7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan dan Pelatihan 1.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003
pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana
belajar dan
proses pembelajaran
agar peserta
didik secara
aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Pendidikan adalah
segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
Soekidjo Notoatmojo, 2003:16.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 263.
Menurut John
Stuart Mill
1806-1873 M
pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan
dia kepada tingkat kesempurnaan.
2. Pengertian Pelatihan Menurut KBBI edisi 2 tahun 1989 pelatihan atau
magang training adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan. Noe, Hollenbeck, Gerhart Wright 2003:251
mengemukakan training is a planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior
by employee. Artinya pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran
tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
8
Menurut Gomes 2003:197, pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja
pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.
Menurut Bernardin
dan Russell
1998:172, Training is defined as any attempt to improve employee
performance on a currently held job or one related to it. This usually means changes in spesific knowledges, skills,
attitudes, or behaviors. To be effective, training should involve a learning experience, be a planned organizational
activity, and be designed in response to identified needs. Jadi pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha
pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu
berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian, dan
pengetahuan yang khusus atau spesifik. Dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam pelatihan harus
mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman- pengalaman,
pelatihan harus
menjadi kegiatan
keorganisasian yang
direncanakan dan
dirancang didalam
menanggapi kebutuhan-kebutuhan
yang teridentifikasi.
Menurut Gomez-Mejia,
Balkin, dan
Cardy 2001:259, training is usually conducted when employees
have a skill deficit or when an organization changes a system and employees need to learn new skill. Ini berarti
bahwa pelatihan biasanya dilaksanakan pada saat para pekerja memiliki keahlian yang kurang atau pada saat
suatu organisasi mengubah suatu system dan para perlu belajar tentang keahlian baru.
Menurut DeCenzo dan Robin 1999:227, Training is a learning experience in that it seeks a relatively
permanent change in an individual that will improve the ability to perform on the job. Ini berarti bahwa pelatihan
adalah suatu pengalaman pembelajaran didalam mencari perubahan permanen secara relatif pada suatu individu
9
yang akan
memperbaiki kemampuan
dalam melaksanakan pekerjaannya itu.
Cut Zurnali 2004 menjelaskan bahwa pengertian pelatihan yang dikemukakan oleh para ahli di atas sering
dijadikan acuan
dalam riset-riset
manajemen sumberdaya
manusia, psikologi
industri, dan
administrasi. Definisi-definisi para ahli tersebut dapat dengan lengkap mendeskripsikan mengenai arti dan
tujuan pelatihan. Menurut Dessler, 1997:263, pelatihan memberikan
karyawan baru
atau lama
suatu keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan mereka. Dengan demikian pelatihan berarti menunjukkan
seorang masinis
bagaimana mengoperasikan mesin barunya, bagi seorang juru jual
baru, bagaimana menjual produk perusahaannya, atau bagi seorang penyelia baru bagaimana mewawancarai
dan menilai karyawan. 2.2 Pengertian Supervisi
Secara teoritis guru sudah memiliki kompetensi untuk mendidik siswa, karena semua guru di Republik
kita ini diangkat menjadi guru berdasarkan ijazah yang dimiliki. Ijazah itu tidak akan dimiliki jika mereka tidak
kompeten.
Pengaruh globalisasi semakin kompleks, dunia pendidikan mendapat tantangan untuk mempersiapkan
siswa dalam menghadapi kehidupan nanti. Banyak para guru tidak sanggup menghadapi tantangan itu sendirian.
Padahal guru nampaknya menjadi penentu utama dalam menghadapi masalah tersebut, karena gurulah yang
langsung berhadapan dengan siswa.
Usaha peningkatan mutu pendidikan di Indonesia melalui berbagai kegiatan seperti penataan guru.
Kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan direncanakan dan dibuat di tingkat pusat. Kemudian hasilnya
dilaksanakan di provinsi, kemudian kota dan akhirnya di tingkat kecamatan. Baik penjelasan, informasi maupun
pedoman dari pusat memerlukan penjabaran dan
10
interprestasi lebih lanjut, interprestasi yang bermacam- macam tidak akan menjamin tercapainya tujuan
sebagaimana telah ditentukan dari pusat. Oleh sebab itu kehadiran supervisor sangat diharapkan dan dinantikan
dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan secara efisien melalui pembinaan profesionalitas guru.
Pemerintah dalam hal ini melakukan pengawasan terhadap
sekolah dalam
rangka pembinaan,
pengembangan, peningkatan mutu, perlindungan, dan pelayanan
terhadap sekolah
yang bersangkutan.
Pengawasan dilakukan
terhadap penyelenggaraan
pendidikan dan administrasi sekolah Uraian di atas menunjukkan dengan jelas peran
supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan dan pembinaan kualitas guru secara
professional sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien.
1. Beberapa Pengertian Tentang Supervisi Pendidikan Istilah supervisi dikenal di berbagai bidang,
temasuk bidang pendidikan. Hanya, konotasinya saja yang berbeda di bidang satu dengan bidang lainnya.
Istilah-istilah lain yang sering dipakai adalah: inspeksi, penilikan,
pengawasan, monitoring,
evaluasi dan
sebagainya. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
pakar menunjukkan perbedaan, misalnya Lucio 1978: 24 merumuskan supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran
Dalam penelitian ini teori yang digunakan mengacu pendapat Lucio 1978. Lucio menekankan
bahwa dalam memberikan bantuan kepada guru untuk mengembangkan
kemapuan mengelola
proses pembelajaran tersebut terdapat tiga konsep yang perlu
diperhatikan yaitu: 1 perencanaan; 2 pelaksanaan; 3 umpan balik yang berkaitan dengan prestasi kerja guru
11
melalui evaluasi. Dengan demikian berarti esensi supervisi
akademik adalah
membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalisme dapat berupa dukungan dan evaluasi bukan sekedar menilai
unjuk kerja guru saja. Bantuan berupa dukungan dan evaluasi
ini merupakan
fungsi utama
supervisi akademik.
Penulis menyatakan bahwa kegiatan supervisi pendidikan bertujuan untuk perbaikan situasi belajar
mengajar yang
dilakukan melalui
peningkatan kemampuan profesi para guru dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, secara sederhana supervisi dapat
dirumuskan sebagai
suatu usaha
untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki
situasi belajar mengajar.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan Sebagaiamana telah dirumuskan bahwa supervisi
adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar.
Sahertian dan Mataheru 1981: 23 —24 merumuskan
tujuan supervisi pendidikan adalah pengembangan situasi mengajar yang lebih baik.
Usaha kearah
perbaikan belajar
mengajar ditujukan pada pembentukan pribadi anak secara
optimal. Secara kongkrit tujuan supervisi pendidikan adalah membantu guru-guru dalam:
a. mencapai tujuan pendidikan b. membimbing pengalaman belajar murid
c. menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar d. menggunakan metode dan alat pelajaran modern
e. memenuhi kebutuhan belajar murid f. menilai
kemajuan murid-murid
dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri g. membina reaksi mental atau modal kerja guru
dalam rangka
pertumbuhan pribadi
dan jabatannya sehingga mereka merasa suka dengan
tugas yang diperolehnya
12
h. penyesuaian diri terhadap masyarakat dan cara- cara menggunakan sumber-sumber belajar yang
ada di masyarakat i. mencurahkan waktu dan tenaga sepenuhnya guna
pembinaan sekolah Ametembun 1981:24
–32 membedakan tujuan supervisi pendidikan menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus sebagai berikut: a. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup
berdiri sendiri.
b. Tujuan Khusus Tujuan
khusus yaitu
perbaikan situasi
pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu pengajaran khususnya, yaitu
membantu guru
1 untuk memahami tujuan dan peranan sekolah dalam mencapai tujuan
2 untuk dapat memahami kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan murid dan menolong
mereka untuk mengatasinya 3 untuk mengadakan diagnosa secara kritis
aktivitas-aktivitasnya serta kesulitan-kesulitan mengajar
dan belajar
murid-muridnya kemudian menolong mereka merencanakan
perbaikannya 4 untuk sanggup melengkapi dan menyediakan
murid-murid menjadi anggota masyarakat yang efektif
5 untuk dapat
menilai aktivitas-aktivitasnya
dalam rangka perkembangan anak didik 6 untuk memperbesar kesadaran guru terhadap
tata kerja
yang demokratis
dan untuk
kooperatif serta memperbesar kesediaan saling tolong menolong
13
7 untuk memperbesar
ambisi guru
untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal
dalam bidang profesinya 8 untuk dapat lebih memanfaatkan pengalaman-
pengalaman sendiri 9 untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada
masyarakat agar bertambah simpatik dan kesediaan
masyarakat untuk
menyokong sekolah
10 dan karyawan baru mengenal instansi sekolah dan profesinya.
11 dan melindungi guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik-
kritik yang tidak sehat dari masyarakat 12 dalam mengembangkan professional esprit de
corp guru. Berdasarkan rumusan-rumusan di atas dapat
disimpulkan bahwa semua tujuan supervisi pendidikan akan bermuara pada perbaikan situasi belajar mengajar.
Perlu dipahami bahwa situasi dalam proses belajar mengajar mempunyai variabel yang sangat luas,
sehingga rumusan tentang perbaikan dalam situasi belajar mengajar pun akan sangat bervariasi, sesuai
dengan fokus perhatian masing-masing. Walaupun demikian ada satu hal yang dapat diketahui bahwa
semua rumusan tentang tujuan supervisi pendidikan tersebut berusaha memperbaiki situasi belajar melalui
pemberian bantuan kepada guru.
3. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan Bagi supervisor, prinsip supervisi pendidikan
merupakan pedoman untuk bertindak, atau pokok- pokok yang harus dipegang dalam melaksanakan
tugasnya. Sebagai satu pedoman sudah semestinya prinsip supervisi pendidikan sesuai dengan norma dan
tujuan pendidikan. Adapun prinsip-prinsip supervisi pendidikan yang dikemukan oleh Ametembun 1981:12
14
ada dua yaitu prinsip fundamental dan prinsip praktis, yang dibedakan menjadi dua yaitu prinsip yang positif
dan yang negatif.
Seiring dengan
Ametembun, Indrafachrudi
1974:72 mengemukakan adanya prinsip supervisi pendidikan yang asasi yaitu Pancasila, dan dua prinsip
yang lain yaitu prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti, dan prinsip negative yaitu prinsip yang
sebaiknya kita hindari. Dalam uraian lebih lanjut dijelaskan bahwa prinsip positif itu meliputi:
a. Supervisi dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
Supervisor sebaiknya orang yang demokratis, menghargai usul, pendapat, dan kepribadian guru.
Dalam pembicaraan harus memeberi kesempatan kepada guru untuk melahirkan buah pikiran,
perasaan, dan pendapatnya. Keputusan yang diambil hendaknya melalui jalan musyawarah, mufakat, dan
kekeluargaan. Ujian yang akan dicapai adalah tujuan bersama. Dalam suasana seperti ini kan sangat
mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
b. Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif Supervisor
yang baik
akan mengetahui
kelebihan-kelebihan para
guru. Supervisor
memberikan dorongan
untuk mengembangkan
kelebihannya guna
menciptakan situasi
yang kondusif.
Kekurangan dan
kesalahan guru
dibicarakan bersama dan dicari jalan pemecahannya secara bersama dalam rangka memperbaiki contoh.
c. Supervisi harus scientific dan efektif. Dalam
melaksanakan tugasnya
supervisor harus
bersifat scientific,
bahwa ia
harus mendengarkan dengan cermat dan penuh perhatian
apa yang disampaikan guru, mengumpulkan data dan menganalisis dengan seksama, dan akhirnya menarik
15
kesimpulan untuk mengambil keputusan. Supervisor membantu para guru dalam melaksanakan tugas
mengajar, serta mengkoordinasikan antara teori dan praktek.
d. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru.
Para guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisor tidak akan mencari kesalahan atau
kekurangan, tetapi justru membantu mereka dalam meningkatkan mutu pekerjaan para guru, agar
mereka merasa bertumbuh dan berkembang.
e. Supervisi harus berdasarkan pada kenyataan. Pelaksanaan supervisi di sekolah hendaknya
didasarkan pada data yang kenyataannya, apa yang disaksikan, dilihat, diketahui, dan bukan data yang
dibuat-buat atau dimanipulasi. Dengan data yang dapat dipercaya ini diharapkan akan memberikan
kesimpulan dan keputusan yang benar dan tepat pula, dan bukan kesimpulan yang diduga-duga.
f. Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan self-
evaluation. Dengan mengadakan self-evaluation, supervisor
akan mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sehingga
akan memberikan
dorongan untuk
mengembangkan dirinya sendiri sebelum membantu para guru.
Disamping prinsip itu dapat dibedakan juga prinsip positif dan prinsip negatif.
a. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti 1 Supervisi
harus dilaksanakan
secara demokratis dan kooperatif
2 Supervisi harus kreatif dan konstruktif 3 Supervisi harus scientific dan efektif
16
4 Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru
5 Supervisi harus berdasarkan kenyataan 6 Supervisi harus memberi kesempatan kepada
guru mengadakan self evolution. b. Prinsip Negatif, yaitu prinsip yang tidak patut kita
ikuti 1 Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter
2 Seorang supervisor
tidak boleh
mencari kesalahan pada guru-guru
3 Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan dan
instruksi yang telah diberikan dilaksanakan dengan baik
4 Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari para guru
5 Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal kecil dalam cara guru
mengajar 6 Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa
jika mengalami kegagalan Bila prinsip-prinsip di atas diterima maka perlu
diubah sikap para pemimpin pendidikan yang hanya memaksa
bawahannya, menakut-nakuti
dan melumpuhkan kreatifitas dari anggota staf. Sikap
korektif harus diganti dengan sikap kreatif yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana orang
merasa aman dan tenang untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Sehubungan dengan
prinsip supervisi
ini Suhertian dan Mataheru 1982:30, serta Arikunto 1982
mengemukakan beberapa prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut:
a. Ilmiah scientific yang mencakup 1 Sistematis yaitu dilaksanakan secara teratur,
berencana dan kontinyu
17
2 Objektif artinya data yang didapatkan haruslah data yang nyata bukan data yang bersifat
penafsiran 3 Menggunakan alat instrumen yang dapat
memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar
b. Demokratis, maksudnya menjunjung tinggi atas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang
kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. c. Kooperatif, maksudnya seluruh staf dapat bekerja
sama sehingga tercipta situasi yang baik. d. Konstruksi dan kreatif, yaitu mampu membina dan
menciptakan situasi yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi secara optimal.
e. Kontinyu, yaitu
bahwa supervisi
perlu dilaksanakan secara terus menerus.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Suharsimi Arikunto 1982 mengemukakan prinsip-prisip supervisi
pendidikan, walaupun tidak persis sama, namun pada dasarnya mencakup unsur-unsur yang sama. Suatu hal
yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah prinsip- prinsip supervisi tersebut bukan sekedar sebagai
pengetahuan saja, tetapi perlu dilaksanakan tugasnya dengan tidak usah memaksa-maksa, tidak harus
menakut-nakuti dan membunuh kreativitas para guru. Sikap korektif harus diganti dengan sikap kreatif
sehingga dapat menciptakan situasi dan relasi yang tenang utuk profesi anggota staf.
4. Batasan Teknik Supervisi Dalam membina guru kadang-kadang supervisor
menemukan kesalahan-kesalahan atau kekurangan- kekurangan dari para guru. Namun kesalahan itu
bukanlah suatu yang tidak dapat dibetulkan, maka Dersal 1978:17-18 mengemukakan bahwa dengan
munculnya kesalahan-kesalahan akan membuat diskusi
18
tentang hal itu makin semarak. Kegiatan seperti ini sangat menarik sebab sesuatu yang belum tentu benar
sudah dianggap benar, misalnya kebiasaan yang rutin, dianggap sudah beres karena sudah dapat berjalan,
tidak perlu pembinaan lagi. Hal demikian membuat sesuatu tidak dapat berkembang, dan menyebabkan
supervisi menjadi pasif tidak ada dinamika untuk menghadapi tantangan era globalisasi yang selalu
menuntut perubahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2009 tentang guru yang diberi tugas tambahan
sebagai pengawas sekolah dan Permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan
pengawas sekolah. Seorang pengawas mempunyai beban kerja 24 jam perminggu atau membina minimal 10
sekolah atau maksimal 15 sekolah 2 kali seminggu satu sekolah, atau membimbing minimal 40 guru atau
maksimal 60 guru.
Ada dua jenis supervisi sehubungan dengan perubahan ini:
a. Supervisi traktif, yaitu supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahan sedikit-sedikit,
karena ingin menjaga kontinuitas. Supervisi traktif ini berusaha merubah situasi sedikit demi sedikit
agar tidak terjadi gejolak atau kekagetan bagi guru-guru. Dengan perubahan sedikit-sedikit ini
diharapkan guru tanpa terasa dapat menuju perubahan yang besar. Hal demikian sudah barang
tentu memerlukan waktu yang lama.
b. Supervisi dinamis, yaitu supervisi yang berusaha mengubah atau mengganti secara lebih intensif
cara-cara lama yang dianggap sudah usang atau tidak sesuai. Praktek yang ada sekarang diganti
yang baru sehingga hasilnya diharapkan akan lebih efektif. Hal demikian sudah barang tentu
tidak membutuhkan waktu yang lama, tetapi resiko, reaksi dan pergolakan daripada guru akan
lebih besar.
19
Kenyataan bahwa dalam pelaksanaan supervisi tidak selalu terjadi secara mutlak pada kutub
traktif dan atau kutub dinamik, tetapi yang akan terjadi adalah diantara kedua kutub tersebut.
Gambar dibawah ini menunjukkan adanya kegiatan yang terjadi diantara kedua kutub.
Gambar 3. Jenis orientasi supervisi dan kontinum traktif dan dinamika
Sehubungan dengan hal tersebut, maka supervisor dapat memilih metode mana yang akan digunakan untuk
melaksanakan supervisi. Metode yang digunakan para pakar untuk melaksanakan supervisi disebut teknik
supervisi Pidarta, 1986:225. 5. Klasifikasi Teknik Supervisi Pendidikan
Secara singkat Sahertian dan Mataheru 1986 mengemukakan
teknik-teknik supervisi
pendidikan sebagai berikut:
a. Teknik yang bersifat individu, mencakup: 1 kunjungan
kelas, 2
observasi kelas,
3 percakapan pribadi, 4 saling mengunjungi kelas,
5 menilai diri sendiri.
20
b. Teknik bersifat kelompok, meliputi: 1 pertemuan orientasi guru baru, 2 panitia penyelenggara, 3
rapat guru, 4 studi kelompok antar guru, 5 diskusi kelompok, 6 tukar menukar pengalaman,
7 lokakarya, 8 diskusi panel, 9 seminar, 10 symposium, 11 demonstration teaching, 12
perpustakaan jabatan, 13 bulletin supervisi, 14 membaca langsung, 15 mengikuti kursus, 16
organisasi jabatan, 17 perjalanan sekolah, 18 curriculum laboratory.
Teknik supervisi jika ditinjau dari banyaknya guru yang disupervisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
teknik individu dan kelompok Teknik individu digunakan jika supervisor melaksanakan pembinaan terhadap
seorang guru. Sedang teknik kelompok digunakan apabila supervisor melaksanakan tugas pembinaan
terhadap kelompok guru untuk mencapai tujuan supervisi pengajarannya yaitu untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar. Teknik supervisi baik individu maupun kelompok dapat dilaksanakan secara langsung
maupun tidak langsung, melalui media atau alat tertentu.
21
Secara singkat uraian di atas dapat dibuat skema sebagai berikut:
Gambar 5. Teknik Pembinaan Untuk Guru
Supervisor yang bertindak secara rutin, akan merasa bahwa tindakannya betul seluruhnya. Hal ini
yang membuat mereka merasa mampu dan berwenang untuk membina para guru. Untuk menggugah supervisor
yang sudah terlanjur terlena oleh buaian tugas yang rutin ini.
Beberapa teknik supervisi yang bisa digunakan oleh supervisor dalam membina para guru adalah
sebagai berikut: a. Kunjungan kelas
b. Percakapan pribadi c. Rapat sekolah
d. Pendidikan in-service in-service education e. Teknik-teknik lain.
Dari beberapa teknik yang telah dikemukakan tersebut, supervisor dapat memilih dan menentukan
mana yang lebih sesuai atau cocok untuk diterapkan pada
kasus-kasus tertentu
yang dihadapi,
serta memperhatikan situasi dan kondisi sekolah yang
dibinanya.
22
Atas dasar pengalaman, pengetahuan, ketrampilan dan kejelian supervisor dalam memilih teknik supervisi
diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai secara efisien.
2.3 Pengertian Instrumen
Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau
mencapai tujuan secara efektif atau efisien. Suatu instrumen dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi
sesuatu
yang dievaluasi
sesuai dengan
keadaan sebenarnya Arikunto, 2009: 25--26.
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan