Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

(1)

PERAN BIDAN SEBAGAI PELAKSANA DALAM PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2014

NURHABIBI RITONGA 135102101

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan tahun2014

ABSTRAK

Nurhabibi Ritonga

Latar belakang : BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus. Angka kejadian di Indonesia berkisar antara 9%-30%. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal.

Tujuan penelitian : Bertujuan mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

total sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan. Analisa data digunakan univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bidan berusia >40 tahun (67%), pendidikan D-III kebidanan (79%), agama Islam (61%), suku Batak (70%), pengalaman kerja >15 (64%), pernah mengikuti pelatihan (61%). Selanjutnya bedasarkan peran bidan sebagai pelaksana mayoritas berperan baik dalam tugas mandiri (58%), tugas kolaborasi (67%) dan tugas rujukan (76%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR baik, akan tetapi peran bidan tetap harus ditingkatkan dalam tugas mandiri karena bidan dalam menangani segala hal yang ada pada praktek kebidanannya perlu memberikan asuhan pelayanan yang terbaik bagi para pasien.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang , S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku pembantu dekan II dan dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. dr. Rina Amelia MARS selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG (K) selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


(6)

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya tulis ilmiah.

9. Dr. Refrini selaku kepala Puskesmas Sering Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas tersebut.

10. Teristimewa dan tercinta kepada Ayahanda Ahmad Akhyar Ritonga dan Ibunda Sriana, serta Adik-adik Nurhakiki Rizky Ritonga, Muhammad ulil Amri Ritonga dan Cahaya mutiara Adha Ritonga yang tidak henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan, mendidik, membesarkan penulis dengan cinta dan kasih sayang serta perhatian.

11. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta dorongan baik berupa moril maupun materil.

12. Seluruh teman-teman yang sudah membantu dan memberikan masukan kepada peneliti khususnya kepada seluruh mahasiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2013/2014.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang telah penulis perbuat, baik selama pendidikan di program studi DIV bidan pendidik fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dalam penyusunan karya tulis ilmiah maupun didalam melakukan penelitian. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.

Medan, Juli 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA……… vii

DAFTAR LAMPIRAN………. .... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. BIDAN ... 6

1. Defenisi Bidan ... 6

2. Peran Bidan ... 7

a. Peran sebagai Pelaksana ... 8

b. Peran sebagai Pengelola ... 11

c. Peran sebagai Pendidik ... 12

d. Peran sebagai Peneliti/Investigator ... 13

3. Fungsi Bidan ... 13

a. Pelaksana Asuhan/Pelayanan Kebidanan ... 14

b. Pengelola unit KIA/KB ... 14

c. Pendidik dalam Asuhan Pelayanan Kebidanan ... 14

d. Pelaksanaan Penelitian dalam Asuhan Kebidanan ... 14

4. Hak Bidan ... 15

5. Kewajiban Bidan ... 15

B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) ... 16

1. Pengertian BBLR ... 16

2. Manifestasi Klinis BBLR ... 17

3. Tanda-Tanda BBLR ... 17

4. Klasifikasi BBLR ... 18


(8)

6. Penatalaksanaan pada BBLR ... 20

7. Pencegahan ... 27

BAB III Kerangka Konsep ... 28

A. Kerangka Konsep ... 28

B. Defenisi Operasional ... 29

BAB IV METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Tempat Penelitian ... 31

D. Waktu Penelitian ... 31

E. Etika Penelitian ... 31

F. Alat Pengumpulan Data ... 32

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

I. Analisa Data ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas

Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33). Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas

Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua/Wali Calon Responden Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Psp) (Informed Concent) Lampiran 4 : Lembar Kuesioner

Lampiran 5 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 6 : Surat izin survey data pendahuluan Lampiran 7 : Surat balasan survey data pendahuluan Lampiran 8 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 9 : Hasil Out Put Program SPSS


(12)

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan tahun2014

ABSTRAK

Nurhabibi Ritonga

Latar belakang : BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus. Angka kejadian di Indonesia berkisar antara 9%-30%. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal.

Tujuan penelitian : Bertujuan mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 33 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

total sampling. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan. Analisa data digunakan univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bidan berusia >40 tahun (67%), pendidikan D-III kebidanan (79%), agama Islam (61%), suku Batak (70%), pengalaman kerja >15 (64%), pernah mengikuti pelatihan (61%). Selanjutnya bedasarkan peran bidan sebagai pelaksana mayoritas berperan baik dalam tugas mandiri (58%), tugas kolaborasi (67%) dan tugas rujukan (76%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR baik, akan tetapi peran bidan tetap harus ditingkatkan dalam tugas mandiri karena bidan dalam menangani segala hal yang ada pada praktek kebidanannya perlu memberikan asuhan pelayanan yang terbaik bagi para pasien.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih merupakan masalah diseluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah

multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Proverawati, 2010).


(14)

Tobari (2013) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan dalam bidang persalinan, tidak lepas dari peran seorang bidan, karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, terutama dalam ikut mensukseskan cita-cita pembangunan milenium, yang salah satunya menentukan keselamatan dan kesehatan ibu dan anak. Dan saat ini Pemerintah sangat intens membenahi masalah pelayanan publik, salah satunya di bidang kesehatan. Sebab, sebaik apapun sistem yang dimiliki, tetapi petugasnya tidak bekerja dengan baik, maka pelayanan tersebut tidak akan pernah bisa maksimal.

Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Bidan diharapkan dapat berperan mengoptimalkan kualitas tumbuh kembang anak sejak didalam kandungan (perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman), sampai melatih ibu untuk memberikan kebutuhan dasar tumbuh kembang anak secara perinatal (Sofyan, 2006).

Nafsiah (2013) Menyatakan bahwa Peran bidan juga sangat penting dalam menentukan keberhasilan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang menitikberatkan pada layanan primer. Sayangnya kualitas bidan saat ini makin diragukan. Hal ini terkait dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, yaitu 359 per 100.000 kelahiran menurut data SDKI 2013. Kualitas bidan di Indonesia cenderung menurun dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini harusnya tidak boleh terjadi, mengingat bidan berperan penting dalam memasyarakatkan reproduksi yang sehat untuk menekan AKI (Angka Kematian Ibu).

Dengan demikian peran bidan saat ini tetap harus ditingkatkan karena hal tersebut sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru


(15)

lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia masih terjadi di tingkat pelayanan kesehatan primer dimana tingkat dan pengetahuan kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu untuk mencegah atau deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi, menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna, dan segera melakukan rujukan saat kondisi ibu masih optimal, maka para ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian ( Mufdlillah, dkk, 2012).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Sering Medan didapatkan jumlah angka kejadian bayi berat lahir rendah sebanyak 20% dari 60 persalinan dengan bayi normal. Dari pemaparan diatas maka hal ini penting untuk dilakukan penelitian tentang Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014.

B. RUMUSAN MASALAH

Ada pun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014?”.


(16)

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas mandiri.

b. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas kolaborasi.

c. Untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dalam melaksanakan tugas merujuk.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dalam menangani kegawatdaruratan bayi baru lahir.

2. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para bidan dalam tugas dan perannya sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan BBLR


(17)

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenenai peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan BBLR.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan BBLR.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BIDAN

1. Defenisi Bidan

Menurut terminology (bahasa) bidan berasal dari kata mid/with = dengan, wife/a woman = perempuan. Jadi midwife, with a woman = dengan seorang perempuan. Sedangkan menurut International Confederation of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan

Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) yang terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia, yang secara lengkap pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan dinegara itu. Dia harus mampu memberikan supervise, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnyasendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medic lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orangtua, dan meluas kedaerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bias berpraktik di rumah sakit, klinik, unit


(19)

kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya (Estiwidani, dkk, 2008). Sedangkan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.

Menurut Kepmenkes RI No. 900/Menkes/SK/2002 bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku yakni telah teregistrasi melalui proses pendaftaran, pendokumentasian setelah dinyatakan minimal kompetensi inti atau standar penampilan yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya, telah mempunyai SIB (Surat Izin Bidan), melakukan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan, mempunyai SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), menggunakan standar profesi dan tergabung dalam IBI (Heryani, 2011).

2. Peran Bidan

Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam pelayanannya memiliki 4 peran penting, yaitu peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai peneliti (Heryani, 2011).

Dari hasil Rakernas IBI 2011 empat peran bidan tersebut dikembangkan menjadi enam peran utama bidan, yaitu peran sebagai pelaksana asuhan yang memiliki tugas pokok : asuhan kebidanan ibu dan anak, KB/kesehatan reproduksi, peran sebagai pengelola/manager yang asuhan dan unit kesehatan dibawah tanggung jawabnya, peran sebagai pendidik yaitu kepada ibu, keluarga dan masyarakat/formal, peran sebagai peneliti yaitu yang berhubungan dengan kemajuan ilmu, peningkatan pelayanan


(20)

(evidence based), serta peningkatan diri, peran sebagai pemberdaya yaitu menggali potensi ibu/keluarga untuk kesehatan ibu dan anak yang optimal, dan peran sebagai Advokasi dengan segala permasalahan sosial budaya-politik-ekonomi yang berhubungan dengan asuhan kebidanan (Mufdlilah, dkk, 2012).

a. Peran Sebagai Pelaksana

Dalam perannya sebagai pelaksana, bidan memiliki 9 (Sembilan) tugas mandiri yaitu antara lain : menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien, memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, memberikan asuhan kebidanan keada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause, serta memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga.

Dalam setiap tugas mandiri tersebut, bidan memiliki tugas yang harus dilaksanakan diantaranya mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien, menentukan diagosa, menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, mengevaluasi tindakan yang telah diberikan, membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan, serta membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan sesuai dengan asuhan yang diberikan.


(21)

Dalam Tugas Kolaborasi/Kerjasama, bidan sebagai pelaksana memiki 6 (enam tugas) diantaranya yaitu sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan dengan ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dan kegawatdaruratanan yang memerlukan tindakan kolaborasi, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

Dalam tugas kolaborasi bidan harus melaksanakan tugasnya yaitu mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas kegawdaruratanatan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menyusun rencana tindakan sesuai dengan prioritas kegiatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien, mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan, menyusun rencana tindak lanjut bersama klien, serta membuat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan.


(22)

Dalam Tugas Ketergantungan/rujukan, bidan mempunyai 6 (enam) tugas dalam perannya sebagai pelaksana adalah sebagai berikut : menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga, memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga, serta memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga.

Tugas yang harus dilaksanakan oleh bidan dalam melaksanakan tugas rujukan yaitu antara lain : mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukandan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.


(23)

b. Peran Sebagai Pengelola

Bidan dalam perannya sebagai pengelola mempunyai 2 (dua) tugas penting yaitu dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien. Dalam hal ini, yang bidan lakukan adalah bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya, menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat, mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya KIA serta KB sesuai dengan rencana, mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB, mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sector terkait, menggerakkan, mengembanagkan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada, mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi, serta mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

Bidan juga harus berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya. Dalam hal ini yang harus dilakukan bidan adalah bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien


(24)

dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut, membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan dan masyarakat, melakukan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain, memberikan asuhan kepada klien rujukan dan dukun bayi, serta membina kegiatan-kegiatan yang ada dimasyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Peran Sebagai Pendidik

Bidan dalam perannya sebagai pendidik memiliki tugas yaitu memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu anak, dan KB. Yang harus dilakukan bidan adalah bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan KB,. bersama klien pihak terkait menyususn rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun, melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur yang terkait termasuk masyarakat, bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat menggunakannya unyuk memperbaiki dan meningkatkan program dimasa yang akan datang, serta mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis


(25)

Bidan juga harus mampu melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. Bidan harus mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa, menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian, menyiapkan alat, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsure-unsur tersebut, membimbing siswa dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya, menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan, menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan, serta mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi dan bimbingan secara sistematis pelatihan dan lengkap.

d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Dalam peran sebagai peneliti bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupuun kelompok. Yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan di lakukan, menyusun rencana kerja pelatihan, melaksakan investigasi sesuai dengan rencana, mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi, menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut, serta memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan (Heryani, 2011)

3. Fungsi Bidan

Fungsi utama profesi kebidanan adalah untuk mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya. Proses yang fisiologis harus didukung dan dipertahankan tapi bila timbul


(26)

penyulit harus digunakan teknologi dan dan referral yang efektif untuk memperoleh ibu dan bayi yang sehat.

a. Pelaksana asuhan/pelayanan kebidanan

Dalam hal ini bidan melaksanakan asuhan/pelayanan kebidanan pada ibu hamil normal dengan komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal dengan komplikasi dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal, komplikasi patologis dan resiko tinggi, melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu menyusui, melaksanakan asuhan kesehatan pada bayi dan balita, melaksanakan asuhan kesehatan pada wanita/ibu dengan gangguan system reproduksi, melaksanakan asuhan kebidanan komunitas, serta melaksanakan pelayanan KB.

b. Pengelola unit KIA/KB

Bidan harus melaksanakan pelayanan KIA/KB serta mengkoordinasi pelayanan KIA/KB.

c. Pendidik dalam asuhan/pelayanan kebidanan

Sebagai pendidik bidan harus melaksanakan bimbingan/penyuluhan pada wanita dalam masa pra perkawinan, ibu dan akseptor KB, melatih dan membina tenaga kesehatan, kader dan dukun bayi dalam pelayanan KIA/KB.

d. Pelaksana penelitian dalam asuhan kebidanan

Bidan dalam melaksanakan sebuah penelitian harus terlebih dahulu merencanakan penelitian, dan melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan analisa data serta menulis kesimpulan penelitian (Mufdlilah, dkk, 2012).


(27)

4. Hak Bidan

Dalam menjalankan tugasnya bidan berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan, bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangan, dank ode etik profesi, bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain, bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan, bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai, dan bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

5. Kewajiban Bidan

Selain memiliki hak, bidan juga memiliki kewajiban yang harus di taati dan dilaksanakn, yaitu bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja, bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien, bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami/keluarga, bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya, bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul, bidan


(28)

wajib memberikan persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan, bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan, bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal maupun non formal, serta bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbale balik dalam memberikan asuhan kebidanan (Sofyan, 2006).

B. BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) 1. Pengertian BBLR

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weigh Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi, yaitu sebagai berikut : bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)


(29)

BBLR sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.

2. Manifestasi Klinis BBLR

Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea, eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50 kali / menit, dan nadi 100-140 kali / menit (Proverawati, 2010)

3. Tanda-Tanda BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan


(30)

atau kurang dri 30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki halus, genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki), tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, dan verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Pantiawati, 2010)

4. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu menurut harapan hidupnya, dibedakan menjadi bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram, bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-1500 gram, dan bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram. Sedangkan menurut masa gestasinya, BBLR dapat dibedakan menjadi prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang sebulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK) (Maryanti, 2011).


(31)

5.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut :

a. Faktor ibu

Dapat dilihat dari penyakit yang diderita, seperti mengalami komplikasi kehamilan, misalnya anemia sel berat, pendarahan ante partum, hipertensi, preeclampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)

,

menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, malaria, TORCH. Selain dari segi penyakit, Ibu juga merupakan factor yang sering terjadi yaitu angka kejadian prematuritas teringgi adalah kehamilan pada usia <20 tahun atau lebih dari 35 tahun

,

kehamilan ganda (multi gravid)

,

jarak kelahiran yang terlalu dekat atau

pendek (kurang dari 1 tahun)

,

dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

,

selain itu keadaan sosial ekonomi juga menjadi factor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR, kejadian tertinggi terdapat pada golongan social ekonomi rendah

,

mengerjakan

aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

,

keadaan gizi yang kurang baik

,

pengawasan

antenatal yang kurang

, k

ejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang


(32)

perkawinan yang sah. Dapat juga terjadi oleh Sebab lain, seperti ibu perokok, ibu peminum alcohol

, i

bu pecandu obat narkotika

, serta

penggunaan obat antimetabolik

b. Faktor janin

Bayi berat lahir rendah dapat terjadi oleh adanya kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)

,

disautonomia

familial

,

radiasi, kehamilan ganda/kembar (gemeli)

dan

aplasia pancreas.

c. Faktor plasenta

BBLR dapat terjadi karena berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)

, l

uas permukaan berkurang

,

plasentitis vilus (bakteri, virus

parasit)

,

infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

,

plasenta yang lepas

, serta

sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).

d. Faktor lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya BBLR seperti bertempat tinggal di dataran tinggi

, t

erkena radiasi

, dan

terpapar zat beracun (Proverawati, 2010).

6.

Penatalaksanaan pada BBLR a. Pemberian ASI

Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena ASI mempunyai keuntungan yang kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak essensial, laktosa dan oligosakarida, ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk mamacu motilitas usus dan pelindungan terhadap penyakit, dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, serta bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi,


(33)

fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.

b. Pengaturan Suhu Badan/Thermoregulasi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas, pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan pertambahan panas.

c. Bayi yang Beresiko

Bayi premature/BBLR merupakan salah satu bayi yang beresiko kehilangan panas karena luas permukaan tubuhnya lebih luas dibanding berat bedan, predisposisi ke asfiksia, metabolism dan pernafasan yang tidak baik, sehingga terjadi hipotermi dan gangguan aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari sindrom gawat nafas (RDS) yang berat dan brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu.

d. Stress dingin

Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba di hadapkan pada suhu dingin akan mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin akan terjadi vasokontriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolism anaerob dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vsokonstriksi pembuluh darah palu yang akan makin menyebabkan bertambahnya hypoxia anaerob dan asidosis metabolic. Keadaan ini akan memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu BBLR yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap hipotermi dan gejala sisanya.


(34)

e. Efek Klinis Hipotermi

Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah mengalami hipotermi dapat mempunyai efek klinis sebagai berikut : penurunan kadar pH, penuruanan tekanan oksigen, terjadi hypoglisemia, peningkatan konsumsi oksigen, peningkatan cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat, penurunan berat badan, teradap sklerema, peningkatan kematian bayi, dapat terjadi gangguan faktor pembekuan darah.

f. Faktor Penghambat Non Shivering Thermogenesis

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat non shivering thermogenesis pada BBLR, antara lain stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut) dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi turun, bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi metabolism anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan dengan cepat. Glikogen di metabolism sehingga terbentuk asam piruvic dan asam laktat yang paada akhirnya menyebabkan asidosis metabolic, bayi bias mengalami apnea berulang, bayi bias mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan intracranial, bayi mengalami hipoglikemia karena cadangan glkogen berkurang, bayi bias mengalami gagal jantung serta bayi bisa mengalami masalah pernafasan (RDS)

g. Pencegahan Kehilangan Panas

Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas pada bayi BBLR yang sehat, antara lain segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat, pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan dibawah radiant warmer (box bayi hangat), topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, bila suhu tubuh bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan di selimuti.


(35)

Sementara itu, pada BBLR yang sakit, cara untuk mencegah kehilangan panas, antara lain bayi harus segera dikeringkan, untuk mentranportasi bayi, digunakan transport incubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radiant warmer, serta suhu lingkungan netral dipertahankan.

h. Pencegahan Hipotermi

Untuk menentukan apakah BBLR menggunakan warmer atau incubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan warmer karena warmer memberikan peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter bayi lainnya lebih suka menggunakan incubator, karena incubator dapat mempertahankan suhu udara, dapat mengatur kelembaban udara, dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup.

Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai radiant warmer atau incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara lain : mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk atau kain yang hangat, menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering (bayi dibungus kain hangat dan kepalanya diberi topi), meletakkan bayi dilingkungan/ruang yang hangat (suhu ruangan tidak kurang 250C), memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi, mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat.

i. Metode Kangguru

Metode kangguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR


(36)

atau premature. Mengapa disebut metode kangguru? Karena cara ini meniru binatang kangguru yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode kangguru ini adalah mengganti perawatan bayi BBLR dalam incubator dengan metode kangguru. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas terutama incubator dan tenaga kesehatan dalam perawatan bayi BBLR, penggunaan incubator memiliki beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi nosokomial, rujukan kerumah sakit untuk bayi BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kangguru. Tujuan metode kangguru untuk bayi berat lahir rendah adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas BBLR serta menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit.

Manfaat metode kangguru dapat memberikan manfaat bagi bayi, ibu dan rumah sakit/klinik. Bagi bayi, metode kangguru bermanfaat mengurangi pemakaian kalori bayi, memperlama waktu tidur bayi, meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilkan denyut jantung dan pernafasan bayi, menurunkan stress pada bayi, meningkatkan perilaku bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menangis berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan menaikkan berat badan bayi.

Bagi ibu, metode kanguru bermanfaat: untuk mempermudah pemberian ASI dan pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dan meningkatkan produksi ASI, meningkatkan hubungan kedekatan dan kasih sayang ibu dengan bayi dan memberikan pengaruh psikologi berupa ketenangan pada ibu dan keluarga.

Bagi rumah sakit/klinik, metode kanguru memberikan efisiensi tenaga karena ibu dapat merawat bayinya sendiri, mempersingkat lama perawatan bayi di rumah sakit, dan efisiensi anggaran karena penggunaan fasilitas, misalnya incubator berkurang.


(37)

Berikut ini beberapa kriteria bayi yang dapat dilakukan metode kanguru, antara lain : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1800 gram atau antara 1500-2500 gram; bayi prematur; bayi yang tidak terdapat kegawatan pernafasan dan sirkulasi; bayi mampu bernafas sendiri; bayi yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu tubuh bayi stabil (36,5-37,5 FC)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode kanguru adalah posisi kanguru yaitu posisi bayi diantara payudara, tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain panjang atau baju kanguru. (dalam hal ini bayi diletakkan dalam dekapan ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan).apabila menggunakan baju kanguru/kantung kanguru, posisi bayi adalah tegak/vertical pada siang hari pada waktu ibu berdiri atau duduk dan posisi bayi tengkurap atau miring pada malam hari pada waktu ibu berbaring atau tidur. Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36-37 C) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancar. Dekapan ibu adalah energy bagi bayi. Pada bayi berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1000 gram) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu atau sampai keadaan bayi stabil.

Selain itu nutrisi juga harus diperhatikan, waktu yang optimal untuk memulai menyusu Asi tergantung pada masa kehamilannya, dukungan juga sangat diperlukan terutama diberikan pada ibu berupa fisik, emosiaonal dan edukasi, yang sewaktu hamil sebaiknya telah diberikan informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi, pemulangan tergantung pada kesehatan bayi secara menyeluruh dalam kondisi baik dan ibu mampu merawat bayinya dan harus ada konseling dan informed consent terlebih dahulu.


(38)

j. Pemijatan Bayi

Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat bdadn yang lebih besar dan berkembang baik setelah dilakukan pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernafasan dan peredaran menjadi lebih baik. Margareth mengamati bayi prematur dengan berat badan lahir rendah pernafasannya biasanyapendek dan tidak stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun pernafasannya menjadi lebih baik setelah bersinggungan dan kontak fisik dengan ibunya.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi melaporkan manfaat pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu sekitar 1200-1300 gram yang telah melampaui masa kritisnya. Bayi-bayi tersebut setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pijitan tiga kali sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat bdannya 47% lebih besar dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam keadaan ‘alert active’ gerak motorik dan erilaku bayi lebih baik.

Untuk itu, sebenarnya pijitan/sentuhan ini juga merupakan penatalaksanaan yang baik bagi bayi dengan berat lahir rendah karena sangat efektif untuk menjalin hubungan orangtua dan bayi dalam hal perkembangan fisik dan emosional bayi maupun perkembangan indra yang lain. Karena bayi dengan berat lahir rendah juga mempunyai kebutuhan emosional. Yang ditunjukkan dengan kegelisahan, ketegangan dan pada akhirnya timbul dampak kegagalan dalam pertumbuhan.

Pemijatan pada bayi berat lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan meningkatkan system imunologi, merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran


(39)

kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang dan menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orangtuanya.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dihindari dalam pemijatan bayi yaitu Bayi tidak boleh dilakukan pemijatan pada waktu bayi tidak siap atau tidak amu dipijat, bayi tidak oleh dibangunkan, hanya khusus untuk dilakukan pemijatan, bayi tidak boleh dilakukan pemijatan langsung setelah bayi selesai makan serta bayi tidak boleh dipaksakan dalam posisi tertentu pada saat pemijatan (Maryunani, 2009).

7. Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu, penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatan dan janin yang dikandung dengan baik, hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pad kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun), perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan alam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil (Pantiawati, 2010).


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Bidan dalam melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan, profesi bidan memiliki 4 peran penting diantaranya peran sebagai pelaksana, peran sebagai pengelola, peran sebagai pendidik, peran sebagai peneliti (Heryani, 2011).

Peran bidan sebagai pelaksana memiliki 3 (tiga) tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas rujukan yang dapat dikategorikan menjadi baik, cukup dan kurang, untuk memperjelas penelitian ini maka kerangka konsep penelitian yang berjudul peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan tahun 2014 dapat digambarkan kerangka konseptual berikut ini.

Skema 1 Kerangka Konsep

Peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR Peran bidan sebagai pelaksana

dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) :

a. Tugas mandiri b. Tugas kolaborasi c. Tugas rujukan

Kategori peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) :

- Baik - Cukup - Kurang


(41)

B. Defenisi operasional

Defenisi operasional merupakan uraian tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010)

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur

1 Peran bidan sebagai pelaksana

Tindakan yang diberikan oleh bidan dalam melaksanakan segala asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien/keluarga, yang meliputi 3 tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas rujukan.

Kuesioner Angket 1.Baik: apabila 16 -20

jawaban benar ( 76% -100%) 2.Cukup: apabila

11 - 14

jawaban benar (56% - 75%) 3.Kurang:

apabila 0 – 10 jawaban benar (<55%)

Ordinal

2 Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Merupakan asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi yang lahir dengan berat badan <2.500 gram tanpa memandang


(42)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan/mendeskripsikan dengan menjelaskan semua item tentang peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di puskesmas sering Medan tahun 2014 dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diperoleh dari Puskesmas Sering Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 sebanyak 33 orang bidan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya di tetapkan berdasarkan populasi yang dapat mewakili populasi untuk dijadikan sumber informasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu total populasi. Dengan demikian jumlah responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 33 orang bidan.


(43)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas sering Medan yang terletak di jalan sering, jalan indrakasih dan tanjung rejo Medan Pancing. Alasan peneliti memilih tempat penelitian di wilayah kerja puskesmas sering karena selain lokasi penelitian masih dapat dijangkau oleh peneliti, angka kejadian dan jumlah bidan di wilayah kerja puskesmas sering memadai untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

D. Waktu Penelitian

Rangkaian pelaksanaan penelitian telah dilakukan mulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2014.

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data , peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan penelitian kepada ketua program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara guna mendapatkan surat permohonan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari pendidikan peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala puskesmas sering Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.


(44)

Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diiisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka (Maryunani, 2009, Pantiawati 2010 dan Heryani, 2011). Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama adalah data demografi responden termasuk nomor responden, umur, pendidikan terkahir, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang di ikuti. Bagian kedua yaitu peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR dalam melaksanakan tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas rujukan. Kuesioner ini berisi pernyataan untuk mengetahui peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang setiap bagian dari pernyataan untuk menilai peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri yang terdiri dari 9 pernyataan yaitu pada pernyataan no 1-9, peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi yaitu terdiri dari 6 pernyataan yaitu pernyataan no 10-15, dan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan yaitu terdiri dari 5 pernyataan yaitu pernyataan no 16-20 dengan menggunakan skala Gutman. Peran bidan sebagai pelaksana dalam melaksanakan perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) menggunakan skala Gutman, dilakukan perhitungan skor jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai


(45)

nol (0). Menurut Machfoedz (2008) untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan nilai terbesar dan terkecil yaitu nilai terbesar adalah 20 (sepuluh) dan nilai terkecil adalah 0 (nol). Sedangkan untuk menentukan nilai rentang (R) adalah nilai terbesar – nilai terkecil yaitu 20-0 = 20, dan untuk menentukan kategori berdasarkan perolehan nilai baik yaitu apabila 76 – 100% jawaban responden benar, cukup yaitu apabila 56 – 75% jawaban responden benar dan kurang yaitu apabila <55% jawaban responden benar.

Perhitungan persentase data

Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian

P = x 100% Jumlah skor seluruh pernyataan

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument penelitian. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mngukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2007). Uji validitas dilakukan secara conten validity kepada orang yang dianggap ahli yang dilakukan oleh Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SPOG (K) yang sebelumnya sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan skor CVI nya adalah 0,80.

Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama


(46)

(Notoadmojo, 2005). Uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach yang diolah melalui program komputerisasi. Apabila nilai alpha cronbach nya lebih dari 0.6 maka dinyatakan reliabel. Untuk peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR alpha cronbach 0,792.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin kepada kepala Puskesmas Sering Medan. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti menjumpai para bidan dan menjelaskan tentang prosedur penelitian, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, pengumpulan data dimulai. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner demografi, peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan BBLR, kemudian peneliti mencheklist dan menganalisa data. Setelah selesai penelitian, peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang atau belum diisi maka dapat langsung dilengkapi.

Menurut Hastono (2007) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui yaitu: a) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsesten. b)


(47)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. c) Processing merupakan memproses data agar data yang sudah di

entry dapat di analisis, dilakukan dengn meng-entry data dari kuesioner ke paket program computer. d) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.

Setelah data terkumpul, analisis data yang dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS. hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, untuk melihat bagaimana peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR).

I. Rencana Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, dan persentase. Selanjutnya dicari besarnya nilai persentase untuk masing-masing jawaban responden. Kemudian dilakukan pembahasan terhadap analisa data dengan menggunakan teori-teori terkait sehingga dapat diambil suatu kesimpulan hasil.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas sering Medan tahun 2014 dengan jumlah responden sebanyak 33 orang dan menggunakan kuesioner yang terdiri atas 20 pernyataan. Diperoleh hasil dengan data demografi meliputi umur, pendidikan, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang pernah diikuti. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut:

1. Karakteristik Responden

Analisis ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, yaitu peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR). Karakteristik responden berdasarkan data demografi diuraikan meliputi umur, pendidikan, agama, suku, lama bekerja dan pelatihan terkait yang pernah diikuti.

Tabel 5.1 berikut ini menunjukkan mayoritas bidan berusia >40 tahun sebanyak 22 orang (67%), berpendidikan D-III sebanyak 26 orang (79%), beragama Islam sebanyak 20 orang (61%), bersuku Batak sebanyak 23 orang (70%), memiliki pengalaman kerja >15 tahun sebanyak 21 orang (64%). Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti mayoritas bidan pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 20 orang (61%).


(49)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur <30 tahun 30-40 tahun >40 tahun 6 5 22 18 15 67 Pendidikan D-I D-III D-VI 4 26 3 12 79 9 Agama Islam Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu/ Budha 20 5 8 0 61 15 24 0 Suku Batak Jawa Melayu Padang 23 7 2 1 70 21 6 3 Lama Bekerja <1 tahun 1 -3 tahun >3 – 6 tahun >6 tahun >15 tahun 2 5 1 4 21 6 15 3 12 64

Pelatihan terkait yang diikuti

Pernah Tidak pernah 20 13 61 39


(50)

2. Distribusi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas mandiri

Dalam tugas mandiri bidan melaksanakan semua tindakan perawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah secara mandiri yang dilaksanakan di klinik praktek bidan.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

No Pernyataan

Ya Tidak n (%) n (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bidan mengutamakan agar ibu memberikan ASI segera setelah lahir pada bayi berat lahir rendah.

Bidan mengeringkan dan membedong dengan popok hangat segera setelah bayi lahir.

Bidan meletakkan bayi berat lahir rendah kedalam incubator untuk mencegah kehilangan panas.

Bidan menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain kering (kain hangat dan kepalanya diberi topi). Bidan mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat. Bidan harus memastikan tangan bidan selalu hangat pada saat memegang bayi.

Bidan meletakkan bayi di lingkungan/ruang yang hangat atau suhu ruangan tidang kurang 250C.

Bidan membimbing ibu untuk melakukan metode kangguru.

Bidan melakukan pemijatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR). 30 (91) 33 (100) 30 (91) 33 (100) 33 (100) 25 (76) 18 (54) 21 (64) 15 (45) 3 (9) 0 3 (9) 0 0 8 (24) 15 (45) 12 (36) 18 (54)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri umumnya pada hal bidan mengeringkan dan membedong dengan popok hangat segera setelah lahir (100%), bidan menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain kering (100%), serta bidan mengganti handuk, popok, bedung yang basah dengan yang bersih, kering dan hangat (100%), dari ketiga pernyataan tersebut seluruh ibu bidan dapat menjawab pernyataannya dengan benar sebanyak 33 orang (100%).


(51)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri

Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

19 14 0

58 42 0

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri umumnya baik sebanyak 19 orang (58%), dan peran bidan sebagai pelaksana kategori cukup yaitu sebanyak 14 orang (42%). Sedangkan peran bidan yang kurang dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak ada (0%) atau tidak ada bidan yang tidak berperan dalam tugas mandiri pada perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3. Distribusi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas kolaborasi

Dalam tugas kolaborasi bidan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi serta memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.


(52)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah

Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

No Pernyataan

Ya Tidak n (%) n (%) 10 11 12 13 14 15

Bidan memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

Bidan mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan medis lainnya.

Bidan berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatdaruratan.

Bidan menyusun rencana tindakan sesuai prioritas, hasil kolaborasi serta kerja sama dengan klien.

Bidan mengevaluasi hasil tindakan kolaborasi.

Bidan membuat pencatatan dan pelaporan terkait tindakan yang sudah dikolaborasikan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan.

27 27 31 23 23 29 (81) (81) (94) (67) (67) (88) 6 6 2 10 10 4 (19) (19) (6) (33) (33) (12)

Berdasarkan tabel 5.4 menerangkan gambaran hasil tentang peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi didapatkan umumnya bidan melakukan berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dalam menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatdaruratan sebanyak 31 orang (94%), bidan berperan dalam membuat pencatatan dan pelaporan terkait tindakan yang sudah dikolaborasikan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan sebanyak 29 orang (88%), sedangkan bidan memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi, mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi sebanyak 27 orang (81%).


(53)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi

Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

22 9 2

67 27 6

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 33 bidan yang menjadi responden menunjukkan bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi mayoritas berperan baik sebanyak 22 orang (67%), melaksanakan peran dalam tugas kolaborasi cukup sebanyak 9 orang (27%) dan melaksanakan peran dalam tugas kolaborasi kategori kurang sebanyak 2 orang (6%).

4. Distribusi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas rujukan

Dalam tugas rujukan ini bidan memberikan pertolongan pertama pada bayi berat lahir rendah yang memerlukan rujukan dan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim BBLR untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.


(54)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Pernyataan Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah

Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

No Pernyataan

Ya Tidak f (%) f (%) 16

17

18

19

20

Bidan mengkaji asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.

Bidan memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.

Bidan memberikan pertolongan pertama pada bayi berat lahir rendah dengan kegawatdaruratan yang memerlukan rujukan.

Bidan mengirim bayi berat lahir rendah untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.

Bidan mendampingi keluarga/bayi berat lahir rendah saat menuju tempat pelayanan kesehatan yang berwenang. 22 26 32 27 33 (67) (79) (97) (82) (100) 11 7 1 6 0 (33) (21) (3) (18) 0

Berdasarkan tabel 5.6 dijabarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan didapatkan bahwa bidan mendampingi keluarga/bayi berat lahir rendah saat menuju tempat pelayanan kesehatan yang berwenang menyatakan sebanyak 33 orang (100%), peran bidan memberikan pertolongan pertama pada bayi berat lahir rendah dengan kegawatdaruratan yang memerlukan rujukan sebanyak 32 orang (97%) dan pada pernyataan bidan mengirim bayi berat lahir rendah untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap sebanyak 27 orang (82%).


(55)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan pada Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Sering Medan Tahun 2014 (n=33)

Peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan

Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

25 8 0

76 24 0

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 33 bidan yang menjadi responden diperoleh bahwa peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan mayoritas berperan baik sebanyak 25 orang (76%), melaksanakan peran dalam tugas rujukan cukup sebanyak 8 orang (24%) dan melaksanakan peran dalam tugas rujukan kategori kurang tidak ada (0%).

B. Pembahasan

1. Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Mandiri

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 responden berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri mayoritas berperan baik, dan selebihnya berperan cukup. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi, Hakimi dan Suhadi (2010) bahwa seorang bidan desa dalam peran adalah baik dan masih ada yang perannya kurang. Bidan di desa mempunyai tugas pokok untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas, pelayanan kesehatan bayi dan `anak balita, serta pelayanan keluarga berencana.


(56)

Dalam hal bidan melakukan pemijatan pada bayi berat lahir rendah, di dapatkan bidan kurang dalam perannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Budiyono, dkk (2012) yang menyatakan bahwa yang menolong persalinan adalah bidan dan yang merawat dan melakukan pemijitan adalah dukun. Hal ini sesuai dengan kebiasaan para bidan di wilayah kerja puskesmas sering Medan yang dalam hal pemijatan selalu menyerahkan tanggung jawabnya kepada para dukun. Bidan merasa setelah proses persalinan selesai dan setelah kondisi ibu dan bayi sehat, maka tugas dan tanggung jawabnya telah selesai pula, kecuali dalam hal pemberian imunisasi nantinya.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian dari Nurlaila (2008) yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan khususnya bidan dalam melakukan pemijatan hanya sekedar memberikan informasi kepada para ibu dan dapat pula melakukan pelatihan kepada para dukun dan ibu agar ibu tersebut dapat melakukan pijat bayi secara mandiri dan melakukan pemijatan secara benar.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri baik. Para ibu bidan dapat dan mampu untuk selalu melaksanakan semua tindakan secara mandiri dengan baik selama tidak ada komplikasi terkait yang tidak mampu ditangani sendiri oleh bidan tersebut. Tetapi dalam hal pemijatan pada bayi, para bidan lebih memilih untuk menyerahkan tugas tersebut kepada dukun bayi sehingga dalam hal ini, peran bidan masih perlu ditingkatkan lagi agar pelayanan yang diberikan dapat lebih maksimal dan memuaskan.


(57)

2. Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Kolaborasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 33 responden berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi mayoritas berperan baik dan berperan cukup. Dalam tugas kolaborasi bidan harus melaksanakan tugasnya yaitu mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatdaruratan, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi, menyusun rencana tindakan sesuai dengan prioritas kegiatan dan hasil kolaborasi, melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana, mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan, menyusun rencana tindak lanjut, serta membuat pencatatan dan pelaporan sesuai dengan kasus dan asuhan yang diberikan (Heryani, 2011).

Menurut KEPMENKES RI No 369/MENKES/SK/III/2007 bahwa keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan dalam praktik menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatu pengalaman reproduksinya berkolaborasi dengan tim

Namun dalam hal bidan mengevaluasi hasil tindakan kolaborasi yang telah diberikan, didapat peran bidan dalam hal ini kurang. Para bidan di wilayah kerja puskesmas sering Medan setelah melakukan kolaborasi kepada yang lebih ahli tidak melakukan evaluasi kembali, hal ini karena bidan merasa bahwa pasien yang ditanganinya telah mendapatkan pertolongan yang lebih baik lagi, sehingga bidan seringkali melupakan untuk melakukan evaluasi tersebut.


(58)

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi baik. Para ibu bidan mampu melakukan kerjasama yang baik dengan mitra kerjanya, namun para bidan seringkali melupakan tindakan evaluasi kembali terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga dalam hal tersebut peran bidan masih tetap harus ditingkatkan.

3. Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Tugas Rujukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan 33 responden berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan mayoritas berperan baik dan berperan cukup. Bidan mengetahui tugas yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan tugas rujukan yaitu antara lain mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan diluar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan, menentukan diagnose, prognosa dan prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut, memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan dan memberikan asuhan kebidanan dengan tindakan, mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap, serta membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi (Mufdillah, dkk, 2012).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erni Dwi (2011) yang menyatakan bahwa sebelum melakukan rujukan terhadap ibu bersalin dengan komplikasi persalinan bidan telah melakukan stabilisasi dengan baik, seperti melakukan pemasangan infus, pemberian obat suntik dan obat oral serta pemberian oksigen.


(59)

Hal ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh para bidan diwilayah kerja puskesmas sering Medan yang selalu memberikan pertolongan pertama pada bayi berat lahir rendah dengan kegawatdaruratan yang memerlukan rujukan, tetapi para bidan dalam hal melakukan rujukan seringkali tidak melakukan pengkajian terlebih dahulu, bidan langsung mengirim bayi berat lahir rendah ke rumah sakit atau puskesmas dengan segera karena alasan agar bayi dapat ditangani secepatnya dan terhindar dari komplikasi lain yang mungkin terjadi.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan baik. Para ibu bidan tidak melakukan tindakan diluar kewenangan bidan terhadap kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindak lanjut dan para bidan langsung mengirim klien untuk tindakan yg lebih intensif, tetapi para bidan juga harus mengkaji terlebih dahulu asuhan kebidanan yang diberikan sebelum dilakukan rujukan.


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas sering Medan tahun 2014 yang telah disajikan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan karakteristik responden diwilayah kerja puskesmas sering Medan adalah mayoritas bidan berusia >40 tahun sebanyak 22 orang (67%), berpendidikan D-III sebanyak 26 orang (79%), beragama Islam sebanyak 20 orang (61%), bersuku Batak sebanyak 23 orang (70%), memiliki pengalaman kerja >15 tahun sebanyak 21 orang (64%). Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti mayoritas bidan pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 20 orang (61%).

2. Berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja puskesmas Sering Medan tahun 2014 mayoritas berperan baik yaitu sebanyak 19 orang (58%), bidan berperan cukup sebanyak 13 orang (39%), sedangkan bidan yang berperan kategori kurang sebanyak 1 orang (3%).

3. Berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas mandiri umumnya baik sebanyak 19 orang (58%), dan peran bidan sebagai pelaksana kategori cukup yaitu sebanyak 14 orang (42%). Sedangkan peran bidan yang kurang dalam perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak ada (0%) atau tidak ada bidan yang tidak berperan dalam tugas mandiri pada perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4. Berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas kolaborasi mayoritas berperan baik sebanyak 22 orang (67%), melaksanakan peran dalam tugas


(61)

kolaborasi cukup sebanyak 9 orang (27%) dan melaksanakan peran dalam tugas kolaborasi kategori kurang sebanyak 2 orang (6%).

5. Berdasarkan peran bidan sebagai pelaksana dalam tugas rujukan mayoritas berperan baik sebanyak 25 orang (76%), melaksanakan peran dalam tugas rujukan cukup sebanyak 8 orang (24%) dan melaksanakan peran dalam tugas rujukan kategori kurang tidak ada (0%).

B. Saran

1. Bagi Praktek Kebidanana

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar melakukan intervensi bagi praktek kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan dalam merawat Bayi Berat Lahir Rendah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini merupakan evidence based dalam praktek kebidanan yang dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan kebidanan khususnya perawatan Bayi Berat Lahir Rendah.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya, dengan melakukan penelitian sejenis yang melihat peran bidan sebagai pelaksana dalam perawatan Bayi Berat Lahir Rendah.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat menjadi pasukan bagi para bidan untuk lebih meningkatkan perannya dalam perawatan Bayi Berat Lahir Rendah.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta

Budiyono, dkk. (2012). Kemitraan Bidan dan Dukung dalam Mendukung Penurunan Angka Kematian Ibu di Puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak. FKM Universitas Diponegoro Semarang, Vol. 11/No.1, April 2012. Dikutip dari

Dewi, Hakimi & Suhadi. (2010). Peran Bidan di Desa dan Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No.2, Juni 2010. Dikutip dari

Estiwidani, Dwana, dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Hastono, S. P. (2001). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Heryani, Reni. (2011). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Lailiyana, dkk. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Machfoedz, Ircham. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya

Maryunani, Anik & Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta : CV. Trans Info Media

Mufdillah, dkk. (2012). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha medika

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurlaila, Rochana & Rachma. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Motivasi Ibu dalam Memijat Bayi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, volume 4, No 2, Juni 2008. Dikutip dari tanggal 23 Mei 2014)

Pantiawati, Ika. (2010). Bayi dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika

Proverawati, Atikah & Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir rendah. Yogyakarta : Nuha Medika


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 8

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

NAMA : NURHABIBI RITONGA NIM : 135102101

JUDUL KTI : PERAN BIDAN SEBAGAI PELAKSANA DALAM PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2014.

NAMA PEMBIMBING : EVI KAROTA BUKIT S.Kp.MNs NIP : 19671215200032001

NO TANGGAL MATERI ANJURAN ATAU

SARAN

PARAF

1 2 November 2013 Konsul Judul Buat Latar Belakang 2 10 November 2013 Bab I Perbaikan Latar Belakang

& Rumusan Masalah 3 21 November 2013 Bab I,II Perbaikan Referensi dan

Kerangka Konsep 4 03 Desember 2013 Bab II Tinjauan Pustaka Dalam

Bentuk Narasi 5 06 Desember 2013 Bab III Perbaikan Kerangka

Konsep,Populasi, Tempat Penelitian

6 07 Desember 2013 Bab III, dan Bab IV

Perbaiakan Definisi

Operasional dan Instrumen 7 10 Desember 2013 Bab III dan Bab

IV

Perbaikan Alat Pengumpulan Data


(5)

11 4 Juni 2014 BAB

I,II,III,IV,V,VI

Perbaikan latar belakang, pebaikan tabel distribusi dan frekuensi

12 6 Juni 2014 BAB I, III, IV,V,VI

Metode penelitian, tabel definsi operasional 13 10 Juni 2014 BAB III, dan VI Revisi skema kerangka

konsep, waktu penelitian 14 12 Juni 2014 BAB V dan VI Buat pembahasan sesuai

dengan tabel, tambahan pembahasan tentang jawaban responden yang mayoritas

15 14 Juni 2014 BAB V dan VI Buat dasar penelitian bandingkan dengan penelitian orang lain 16 17 Juni 2014 BAB V, dan VI Perbaikan kesimpulan dan

saran sesuikan dengan manfaat penelitian, perbaikan abstrak 17 24 Juni 2014 BAB V, dan VI Perbaikan absrak, dasar

penelitian, hasil penelitian 18 27 Juni 2014 BAB I-VI,

abstrak


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Nurhabibi Ritonga

Tempat / Tanggal Lahir : Negerilama Seberang, 17 Januari 1992

Agama : Islam

Nama Ayah : Ahmad Akhyar Ritonga Nama Ibu : Sriana

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Negeri Lama, Rantau Prapat Kec. Bilah Hilir Kab. Labuhanbatu

II. PENDIDIKAN

Tahun 1997 – 2003 : Pendidikan SD Negeri 112190 Negeri Lama Seberang

Tahun 2003 - 2006 : Pendidikan MTs Gaya Baru Negeri Lama Tahun 2006 - 2009 : Pendidikan SMAN 1 Bilah Hilir Negeri Lama Tahun 2009 – 2012 : Pendidikan Akademi Kebidanan Deli Husada

Delitua

Tahun 2013 – 2014 : Pendidikan D4 Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Medan