Pendidikan seks membantu remaja untuk menumbuhkan sikap-sikap baik, dan norma-norma kelakuan dalam segi-segi seks, diperlukan oleh semua orang
dewasa yang berhubungan dengan anak-anak Kirkendall, 1985. Dari beberapa teori pendidikan seks yang telah dijabarkan oleh penulis
diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan seks adalah membimbing atau menjelaskan tentang fungsi organ seksual baik bagi laki-laki dan perempuan baik
dari lingkup sekolah keluarga maupun masyarakat, agar mereka tidak memiliki kesalah pahaman mengenai seks sehingga tidak berakibat pada perilaku yang
tidak diinginkan. Dalam penelitian ini teori pendidikan seks yang digunakan oleh penulis yaitu teori dari Rahman dan Fachrudin .
2.2.2. Tujuan Pendidikan Seks
Menurut Kirkendall 1985 Tujuan dari pendidikan seks yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Membantu anak-anak untuk merasakan bahwa seluruh anggota jasmaninya
dan semua tahap-tahap pertumbuhan adalah sesuatu yang disukai dan mempunyai tujuan tertentu. Kendatipun anaka tidak harus memikirkan
salah satu anaggota tubuhnya atau fungsi tertentu yang dilaksanakannya, namun tubuhnya atau fungsi tertentu yang dilaksanakannya, namun ia
hendakanya dapat berbicara tentang itu seperti halnya dengan anggota tubuh lainya secara terbuka dan tidak malu.
2. Menjadikan si anak mengerti dengan jelas tentang proses berketurunan,
karena ia seharusnya tahu bahwa setiap gambaran kehidupan timbul dari kehidupan yang serupa dan berketurunan terjadi dalam bermacam-macam
bentuk.
3. Mempersiapkan anak untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan
terjadi akibat pertumbuhannya, misalnya si anak harus mengetahui sedikit tentang keluarnya mani waktu tidur.
4. Membantu remaja untuk mengetahui bahwa perbuatan seks harus
didasarkn atas penghargaan yang tulus terhadap kepentingan orang lain. 5.
Menjadikan anak merasa bangga dengan jenis kelamin yang ia di dalam kelompok itu.Di samping itu memandang lawan jenis dengan penghargaan
terhadap kelebihan dan keistimewaannya.
6. Menciptakan perasaan bahwa masalah seks adalah satu sisi positif
konstruktif dan terhormat dalam kehidupan manusia.
2.2.3. Tahap-Tahap Perkembangan Seks
Tahap perkembangan menurut Sigmund Freud dalam Suryabrata 2011
terbagi 5 fase, yaitu:
1. Tahap pertama Oral Stage
Ini adalah tahapa paling awal kegiatan seks manusia yang dimulai sejak lahir hingga tahun pertama kehidupannya. Pada tahap ini seorang bayi
akan berusaha memenuhi kebutuhan seksualnya yang terpusat di daerah seputar mulut oral dengan melakukan aktivitas menghisap. Cara
pemuasan seks semacam ini pada usia dewasa akan ditranformasikan kedalam bentuk menggigit, menjilat, menghisap, dan mencium, dalam
ragam aktivitas seks oral yang mengaplikasi bibir, lidah, dan gigi.
2. Tahap kedua Anal Stage
Pada tahap ini manusi akan mendapat kesenangan seksual dari daerah sekitar dubur. Biasanya dilakukan melalui aktivitas saat mengeluarkan
kotoran. Tahap ini berlangsung sepanjang tahun kedua kehidupan bayi. Pada orang dewasa dorongan mendapatkan kepuasan melalui daerah anal
juga biasanya akan ditransformasikan ke dalam bentuk aktivitas seks anal yang lebih kompleks lagi.
3. Tahap ketiga Phalic Stage
Pada tahap ini seorang anak sudah dapat mengidentifikasi kelaminya dan mulai dapat merasakan kenikmatan ketika memainkannya. Tahap ini
berlangsung antara umur 3 hingga 6 tahun. Pada tahap ini anak telah menunjukkan keingintahuan yang lebih besar terhadap perbedaan yang ada
diantara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki menidolakan ayahnya dan berusaha untuk meniru semua prilaku sang ayah, sedangkan
anak perempuan berusaha keras untuk meniru ibunya.
4. Tahap keempat Latency Stage
Tahap ini juga sering disebut masa atau fase laten karena cenderung untuk menekan seluruh keinginan erotisnya hingga nanti mencapai pada usia
pubertas. Pada tahap ini ketertarikan anak pada usia pubertas. Pada tahap ini ketertarikan anak pada seksualitas biasanya akan dikalahkan dengan
keinginantahuan yang lebih besar terhadap hal-hal yang bersifat ilmiyah dan sains, tahap ini terjadi ketika anak memasuki usia remaja. Namun
demikian ada pula anak yang menunjukkan ketertarikan pada seks, yang ditandai dengan munculnya sktivitas rutin semacam masturbasi ataupun
manipulasi genital lainnya biasanya anak akan memainkan alat vitalnya.
5. Tahap Kelima Genital Stage
Masa ini menandai puncak perlembangan dan seksual anak, dimana seluruh kesenagan seksual akan terpusat di daerah genital atau kelamin.
Maka ini dikenal dengan istilah pubertas yang menandai terjadinya perubahan fisiologi dan hormonal tubuh anak secara revolusioner.
2.2.4. Metode-Metode Pendidikan Seks