Setiap teknik pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dengan mapping ini. Swadarma (2013: 4.9) menuliskan kelebihan mapping yaitu:

1. Meningkatkan kinerja managemen pengetahuan. 2. Memaksimalkan sistem kerja otak.

3. Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan.

4. Memacu kreativitas, sederhana, dan mudah dikerjakan. 5. Sewaktu-waktu dapa me-recall data yang ada dengan mudah.


(47)

6. Menarik dan mudah tertangkap mata (eye catching). 7. Dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah.

Ningrum dalam (http://emywahyuningrum.blogspot.com) menguraikan beberapa kekurangan mapping, diantaranya:

1. Hanya siswa yang aktif yang terlibat. 2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.

3. Mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa mind mapping siswa.

Namun meskipun memiliki beberapa kekurangan, penerapan teknik ini sangat mendukung peserta didik berkreativitas dalam pikirannya maupun dalam menuangkan gagasannya. Mereka dapat menghasilkan atau menuangkan ide-ide dalam bentuk grafis. Selain itu, teknik ini memudahkan peserta didik dalam merangkum beberapa mata pelajaran dalam pembelajaran tematik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mapping lebih banyak memberikan keuntungan bagi peserta didik dan kekurangan-kekurangan hanya sedikit itu dapat diminimalisir oleh guru.

2.3.7 Langkah-langkah Pembuatan Mapping

Sebelum membuat mapping, kita harus mengetahui langkah-langkahnya terlebih dahulu. Ada alat-alat yang harus disiapkan dan aturan yang harus dijalankan. Menurut Swadarma (2013: 10-14) aturan dalam pembuatan mapping sebagai berikut:


(48)

2. Warna: Gunakanlah spidol warna-warni dengan jumlah warna sekitar 2-7 warna, dan tiap cabang berbeda warna. 3. Garis: Buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari

pangkal (central image) menuju ujung.

4. Huruf: Pada cabang utama yang dimulai dari central image

menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi garis dan huruf pun sama panjang.

5. Keyword : Merupakan kata yang mewakili pesan yang ingin disampaikan.

6. Key image: Adalah kata bergambar yang mempermudah kita untuk mengingat.

7. Struktur: Prinsip mapping adalah radiant thingking, jadi tema besar di tengah kertas akan memancar (radiasi) melalui BIOs ke segala arah. Pada umumnya BIOs terdiri atas 2-7 garis dan dimulai dari kanan atas sesuai arah jarum jam.


(49)

Contoh mapping sebagai berikut:

Kumpulan mind mapping materi pelajaran IPA (SD) (http//duniaanakkita.blogspot.com)

Gambar 2 Contoh Aplikasi Mind Mapping 1

Gambar 3 Contoh Aplikasi Mind Mapping 2

Kemendikbud (2013: 91) menjelaskan bahwa penilaian kinerja (unjuk kerja) adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan sesuatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang menaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Dilihat dari ketentuan langkah-langkah kerja dan hasil yang dari


(50)

mapping, maka penulis menggunakan penilaian ketrampilan dengan cara penilaian unjuk kerja sesuai dengan ketentuan penilaian autentik dalam Kurikulum 2013.

2.3.8 Langkah-langkah Penerapan Mapping dalam Model PAIKEM Untuk mencapai tujuan pembelajaran, hendaknya guru mempersiapkan pembelajaran tersebut dengan baik. Menurut Piringgiralas dalam (Wanto, 2012: 15) menyatakan bahwa pelaksanaan model pembelajaran PAIKEM terbagi menjadi dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap proses.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini seorang guru harus memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik. 2) Guru membuat persiapan pengajaran.

3) Skenario pembelajaran secara rinci dan matang. 4) Menerapkan azas fleksibilitas.

5) Melayani perbedaan individual. b. Tahapan Proses

Pada tahapan ini seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Mendengar pendapat peserta didik.


(51)

3) Merangsang keberanian peserta didik untuk menyatakan dan menanyakan sesuatu.

4) Pertanyaan terbuka, menantang dan produktif. 5) Pemecahan masalah.

6) Menuntut hasil terbaik dari peserta didik 7) Memberikan umpan balik seketika. 8) Peserta didik memajang hasil karyanya. 9) Kompetitif dan kooperatif.

Menurut Swadarma (2013: 73) langkah-langkah dalam penerapan mapping pada pembelajaran PAIKEM sebagai berikut: 1. Guru mendefinisikan secara jelas tujuan dan topik pembelajaran hari

ini.

2. Guru menjelaskan topik tersebut dengan bantuan film pendek yang relevan dengan topik pembelajaran, contoh kriminalitas di kalangan remaja.

3. Guru bertanya pada murid, “Apakah solusi untuk mencegah kriminalitas di kalangan remaja?”. Untuk menjawabnya peserta didik dikelompokkan 4-5 orang/kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek sosial dan aspek akademik.

4. Setiap kelompok diberi sumber belajar seperti koran, artikel, majalah, ensiklopedia, kamus dan sebagainya.

5. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya.


(52)

6. Guru melakukan evaluasi untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

7. Guru melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran hari ini.

Dengan adanya tahapan dan langkah-langkah tersebut, diharapkan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik terpadu menerapkan mapping dalam model PAIKEM dengan memperhatikan kriteria dan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014”.


(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas. Menurut Arikunto dkk (2006: 2) Penelitian Tindakan Kelas sering disebut Classroom Action Research (CAR).

Menurut Wardani, dkk. (2007:13) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat. Aqib, dkk. (2010: 3) juga mengemukakan pengertian yang senada yaitu, PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

Menurut Arikunto, dkk. (2006: 16) secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya diadopsi dari rancangan penelitian tindakan kelas oleh Arikunto, dkk..


(54)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4 Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006 : 16) Perencanaan I

SIKLUS I Refleksi I

Pengamatan 1

Perencanaan II

Pelaksanaan I

Pengamatan III SIKLUS II Refleksi II

Pengamatan II

Perencanaan III

Pelaksanaan III SIKLUS III

Pelaksanaan II

Refleksi III

Pengamatan III SIKLUS II Refleksi II

Pengamatan II

Perencanaan III

Pelaksanaan III SIKLUS III


(55)

Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur. Harapan penting dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan

mapping dalam model PAIKEM.

3.2 Rancangan Penelitian 1. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Metro Timur, Jl. Stadion Tejosari, Metro Timur, Metro, Lampung.

2. Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan secara kalaborasi partisipan antara peneliti dengan guru Kelas IVA SDN 8 Metro Timur. Adapun subjek penelitian adalah seorang guru dan peserta didik kelas IVA SDN 8 Metro Timur yang berjumlah 24 orang, terdiri dari 10 laki-laki dan 14 perempuan.

3. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 kurang lebih selama lima bulan.

4. Sumber Data

Sumber data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan data-data yang diinginkan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari:

1). Peserta didik, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas peserta didik sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dan hasil psikomotor yang berbentuk skor (angka).


(56)

2). Guru, data kualitatif yang diperoleh dari hasil kinerja guru dalam proses pembelajaran.

3.3 Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah non tes dan tes. a. Non tes dilakukan dengan cara observasi. Observasi yaitu pengamatan dan

pencatatan suatu objek yang difokuskan pada perilaku tertentu, observasi dilakukan oleh observer dengan cara memberi skor dengan kriteria tertentu masing-masing aspek kegiatan yang dilakukan peserta didik dan guru selama proses pembelajaran.

b. Tes diberikan dalam bentuk soal-soal tes. Soal tes dikerjakan oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat kecapaian hasil belajar peserta didik terhadap materi yang telah diberikan oleh guru, dan digunakan untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik.

3.4 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Lembar panduan observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan mapping dalam model PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas.peserta didik. Observasi dilakukan oleh observer terhadap keaktivan peserta didik maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Hasil kemampuan psikomotor peserta didik dalam membuat peta pikiran atau mapping dan soal-soal tes, yang berfungsi untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan hasil belajar peserta didik khususnya


(57)

mengenai penguasaan materi yang dibelajarkan. Tes hasil belajar dilakukan pada akhir siklus.

c. Dokumentasi, digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas belajar peserta didik dan juga kinerja guru selama proses pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

3.5.1 Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar peserta didik, dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas peserta didik dan kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung ketika melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan lembar panduan observasi. Setiap data yang diamati selama berlangsungnya pembelajaran langsung dicatat dalam lembar yang telah disediakan.

3.5.1.1 Nilai aktivitas setiap peserta didik dan kinerja guru diperoleh dengan rumus:

x

SM R

NP 100

Keterangan :

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperloleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap


(58)

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)

Untuk mengetahui kategori aktivitas peserta didik dapat melihat posisi nilai yang diperoleh berdasarkan tabel konversi nilai sebagai berikut:

Tabel 2 Kategori Aktivitas Peserta didik

Skala Nilai 0-100 Predikat Kategori 86-100 A

SB 81-85 A-

76-80 B+

B 71-75 B

66-70 B- 61-65 C+

C 56-60 C

51-55 C-

46-50 D+ K

0-45 D

(Sumber: Adaptasi Kemendikbud, 2013: 9-10)

Untuk melihat tingkat keberhasilan kinerja guru digunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 3 Kualifikasi Tingkat Keberhasilan Kinerja Guru

Peringkat Nilai

Sangat Baik ( A) 90 < A ≤ 100

Baik (B) 75 < B ≤ 90

Cukup Baik (C) 60 < C ≤ 75

Kurang (K) ≤ 60

(Sumber: Adopsi dari Kemendikbud, 2013: 311-313)

3.5.1.2 Untuk menghitung rata-rata aktivitas peserta didik menggunakan rumus: n x X

  Keterangan: 

X = nilai rata-rata aktivitas kelas


(59)

n = jumlah peserta didik

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 40)

3.5.1.3 Untuk mengetahui persentase kualifikasi aktivitas peserta didik secara klasikal menggunakan rumus:

Keterangan:

∑ ∑

Untuk Melihat Kategori tingkat keberhasilan aktivitas peserta didik digunakan kategori sebagai berikut:

Tabel 4 Kualifikasi Aktivitas Peserta didik

No Tingkat Nilai Klasikal (%) Arti

1 ≥80 Sangat Tinggi

2 60 – 79 Tinggi

3 40 – 59 Sedang

4 20 – 39 Rendah

5 <20 Sangat Rendah

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 41)

3.5.2 Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data tes hasil belajar dan hasil psikomotor peserta didik.

3.5.2.1 Untuk menghitung hasil belajar dan hasil psikomotor peserta didik secara individual digunakan rumus:

S = R X 100 N


(60)

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R= Jumlah skor/item yang dijawab benar N= Skor maksimum dari tes

Sumber: Purwanto (2009: 112)

Untuk mengetahui kategori hasil belajar peserta didik menggunakan tabel konversi nilai sebagai berikut:

Tabel 5 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik

Skala Nilai 0-100 Predikat Kategori

86-100 A SB

81-85 A-

76-80 B+

B 71-75 B

66-70 B-

61-65 C+

C 56-60 C

51-55 C-

46-50 D+

K 0-45 D

(Sumber: Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 9-10)

3.5.2.2 Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar dan hasil psikomotor peserta didik diperoleh dengan rumus:

n x X

Keterangan:

X = nilai rata-rata aktivitas kelas

x = jumlah nilai

n = jumlah aspek yang di nilai (Sumber: Adopsi dari Aqib, dkk., 2010: 40)


(61)

3.5.2.3 Persentase hasil belajar dan hasil psikomotor peserta didik secara klasikal diperoleh melalui rumus :

Keterangan:

∑ ∑

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2010: 40)

3.6 Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan proses pembelajaran tematik penerapan mapping dalam model PAIKEM besama-sama dengan guru. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu pada tema 6 “Indahnya Negeriku”, sub tema 1 “Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan”.

2. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kurikulum 2013 bersama guru.


(62)

3. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas peserta didik yang mengacu pada pembelajaran tematik menggunakan mapping

pada model pembelajaran PAIKEM, pedoman observasi kinerja guru, dan menyusun alat tes dan pedoman penskoran.

4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan membuat media yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pada siklus I, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif dengan peneliti, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

mapping model pembelajaran PAIKEM.

Dalam pelaksanaannya meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Kegiatan Awal

a. Salam pembuka dan doa b. Absensi peserta didik c. Pengkondisian kelas

d. Guru menyampaikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

e. Guru mendefinisikan secara jelas tujuan dan topik pembelajaran. 2. Kegiatan Inti

a. Guru menunjukkan macam-macam gambar burung Cendrawasih. b. Guru memancing rasa ingin tahu peserta didik dengan

pertanyaan-pertanyaan lisan.

c. Guru membentuk peserta didik ke dalam kelompok yang berisi 4-5 anggota dalam setiap kelompoknya.


(63)

d. Setelah mengamati gambar, peserta didik secara berkelompok mendiskusikan teks dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS. e. Guru menjelaskan langkah-langkah pembuatan mapping.

f. Peserta didik membuat mapping dari apa yang telah dipelajari. g. Setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya dan kelompok

lain menanggapi.

h. Perwakilan peserta didik mengumpulkan hasil kerjanya.

i. Meminta beberapa peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

j. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.

k. Guru bersama membahas kembali masalah-masalah dari indeks topik yang telah dibagikan.

l. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang berani maju dan memberikan motivasi kepada peserta didik lain agar dapat lebih berani mengutarakan pendapatnya.

m. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.

n. Guru membagikan lembar evaluasi untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru menutup kegiatan dengan menanyakan kepada peserta didik kegiatan apa yang saja yang dilakukan hari ini dan apa yang peserta didik rasakan.


(64)

b. Guru merangkum semua pendapat dari peserta didik untuk menarik kesimpulan.

c. Guru menyampaikan pesan moral agar senantiasa bersyukur atas nikmat keberagaman.

d. Guru mengapresiasi sikap percaya diri yang ditunjukkan selama proses pembelajaran.

e. Guru mengajak peserta didik berdoa dan menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga akhir, teman sejawat mengamati mengenai aktivitas belajar peserta didik, termasuk saat peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok, serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Penilaian aktivitas peserta didik dan kinerja guru dicatat pada lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik serta kinerja guru. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran siklus I. Kendala-kendala dan masalah yang muncul di siklus I akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga kekurangan dalam siklus I bisa terselesaikan, begitupula dengan kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat berjalan terus-menerus pada siklus-siklus selanjutnya.


(65)

Siklus II

Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Materi pembelajaran

siklus II adalah “Keindahan Alam Negeriku” Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif mempersiapkan proses pembelajaran tematik menerapkan mapping dalam model PAIKEM, adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan, yaitu dengan tema “Indahnya Negeriku“ pada sub tema “Keindahan Alam Negeriku”. 2. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

kurikulum 2013 bersama guru.

3. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas peserta didik yang mengacu pada pembelajaran tematik menggunakan mapping pada model pembelajaran PAIKEM, pedoman observasi kinerja guru, dan menyusun alat tes dan pedoman penskoran.

4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan membuat media yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Siklus II, diawali dengan persiapan peneliti yang berkolaboratif dengan guru, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan


(1)

106

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang diuraikan pada Bab IV, maka dirumuskan kesimpulan bahwa penerapan mapping dalam model PAIKEM dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu kelas IVA SD Negeri 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014, sebagai berikut:

5.1.1 Persentase aktivitas peserta didik yang mencapai nilai ≥ 66 pada siklus I adalah 66,7%, siklus II meningkat menjadi 79%, dan siklus III meningkat menjadi 87,5%.

5.1.2 Hasil belajar peserta didik yang mendapat nilai ≥ 66 yaitu pada siklus I dengan jumlah 12 peserta didik (50%) dengan nilai rata-rata 70, siklus II meningkat menjadi 16 peserta didik (66,67%) dengan nilai rata-rata 80,6, dan siklus III meningkat menjadi 22 peserta didik (91,7%) dengan nilai rata-rata 84,79.


(2)

107

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam penerapan mapping dalam model PAIKEM, yaitu:

5.2.1 Kepada Peserta Didik

5.2.1.1 hendaknya selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.

5.2.1.2 Peserta didik hendaknya bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

5.2.2 Kepada Guru

5.2.2.3 Penggunaan media pembelajaran yang bervariatif dan penerapan mapping dalam model PAIKEM berkualitas, harus didukung dengan kemampuan pelaksanaannya yang tidak dapat sekaligus dikuasi. Oleh karena itu guru sebaiknya terus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan media pembelajaran dan penerapan pendekatan pembelajaran yang dipilih.

5.2.2.1 Lebih kreatif dan inovatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode atau media pembelajaran yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar.

5.2.2.2 Menggunakan berbagai sumber yang relevan dengan materi yang diajarkan dan menyusun serta menggunakan media LKS.


(3)

108

5.2.3 Kepada Sekolah

5.2.3.1 Agar menyediakan atau melengkapi fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan supaya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga hasil belajar dapat meningkat. 5.2.3.2 Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan media dan pendekatan yang selain penerapan mapping dalam model PAIKEM, untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

5.2.4 Kepada Peneliti Berikutnya

Penelitian ini mengkaji tentang implementasi perbaikan pembelajaran dengan menggunakan penerapan mapping dalam model PAIKEM pada pembelajaran tematik terpadu kelas IV untuk tema 6 dan 7. Untuk itu kepada peneliti berikutnya, dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penerapan mapping dalam model PAIKEM pada tema lainnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional Guru. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqip, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, dan TK. Iyrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta. Jakarta.

Dunia Anak Kita. 2010. Kumpulan Mind Mapping Materi Pelajaran IPA. http//dunianakkita.blogspot.com (diakses pada 22-01-2014 @21.15 WIB) Echols, Jhon dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia. PT Gramedia.

Jakarta.

Faiq, Muhammad. 2013. Pendekatan Scientifik dalam Implementasi Kurikulum 2013. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com (diakses tanggal 22 Januari 2014 @ 20.00 WIB)

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan pembelajaran SD. UPI Press. Bandung.

http://suaidinmath.wordpress.com (diakses tanggal 10 Juni 2014 @ 15.10) Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II. Kemendikbud. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.


(5)

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Kunandar. 2011. Guru Profesional. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kurniawan. 2011. PAIKEM. http://kangwahyu90.blogspot.com (diakses pada tanggal 24 Januari 2014 @15.00 WIB)

Lestari, Pratisthita Puji. 2012. Penggunaan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn V SDN 1 Pringsewu Utara Tahun Pelajaran 2011/2012. UNILA. Bandar Lampung.

Mudyahardjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa, H.K. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Murdikah, Nurkholishoh. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran. http://ikha-princes.blogspot.com (diakses tanggal 22 Januari 2014 @ 15.00) Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Ningrum, Emy Wahyu. 2011. Inovasi Pembelajaran. http://emywahyuningrum.blogspot.com. (diakses pada tanggal 21 Januari 2014 @ 01.00 WIB)

Nurgiantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Ramadhan, Tarmizi. 2008. Pengembangan Pembelajaran Peserta Didik. http://Tarmizi.wordpress.com (diakses tanggal 24 Januari 2014 @ 15.00 WIB)

Ramadhan, Tarmizi. 2008. Pengembangan Pembelajaran Peserta Didik. http://tarmizi.wordpress.com (diakses tanggal 24 Januari 2014 @ 15.00 WIB)

Sagala, Syaiful H. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Alfa Beta. Bandung.


(6)

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Prektik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Pranada Media Group. Jakarta.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Saud, Udin Syaefudin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. UPI Press. Bandung. Suaidinmath. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013.

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. PT Gramedia. Jakarta.

Syah, Mahibbin. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Tim Penyusun. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II. Kemendikbud. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.

Tim Penulis. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu.

http://gurupembaharu.com (diakses tanggal 10 Juni 2014 @ 15.00)

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana. Jakarta.

Wanto, Bangun Anjar. 2012. Penerapan Model PAKEM untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN 2 Mojokerto Lampung Tengah TA. 2010/2011. UNILA. Bandar Lampung. Wardani, F. Sri. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

dengan Menggunakan Media Realia pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas I C SD Xaverius Metro Tahun Pelajaran 2011/2012. UNILA. Bandar Lampung.

Wardani, I.G.A.K, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 17 69

JUDUL INDONESIA: PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 68

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

4 14 85

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD N 07 METRO TIMUR

1 13 86

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVA SDN 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 66 71

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IVA SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 76

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77