Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

(1)

KARAKTERISTIK KEMATIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009 SKRIPSI

Oleh :

ARINIL HIDAYAH NIM. 061000078

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK KEMATIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ARINIL HIDAYAH NIM. 061000078

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK KEMATIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2005-2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh: ARINIL HIDAYAH

NIM.061000078

Telah Diuji dan Dipertahankan DihadapanTim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Juli 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19640404 199203 1 005 NIP. 19590818 198503 2 002 Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19650112 199402 2 001

Medan, Juli 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, untuk Kota Medan angka kematian bayi dikarenakan BBLR sebanyak 311 jiwa.

Untuk mengetahui karakteristik kematian bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sample berjumlah 106 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi ibu bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi dan faktor risiko medis yaitu umur 21-24 tahun 24,5%, suku Jawa 48,2%, agama Islam 79,3%, SLTA/Sederajat 32,1%, Ibu Rumah Tangga 76,4%, ibu dengan paritas nol atau kehamilan pertama (57,5%), jarak kehamilan nol atau kehamilan pertama (57,5%), riwayat persalinan dari yang tercatat ada riwayat persalinan yang buruk (18,9%), umur kehamilan 28-36 minggu (49%), tidak ada riwayat penyakit (82,1%).

Proporsi bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi yaitu umur 1-4 hari (85,9%), jenis kelamin perempuan (56,6%), berat badan lahir < 1500 gram (66%). Sedangkan bayi BBLR dengan kelainan bawaan (59,4%) dan golongan Prematuritas Murni (50,9%).

Tidak ada perbedaan bermakna antara paritas ibu berdasarkan golongan bayi BBLR (p= 0,457), jarak kahamilan ibu berdasarkan golongan BBLR (p= 0,449), riwayat persalinan ibu berdasarkan golongan BBLR (p= 0,676), berat badan lahir berdasarkan golongan BBLR (p= 0,786), kelainan bawaan berdasarkan golongan BBLR (p= 0,720), berat badan bayi berdasarkan kelainan bawaan (p= 0,503), riwayat penyakit ibu bardasarkan kelainan bawaan (p= 0,880).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status khususnya antenatal care dan riwayat penyakit ibu selama kehamilan, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya penatalaksaan medis pada bayi BBLR untuk menurunkan CFR.


(5)

ABSTRACT

Infants with Low Weight Birth (LWB) are infants which borned with a birth weight under 2500 grams. Datas of Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province in 2009, in Medan the number of infant mortality due to LWB as 311 inhabitants.

To know the characteristics of LWB infant mortality in General Hospital Dr. Pirngadi Medan in 2005-2009, it is conducted a descriptive research by case series design. Population and sample totaled as 106 people. From the results, it was obtained that the proportion of mothers with LWB infants based on sociodemographic and medical risk factors aged 21-24 years (24.5%), Javanese (48.2%), Islam (79.3%), senior high / equal (32.1%), Housewife (76.4%), women with zero parity or first pregnancy (57.5%), non recorded pregnancies spacing or first pregnancy (57.5%), recorded history of labor with a poor labor history (18.9%), gestational age 28-36 weeks (49%), no history of disease (82.1%).

The proportion of LWB infants based on sociodemographic aged of 1-4 days (85.9%), female sex (56.6%), birth weight < 1500 g (66%). Whereas LBW infants with congenital abnormalities (59.4%) and group of Pure Prematurity (50.9%). There is no significant differences between maternal parity on LWB infant groups (p = 0.457), distance of mother’s gestation based on LWB group (p = 0.449), history of mother’s labor based LWB group (p = 0.676), birth weight based on LBW group (p = 0.786), congenital abnormalities based on LBW group (p = 0.720), birth weigth based on congenital abnormalities (p=0,503), history of mother’s disease

based on congenital abnormalities (p= 0,880).

The hospital is expected to complete the recording of special status card especially antenatal care and a history of maternal illness during pregnancy, as well as provide an understanding of the importance of medical management to LWB

infants to decrease the CFR.

Key words: low weight birth, Characteristics of LWB infant mortality, Characteristics of Mother


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arinil Hidayah

Tempat/Tanggal Lahir : Arse Jae Dolok/18 Oktober 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 5 (lima) Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Simangambat Ds. Arse Jae Dolok Kec. Arse Kab. Tapanuli Selatan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Hanopan : 1994-2000 2. MTs Swasta Abu Bakar Shiddiq : 2000-2003

3. SMA Negeri 1 Arse : 2003-2006 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : 2006-2011 Riwayat Organisasi :

1. PHBI FKM USU : 2007-2010 2. KAMMI KOMISARIAT USU : 2007-2008

3. KAMMI KOMISARIAT MERAH PUTIH : 2009-2010 4. KAM RABBANI FKM USU : 2007-2009 5. KAMMI DAERAH SUMUT : 2010-2011 6. KAMMI DAERAH MEDAN : 2011-2012


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, saran dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen penasehat akademik dan penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan nilai terbaik.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

5. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi.

6. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

7. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. My Beloved Sisters (Mona, Geni, Vivi, Firdha, Melda, kak Ami, kak Yuni, Irma, Sari, Benny, Fithri, Hessy, Sukma, Dina, Nina, Rahmi, Sri L, Sri E, Devi, Isna, Suli, Una, Amy, Pivit, Ulia, Meli, Ulfa, Anggie), terima kasih buat kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini.

9. My Sweety Sisters di berkah 15 (k’lucy, anna, nisa, rina) terimakasih untuk kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini.

10. Teman-teman di KAMMI (Farida, Putri dan pengurus lainnya) dan UKMI FKM. Terimakasih buat doa dan motivasinya selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

11. Teman-teman Peminatan Epidemiologi stambuk 2006 yang telah membantu penulis di kala menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi dan memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKM USU.

12. Semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan skripsi ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada ayahanda Syukron Jazila, dan ibunda Jasmiar Lubis, atas segala doa kepada ananda. Selanjutnya kepada kakanda Eka Nurhidayah, yang selalu memberi semangat dan


(9)

dukungan kepada penulis dan adinda Najmi Arif, Imam Ma’arif dan Nurfaizin atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... .... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian BBLR ... 7

2.2. Epidemiologi BBLR ... 9

2.2.1. Distribusi dan Frekuensi... 9

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi... 10

2.3. Penatalaksanaan BBLR ... 14

2.3.1. Bayi Prematur ... 14

2.3.2. Bayi Kecil untuk Masa kehamilan... 15

2.4 Prognosis BBLR ... 18

2.5. Pencegahan ... 19

2.5.1. Pencegahan Primer ... 19

2.5.2. Pencegahan Sekunder ... 19

2.5.3. Pencegahan Tersier ... 19

2.6 Upaya Penurunan Angka Kematian BBLR ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Definisi Operasional... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

4.2.2. Waktu Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 27

4.3.1 Populasi ... 27


(11)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5. Teknik Analisa Data ... 28

BAB 5. HASIL PENELITIAN 5.1. Profil RSU Dr. Pirngadi Medan ... 29

5.2. Karakteristik Kematian Bayi BBLR ... 32

5.2.1. Sosiodemografi Ibu ... 32

5.2.2. Faktor Resiko Medis Kehamilan Ibu ... 33

5.2.3. Sosiodemografi Bayi ... 35

5.3. Analisa Statistik ... 38

5.3.1. Golongan Bayi BBLR Berdasarkan Umur Ibu. ... 38

5.3.2. Paritas Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 39

5.3.3. Jarak Kehamilan Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 39

5.3.4. Riwayat Persalinan Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 40

5.3.5. Berat Badan Bayi Berdasarkan Golongan BBLR ... 41

5.3.6. Kelainan Bawaan Bayi Berdasarkan Golongan BBLR ... 42

5.3.7. Berat Badan Bayi Berdasarkan Kelainan Bawaan ... 42

5.3.8. Riwayat Penyakit Ibu Berdasarkan Kelainan Bawaan ... 43

BAB 6. PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Kematian Bayi BBLR ... 45

6.1.1. Sosiodemografi ... 45

6.1.2. Faktor Resiko Medis Kehamilan Ibu ... 51

6.1.3. Sosiodemografi Bayi ... 57

6.1.4. Kelainan Bawaan Bayi ... 60

6.1.5. Golongan BBLR ... 61

6.1.6. Asal Rujukan ... 62

6.1.7. Sumber Biaya Bayi ... 63

6.1.8. Lama Rawatan ... 64

6.2. Analisa Statistik ... 65

6.2.1. Golongan BBLR Berdasarkan Umur Ibu.. ... 65

6.2.2. Paritas Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 66

6.2.3. Jarak Kehamilan Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 67

6.2.4. Riwayat Persalinan Ibu Berdasarkan Golongan BBLR ... 68

6.2.5. Berat Badan Bayi Berdasarkan Golongan BBLR ... 69

6.2.6. Kelainan Bawaan Bayi Berdasarkan Golongan BBLR ... 70

6.2.7. Berat Badan Bayi Berdasarkan Kelainan Bawaan ... 71


(12)

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 73 7.2. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Ibu Bayi BBLR yang Meninggal

Berdasarkan Umur, Suku, Agama, Pendidikan dan Pekerjaan

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 32 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Ibu Bayi BBLR yang Meninggal

berdasarkan faktor risiko medis kehamilan di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 34 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan

Umur di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 35 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan

Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 35 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan

Berat Badan Lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 36

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Kelainan Bawaan di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan

Golongan BBLR di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 36

Tabel 5.8. Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Asal Rujukan

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 36 Tabel 5.9. Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Sumber Biaya

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 37 Tabel 5.10. Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Lama

Rawatan Rata-rata di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 37 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Golongan Bayi

BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 38 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Paritas Ibu Berdasarkan Golongan Bayi


(14)

Tahun 2005-2009 ... 39 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan Ibu Berdasarkan

Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 40 Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Riwayat Persalinan Berdasarkan

Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 40 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Berat Badan Lahir Bayi Berdasarkan

Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 41 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Kelainan Bawaan Bayi Berdasarkan

Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 42 Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Berat Badan Bayi Berdasarkan

Kelainan Bawaan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 43 Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Riwayat Penyakit Ibu Berdasarkan

Kelainan Bawaan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 43


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 45 Gambar 6.2. Diagram Bar Suku Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal

di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 46 Gambar 6.3. Diagram Pie Agama Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal

Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 47 Gambar 6.4. Diagram Pie Pendidikan Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal

di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 48 Gambar 6.5. Diagram Pie Pekerjaan Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal

di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 50 Gambar 6.6. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Paritas di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

tahun 2005-2009 ... 51 Gambar 6.7. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Jarak Kehamilan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 52 Gambar 6.8. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Riwayat Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 53 Gambar 6.9. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Umur Kehamilan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 54 Gambar 6.10. Diagram Bar Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Riwayat Penyakit Ibu di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

... Medan Tahun 2005-2009 ... 55 Gambar 6.11. Diagram Bar Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Umur Bayi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan


(16)

Gambar 6.12. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 57 Gambar 6.13. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Berat Badan Bayi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 58 Gambar 6.14. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Kelainan Bawaan Bayi di Rumah Sakit Umum

Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 59 Gambar 6.15. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Golongan BBLR Bayi di Rumah Sakit Umum

Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 60 Gambar 6.16. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Asal Rujukan Bayi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 61 Gambar 6.17. Diagram Pie Bayi BBLR Yang Meninggal Berdasarkan

Sumber Biaya Bayi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

Medan Tahun 2005-2009 ... 62 Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Golongan BBLR Berdasarkan Umur

Ibu Bayi BBLR Yang Meninggal di Rumah Sakit Umum

Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 64 Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Paritas Ibu Berdasarkan Golongan BBLR

Bayi BBLR Yang Meninggal di Rumah Sakit

Umum Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 65 Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Jarak Kehamilan Ibu Berdasarkan Golongan

BBLR Bayi BBLR Yang Meninggal di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 66 Gambar 6.21. Diagram Bar Distribusi Riwayat Persalinan Ibu Berdasarkan Golongan

BBLR Bayi BBLR Yang Meninggal di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi


(17)

Gambar 6.22. Diagram Bar Distribusi Berat Badan Bayi BBLR Berdasarkan Golongan BBLR Yang Meninggal di

Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 68 Gambar 6.23. Diagram Bar Distribusi Kelainan Bawaan Bayi BBLR Berdasarkan

Golongan BBLR Yang Meninggal

di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan

Tahun 2005-2009 ... 69 Gambar 6.24. Diagram Bar Distribusi Berat Badan Bayi BBLR Berdasarkan

Kelainan Bawaan Bayi Yang Meninggal di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2009... 70 Gambar 6.25. Diagram Bar Distribusi Riwayat Penyakit Ibu Bayi BBLR Berdasarkan Kelainan Bawaan Bayi Yang Meninggal di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan


(18)

ABSTRAK

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, untuk Kota Medan angka kematian bayi dikarenakan BBLR sebanyak 311 jiwa.

Untuk mengetahui karakteristik kematian bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sample berjumlah 106 orang.

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi ibu bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi dan faktor risiko medis yaitu umur 21-24 tahun 24,5%, suku Jawa 48,2%, agama Islam 79,3%, SLTA/Sederajat 32,1%, Ibu Rumah Tangga 76,4%, ibu dengan paritas nol atau kehamilan pertama (57,5%), jarak kehamilan nol atau kehamilan pertama (57,5%), riwayat persalinan dari yang tercatat ada riwayat persalinan yang buruk (18,9%), umur kehamilan 28-36 minggu (49%), tidak ada riwayat penyakit (82,1%).

Proporsi bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi yaitu umur 1-4 hari (85,9%), jenis kelamin perempuan (56,6%), berat badan lahir < 1500 gram (66%). Sedangkan bayi BBLR dengan kelainan bawaan (59,4%) dan golongan Prematuritas Murni (50,9%).

Tidak ada perbedaan bermakna antara paritas ibu berdasarkan golongan bayi BBLR (p= 0,457), jarak kahamilan ibu berdasarkan golongan BBLR (p= 0,449), riwayat persalinan ibu berdasarkan golongan BBLR (p= 0,676), berat badan lahir berdasarkan golongan BBLR (p= 0,786), kelainan bawaan berdasarkan golongan BBLR (p= 0,720), berat badan bayi berdasarkan kelainan bawaan (p= 0,503), riwayat penyakit ibu bardasarkan kelainan bawaan (p= 0,880).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status khususnya antenatal care dan riwayat penyakit ibu selama kehamilan, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya penatalaksaan medis pada bayi BBLR untuk menurunkan CFR.


(19)

ABSTRACT

Infants with Low Weight Birth (LWB) are infants which borned with a birth weight under 2500 grams. Datas of Central Bureau of Statistics of North Sumatra Province in 2009, in Medan the number of infant mortality due to LWB as 311 inhabitants.

To know the characteristics of LWB infant mortality in General Hospital Dr. Pirngadi Medan in 2005-2009, it is conducted a descriptive research by case series design. Population and sample totaled as 106 people. From the results, it was obtained that the proportion of mothers with LWB infants based on sociodemographic and medical risk factors aged 21-24 years (24.5%), Javanese (48.2%), Islam (79.3%), senior high / equal (32.1%), Housewife (76.4%), women with zero parity or first pregnancy (57.5%), non recorded pregnancies spacing or first pregnancy (57.5%), recorded history of labor with a poor labor history (18.9%), gestational age 28-36 weeks (49%), no history of disease (82.1%).

The proportion of LWB infants based on sociodemographic aged of 1-4 days (85.9%), female sex (56.6%), birth weight < 1500 g (66%). Whereas LBW infants with congenital abnormalities (59.4%) and group of Pure Prematurity (50.9%). There is no significant differences between maternal parity on LWB infant groups (p = 0.457), distance of mother’s gestation based on LWB group (p = 0.449), history of mother’s labor based LWB group (p = 0.676), birth weight based on LBW group (p = 0.786), congenital abnormalities based on LBW group (p = 0.720), birth weigth based on congenital abnormalities (p=0,503), history of mother’s disease

based on congenital abnormalities (p= 0,880).

The hospital is expected to complete the recording of special status card especially antenatal care and a history of maternal illness during pregnancy, as well as provide an understanding of the importance of medical management to LWB

infants to decrease the CFR.

Key words: low weight birth, Characteristics of LWB infant mortality, Characteristics of Mother


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cita – cita pembangunan nasional Indonesia mencakup semua komponen pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah

Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetuskan WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan MDGs, yang pencapaiannya dicanangkan paling lambat pada tahun 2015. Adapun delapan tujuan tersebut, yaitu :1

1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan. 2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua.

3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. 4. Menurunkan angka kematian anak.

5. Meningkatkan kesehatan ibu.

6. Menendalikan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. 7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup.

8. Meningkatkan kemitraan pembangunan di tingkat global.

Selaras dengan target pencapaian MDGs, Depkes telah membuat target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. 21


(21)

Frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8%, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43%. Rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4. 7

AKB di indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu tecermin dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.21

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insidensi BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%. Di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20 – 25% kelahiran BBLR, sedangkan di daerah pedesaan / rural 10,5%. Di daerah rural sebagian besar BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di tingkat kabupaten di Jawa Barat sebagian besar bayi yang lahir adalah Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR). 4

Di Propinsi Jawa Timur, BBLR masih menjadi penyebab kematian neonatal tertinggi pada tahun 2001 sebesar 36,23% dan 2002 sebesar 34,72%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo pada tahun 2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88% merupakan bayi BBLR dan pada tahun 2003, 62,87% dari 307 kasus kematian neonatal merupakan BBLR, dengan infeksi sebagai penyebab kematian BBLR tertinggi sebesar 25,68% di tahun 2002 dan 37,31% di tahun 2003 disusul asfiksia, prematuritas, gangguan napas dan kelainan kongenital. Risiko kematian BBLR 10x


(22)

lipat dibanding bayi normal. Resiko akan semakin bertambah jika bayi semakin kecil dan immatur. 4

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, mengestimasi AKB pada tahun 2007 sebesar 26,9 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk Medan, tahun 2009 diperoleh angka kematian bayi dikarenakan BBLR sebanyak 311 jiwa. 22

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi BBLR, asfiksia neonatorum, sindrom gawat nafas, hiperbillirubinemia, sepsis neonatorum, trauma lahir, dan kelahiran kongenital. WHO dalam pernyataan tentang Neonatorum Dunia tahun 2001 melaporkan bahwa Penyebab Langsung Kematian Neonatus adalah infeksi (32%), asfiksia (29%), komplikasi prematuritas (24%), kelainan bawaan (10%), dan lain – lain (5%).2

BBLR)/ Low Birth Weihgt (LBW) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Paling sedikit 17 juta BBLR lahir setiap tahunnya. Masalah BBLR merupakan masalah utama di Negara berkembang termasuk Indonesia. BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. 3

Bila berat badan saat lahir rendah, bayi umumnya kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bahkan mengganggu kelangsungan hidupnya serta akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 4


(23)

Dari hasil survey pendahuluan di RSU Dr Pirngadi Medan angka kematian bayi BBLR pada tahun 2005-2009 adalah 106 orang, dengan rincian tahun 2005 sebanyak 13 orang, 2006 sebanyak 19 orang, 2007 sebanyak 30 orang, 2008 sebanyak 21 orang, dan 2009 sebanyak 23 orang.

Bardasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karekteristik kematian bayi berat badan lahir rendah di RSU dr Pirngadi Medan tahun 2005 – 2009.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik kematian bayi BBLR di RSU dr. Pirngadi Medan pada tahun 2005-2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik kematian bayi BBLR di RSU dr. Pirngadi Medan pada Tahun 2005-2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan sosiodemografi ibu (umur, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan faktor risiko medis kehamilan ibu (paritas, jarak kehamilan, riwayat persalinan, umur kehamilan, dan riwayat penyakit).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan karakteristik bayi (umur, jenis kelamin, dan berat badan lahir,).


(24)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan kelainan bawaan.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan golongan BBLR.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi asal rujukan rawatan bayi BBLR yang meninggal.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber biaya bayi BBLR yang meninggal.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata bayi BBLR yang meninggal.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi usia ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi paritas ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jarak kehamilan berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi riwayat persalinan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur kehamilan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi berat badan lahir bayi berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.


(25)

o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kelainan bawaan bayi berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal.

p. Untuk mengetahui perbedaan proporsi berat badan bayi berdasarkan kelainan bawaan bayi BBLR yang meninggal.

q. Untuk mengetahui perbedaan proporsi riwayat penyakit ibu berdasarkan kelainan bawaan bayi BBLR yang meninggal.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Rumah Sakit sebagai bahan masukan dalam memberikan penanganan terhadap bayi BBLR.

1.4.2. Sabagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kematian Bayi BBLR

Menurut Departemen Kesehatan (1999) bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, sehingga pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ dan alat-alat tubuh belum sempurna, akibatnya sering terjadi komplikasi yang berakhir dengan kematian.

Berdasarkan alasan diatas, bayi berat badan lahir rendah digolongkan kedalam dua golongan : 8

1. Prematuritas murni

Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK).

2. Bayi small for gestational age (SGA)

Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri atas 3 jenis.

a. Simetris (intrauterus for gestational age)

Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.

b. Asimetris (intrauterus growth reterdational)


(27)

c. Dismaturitas

Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

BBLR dapat juga dibagi menjadi 3 stadium. 1. Stadium I

Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering, namun belum terdapat noda mekonium.

2. Stadium II

Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbikulus hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbikulus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus.

3. Stadium III

Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.

Pertumbuhan alat-alat dalam tubuh bayi prematur kurang sempurna, karena itu bayi sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dan sebagainya. Sedangkan bayi dismatur dapat lebih mudah hidup seteleh berada diluar rahim karena alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan bayi prematur dengan berat badan yang sama. Namun bayi akan lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.9


(28)

Bayi dengan BBLR termasuk dalam kelompok neonatus resiko tinggi. Istilah neonatus resiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapatkan pengawasan ketat oleh para dokter dan perawat yang telah berpengalaman karena neonatus ini memilki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kematian atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian neonatus, maka perlu sekali kita mengenali neonatus dengan resiko tinggi sedini mungkin. 10

BBLR merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian neonatal di Indonesia. Makin rendah masa gestasi dan berat lahir bayi makin tinggi angka kematian bayi. Kehidupan bayi biasanya berakhir di ruang perawatan intensif neonatus sebagai akibat berbagai morbiditas neonatus. 4

2.2. Epidemiologi Kematian Bayi BBLR

2.2.1 Distribusi Frekuensi Kematian Bayi BBLR

Bayi lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. 11

Frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8%, di Negara berkembang berkisar antara 10 – 43%. Rasio antara Negara maju dan Negara berkembang adalah 1 : 4. 7

Menurut WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global


(29)

diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang. 11

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya. 12

Angka kematian bayi di Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara–negara di bagian ASEAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi BBLR. Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi. 12

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kematian Bayi BBLR Terjadinya BBLR merupakan hasil interaksi antara usia pertumbuhan dengan usia kandungan serta kemampuan janin untuk mencapai berat optimal saat lahir dan ditentukan oleh adanya persediaan zat-zat gizi yang cukup dalam arti kuantitas serta kualitas untuk kelanjutan tumbuh kembang anak dalam kandungan serta kemampuan ibu memelihara kehamilan sehingga cukup bulan. 18

Secara garis besar kejadian BBLR maupun usia belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut :


(30)

a. Umur Ibu

Tinggi rendahnya resiko dalam proses kehamilan dan persalinan sangat bergantung pada faktor usia ibu. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah usia 20-35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan terjadi peningkatan resiko kehamilan dan persalinan. 7

Pada usia yang muda, rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan dapat terganggu. Keadaan mental ibu juga dinilai belum cukup dewasa sehingga belum mampu merawat diri dan kandungannya. Sementara itu, pada usia yang terlalu tua telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Di sisi lain, ada kecendrungan ditemukan penyakit lain dalam tubuh ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.13

Menurut Manik yang dikuti oleh Jumirah, dkk (2001) usia ibu < 20 tahun beresiko 14 kali lebih besar dan usia > 35 tahun beresiko 4 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR dibandingkan usia 20-35 tahun. 19

b. Suku (Ras)

Perbedaan kejadian BBLR pada suku bangsa lebih dikaitkan dengan kebiasaan dan pola makan yang telah dianut oleh masing-masing suku bangsa tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi gizi ibu yang kemudian berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin. 20

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan bayi. Dengan berbekal pendidikan yang cukup, seorang ibu dinilai lebih


(31)

banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, ibu dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi labih mudah menyerap informasi atau himbauan yang diberikan. Dengan demikian mereka dapat memilih serta menentukan alternatif terbaik dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan kehamilan sehingga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. 13

d. Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan/persalinan tersebut. Kejadian BBLR yang tinggi pada kelompok ibu dengan paritas rendah dihubungkan dengan faktor umur ibu yang masih terlalu muda, dimana organ-organ reproduksi ibu belum tumbuh secara sempurna dan kondisi psikis ibu yang belum siap. Sedangkan pada ibu dengan paritas tinggi, hal yang mungkin terjadi adalah gangguan-gangguan kesehatan seperti anemia, kurang gizi ataupun gangguan pada rahim. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga meningkatkan resiko terjadinya BBLR. 13

e. Jarak Kehamilan

Ibu hamil dengan jarak kelahiran dari anak terkecil < 2 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Dalam kondisi seperti ini, ibu masih membutuhkan waktu untuk memulihkan kesehatan fisik dan rahimnya. Jarak kehamilan yang dekat dapat mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu sehingga berpengaruh pula terhadap janin. 13

f. Usia Kehamilan

Pada kongres European Perinatal Medicine ke II disepakati ketentuan untuk keseragaman mengenai usia kehamilan yaitu: bayi kurang bulan (preterm) adalah


(32)

bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu, bayi cukup bulan (aterm) adalah bayi dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dan bayi lebih bulan (postterm) adalah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu. 10

g. Riwayat Kehamilan Terdahulu23

Riwayat kehamilan dan persalinan seorang ibu memberikan gambaran tentang keadaan bayi yang sedang dikandungnya. Angka lahir mati atau krjadian BBLR cenderung meningkat pada ibu-ibu yang mempunyai riwayat kehamilan yang buruk.

Saraswati, dkk (1998) menyebutkan bahwa ibu yang pernah mengalami keguguran akan berisiko 2,81 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR di bandingkan ibu yang tidak pernah mengalami keguguran. Sedangkan pada ibu yang pernah melahirkan bayi lahir mati beresiko 4,35 kali melahirkan bayi BBLR dibanding ibu yang tidak pernah melahirkan bayi lahir mati.

h. Komplikasi Kehamilan

Beberapa komplikasi kehamilan yang sering terjadi seperti hiperemesis gravidarum, preeklamsi dan eklamsi, kehamilan ektopik, kelainan plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini,anemia, malaria, kardiovaskular dsb dapat menggangu kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko bayi lahir dengan BBLR. 14

i. Pemeriksaan Antenatal (Antenatal Care)

Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk mendeteksi secara dini faktor resiko, maka semua ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan antenatal. Pemerikasaan kehamilan paling sedikit harus dilakukan sebanyak empat kali selama masa kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan


(33)

I, satu kali pada triwulan II, dan dua kali pada triwulan III. Tidak hanya sabagai upaya deteksi dini, pemeriksaan antenatal melalui konseling dan penyediaan pelayanan juga merupakan medium yang mempromosikan perilaku kesehatan dan gizi yang baik selama hamil. 13

j. Status Gizi

Bila makanan ibu selama hamil tidak tercukupi baik secara kuantitas maupun kualitas, maka akan berakibat pada kemunduran kesehatan janin.

k. Kehamilan Kembar

Adanya dua janin atau lebih dalam kandungan dapat meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan pada salah satu atau kedua janin bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal. 15

2.3. Penatalaksanaan Bayi BBLR 2.3.1. Bayi Prematur

Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.7

1. Pengaturan suhu lingkungan

Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur: - Bayi berat badan dibawah 2 kg 35°C


(34)

Suhu inkubator diturunkan 1°C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27°C.

2. Makanan bayi berat badan lahir rendah

Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.

2.3.2 Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)

Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain, akan tetapi karena bayi ini mempunyai problem yang berbeda dengan bayi lainnya makan harus diperhatikan hal-hal berikut ini15.

a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.

b. Memeriksa kadar gula darah. Bila terbukti adanya hipoglikemia harus segera diatasi.

c. Bayi KMK membutuhkan lebih banyak kalori dari bayi premature.

Bayi BBLR memiliki kamungkinan lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan daripada bayi berat normal. Banyak bayi-bayi ini membutuhkan perawatan khusus di unit perawatan intensif bayi baru lahir (NICU). Masalah medis yang paling umum dijumpai pada bayi BBLR:


(35)

a. Respiratory distress syndrome (RDS)

Masalah pernapasan ini biasa terjadi pada bayi yang lahir sebelum minggu ke-34 kehamilan. Bayi dengan RDS mengalami kekurangan protein yang disebut surfaktan yang berfungsi untuk menjaga kantung udara kecil di paru-paru. Pengobatan dengan surfaktan membantu bayi bernapas lebih mudah. Bayi dengan RDS perlu tambahan oksigen dan bantuan pernapasan mekanik untuk menjaga paru-paru mereka. Untuk bayi yang lebih parah memerlukan bantuan ventilasi mekanik untuk bernafas sementara paru-paru mereka dewasa.

b. Bleeding in the brain

Pendarahan di otak (disebut perdarahan intraventricular atau ivh) adalah pendarahan di otak yang terjadi pada beberapa bayi prematur sangat rendah, biasanya dalam tiga hari pertama kehidupan. Perdarahan otak biasanya didiagnosis dengan USG. Kebanyakan perdarahan otak ringan dan berujung dengan masalah yang tidak serius. Perdarahan berat dapat menyebabkan tekanan pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Dalam keadaan tersebut, ahli bedah dapat menyisipkan sebuah tabung ke dalam otak untuk mengalirkan cairan dan mengurangi risiko kerusakan otak. Dalam kasus ringan, obat kadang-kadang dapat mengurangi penumpukan cairan.

c. Patent ductus arteriosus (PDA)

Patent ductus arteriosus (PDA): PDA adalah masalah hati yang sering terjadi pada bayi prematur. Sebelum lahir, arteri besar yang disebut ductus arteriosus


(36)

memungkinkan darah tidak mengaliri paru-paru bayi. Ductus ini biasanya menutup setelah lahir sehingga darah dapat mengalir ke paru-paru dan mengambil oksigen. Ketika ductus tidak menutup dengan benar, dapat menyebabkan gagal jantung. PDA dapat didiagnosis dengan bentuk khusus dari USG (echocardiography) atau tes imaging lainnya. Bayi dengan PDA diperlakukan dengan obat yang membantu menutup ductus, walaupun operasi mungkin diperlukan jika obat tidak bekerja. d. Necrotizing enterocolitis (NEC)

Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah Masalah usus yang berpotensi berbahaya, biasanya terjadi dua sampai tiga minggu setelah lahir. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan makan, komplikasi perut bengkak dan lainnya. Bayi dengan NEC diobati dengan antibiotik dan diberi makan secara intravena (melalui pembuluh darah) sambil menyembuhkan usus. Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan untuk menghilangkan bagian-bagian yang rusak dari usus

e. Retinopati prematuritas (ROP)

Retinopati prematuritas (ROP) adalah pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah di mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Hal ini terjadi terutama pada bayi yang lahir sebelum 32 minggu kehamilan. Kebanyakan kasus sembuh dengan kehilangan penglihatan sedikit atau tidak ada. Pada kasus yang parah, dokter mata mungkin menangani dengan laser atau dengan cryotherapy (pembekuan) untuk mempertahankan penglihatan.


(37)

2.4. Prognosis Bayi BBLR

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan yang lainnya.7

Bayi BBLR umumnya akan menemui masalah dalam proses pertumbuhannya. Kalaupun ada yang mulus, dalam arti tumbuh menjadi anak pintar, mungkin sifatnya kasuistik saja. Penelitian juga membuktikan, anak BBLR akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit kronis seperti diabetes atau jantung koroner ketika ia tumbuh dewasa kelak. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki risiko untuk mengalami hambatan pertumbuhan pada tahun pertama kehidupannya. 10-30% bayi yang bertahan hidup berberat badan kurang dari satu kg saat lahir, menderita cacat mental. Bayi yang ringan untuk umur kehamilan tidak berjalan sebaik bayi yang tumbuh tepat bagi masa kehamilannya. 12, 17

Lebih daripada itu, akibat status gizi yang rendah, bayi ini juga akan mudah mengalami penyakit infeksi dibanding bayi seumurnya yang lahir dengan berat badan normal. Apabila bayi mengalami penyakit infaksi seperti diare, maka kemungkinan penurunan berat badan dapat dengan mudah terjadi. Dapat diduga kemudian, bayi ini akan mempunyai berat badan yang sangat rendah atau mengalami gangguan pertumbuhan yang berat.12


(38)

2.5. Pencegahan BBLR 2.5.1. Pencegahan primer

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum sebelum hal itu terjadi. Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan primer terhadap kejadian BBLR adalah dengan mencegah kehamilan bagi ibu yang memiliki usia dan paritas resiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR, memperhatikan jarak kehamilan, dan mencukupi asupan gizi ibu hamil baik secara kuantitas maupun kualitas, menghindari perilaku beresiko tinggi seperti merokokdan minum minuman yang mengandung alkohol karena dapat menghambat pertumbuhan janin.

2.5.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi. Setiap ibu hamil disarankan agar melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada trisemester II dan dua kali pada trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal, segala bentuk kelainan ataupun gangguan pada ibu dan janin dapat di deteksi sedini mungkin. Sehingga jika didapati keadaan yang sifatnya patologis segera dapat diambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

2.5.3. Pencegahan Tertier

Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal, bayi


(39)

yang dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal, mangalami hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik, retardasi mental dll). 2.6 Upaya Penurunan Angka Kematian BBLR

Upaya menurunkan angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia yang masih tinggi terus dilangsungkan melalui berbagai kegiatan termasuk pelatihan tenaga-tenaga profesional kesehatan yang berkaitan. Dalam hal ini Departemen Kesehatan RI dan Unit Kerja Kelompok Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan beberapa Dinas Kesehatan Propinsi telah menyelenggarakan pelatihan manajemen BBLR bagi bidan, dokter serta dokter spesialis anak menurut tahapannya. 4

Di Jawa Timur sendiri telah secara intensif melakukan kegiatan pelatihan terhadap para profesional kesehatan. Para tenaga yang terlatih Manajemen BBLR di Propinsi Jawa Timur dalam kurun waktu hampir dua tahun (2006-2007) telah mencakup : Dokter Spesialis Anak : 38 orang (18,36%); Dokter Puskesmas : 76 orang (5,32%) dan Bidan : 76 orang (0,72%). Melihat prosentase yang masih jauh dari jumlah keseluruhan tenaga profesional di Jawa Timur tentunya pelatihan-pelatihan manajemen BBLR di masa mendatang masih akan terus dibutuhkan.4

Berbagai upaya dibidang pendidikan dan kemajuan teknologi telah diterapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup BBLR dari berbagai tingkat perawatan. Meskipun kelangsungan hidup dapat dipertahankan, gangguan jangka pendek maupun jangka panjang masih sering ditemukan akibat komplikasi perawatan intensif ataupun karena morbiditas diderita. Pemantauan aktif dan terus menerus pada


(40)

BKB/BBLR yang dirawat atau pasca rawat di Unit perawatan intensif perlu dilakukan secara ketat. Hal ini sangat bermanfaat agar diagnosa dan tatalaksana dini dapat ditegakkan sehingga tumbuh kembang bayi selanjutnya dapat berjalan optimal.4


(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Kematian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 1. Sosiodemografi Ibu

- Umur - Suku - Agama - Pendidikan - Pekerjaan

2. Faktor Risiko Medis Kehamilan Ibu - Paritas

- Jarak kehamilan - Riwayat persalinan - Umur kehamilan - Riwayat penyakit 3. Sosiodemografi Bayi

- Umur

- Jenis Kelamin - Berat badan 4. Kelainan bawaan 5. Golongan BBLR 6. Asal Rujukan 7. Sumber Biaya

8. Lama Rawatan Rata-rata

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1 Kematian Bayi BBLR adalah kematian bayi dengan berat badan rendah yang lahir di RSU Dr. Pirngadi.


(42)

3.2.2 Sosiodemografi Ibu dibedakan atas:

a. Umur adalah usia Ibu saat melahirkan seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yang dikategorikan dengan menggunakan rumus

Sturges.

b. Suku adalah suku/etnis ibu seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Batak 2. Jawa 3. Minang 4. Melayu 5. Aceh 7. Tionghoa

c. Agama adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut oleh ibu seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. Islam 2. Kristen 3. Budha 4. Hindu

d. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik yaitu:

1. SD/Sederajat 2. SLTP/Sederajat 3. SLTA/Sederajat 4. Akademi/PT

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau pun tidak seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu:


(43)

1. PNS/TNI/POLRI 2. Wiraswasta 3. Pegawai Swasta 4. IRT

3.2.3 Faktor Risiko Medis Kehamilan Ibu dibedakan atas:

a. Paritas adalah jumlah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum persalinan saat ini seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. Paritas 0 2. Paritas 1 3. Paritas 2 - 4 4. Paritas > 4

b. Jarak kehamilan adalah jarak antar satu persalinan dengan persalinan sebelumnya seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. 0 (kehamilan pertama) 2. < 2 tahun

3. 2 - 4 tahun 4. > 4 tahun

Untuk analisa statistik dikategorikan menjadi: 1. < 2 tahun

2. > 2 tahun

c. Riwayat persalinan adalah pengalaman ibu selama persalinan yang lalu, seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu : 1. Ada riwayat persalinan yang buruk(abortus > 2 kali, persalinan

prematur, persalinan lahir mati)


(44)

d. Umur kehamilan adalah lama kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi normal sampai dengan terjadinya proses kelahiran janin seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. 28-36 minggu 2. 37-40 minggu 3. > 40 minggu

e. Riwayat penyakit ibu adalah penyakit yang pernah diderita ibu selama proses kehamilan dan persalinan seperti yang tercatat di kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. Ada riwayat penyakit (jantung, hipertensi, diabetes melitus, asma) 2. Tidak ada riwayat penyakit

3.2.4 Umur bayi adalah umur bayi BBLR pada waktu meninggal seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik yang dikategorikan berdasarkan usia kritis bayi BBLR, yaitu :

1. < 7 hari 2. 8-28 hari

3.2.5 Jenis kelamin adalah jenis kelamin bayi BBLR sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu:

3. Laki-laki 4. Perempuan

3.2.6 Berat badan bayi adalah ukuran timbangan badan bayi saat dilahirkan seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. < 1.500 gram

2. 1.500 gram - <2.500 gram

3.2.7 Kelainan bawaan bayi adalah kelainan bayi yang tercatat seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :


(45)

1. Ada kelainan bawaan ( hidrosefalus, anensefalus, kehamilan ganda) 2. Tidak ada kelainan bawaan

3.2.8 Golongan BBLR adalah golongan BBLR bayi yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu :

1. Prematuritas murni

2. Bayi small for gestation age (SGA)

3.2.9 Asal rujukan adalah asal kedatangan ibu dengan bayi BBLR yang meninggal seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik, yaitu : 1. Rujukan RS lain

2. Rujukan Bidan/Klinik/Dokter 3. Bukan rujukan

3.2.10 Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh bayi BBLR yang meninggal selama dirawat di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dikategorikan berdasarkan atas :

1. Jaminan pelayanan kesehatan Masyarakat (JPKM) 2. Asuransi Kesehatan (ASKES)

3. Biaya sendiri

3.2.11 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya bayi BBLR menjalani perawatan di rumah sakit terhitung dari tanggal mulai lahir sampai keluar seperti yang tercatat dalam kartu status yang ada di rekam medik.


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain case series. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Dr. Pirngadi jalan Prof. H.M. Yamin SH No. 47 Medan dengan pertimbangan bahwa RSU Dr. Pirngadi Medan memilki peralatan dan pelayanan kebidanan serta bayi baru lahir, selain itu penelitian tentang karakteristik kematian bayi berat badan lahir rendah tahun 2005-2009 belum pernah dilakukan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober tahun 2010 sampai dengan Juli tahun 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data kematian bayi BBLR yang lahir di RSU Dr. Pirngadi yang tercatat dalam laporan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 sebanyak 106 kasus.


(47)

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data kematian bayi BBLR yang tercatat dalam laporan rekam medik RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009. Besar sampel adalah seluruh populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status atau rekam medik di RSU Dr. Pirngadi Medan dan dilakukan pencatatan dengan variabel yang dibutuhkan.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer program SPSS. Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji chi-square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi, grafik pie, dan grafik batang.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Profil RSU Dr. Pirngadi Medan

5.1.1. Sejarah Berdirinya RSU Dr. Pirngadi Medan

RSU Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Rumah sakit ini diresmikan pada tahun 1930, sebagai pimpinan pertamanya adalah Dr. W. Bays, pada tahun 1939 rumah sakit ini diserahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Pada tahun 1942, rumah sakit ini berganti nama menjadi Syuritsu Bisono Ince

dan pimpinananya Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Pada tahun 1947 nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pemimpinnya dijabat oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinan rumah sakit diserahterimakan kepada Dr. H. A. Darwis Dt. Batu Besar. Tahun 1958 nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Medan, pimpinannya dijabat oleh Paruhum Daulay. Tahun 1969 pimpinan rumah sakit dipimpin oleh Dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinannya Nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan (Provincial Top Referal Hospital).

Pada tahun 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putera bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan rumah sakit ini dan Dr. H. Sjahrial Anas, MHA diangkat sebagai direktur.


(49)

5.1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanankan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis.

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan. e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. g. Mengelola administrasi dan keuangan.

h. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya. i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Daerah.

5.1.3. Visi, Misi, Motto, dan Norma a. Visi

Terwujudnya Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan yang Mandiri, Tanggap dan Profesional.


(50)

b. Misi

1. Meningkatkan upaya pelayanan medis, non medis, dan perawatan secara professional.

2. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK.

3. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se-sumatera utara.

4. Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen rumah sakit yang berkualitas, transparan, dan akuntabel.

c. Motto

Kepentingan penderita adalah yang utama (Aekroti Salus Lex Suprema). d. Norma

Beriman dan bertakwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan.


(51)

5.2. Karakteristik Kematian Bayi BBLR 5.2.1. Sosiodemografi Ibu

Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan umur, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Ibu Bayi BBLR yang Meninggal Berdasarkan Umur, Suku, Agama, Pendidikan dan Pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No. Karakteristik Ibu Bayi f %

1. Umur Ibu (tahun) 17 – 20

21 – 24 25 – 28 29 – 32 33 – 36 37- 40 41 – 44

18 26 23 24 8 6 1 17,0 24,5 21,7 22,6 7,6 5,7 9,0

Total 106 100,0

2. Suku Batak Jawa Minang Melayu Aceh Tionghoa 38 51 8 6 2 1 35,8 48,2 7,5 5,7 1,9 0,9

Total 106 100,0

4. Agama

Islam Kristen Budha Hindu 84 19 2 1 79,3 17,9 1,9 0,9

Total 106 100,0

5. Pendidikan SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademi/PT 17 34 42 13 16,0 32,1 39,6 12,3


(52)

No. Karakteristik Ibu Bayi f % 6. Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Pegawai Swasta IRT

2 20

3 81

1,9 18,9

2,8 76,4

Total 106 100,0

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada kelompok umur 21-24 tahun dengan proporsi 21-24,5 %. Proporsi terendah pada kelompok umur 41-44 tahun 0,9 %.

Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan suku tertinggi adalah suku Jawa 48,0% dan terendah adalah suku Tionghoa 0,9%. Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan agama tertinggi adalah agama Islam79,3% dan terendah adalah agama Hindu 0,9%.

Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan pendidikan tertinggi adalah SLTA/Sederajat 39,6% dan terendah adalah Akademi/PT 12,3%. Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah ibu rumah tangga 76,4% dan terendah adalah PNS/TNI/POLRI 1,9%.

5.2.2. Faktor Risiko Medis Kehamilan Ibu

Proporsi Ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan faktor risiko medis kehamilan yang meliputi : paritas, jarak kehamilan, riwayat persalianan, umur kehamilan, dan riwayat penyakit di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(53)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Ibu Bayi BBLR yang Meninggal berdasarkan faktor risiko medis kehamilan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No. Faktor Risiko Medis f %

1 Paritas

Paritas 0 (anak pertama) Paritas 1

Paritas 2-4 Paritas > 4

61 21 20 4 57,5 19,8 18,9 3,8

Total 106 100,0

2 Jarak Kehamilan 0 (kehamilan pertama) < 2 tahun

2-4 tahun > 4 tahun

61 23 15 7 57,5 21,7 14,2 6,6

Total 106 100,0

3 Riwayat Persalinan

Ada riwayat persalinan yang buruk Tidak ada riwayat persalinan yang

buruk Tidak tercatat 20 17 69 18,9 16,0 65,1

Total 106 100,0

4 Umur Kehamilan < 28 minggu 28-36 minggu 37-40 minggu > 40 minggu

34 52 16 4 32,1 49.0 15,1 3,8

Total 106 100,0

5 Riwayat Penyakit Ibu Ada Tidak ada 19 87 17,9 82,1

Total 106 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi pada paritas 0 (anak pertama) dengan proporsi 57,5% dan proporsi terendah pada paritas > 4 3,8%. Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal bardasarkan jarak kehamilan tertinggi pada kelompok 0 (kehamilan pertama) 57,5% dan terendah > 4 tahun 6,6%.

Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan riwayat persalinan ibu yang tercatat 34,9%. Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal dengan riwayat


(54)

persalinan yang buruk 18,9%. Proporsi Ibu bayi BBLR yang meninggal tanpa riwayat persalinan yang buruk 16,0%.

Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan umur kehamilan tertinggi pada kelompok 28-36 minggu 49,0 % dan terendah pada > 40 minggu 3,8%. Proporsi ibu bayi BBLR yang meninggal berdasarkan riwayat penyakit ibu yang ada riwayat penyakit selama kehamilan 17,9 %.

5.2.3. Sosiodemografi Bayi

Proporsi bayi BBLR yang meninggal berdasarkan jenis kelamin, umur, berat badan lahir, kelainan bawaan, dan golongan BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Umur di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Umur (hari) f %

1. 2.

< 7 8 - 28

102 4

96,2 3,8

Total 106 100,0

Dari tabel 5.3. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan umur tertinggi pada kelompok umur < 7 hari 96,2%.

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Jenis Kelamin f %

1. 2.

Laki - laki Perempuan

46 60

43,4 56,6

Total 106 100

Dari tabel 5.4. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah perempuan 56,6%


(55)

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Berat Badan Lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Berat Badan Lahir (Gram) f %

1. 2.

< 1500

> 1500 - < 2500

70 36

66,0 34,0

Total 106 100,0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan berat badan lahir tertinggi <1500 gram 66,0%.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Kelainan Bawaan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Kelainan Bawaan f %

1. 2. Ada Tidak Ada 63 43 59,4 40,6

Total 106 100,0

Dari tabel 5.6. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan kelainan bawaan tertinggi adalah ada 59,4%.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Golongan BBLR di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No Golongan BBLR f %

1. 2. Prematuritas Murni SGA 54 52 50,9 49,1

Total 106 100,0

Dari tabel 5.7. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan golongan BBLR tertinggi adalah Prematuritas Murni 50,9%.

Tabel 5.8. Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Asal Rujukan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No. Asal Rujukan f %

1 2. 3.

Rujukan Rumah Sakit lain Rujukan Bidan/Klinik/Dokter Bukan Rujukan 10 26 70 9,5 24,5 66,0


(56)

Dari tabel 5.8. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan asal rujukan tertinggi adalah bukan rujukan 66,0% dan terendah adalah rujukan rumah sakit lain 9,5%.

Tabel 5.9. Proporsi Kematian Bayi BBLR Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009

No. Sumber Biaya f %

1 2. 3. JPKM ASKES Biaya Sendiri 49 2 55 46,2 1,9 51,9

Total 106 100,0

Dari tabel 5.9. dapat dilihat proporsi kematian bayi BBLR berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah biaya sendiri 51,9% dan terendah adalah ASKES 1,9%. Tabel 5.10. Lama Rawatan Rata-rata Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 Lama Rawatan Rata-rata

Mean

Standar Deviasi

95% Confidence Interval Minimum Maksimum 2,26 2,932 1,70-2,83 1 21 Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata – rata bayi BBLR yang meninggaladalah 2,26 hari atau 2 hari. SD (Standar Deviasi) 2,932 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawatan maksimum 21 hari.

Bayi BBLR yang meninggal paling lama dirawat yaitu selama 21 hari berjumlah 1 orang adalah penderita berusia 21 hari dengan jenis kelamin perempuan, golongan SGA, dan sumber biaya adalah bukan biaya sendiri (Jamkesmas).


(57)

5.3. Analisa Statistik

5.3.1. Golongan Bayi BBLR Berdasarkan Umur Ibu

Proporsi golongan bayi BBLR berdasarkan umur ibu di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Ibu Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009. No Golongan

BBLR

Umur Ibu (tahun)

Total < 20 20 – 35 >35

f % f % f % f %

1 Prematuritas

Murni 4 7,4 46 85,2 4 7,4 54 100,0

2 SGA 4 7,7 43 82,7 5 9,6 52 100,0

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa dari 54 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi umur ibu tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 85,2%. Dari 52 orang bayi BBLR golongan SGA, proporsi umur ibu tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 82,7%.

Analisa statistik dengan uji chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 4 sel (66,7%) expected count yang besarnya kurang dari 5.


(58)

5.3.2. Paritas Ibu Berdasarkan Golongan BBLR

Proporsi paritas ibu berdasarkan golongan BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Paritas Ibu Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009. No Golongan

BBLR Paritas Ibu Total Paritas 0 Paritas 1 Paritas 2-4 Paritas >4

f % f % f % f % f %

1 Prematuritas

Murni 33 61,1 12 22,2 7 13,0 2 3,7 54 100,0 2 SGA 28 53,8 9 17,3 13 25,0 2 3,9 52 100,0

X2 = 2,602 df = 3 p=0,457

Dari tabel 5.12. dapat dilihat bahwa dari 54 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi paritas ibu tertinggi pada paritas 0 (anak pertama) yaitu 61,1%. Dari 52 orang bayi BBLR golongan SGA, proporsi paritas ibu tertinggi pada paritas 0 (anak pertama) yaitu 53,8%.

Analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p >0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara paritas ibu berdasarkan golongan bayi BBLR.

5.3.3 Jarak Kehamilan Ibu Bedasarkan Golongan BBLR

Proporsi jarak kehamilan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut.


(59)

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jarak Kehamilan Ibu Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No Golongan BBLR

Jarak Kehamilan

Total < 2 tahun > 2 tahun

f % f % f %

1 Prematuritas

Murni 12 57,1 9 42,9 21 100

2 SGA 11 45,8 13 54,2 24 100

X2 = 0,573 df = 1 p=0,449

Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa dari 21 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi jarak kehamilan tertinggi pada < 2 tahun 57,1%. Dari 24 bayi BBLR golongan SGA, proporsi jarak kehamilan tertinggi pada > 2 tahun 54,2%.

Analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p >0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jarak kahamilan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR.

5.3.4. Riwayat Persalinan Berdasarkan Golongan Bayi BBLR

Proporsi riwayat persalinan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Riwayat Persalinan Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No Golongan BBLR

Riwayat Persalinan

Total Ada riwayat Tidak ada

riwayat

f % f % F %

1 Prematuritas

Murni 8 57,1 6 42,9 14 100,0

2 SGA 11 50,0 11 50,0 22 100,0


(60)

Dari tabel 5.14. dapat dilihat bahwa dari 14 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi riwayat persalinan tertinggi pada ada riwayat persalinan yang buruk 57,1%. Dari 22 orang bayi BBLR golongan SGA, proporsi riwayat persalinan pada ada riwayat dan tidak ada riwayat sama 50,0%.

Analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p >0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara riwayat persalinan ibu berdasarkan golongan bayi BBLR.

5.3.5. Berat Badan Bayi Berdasarkan Golongan Bayi BBLR

Proporsi berat badan bayi berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Berat Badan Lahir Bayi Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No Golongan

BBLR

Berat badan bayi

Total < 1.500

gram 1.500 - <2.500 gram

f % f % F %

1 Prematuritas

Murni 35 64,8 19 35,2 54 100,0

2 SGA 35 67,3 17 32,7 52 100,0

X2 = 0,073 df = 1 p=0,786

Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa dari 54 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi berat badan bayi tertinggi adalah < 1.500 gram 64,8%. Dari 52 orang bayi BBLR golongan SGA, berat badan bayi tertinggi adalah < 1.500 gram 67,3%.


(61)

Analisa statistik dengan uji chi-aquare diperoleh p >0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara berat badan bayi berdasarkan golongan bayi BBLR.

5.3.6. Kelainan Bawaan Bayi Berdasarkan Golongan Bayi BBLR

Proporsi kelainan bawaan bayi berdasarkan golongan bayi BBLR yang meninggal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Kelainan Bawaan Bayi Berdasarkan Golongan Bayi BBLR yang Meninggal di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.

No Golongan BBLR

Kelainan Bawaan

Total

Ada Tidak ada

f % f % f %

1 Prematuritas Murni 33 61,1 21 38,9 54 100,0

2 SGA 30 57,7 22 42,3 52 100,0

X2 = 0,128 df = 1 p=0,720

Dari tabel 5.16. dapat dilihat bahwa dari 54 orang bayi BBLR golongan prematuritas murni, proporsi kelainan bawaan tertinggi adalah ada 61,1%. Dari 52 orang bayi BBLR golongan SGA, proporsi kelainan bawaan tertinggi adalah ada 57,7%.

Analisa statistik dengan uji chi-aquare diperoleh p >0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara kelainan bawaan bayi berdasarkan golongan bayi BBLR.

5.3.7. Berat Badan Bayi Berdasarkan Kelainan Bawaan

Proporsi berat badan bayi berdasarkan kelainan bawaan bayi BBLR yang meninggal di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(1)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .073a 1 .786

Continuity Correctionb .004 1 .948

Likelihood Ratio .073 1 .786

Fisher's Exact Test .839 .474

Linear-by-Linear Association .073 1 .787

N of Valid Cases 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.66. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelainan bawaan bayi * golongan bblr


(2)

kelainan bawaan bayi * golongan bblr Crosstabulation golongan bblr

Total Prematuritas

Murni SGA

kelainan bawaan bayi Ada Count 33 30 63

Expected Count 32.1 30.9 63.0

% within kelainan bawaan bayi

52.4% 47.6% 100.0%

% within golongan bblr 61.1% 57.7% 59.4%

% of Total 31.1% 28.3% 59.4%

Tidak ada Count 21 22 43

Expected Count 21.9 21.1 43.0

% within kelainan bawaan bayi

48.8% 51.2% 100.0%

% within golongan bblr 38.9% 42.3% 40.6%

% of Total 19.8% 20.8% 40.6%

Total Count 54 52 106

Expected Count 54.0 52.0 106.0

% within kelainan bawaan bayi

50.9% 49.1% 100.0%

% within golongan bblr 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.9% 49.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)


(3)

Continuity Correctionb .026 1 .872

Likelihood Ratio .128 1 .720

Fisher's Exact Test .843 .436

Linear-by-Linear Association .127 1 .721

N of Valid Cases 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.09.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelainan bawaan bayi * berat badan bayi

106 100.0% 0 .0% 106 100.0%

kelainan bawaan bayi * berat badan bayi Crosstabulation berat badan bayi

Total < 1.500 gram

1.500 - 2.500 gram

kelainan bawaan bayi Ada Count 40 23 63

Expected Count 41.6 21.4 63.0

% within kelainan bawaan bayi

63.5% 36.5% 100.0%

% within berat badan bayi

57.1% 63.9% 59.4%


(4)

Tidak ada Count 30 13 43

Expected Count 28.4 14.6 43.0

% within kelainan bawaan bayi

69.8% 30.2% 100.0%

% within berat badan bayi

42.9% 36.1% 40.6%

% of Total 28.3% 12.3% 40.6%

Total Count 70 36 106

Expected Count 70.0 36.0 106.0

% within kelainan bawaan bayi

66.0% 34.0% 100.0%

% within berat badan bayi

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 66.0% 34.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .449a 1 .503

Continuity Correctionb .213 1 .645

Likelihood Ratio .452 1 .501

Fisher's Exact Test .538 .324

Linear-by-Linear Association .445 1 .505

N of Valid Cases 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.60. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kelainan bawaan bayi * riwayat penyakit ibu

106 100.0% 0 .0% 106 100.0%

kelainan bawaan bayi * riwayat penyakit ibu Crosstabulation riwayat penyakit ibu

Total Ada Tidak ada

kelainan bawaan bayi Ada Count 11 52 63

Expected Count 11.3 51.7 63.0

% within kelainan bawaan bayi

17.5% 82.5% 100.0%

% within riwayat penyakit ibu 57.9% 59.8% 59.4%

% of Total 10.4% 49.1% 59.4%

Tidak ada Count 8 35 43

Expected Count 7.7 35.3 43.0

% within kelainan bawaan bayi

18.6% 81.4% 100.0%

% within riwayat penyakit ibu 42.1% 40.2% 40.6%

% of Total 7.5% 33.0% 40.6%

Total Count 19 87 106

Expected Count 19.0 87.0 106.0

% within kelainan bawaan bayi

17.9% 82.1% 100.0%

% within riwayat penyakit ibu 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 17.9% 82.1% 100.0%


(6)

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .023a 1 .880

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .023 1 .880

Fisher's Exact Test 1.000 .538

Linear-by-Linear Association .023 1 .881

N of Valid Cases 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.71.