HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Karakteristik Responden Penelitian
4
194 responden kemudian dibagi dengan total peresepan dari 194 responden tersebut. Cut off tersebut yang digunakan sebagai batas untuk menentukan dosis kalsium sesuai atau tidak
sesuai. Dosis kalsium yang berada di bawah cut off dinyatakan sebagai dosis kalsium tidak sesuai, sedangkan dosis kalsium yang berada di atas cut off dinyatakan sebagai dosis kalsium
yang sesuai. Jumlah sampel penelitian ini dihitung berdasarkan perhitungan jumlah minimal sampel
penelitian cross sectional yakni
n=
�
−�
� −� �
dengan presisi d = 5 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95 dan proporsi 0,102 Charan dan Biswas, 2013. Berdasarkan
perhitungan di atas, jumlah sampel minimum yang diperoleh untuk penelitian ini yaitu 140 responden. Gambar 1 berikut adalah bagan pengambilan sampel.
Gambar 1. Skema subjek penelitian rekam medis pasien maternal periode Juni 2015-Juni
2016 di RS Panti Rapih Yogyakarta Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil pada Q-Q Plot menunjukkan
bahwa data terdistribusi normal. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji- T untuk melihat perbedaan kesesuaian antar kelompok terhadap berat badan bayi lahir dan
uji Chi Squre untuk melihat hubungan faktor-faktor terhadap BBLR.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Penelitian
Penelitian ini melibatkan 1.316 responden dengan 559 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan 365 responden yang termasuk dalam kriteria eksklusi, sehingga total
sampel yang digunakan sebanyak 194 responden. Karakteristik responden di RS Panti Rapih Yogyakarta terlihat pada Tabel I.
Data Tabel I menunjukkan bahwa pasien maternal di RS Panti Rapih Yogyakarta lebih banyak melahirkan dengan berat badan normal 92,3, mengkonsumsi suplemen kalsium
Total Responden Penelitian =
1.316
Kriteria Inklusi = 559
Kriteria Eksklusi = 365
323 tidak melakukan ANC mulai trimester I 5 maternal merokok dan alkoholik
12 riwayat asma 1 preeklampsia
4 riwayat diabetes 1 riwayat hipertensi
1 tidak melahirkan di RSPR Yogyakarta 18 mengalami abortus
Total Sampel = 194
5
tidak sesuai 59,3, berusia 20-30 tahun 60,8, pendidikan terakhir S1 52,1, bekerja sebagai pegawai swasta 40,7, melakukan antenatal care
≥4 kali selama kehamilan 98,5 dan belum pernah mengalami abortus 89,2.
Tabel I. Karakeristik Responden di RS Panti Rapih Yogyakarta
Karakteristik n Responden
Persentase n = 194
Berat Bayi Lahir Rendah Tidak
179 92,3
Ya 15
7,7 Suplemen Kalsium
Sesuai 79
40,7 Tidak sesuai
115 59,3
Usia Tahun 20-30
118 60,8
31-35 76
39,2
Tingkat Pendidikan SMA
30 15,5
D1 2
1,0 D2
1 0,5
D3 46
23,7 S1
101 52,1
S2 13
6,7 Apoteker
1 0,5
Pekerjaan Swasta
79 40,7
PNS 11
5,7 IRT
64 33,0
Wiraswasta 19
9,8 Perawat
9 4,6
Dokter gigi 1
0,5 Dokter
1 0,5
Polisi 2
1,0 Mahasiswa
3 1,5
Dosen 2
1,0 Apoteker
1 0,5
Guru 2
1,0 Jumlah Antenatal Care
≥4 191
98,5 4
3 1,5
Jumlah Riwayat Abortus 173
89,2 ≥1
21 10,8
Usia responden yang masuk dalam kriteria inklusi yaitu 20-35 tahun. Hal tersebut dikarenakan risiko terjadinya komplikasi kehamilan dan hasil perinatal yang merugikan pada
usia 20-35 tahun lebih rendah dibandingkan dengan usia 20 tahun dan 35 tahun Sharma et al., 2015; Chaman et al., 2013. Maternal dengan level pendidikan dasar berisiko 1,69
95 CI = 1,1-2,61 mengalami BBLR Jayant et al., 2011. Risiko BBLR juga dipengaruhi oleh kondisi pekerjaan, yaitu jam kerja yang panjang, shift kerja, mengangkat beban berat,
6
berdiri terlalu lama dan beban kerja fisik yang berat Bonzini et al., 2015. Jumlah antenatal care yang baik dilakukan selama kehamilan yaitu minimal 4 kali kontrol untuk mengurangi
risiko melahirkan dengan BBLR, sehingga peneliti membagi kelompok ANC menjadi 4 kali dan ≥4 kali Kanjanasingh et al., 2013. Riwayat abortus semakin banyak maka risiko
BBLR akan semakin meningkat Brown et al., 2008.
Tabel II. Karakeristik Penggunaan Suplemen Kalsium di RS Panti Rapih Yogyakarta
Jenis Kalsium n Responden
n = 516 Persentase
Kalsium Pantothenate 194
37,6 Kalsium Karbonat
127 24,6
Kalsium Laktat 152
29,5 Kalsium Fosfat
19 3,7
Kalsium Hidrogen Fosfat 24
4,7 Data pada Tabel II menunjukkan bahwa suplemen kalsium yang diresepkan kepada
pasien maternal di RS Panti Rapih Yogyakata mulai dari yang paling banyak sampai paling sedikit yaitu suplemen kalsium yang mengandung kalsium pantothenate 37,6, kalsium
laktat 29,5, kalsium karbonat 24,6, kalsium hidrogen fosfat 4,7 dan kalsium fosfat 3,7. Kalsium pantothenate mudah diabsorpsi melalui saluran pencernaan setelah
pemberian oral. Kalsium karbonat, kalsium laktat, kalsium fosfat dan kalsium hidrogen fosfat garam kalsium juga diabsorpsi melalui saluran pencernaan oleh transpor aktif dan
difusi pasif. Garam kalsium tersebut lebih banyak diabsorpsi di duodenum dan jejunum daripada intestinal. Pada masa kehamilan, efisiensi intestinal dalam mengabsorpsi kalsium
akan meningkat. Absorpsi dan kemampuan absorpsi garam kalsium juga dipengaruhi oleh adanya vitamin D yang sudah aktif AHFS, 2005.
3.2 Hubungan Antara Usia, Jumlah Antenatal Care, Jumlah Riwayat Abortus dan Paritas Pasien Maternal terhadap BBLR di RS Panti Rapih Yogyakarta
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa BBLR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia maternal, jumlah antenatal care selama kehamilan, riwayat abortus
dan paritas Mumbare et al., 2010; Chaman et al., 2013; Brown et al., 2008. Paritas dibagi menjadi kelompok berisiko 1 dan ≥4 dan tidak berisiko 2-3 Chaman et al., 2013.
Perbedaan rerata berat badan bayi lahir terhadap usia, jumlah ANC, jumlah riwayat abortus dan paritas terlihat pada Tabel III yang menunjukkan bahwa masing-masing tidak
terdapat perbedaan rerata berat badan bayi lahir yang signifikan antar kelompok p0,05.
7
Tabel III. Perbedaan rerata berat badan bayi lahir terhadap usia, jumlah antenatal care,
jumlah riwayat abortus dan paritas Faktor Risiko
Berat Badan Bayi Lahir Mean ± SD
p-value Usia
≤30 tahun 3043,88 ± 422,23
0,979 30 tahun
3042,14 ± 479,62 Antenatal Care
≥
4 kali 3040,74 ± 446,79
0,539 4 kali
3200,00 ± 232,43 Riwayat Abortus
0 kali 3031,86 ± 437,63
0,309 ≥1 kali
3136,67 ± 498,15 Paritas
tidak berisiko 3051,07 ± 468,36
0,819 berisiko
3036,40 ± 424,69 Tabel IV menunjukkan bahwa faktor usia, jumlah antenatal care, jumlah riwayat
abortus dan paritas ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap BBLR p0,05. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara usia dengan BBLR dapat
disebabkan karena usia maternal pada penelitian ini sudah dibatasi dalam rentang 20-35 tahun yakni usia dengan tingkat risiko BBLR rendah.
Tabel IV. Pengaruh usia, jumlah antenatal care, jumlah riwayat abortus dan paritas
terhadap berat badan bayi lahir Berat Badan Bayi Lahir
p-value OR
95CI 2500 gram
≥2500 gram n
n Usia
1,000 0,96
0,33-2,83 ≤30 tahun
9 7,6
109 92,4
30 tahun 6
7,9 70
92,1 Antenatal Care
1,000 ≥4
15 7,9
176 92,1
4 0,0
3 100,0
Riwayat Abortus 0,448
0,45 0,12-1,74
12 6,9
161 93,1
≥1 3
14,3 18
85,7 Paritas
0,805 1,33
0,45-3,88 Tidak berisiko
6 6,7
84 93,3
Berisiko 9
8,7 95
91,3 tidak dapat dianalisis
Penelitian ini memperlihatkan bahwa antenatal care selama kehamilan bukan merupakan faktor risiko BBLR. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa
4 kali atau lebih kunjungan antenatal care bukan merupakan faktor BBLR yang signifikan dengan OR=0,92, 95CI=0,72-2,10 Kanjanasingh et al., 2013. Namun tidak sesuai
8
dengan penelitian lain yang memperlihatkan bahwa antenatal care yang kurang optimal selama kehamilan berisiko 4,98 95 CI = 2,64-9,39 mengalami BBLR Mumbare et al.,
2012. Uji Chi Square tidak memperbolehkan ada bagian yang kosong pada sel, sehingga adanya satu sel yang kosong pada ANC menyebabkan Odds Ratio tidak dapat dihitung.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat abortus dan paritas bukan merupakan faktor risiko BBLR. Penelitian yang mendukung menunjukkan bahwa maternal
dengan riwayat abortus berisiko 0,82 95CI=0,61-1,11 mengalami BBLR, dan paritas tidak memiliki hubungan signifikan terhadap BBLR dengan p0,05 OR=1,55;
95CI=0,85-2,80 Virk et al., 2007; Mumbare et al., 2012. Namun, penelitian yang tidak mendukung menunjukkan bahwa maternal yang pernah mengalami abortus satu kali, dua
kali dan tiga kali memiliki risiko mengalami BBLR sebesar 2,76 95CI=2,48-11,67, 4,64 95CI=3,94-5,46 dan 9,49 95CI=7,72-11,67 dibandingkan dengan maternal yang
tidak memiliki riwayat abortus, serta paritas merupakan salah satu faktor yang secara signifikan mempengaruhi risiko BBLR Brown et al., 2008; Muula et al., 2011.
Selain menyebabkan inkompetensi serviks, abortus juga berhubungan dengan genetik, imunologi, infeksi atau kelainan uterin yang dapat memberi dampak pada pertumbuhan
intrauterin Brown et al., 2008. Kelahiran bayi kedua dan ketiga memiliki berat badan lebih besar dari kelahiran pertama, kemudian risiko BBLR akan meningkat kembali pada
kelahiran bayi keempat dan berikutnya Chaman et al., 2013.
3.3 Hubungan Antara Suplementasi Kalsium pada Pasien Maternal Selama Kehamilan terhadap BBLR di RS Panti Rapih Yogyakarta
Penelitian ini berfokus membahas hubungan antara suplementasi kalsium pada pasien maternal selama kehamilan terhadap BBLR di RS Panti Rapih Yogyakarta. Suplemen
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi risiko BBLR, khususnya suplemen kalsium Gardiner et al., 2008; Thomas dan Weisman, 2006.
Tabel V. Perbedaan rerata berat badan bayi lahir terhadap suplementasi kalsium
Suplementasi Kalsium Berat Badan Bayi Lahir
Mean ± SD p-value
sesuai tidak sesuai
3038,32 ± 462,21 3046,56 ± 433,71
0,899 Data Tabel V menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata berat badan bayi lahir
yang signifikan antar kelompok suplementasi kalsium sesuai dan tidak sesuai p0,05.
9
Selain itu, Tabel VI memperlihatkan bahwa suplementasi kalsium ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap BBLR p0,05.
Tabel VI. Pengaruh suplementasi kalsium terhadap berat badan bayi lahir
Berat Badan Bayi Lahir p-value
OR 95CI
2500 gram ≥2500 gram
n n
Suplementasi Kalsium 0,830
0,77 0,27-2,21
sesuai 7
8,9 72
91,1 tidak sesuai
8 7,0
107 93,0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidak sesuaian suplementasi kalsium selama kehamilan bukan merupakan faktor risiko BBLR yang didukung oleh penelitian yang
menyatakan bahwa suplementasi kalsium tidak dapat menurunkan risiko BBLR dan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap BBLR dengan p0,05 OR=1,26;
95CI=0,55-2,85 Buppasiri et al., 2011; Alwan et al., 2010; Negandhi et al., 2014. Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa suplementasi kalsium, usia
maternal, antenatal care selama kehamilan, riwayat abortus dan paritas bukan merupakan faktor-faktor risiko BBLR. Hal ini membuktikan bahwa kemungkinan terdapat faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi risiko BBLR. Faktor-faktor tersebut antara lain berat badan maternal yang rendah sebelum kehamilan, paparan tembakau, anemia, hipertensi, status
sosial ekonomi yang rendah, usia kehamilan yang belum matang, jarak kehamilan terlalu lama serta riwayat melahirkan bayi dengan BBLR Mumbare et al., 2011; Jayant et al., 2011;
Chaman et al., 2013; Shah, 2010. Suplementasi kalsium saja tanpa bantuan nutrisi lain tidak dapat mengoptimalkan
mineralisasi tulang pada janin yang akan menyebabkan BBLR. Manfaat suplementasi kalsium maternal selama kehamilan memang ada, namun sekedar menjadi bagian dari diet
untuk mencapai kebutuhan nutrisi yang cukup Koo, 2012. Keterbatasan dalam penelitian ini yakni peneliti tidak melihat sumber kalsium selain suplemen kalsium, misalnya buah,
sayuran, makanan atau minuman yang mengandung kalsium, dengan kata lain, peneliti tidak dapat mengontrol asupan kalsium pada masing-masing pasien maternal. Selain itu, makanan
yang kaya akan zat besi dikombinasi dengan makanan yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan absorpsi zat besi juga sangat dibutuhkan untuk menurunkan risiko BBLR
Gardiner et al., 2008; Negandhi et al., 2014. Mengonsumsi vitamin D bersamaan dengan kalsium akan meningkatkan absorpsi kalsium itu sendiri, sehingga vitamin D juga
10
dibutuhkan selama kehamilan agar absorpsi kalsium pada maternal dan janin lebih optimal Lips, 2012.
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Kesimpulan