FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK OLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2015

(1)

TANJUNG KARANG TAHUN 2015 (Skripsi)

Oleh

VEBY RAHMADARA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK OLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG

KARANG TAHUN 2015

Oleh

VEBY RAHMADARA

Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya tingkat kepatuhan membayar pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak. Metode yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dansurvey. Populasi dalam penelitian ini yaitu wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang dan sampel 100 yang ditentukan dengan rumus Slovin. Metode penetapan sampel yaitu nonprobability sampling dengan menggunakan teknik incidental sampling. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier multipel.

Hasil penelitian: (1) ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak, (2) ada pengaruh persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak, (3) ada pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak, (4) ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak

Kata kunci: kepatuhan membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman, wajib pajak, pelayanan fiskus


(3)

TANJUNG KARANG TAHUN 2015

Oleh

VEBY RAHMADARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

JURUS$I PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM ST{JDI PENDIDIKAN EKONOMI

-f,,

Soemantri Brojonegoro No. I Bandarlampung 35145 Telepon (0721)704624 f^ximille (M2fiA4624

Saya yang bertanda tangan di bawah

l.

Nama

2.

NPM

3. Jurusan/Pro$am Studi

4.

Fakultas

5. Alamat

STIRAT PER}TYATAAN

Veby Rahmadara r213031090

Pendidikan lPS/Pendidikan Ekonomi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jl. Imam Bonjol Gg.Marwan42/53 Sukajaw4 Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung. 35157

mr:

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan sayajuga tidak terdapatkarya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 16 Februari 2016

Veby Rahmadara I 2l 303 I 090


(5)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Februari 1994, dengan nama Veby Rahmadara, sebagai anak kelima dari lima bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sukemi dan Ibu Yuherda.

Pendidikan yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Handayani diselesaikan pada tahun 2000

2. SD Negeri 1 Sukajawa diselesaikan pada tahun 2006

3. SMP Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009 4. SMA Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2012

Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. Pada bulan Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Bali, Jember, Solo, Yogyakarta dan Jakarta. Pada bulan Juli hingga September 2015 penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Kelurahan Sekincau dan SMP Negeri 1 Sekincau Kabupaten Lampung Barat.


(6)

Segala Puji Bagi Allah SWT Dzat Yang Maha Sempurna

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:

Ayah dan Ibu

Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang tak ternilai serta doa yang tak henti untuk menantikan keberhasilanku. Meskipun ayah tidak sempat melihatku memakai toga seperti harapanmu. Semoga Allah menempatkan Ayah

di salah satu Jannah-Nya. Aamiin

Kakak-Kakakku (Uni Lia dan Mas Pur, Uni Ima dan Bang Kiki, Uni Tia dan Bang Hendri, Uni Emil dan Mas Rosyid)

Terimakasih atas semua semangat yang diberi, doa dan dukungan yang tak henti untukku

Keponakan-Keponakanku Tersayang (Intan, Tasya, Ghaisani, Naufal, Mazaya, Humaira, Sakha dan Faiz)

Terimakasih atas keceriaan yang selalu diberikan untukku

Para Pendidikku yang Ku Hormati

Terimakasih atas segala ilmu dan bimbingan selama ini semoga kelak aku mampu melihat dunia dengan ilmu yang telah diajarkan.

Almamater Tercinta


(7)

Bertawakallah pada Allah maka Allah akan

Mengajarimu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu

(QS. Al-Baqarah : 282)

Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.

(Nabi Muhammad SAW)

Tidak ada rahasia untuk sukses. Itu adalah hasil persiapan, kerja keras dan belajar dari kegagalan

(Colin Powell)

Bersungguh-sungguhlah mengerjakan suatu hal dan jangan menyepelekan sesuatu


(8)

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Tanjung Karang Tahun 2015”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan doa, bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada.

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan


(9)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, dan sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan nasehat yang telah diberikan;

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Pembahas Skripsi terima kasih atas arahan, bimbingan, nasehat dan ilmu yang telah bapak berikan;

8. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Pembimbing II dan Pembimbing Akademik, terima kasih atas kesabaran, arahan, masukan, serta ketelitian dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik; 9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis;

10. Bapak Herman Saidi Adam, selaku Kepala Bidang P2Humas Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang;


(10)

Pajak Pratama Tanjung Karang;

12. Bapak Edi Syahputra, selaku Kepala Seksi Pelayanan yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang;

13. Kak Dedy yang telah membantu segala keperluan penelitian, terima kasih atas waktu, tenaga dan saran yang telah diberikan;

14. Kak Wardani dan Om Herdi, untuk bantuan, informasi, semangat dan candaan;

15. Ayah dan Ibu yang dengan segala kemampuannya, mau dan mampu mencukupi segala yang dibutuhkan sehinggga saya bisa sampai sejauh ini. Semoga kelak akan bermanfaat, mampu untuk membuat kalian tersenyum bahagia dan bangga. Terima kasih untuk doa, cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan;

16. Kakak-kakakku tersayang Uni Lia dan Mas Pur, Uni Ima dan Bang Kiki, Uni Tia dan Bang Hendri, Uni Emil dan Mas Rosyid, yang selama ini selalu memberi dukungan tiada hentinya sampai terselesainya studi ini, terimakasih banyak;

17. Keponakan-keponakanku tersayang Intan, Tasya, Ghaisani, Naufal, Mazaya, Humaira, Sakha dan Faiz, terimakasih atas keceriaan selama ini, semoga kelak kalian menjadi kebanggaan keluarga;

18. Ica, Emi, Uti, Vanny, Melati, Chika, Fitri, untuk kebersamaan dan cinta kalian, persahabatan ini akan terus berlanjut selamanya;


(11)

20. Teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012, baik dari kelas Kekhususan Akuntansi dan Kekhususan Ekonomi, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini;

21. Keluarga besar KKN-KT Kelurahan Sekincau Tahun 2015, Ayu, Rini, Maryamah, Meita, Ulfa, Monic, Wanda, Ricco dan Deni. Bapak dan Ibu Lurah Sekincau. Guru-guru SMP Negeri 1 Sekincau serta seluruh warga Kelurahan Sekincau. Terima kasih untuk tiga bulan pengalaman yang luar biasa mengesankan;

22. Kakak dan adik tingkat di Pendidikan Ekonomi angkatan 20082015 terima kasih untuk bantuan dan kebersamaannya selama ini;

23. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Bandar Lampung, 16 Februari 2016 Penulis,


(12)

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian... 9

1.6 Kegunaan Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Theory of Planned Behavior... 12

2.1.2 Dasar-Dasar Perpajakan ... 13

2.1.3 Kepatuhan Membayar Pajak... 21

2.2 Penelitian yang Relevan ... 32

2.3 Kerangka Pikir... 33

2.4 Hipotesis... 36

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 38

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi ... 39

3.2.2 Sampel ... 39

3.2.3 Teknik Sampel... 40

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Bebas... 41

3.3.2 Variabel Terikat... 41

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 3.4.1 Definisi Konseptual Variabel ... 42


(13)

3.5.3 Dokumentasi... 46

3.5.4 Angket ... 47

3.6 Uji Persyaratan Instrumen Data 3.6.1 Uji Validiitas ... 48

3.6.2 Uji Reliabilitas... 50

3.7 Uji Persyaratan Analisis Data 3.7.1 Uji Normalitas ... 52

3.7.2 Uji Homogenitas... 54

3.8 Uji Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Keberartian dan Kelinearan Regresi... 55

3.8.2 Uji Multikolinearitas ... 57

3.8.3 Uji Autokorelasi ... 58

3.8.4 Uji Heteroskedastisitas ... 59

3.9 Pengujian Hipotesis 3.9.1 Regresi Linear Sederhana... 61

3.9.2 Regresi Linear Multipel... 62

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirimya KPP Pratama Tanjung Karang .... 64

4.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak... 66

4.1.3 Nilai-Nilai Kementerian Keuangan ... 66

4.1.4 Struktur Organisasi KPP Pratama Tanjung Karang ... 67

4.1.5 SDM di KPP Pratama Tanjung Karang... 72

4.1.6 Wilayah Kerja KPP Pratama Tanjung Karang ... 73

4.2 Gambaran Umum Responden ... 74

4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Data X1... 77

4.3.2 Data X2... 79

4.3.3 Data X3... 81

4.3.4 Data Y... 83

4.4 Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data) 4.4.1 Uji Normalitas ... 85

4.4.2 Uji Homogenitas... 87

4.5 Uji Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Kelinearan Regresi ... 89

4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 91

4.5.3 Uji Autokorelasi ... 93

4.5.4 Uji Heteroskedastisitas ... 94

4.6 Pengujian Hipotesi 4.6.1 Pengaruh X1Terhadap Y... 96

4.6.2 Pengaruh X2Terhadap Y... 99

4.6.3 Pengaruh X3Terhadap Y... 102


(14)

4.7.3 Pengaruh X3Terhadap Y... 115

4.7.4 Pengaruh X1,X2dan X3Terhadap Y ... 119

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 123 5.2 Saran ... 124 DAFTAR PUSTAKA


(15)

Tabel Halaman 1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar

di KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2012-2014 ... 3

2. Hasil Wawancara dari 10 Orang Wajib Pajak di KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2015... 6

3. Tarif Pajak... 26

4. Penelitian yang Relevan... 32

5. Definisi Operasional Variabel... 45

6. Daftar Analisis Varians ... 56

7. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 72

8. Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan... 72

9. Distribusi Pegawai Berdasarkanb Jabatan ... 73

10. Karakteristik Responden ... 74

11. Distribusi Frekuensi X1... 78

12. Kategori Variabel X1... 78

13. Distribusi Frekuensi X2 ... 80

14. Kategori Variabel X2... 80

15. Distribusi Frekuensi X3 ... 82

16. Kategori Variabel X3... 82

17. Distribusi Frekuensi Y ... 84

18. Kategori Variabel Y ... 84

19. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 86

20. Rekapitulasi Uji Normalitas... 87

21. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 88

22. Rekapitulasi Uji Homogenitas ... 88

23. Hasil Uji Kelinieran X1... 90

24. Hasil Uji Kelinieran X2... 90

25. Hasil Uji Kelinieran X3... 90

26. Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas Garis Ganda... 91

27. Hasil Uji Multikolinearitas... 92

28. Rekapitulasi Uji Multikolinearitas ... 92

29. Hasil Uji Autokorelasi ... 94

30. Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedastisitas X1,X2dan X3... 95

31. Korelasi X1Terhadap Y ... 97

32. Koefisien Regresi X1Terhadap Y ... 97


(16)

37. Korelasi X1,X2dan X3Terhadap Y ... 105

38. Anova Untuk X1,X2dan X3Terhadap Y... 106


(17)

Gambar Halaman 1. Paradigma Teoritis PengaruhX ,X danX terhadap Y ...36 2. Struktur Organisasi KPP Pratama Tanjung Karang ...68


(18)

Lampiran

1. Kisi-Kisi Angket Uji Coba 2. Angket Uji Coba

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan (X1)

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Wajib Pajak atas Sistem Perpajakan (X2)

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Pelayanan Fiskus (X3)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Membayar Pajak (Y) 7. Kisi-Kisi Angket

8. Angket Penelitian 9. Data Hasil Penelitian 10. Uji Normalitas 11. Uji Homogenitas 12. Uji Linearitas Regrsi 13. Uji Multikolinearitas 14. Uji Autokorelasi 15. Uji Heteroskedastisitas 16. Pengujian Hipotesis 17. Surat Izin Penelitiaan


(19)

(20)

(21)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

penerimaan eksternal misalnya pinjaman luar negeri, pemerintah berusaha untuk memaksimalkan penerimaan internal. Pajak merupakan sumber penerimaan internal yang terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat ini, sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari

penerimaan pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang

pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan negara. Penerimaan pajak diharapkan dapat meningkat, agar pembangunan negara berjalan dengan baik.

Perubahan sistem perpajakan dariofficial assessmentmenjadiself assessment sejak tahun 1983, memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk

mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkannya sesuai peraturan perpajakan.Self assessmentdiharapkan dapat meningkatkan pendapatan


(22)

pajak oleh wajib pajak secara sukarela dan sesuai dengan ketentuan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

Upaya meningkatkan penerimaan negara pada sektor pajak dilakukan melalui berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi pajak. Intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi direktorat jendral pajak. Intensifikasi pajak dilaksanakan dengan berorientasi pada peningkatan kepatuhan wajib pajak, misalnya dengan cara pengadaan penyuluhan langsung pada masyarakat. Ekstensifikasi pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan

perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak di daerah-daerah melakukan program intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak. Kedua program tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tanjung Karang merupakan salah satu Kantor Pelayanan Pajak di Kota Bandar Lampung. Pada tiga tahun terakhir, dari tahun 2012 hingga tahun 2014 KPP Pratama Tanjung Karang mengalami peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar. Data mengenai jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Tanjung Karang dapat dilihat sebagai berikut.


(23)

Tabel 1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2012-2014

Tahun WPOP

Terdaftar

WPOP Efektif

WPOP yang Menyampaikan

SPT

Persentase terhadap WPOP Efektif

2012 62.414 57.092 25.450 45%

2013 67.658 62.335 25.771 41%

2014 72.267 66.942 23.454 35%

Sumber: KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah wajib pajak yang terdaftar belum tentu menunjukan peningkatan wajib pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT tahunan. Tingkat kepatuhan membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang pada tahun 2012 sebesar 45%, tahun 2013 turun menjadi 41% dan pada tahun 2014 turun menjadi 35%. Hal ini dikarenakan masih banyak wajib pajak orang pribadi yang penghasilannya telah dipotong oleh pemberi kerja tidak menyampaikan SPT tahunan, sehingga tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu, masih banyak pula wajib pajak orang pribadi yang sebenarnya berpotensial untuk meningkatkan pendapatan pajak negara apabila wajib pajak tersebut patuh untuk memenuhi kewajibaannya dalam membayar pajak.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Sebagian besar pekerjaan dalam

pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh wajib pajak (dilakukan sendiri atau dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional/tax agent) bukan fiskus selaku pemungut pajak. Prinsip kepatuhan perpajakan


(24)

adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan

pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik negara maju

maupun negara berkembang. Wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya, maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Tindakan tersebut menyebabkan penerimaan pajak negara berkurang.

Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan pegawai fiskus dan beberapa orang wajib pajak, terdapat indikasi bahwa kepatuhan wajib pajak orang pribadi masih rendah. Masyarakat melalaikan tugasnya untuk membayar pajak sebagai suatu kewajiban. Hal itu disebabkan karena masyarakat tidak tahu imbalan nyata yang dirasakan dalam membayar pajak, padahal masyarakat dapat menikmati hasil dari pembayaran pajak tersebut dengan adanya jalan raya yang bagus, pembangunan sekolah-sekolah, tempat-tempat kesehatan masyarakat, serta fasilitas publik lainnya. Kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban membayar pajak sangat penting dalam proses penarikan pajak.

Sebagian besar wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang diperoleh dari radio, televisi, masalah pajak, surat


(25)

kabar, internet, buku perpajakan, konsultan pajak, seminar pajak dan adapula yang diperoleh dari pelatihan pajak. Frekuensi pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. Selain itu, pengetahuan tentang pajak belum secara komprehenshif menyentuh dunia pendidikan. Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi masih belum tersosialisasi pajak secara menyeluruh, kecuali orang-orang yang mengambil jurusan perpajakan.

Pengetahuan masyarakat yang terbatas terhadap peraturan perpajakan dan sering dilakukan perubahan atas peraturan pajak menimbulkan

kesalahpahaman bagi wajib pajak. Adanya kompleksitas dari peraturan perpajakan tersebut kurang memberikan kejelasan dan kepastian hukum pada setiap masalah perpajakan. Prosedur administrasi perpajakan selama ini sering dikritisi masyarakat terlalu birokratis bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan perubahan. Selain itu, masih banyak wajib pajak potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak taat untuk membayar pajak. Peningkatan jumlah pajak tercapai seiring dengan peningkatan jumlah wajib pajak. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah wajib pajak. Kurangnya sosialisasi dan adanya kompleksitas dari peraturan perpajakan berdampak pada rendahnya

kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak pajak.

Wajib Pajak masih belum banyak yang menggunakan media online sebagai sarana pembayaran pajak. Media online dianggap menghambat pembayaran pajak karena belum mengerti prosedur pengisiannya. Padahal, dengan sistem pendukung seperti adanyaFIN, filling, SPT, NPWP, drop box,


(26)

e-bankingdan kring pajak 1500200 diharapkan dapat memudahkan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya. Apabila wajib pajak sudah memaksimalkan sistem perpajakan yang baru, maka akan

meningkatkan kepatuhan membayar pajak. Semua sistem membuat wajib pajak dapat melakukan semua proses pajak tepat waktu dan dapat dilakukan di mana saja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang wajib pajak atas pelayanan fiskus, dapat dilihat dari data berikut.

Tabel 2. Hasil Wawancara dari 10 Orang Wajib Pajak di KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2015

No. Pertanyaan/Pernyataan Baik Cukup Kurang

1. Keramahan fiskus 3 5 2

2. Kepedulian fiskus 3 5 2

3. Penjelasan dan

pengarahan fiskus 4 4 2

4. Profesionalisme fiskus 5 4 1

Sumber: Wajib Pajak KPP Pratama Tanjung Karang Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa pelayanan fiskus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang masih belum memuaskan. Selain itu, masalah oknum pegawai pajak seperti Gayus Tambunan dan Dhana Widyatmika yang melakukan pelanggaran pajak membuat tingkat kepatuhan wajib pajak berkurang karena ketidakyakinan wajib pajak atas kinerja pelayanan fiskus. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak melalui pelayanan prima dan profesionalisme kerja. Kemampuan fiskus dalam berinteraksi yang baik dengan wajib pajak adalah dasar yang harus dimiliki fiskus dalam melayani wajib pajak untuk meningkatkan pendapatan


(27)

perpajakan. Hal ini diharapkan dapat mempengaruhi dan memperbaiki persepsi wajib pajak mengenai pelayanan fiskus, sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil judul“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Jumlah wajib pajak melaporkan SPT Tahunannya masih belum optimal 2. Kepatuhan wajib pajak orang pribadi untuk membayar pajak masih rendah 3. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak orang pribadi tentang peraturan

perpajakan masih terbatas, karena sering adanya perubahan peraturan perpajakan

4. Masih belum banyak wajib pajak yang menggunakan media online sebagai sarana pembayaran pajak.

5. Masalah pegawai pajak yang melakukan pelanggaran pajak membuat keyakinan wajib pajak atas kinerja pelayanan fiskus berkurang.


(28)

1.3 Pembatasan Masalah

Pengkajian suatu masalah perlu diberikan batasan yang jelas agar tidak terjadi kekaburan dan cara pandang yang berbeda, hal ini dilakukan agar

permasalahan dapat dikaji secara mendalam. Penelitian ini difokuskan pada pengkajian mengenai pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan (X ), persepsi wajib pajak atas sistem perpajakan (X ) dan pelayanan fiskus (X ) terhadap kepatuhan membayar pajak (Y).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015?

2. Apakah ada pengaruh persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015?

3. Apakah ada pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015?


(29)

4. Apakah ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.

2. Mengetahui pengaruh persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.

3. Mengetahui pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.

4. Mengetahui pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.


(30)

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya memperkuat teori-teori tentang ilmu perpajakan. 2. Secara praktis

a. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah bahan referensi atau acuan bagi program studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhanmembayar pajak atau penelitian dengan objek yang sejenis. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang

Hasil penelitian ini untuk memberikan evaluasi dan masukan yang dapat berguna mengenai tingkat pelayanan terhadap wajib pajak yang telah dilakukan.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak dan lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak. Selain itu, dapat membandingkan antara yang dipelajari di perkuliahan dengan yang ditemukan dalam praktik.


(31)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem

perapajakan, pelayanan fiskus dan kepatuhan membayar pajak. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang.

3. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2015. 5. Ruang Lingkup Ilmu


(32)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior(TPB) dikembangkan oleh Icek Ajzen pada tahun 1985. Teori ini merupakan pengembangan atasTheory of Reasoned Action(TRA) yang berhubungan dengan perilaku-perilaku individu. Variabel yang belum diterapkan pada TRA, yaitu kontrol keperilakuan yang dipersepsikan(perceived behavioral control),

diitambahkan pada TPB. Selain sikap terhadap tingkah laku dan norma-norma subjektif, dalamtheory of planned behaviorjuga

mempertimbangkan kontrol tingkah laku yang dipersepsikan seseorang, yaitu kemampuan untuk melakukan tindakan yang ditimbulkan oleh individu karena adanya niat untuk berperilaku.

Menurut Ajzen, (2002: 2), niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut.

a. Behavioral Beliefs

Behavioral beliefsmerupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut(beliefs strength and outcome evaluation).


(33)

b. Normative Beliefs

Normative beliefsyaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation to comply).

c. Control Beliefs

Control beliefsmerupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power).

Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun lingkungan. Ketiga faktor tersebut memiliki kontribusi secara mandiri terhadap niat dan perilaku, karena faktor-faktor tersebut diharapkan memberikan pengaruh perilaku yang berbeda pada situasi yang berbeda. Alasan pemilihan teori ini adalah kepatuhan membayar pajak terkait dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri.

2.1.2 Dasar-Dasar Perpajakan 2.1.2.1 Pengertian Pajak

Definisi pajak dikemukakan oleh para ahli dengan memberikan batasan-batasan yang berbeda, namun memiliki maksud yang sama. Pendapat para ahli yang dikutip dalam Priantara (2013: 2), antara lain sebagai berikut.

a. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M dan Brock Horace R.

“Pajak dapat diartikan adanya aliran darisektor privat ke sektor publik yang dipungut berdasarkan keuntungan ekonomi tertentu dari nilai setara dalam rangka pemenuhan kebutuhan negara dan objek-objek sosial.”

b. Dr. P. J. A. Andriani

“Pajak adalah iuranmasyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya


(34)

menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

c. Dr. N. J. Fieldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan penguasa secara umum) tanpa ada kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutupi pengeluaran

umum.”

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang merupakan perubahan kelima atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa, berdasarkan undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pendapat di atas, pajak yang dipungut pada prinsipnya sama, yakni masyarakat diminta menyerahkan sebagian harta yang dimiliki sebagai kontribusi untuk membiayai keperluan barang dan jasa bagi kepentingan bersama. Pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi langsung dari pemerintah yang diatur dalam undang-undang, untuk membiayai pengeluaran umum negara demi

kemakmuran rakyat.

2.1.2.2 Fungsi Pajak

Pajak merupakan pendapatan yang berguna bagi negara dalam membiayai pembangunan nasional. Menurut Priantara, (2013:


(35)

4), fungsi pajak dibagi menjadi 2, yaitu fungsibudgetairdan fungsiregulair.

a. FungsiBudgetair(Pendanaan)

Fungsibudgetairdisebut fungsi utama pajak atau fungsi fiskal. Fungsibudgetairadalah fungsi yang letaknya di sektor publik dan pajak merupakan suatu alat atau sumber untuk memasukan uang sebanyak-banyakya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, sedangkan fungsi mengatur pajak digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Upaya memasukan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara dilakukan melalui kebijakan intensifikasi dan

ekstensifikasi. Kebijakan ekstensifikasi berkaitan dengan penambahan wajib pajak terdaftar sedangkan intensifikasi pajak berkaitan dengan upaya menggali potensi pajak yang belum atau kurang maksimal pengenaan pajaknya.

b. FungsiRegulair(Mengatur)

Fungsiregulairdisebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan sebagai alat kebijaksanaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang

keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi mengatur:

1. pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah 2. tarif pajak ekspor adalah 0% yang bertujuan untuk

mendorong hasil produksi barang atau penyerahan jasa ke luar negeri sehingga dapat memperbesar cadangan devisa negara dan mendorong investasi dan lapangan kerja di dalam negeri

3. kompensasi kerugian yang lebih lama pada sektor dan daerah tertentu yang bertujuan untuk mendorong investasi sektor strategis dan pemerataan serta percepatan pembangunan.

Berdasarkan fungsi pajak tersebut, pajak merupakan sumber keuangan negara yang digunakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah dan melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi.


(36)

2.1.2.3 Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu menurut golongannya, menurut sifatnya dan menurut lembaga pemungutnya. Menurut Mardiasmo, (2013: 5-6), pembagian jenis pajak sebagai berikut.

a. Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:

1. Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

2. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

b. Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:

1. Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan pada subjeknya. 2. Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya

memperhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

c. Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari: 1. Pajak negara atau pajak pusat, adalah pajak yang

dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. 2. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh

pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga masing-masing.

2.1.2.4 Asas Pemungutan Pajak

Menurut Priantara, (2013: 8), asas pemungutan antara lain sebagai berikut.

a. Asas domisili atau tempat tinggal

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik


(37)

penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. b. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Berdasarkan asas pemungutan pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya dan negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

Berdasarkan penjelasan di atas, pemungutan pajak dikenakan atas sebagian kekayaan atau pengeluaran seseorang ke suatu badan kas negara berdasarkan undang-undang dan peraturan perpajakan.

2.1.2.5 Sistem Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak dikenal dengan beberapa sistem. Menurut Resmi, (2014: 11), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Official Assessment System

Official assessment systemadalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan

demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).

b. Self Assessment System

Self assessment systemadalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai


(38)

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk:

1. menghitung sendiri pajak yang terutang, 2. memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, 3. membayar sendiri pajak yang terutang,

4. melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan 5. mempertanggungjawabkan pajak yang terutang. c. With Holding System

With holding systemadalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan penjelasan tersebut,official assessment system membuat wajib pajak bersifat pasif dan pemerintahlah yang bersifat aktif dalam menentukan besarnya pajak terutang,self assessment systemmembuat wajib pajak yang bersifat aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.With holding systemmembuat wajib pajak dan pemerintah bersifat pasif dan pihak ketigalah yang memotong besarnya pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2.6 Tarif Pajak

Pajak dipungut berdasarkan tarif. Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak. Menurut Priantara, (2013: 14-16), ada empat macam tarif pajak, antara lain sebagai berikut.


(39)

a. Tarif Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak semakin besar.

2.1.2.7 Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib pajak orang pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang.

Kewajiban wajib pajak orang pribadi menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, antara lain sebagai berikut.

a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat


(40)

kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan NPWP, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. b. Mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas, dalam

Bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, serta menandatangani dan menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. c. Menyampaikan SPT dalam Bahasa Indonesia dengan

menggunakan satuan mata uang rupiah yang diizikan, yang pelaksanaannya diatur atau dengan berdasarkan peraturan menteri keuangan.

d. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.

e. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. f. Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

g. 1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. 2. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau

ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelacaran pemeriksaan

3. Memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

Kewajiban-kewajiban perpajakan di atas pada saat ini dapat dilakukan dengan mudah oleh wajib pajak dengan mengakses melalui internet. Kemudahan dalam membuat NPWP melalui sisteme-registration, kemudahan dalam melaporkan

kewajiban pajak melaluie-filling, serta kemudahan dalam menyampaikan surat pemberitahuan melaluie-SPT.


(41)

2.1.3 Kepatuhan Membayar Pajak

Gibson (1991) dalam Nalendro, (2014: 23), mendefinisikan kepatuhan sebagai motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Aturan yang berlaku adalah undang-undang perpajakan.

Menurut Rahayu, (2006: 110), kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Berdasarkan pendapat di atas, kepatuhan membayar pajak dapat didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan untuk mengisi secara benar jumlah pajak terutang dan membayar pajak pada waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan. Kepatuhan membayar pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau undang-undang perpajakan.

Devano dan Rahayu, (2006: 110), mengemukakan ada dua macam jenis kepatuhan pajak, yaitu sebagai berikut.

a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Perundang- undangan perpajakan. Misalnya memiliki NPWP bagi yang berpenghasilan dan tidak terlambat melaporkan SPT masa maupun tahunan sebelum batas waktu.

b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan wajib pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material

perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak, kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Misalnya wajib pajak


(42)

yang telah mengisi SPT dengan benar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Menurut Nowak dalam Zain, (2007: 31), kepatuhan merupakan “suatu iklim” kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang

tercermin dalam situasi sebagai berikut.

a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007, wajib pajak dimasukkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 3 (tiga) tahun terakhir (sebelumnya hanya dua tahun). b. Penyampaian SPT masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk

masa pajak Januari sampai dengan November tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. c. SPT masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b,

telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT masa pada periode pajak berikutnya.

d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, meliputi keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai wajib pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan

e. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (WTP) selama tiga tahun berturut-turut dengan ketentuan sebagai berikut.

Laporan audit harus:

1. disusun dalam bentuk panjang(long form report)dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT Tahunan; dan 2. pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diaudit

ditandatangani oleh akuntan publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah pengawas akuntan publik. f. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di

bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir (sebelumnya 10 tahun).


(43)

Kepatuhan membayar pajak merupakan tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, karena pembayar pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi sebagai kriteria wajib pajak patuh sekalipun memberikan kontribusi besar pada negara. Membayar pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka secara intensif perlu dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak. Adapun penjelasan untuk masing-masing faktor adalah sebagai berikut.

2.1.3.1 Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan

Menurut Widayati dan Nurlis (2010) dalam Fikriningrum, (2012: 14), pengetahuan adalah hasil kerja pikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Menurut Carolina dan Simanjuntak (2010) dalam Setyawati, (2013: 27), pengetahuan pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.


(44)

Berdasarkan pendapat tersebut, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan merupakan penalaran dan penangkapan mengenai perpajakan, yang dapat dijadikan sebagai suatu informasi dalam bertindak dan mengambil keputusan, sehubungan dengan hak dan kewajiban oleh wajib pajak di bidang perpajakan.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 6 tentang “Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan”,

menyatakan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakaannya. Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara langsung, untuk orang pribadi yaitu wajib pajak orang pribadi berdasarkan domisili, mengisi formulir pendaftaran dengan melampirkan persyaratan tertentu (fotokopi KTP, fotokopi kartu keluarga, surat keterangan domisili dan untuk orang pribadi karyawan ditambah dengan surat

rekomendasi dari instansi yang bersangkutan). Setelah itu, wajib pajak akan memperoleh NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

Pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan melalui internet, yaitu dengan membuka situswww.pajak.go.id,pilih menue-regdan mengisi formulirnya. Wajib pajak akan memperoleh NPWP dan SKTS (jangka waktu 30 hari). Sebelum jatuh tempo wajib pajak harus ke KPP terdaftar untuk meminta SKT. Apabila wajib pajak telah mengetahui dan memahami hak wajib pajak seperti penggunaan fasilitas umum, pemakaian jalan raya yang halus, pembangunan sekolah-sekolah negeri dan lain-lain, dan mengetahui kewajibannya sebagai wajib pajak seperti


(45)

membayar pajak dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu, maka mereka akan sadar melakukan kewajiban perpajakannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang“Pajak Penghasilan”, sanksi keterlambatan penyampaian surat

pemberitahuan tahunan wajib pajak orang pribadi adalah Rp.100.000,00, sedangkan sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak adalah berupa bunga 2% per bulan yang dihitung dari berakhirnya batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan sampai tanggal pembayaran. Sanksi untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP adalah sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, sanksi pidana berupa penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun. Batas waktu penyampaian surat pemberitahun tahunan wajib pajak orang pribadi, paling lambat tiga bulan setelah akhir tahun pajak. Sedangkan batas waktu

pembayarannya, paling lambat sebelum surat pemberitahuam tahunan disampaikan (30 Maret).

SPT harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas. Wajib pajak yang tahu dan paham terhadap peraturan perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat akan menjalankan kewajibannnya dengan baik.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

122/PMK.010/2015 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, paling sedikit adalah sebagai berikut.

a. Rp 36.000.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi. b. Rp 3.000.000,00 untuk wajib pajak yang kawin.

c. Rp 36.000.000,00 untuk tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung oleh suami.


(46)

d. Rp 3.000.000,00 untuk anggota keluarga wajib pajak yang menjadi tanggungan wajib pajak, maksimal tanggungan tiga orang.

Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan yang melebihi penghasilan tidak kena pajak dan tarif pajak. Tarif pajak orang pribadi berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada pasal 17 ayat 1 (a) antara lain sebagai berikut.

Tabel 3. Tarif Pajak

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5 % Di atas Rp 50.000.000,00–Rp 250.000.000,00 15% Di atas Rp 250.000.000,00 –Rp

500.000.000,00

25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Sumber: Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada Pasal 17 Ayat 1(a)

Menurut Widayati dan Nurlis (2010) dalam Fikriningrum, (2012: 15), untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

a. Kepemilikan NPWP

b. Pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai wajib pajak

c. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi perpajakan, pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak

d. Mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak e. Mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training


(47)

2.1.3.2 Persepsi Wajib Pajak atas Efektivitas Sistem Perpajakan Menurut Leavit dalam Setyawati, (2013: 27),persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Persepsi dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Robbins (1996) dalam Fikriningrum, (2012: 18), mendefinisikan persepsi sebagai proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir,

menafsirkan yang memungkinkan situasi dan peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif.

Menurut Shaleh (2004) dalam Setyawati, (2013: 28), persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi deteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan beberapa rangsangan sekaligus. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk

mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan

mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.

Menurut Widayati dan Nurlis dalamSetyawati, (2013: 28), efektivitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah tercapai.


(48)

Berdasarkan pendapat tersebut, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemberian arti terhadap rangsangan yang datang dari luar. Persepsi selalu diawali dengan pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks persepsi dalam penelitian ini

dimaksudkan sebagai aktualisasi sikap yang dicerminkan dalam pemahaman dan penafsiran dari wajib pajak orang pribadi atas pengenaan pajak penghasilan. Maksudnya adalah, apakah pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi dirasa sudah sesuai dengan kemampuannya (ability to pay)atau belum.

Menurut Widayati dan Nurlis, (2010: 6), persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dapat dilihat melalui sebagai berikut.

a. AdanyaeFINyang didapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak b. Adanyaeregistrationyang memudahkan wajib pajak untuk

melakukan pendaftaran NPWP secara online

c. Wajib pajak dapat mengisi SPT menggunakan aplikasie SPTyang terdapat pada website ditjen pajak

d. Terdapatefillingdanebankingmemudahkan wajib pajak untuk melakukan pelaporan dan pembayaran secara online e. Penyampaian SPT melaluidrop boxmembantu wajib pajak

dalam penyampaian SPT tanpa harus wajib pajak mendatangi Kantor Pelayanan Pajak ditempat wajib pajak terdaftar.

Fasilitascall centeratau kring pajak 1500200 merupakan layanan pemberian informasi umum perpajakan mengenai informasi tentang perpajakan yang berlaku, informasi mengenai penggunaan aplikasi elektronik yang disediakan oleh DJP dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan dari wajib


(49)

pajak, serta informasi pendukung pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan dari wajib pajak seperti informasi alamat dan nomor telepon unit kerja DJP, konfirmasi kebenaran NPWP dan informasi lain yang disediakan oleh KLIP DJP sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3.3 Pelayanan Fiskus

Ellitan dan Anatan, (2007: 115), menyatakan bahwa pelayanan merupakan aktivitas-aktivitas yang tidak dapat didefinisikan, tidak berwujud, dan merupakan objek utama dari transaksi yang dirancang untuk memberikan kepuasan pada pelanggan.

Menurut Kotler dan Keller, (2009: 231), pelayanan atauservice adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian sesuatu.

Jatmiko (2006) dalam Arum, (2012: 19), mendefinisikan pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Fiskus merupakan petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu,

mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak.

Berdasarkan pengertian tersebut, pelayanan merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk memberikan manfaat serta

memberikan kepuasan kepada pelanggan, dalam hal ini yaitu wajib pajak.


(50)

Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kepuasan. Suatu layanan dapat dikatakan baik apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Pasal 58 menjelaskan fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama sebagai pelayanan fiskus, yaitu sebagai berikut.

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,

pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak f. Pelaksanaan ekstensifikasi

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan pelaksanaan administrasi kantor.

Ilyas dan Burton, (2008: 202), menyatakan bahwa untuk mengetahui pelayanan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh


(51)

fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman

mengenai hak dan kewajiban sebagai fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam undang-undang perpajakan yaitu sebagai berikut.

a. Kewajiban untuk membina wajib pajak

b. Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar c. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak

d. Kewajiban melaksanakan putusan

Hak-hak fiskus yang diatur dalam undang-undang perpajakan, antara lain sebagai berikut.

a. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan b. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak

c. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

d. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan

e. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi f. Hak melakukan penyidikan

g. Hak melakukan pencegahan h. Hak melakukan penyanderaan

Fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada wajib pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kemampuan fiskus dalam berinteraksi yang baik dengan wajib pajak adalah dasar yang harus dimiliki fiskus dalam melayani wajib pajak sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perpajakan.


(52)

2.2 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan pembanding atau acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 4. Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Ryanni Probondari Z. (2013) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan

Ada pengaruh persepsi wajib pajak terhadap kualitas layanan aparat perpajakan, efektivitas sistem perpajakan, tingkat kepercayaan pada sistem pemerintahan dan hukum serta manfaat pajak yang dirasakan

terhadap kemauan membayar pajak yang dibuktikan dari hasil perhitungan uji F yang menunjukkanF >F

atau 2,756 > 2,56. 2. Restu Mutmainnah Marjan (2014) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan)

Ada pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak yang dibuktikan dari hasil perhitungan uji F yang menunjukkanF >

F atau 40,985>0,05

3. Sapti Wuri Handayani (2012)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan

Pekerjaan Bebas

Ada pengaruh kesadaran membayar pajak,

pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak, persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan dan tingkat kepercayaan terhadap sistem pemerintahan dan hukum terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas yang dibuktikan dari hasil


(53)

perhitungan uji F yang menunjukkanF >F

atau3,698 > 2,467

4. Septia Mory (2015) Pengaruh Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Kondisi Keuangan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas di KPP

Pratama Tanjung Balai Karimun)

Ada pengaruh pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak dan kondisi keuangan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas di KPP Pratama

Tanjung Balai Karimun yang dibuktikan dari hasil

perhitungan uji F yang menunjukkanF >F atau 54,545 > 2,31

2.3 Kerangka Pikir

Pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan negara, maka secara intensif perlu dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan membayar pajak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak antara lain pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus.

Kepatuhan membayar pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Menyadari hal tersebut, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan.


(54)

Menurut Norman D. Nowak dalam Zain, (2007: 31), kepatuhan merupakan

“suatu iklim” kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan

yang tercermin dalam situasi sebagai berikut.

a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Pemahaman dan pengetahuan tentang peraturan perpajakan akan menimbulkan kepatuhan membayar pajak. Wajib pajak yang sudah memahami peraturan pajak, berpikir akan lebih baik membayar pajak dari pada terkena sanksi pajak. Menurut Widayati dan Nurlis (2010) dalam Fikriningrum, (2012: 15), untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

a. Kepemilikan NPWP

b. Pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai wajib pajak

c. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi perpajakan, pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak

d. Mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak

e. Mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang diikuti.

Persepsi selalu diawali dengan pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks persepsi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai aktualisasi sikap yang dicerminkan dalam pemahaman dan penafsiran dari wajib pajak orang pribadi atas pengenaan pajak penghasilan. Persepsi wajib pajak atas

efektivitas sistem perpajakan dapat dilihat melalui sebagai berikut.

a. AdanyaeRegistrationyang memudahkan wajib pajak untuk melakukan pendaftaran NPWP secara online


(55)

b. Wajib pajak dapat mengisi SPT menggunakan aplikasieSPTyang terdapat pada website dirjen pajak

c. Terdapatefillingdanebillingmemudahkan wajib pajak untuk melakukan pelaporan dan pembayaran secara online

d. Penyampaian SPT melaluidrop boxmembantu wajib pajak dalam

penyampaian SPT tanpa harus wajib pajak mendatangi Kantor Pelayanan Pajak ditempat wajib pajak terdaftar.

Ilyas dan Burton (2010) dalam Arum, (2012: 33), menyatakan bahwa fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan. Fiskus juga harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Pasal 58 menjelaskan fungsi dari kantor pajak pratama sebagai pelayanan fiskus, yaitu sebagai berikut.

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya d. Penyuluhan perpajakan

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak f. Pelaksanaan ekstensifikasi

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan pajak bumi dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan pelaksanaan administrasi kantor.

Pelayanan fiskus dianggap mempengaruhi kepatuhan membayar pajak ketika wajib pajak merasakan puas atas pelayanan yang diberikan aparat pajak


(56)

kepada wajib pajak, maka wajib pajak akan dengan senang melaksanakan pembayaran pajaknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk kepatuhan masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada wajib pajak besar manfaatnya sehingga dapat

menimbulkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka dugaan adanya pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan (X ), persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan (X ) dan pelayanan fiskus (X ) terhadap

kepatuhan membayar pajak (Y) dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Paradigma teoritis pengaruh , dan terhadap Y

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan data atau fakta yang ada dan terjadi di lapangan. Berdasarkan

Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan

(X )

Persepsi Wajib Pajak atas Efektivitas Sistem Perpajakan

(X )

Pelayanan Fiskus (X )

Kepatuhan Membayar Pajak


(57)

kerangka pikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015. 2. Ada pengaruh persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan

terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015. 3. Ada pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh

wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.

4. Ada pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015.


(58)

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif atau sebab akibat dengan pendekatanexpost factodansurvey. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi, mengklarifikasi, menggambarkan keadaan objek atau subjek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki dengan cara mendeskripsikan jumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Verifikatif menunjukkan penelitian mencari pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. (Koestoro dan Basrowi, 2006: 96).

Pendekatanex post facto adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengambil data secara langsung di area penelitian yang dapat menggambarkan data-data masa lalu dan kondisi lapangan sebelum dilaksanakannya penelitian lebih lanjut. Pendekatansurvey adalah pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes,


(59)

wawancara terstruktur, dan sebagainya, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan hubungan-hubungan atara variabel sosiologis maupun psiologis (Sugiyono, 2013: 12).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh atau semua subjek penelitian, jika ingin meneliti seluruh subjek penelitian maka penelitian tersebut adalah penelitian populasi. Menurut Sugiyono, (2013: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan penjelasan tentang populasi tersebut, maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Karang hingga Bulan Oktober 2015 sebanyak 76.948 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel digunakan ketika meneliti hanya sebagian dari populasi atau tidak seluruhnya dari populasi. Sampel merupakan sebagian atau hanya wakil dari jumlah populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 118). Besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.


(60)

= N 1 + Ne

n = besarnya sampel N = besarnya populasi

E = Nilai kritis (dalam penelitian ini sebesar 10%) (Prasetyo dkk, 2012: 137-138)

Berdasarkan rumus diatas besarnya sampel dalam penelitian ini adalah:

n = N

1 + Ne n = 76.948

1 + 76.948 (0,1)

n = 99,87 dibulatkan menjadi 100 3.2.3 Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampling merupakan teknik yang digunakan peneliti dalam pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampling terdiri dari berbagai macam, dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel insidental. Teknik sampel insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insdental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh


(61)

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dapat disebut variabel penyebab. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen/terikat (Sugiyono, 2013: 16). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan (X ), persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan (X ) dan pelayanan fiskus (X ).

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan bagian dari variabel penelitian yang dapat disebut variabel akibat atau variabel tidak bebas. Variabel terikat disebut juga sebagai variabel output, ataupun kriteria, konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan membayar pajak (Y).


(62)

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

3.4.1 Definisi Konseptual Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan secara konseptual sebagai berikut.

a. Pengetahuan dan Pemahaman tentang Perpajakan (X )

Menurut Widayati dan Nurlis (2010) dalam Fikriningrum, (2012: 14), pengetahuan adalah hasil kerja pikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Menurut Carolina dan Simanjuntak (2010) dalam Setyawati, (2013: 27), pengetahuan pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan.

b. Persepsi Wajib Pajak atas Efektivitas Sistem Perpajakan (X ) Robbins (1996) dalam Fikriningrum, (2012: 18), mendefinisikan persepsi sebagai proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan yang memungkinkan situasi dan peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif.


(63)

Menurut Widayati dan Nurlis dalamSetyawati, (2013: 28),efektivitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah tercapai.

Berdasarkan pendapat tersebut, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemberian arti terhadap rangsangan yang datang dari luar. Persepsi selalu diawali dengan pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks persepsi dimaksudkan sebagai aktualisasi sikap yang dicerminkan dalam pemahaman dan penafsiran dari wajib pajak orang pribadi atas pengenaan pajak penghasilan. Maksudnya adalah, apakah pajak penghasilan yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi dirasa sudah sesuai dengan kemampuannya (ability to pay) atau belum.

c. Pelayanan Fiskus (X )

Menurut Kotler dan Keller, (2009: 231), pelayanan atauservice adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian sesuatu.

Jatmiko (2006) dalam Arum, (2012: 19), mendefinisikan pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Fiskus merupakan petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak.


(64)

Berdasarkan pengertian tersebut, pelayanan merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk memberikan manfaat serta memberikan kepuasan kepada pelanggan, dalam hal ini yaitu wajib pajak. d. Kepatuhan Membayar Pajak (Y)

Gibson (1991) dalam Nalendro, (2014: 23), mendefinisikan kepatuhan sebagai motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang

ditetapkan. Aturan yang berlaku adalah undang-undang perpajakan.

Menurut Rahayu, (2006: 110), kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah.

Berdasarkan pendapat di atas, kepatuhan membayar pajak dapat didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan untuk mengisi secara benar jumlah pajak terutang dan membayar pajak pada waktunya tanpa ada tindakan pemaksaan.

3.4.2 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan defenisi konseptual variabel dapat dijadikan tabel definisi operasional variabel, sebagai berikut.


(65)

Tabel 5. Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala

Pengukuran Pengetahuan dan

Pemahaman Tentang

Perpajakan (X )

a) Media untuk mendapatkan informasi

b) Pentingnya fungsi pajak c) Ketepatan dalam menghitung

nilai pajak

d) Ketentuan dan tata cara umum perpajakan Interval (Semantik Diferensial) Persepsi Wajib Pajak atas Efektiftas Sistem Perpajakan (X )

a) Sistem komputerisasi yang memudahkan wajib pajak b) Call center/kring pajak

Pelayanan Fiskus (X ) a) Sikap b) Profesional Kepatuhan Membayar Pajak (Y)

a) Dorongan diri sendiri b) Peraturan perpajakan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan beberapa instrumen yang digunakan. Beberapa instrumen tersebut antara lain sebagai berikut.

3.5.1 Observasi

Instrumen pengumpulan data diantaranya yaitu observasi. Observasi dapat disebut pengamatan, hal ini dikarenakan dalam observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan menggunakan penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran, serta


(66)

pengecap. Penelitian observasi dapat menggunakan alat perekam, tes, dan lain-lain. Observasi merupakan proses yang komplek, tersusun dari berbagai interval proses biologis dan psikologis. Menurut Sugiyono, (2010: 310), teknik ini digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

3.5.2 Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian. Wawancara dapat disebut kuesioner lisan. Menurut Arikunto, (2009: 155), wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Menurut Sugiyono, (2010: 317), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3.5.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk penelitian yang pengumpulan datanya bersumber pada tulisan. Menurut Arikunto, (2009: 158), di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,


(1)

124

berarti bahwa jika pelayanan fiskus memuaskan, maka akan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak.

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015. Hal ini berarti jika pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan oleh wajib tinggi, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan oleh wajib pajak baik dan pelayanan fiskus memuaskan, maka akan berpengaruh terhadap

kepatuhan membayar pajak.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Tahun 2015, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Diharapkan Direktorat Jenderal Pajak lebih meningkatkan lagi sistem

pelayanan, sistem perpajakan dan peraturan-peraturan perpajakannya yang dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pajak.

2. Perlu adanya kerja sama yang lebih solid dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang untuk lebih mensosialisasikan kembali tata cara perpajakan kepada wajib pajak, agar wajib lebih mengerti dan memahami


(2)

125

sistem perpajakan yang diterapkan oleh Kantor Pelayanan Tanjung Karang

3. Adanya penambahan fiskus (petugas pajak) agar pelayanannya lebih optimal dalam melayani wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, serta semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam peranannya membayar pajak yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. 4. Pada penelitian-penelitian mendatang disarankan menambahkan beberapa

variabel-variabel lain untuk lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan membayar pajak, seperti manfaat pajak yang dirasakan wajib pajak, optimis wajib pajak terhadap pajak, tingkat pendidikan waajib pajak, dan lain-lain.

5. Model selanjutnya diharapakan akan lebih baik dibandingkan model penelitian ini dan disarankan agar penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan ruang lingkup yang lebih luas, agar dapat diperoleh hasil


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2002.Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arum, Harjanti Puspa. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Semarang: Universitas Diponegoro.

Ellitan, Lena dan Anatan, Lina. 2007.Sistem Informasi Manajemen: Konsep dan Praktis.Bandung: Alfabeta.

Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Handayani, Sapti Wuri. 2012.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas.Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Ilyas, W. B. dan Burton, R. 2008.Hukum Pajak (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat.

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006.Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Surabaya: Yayasan Kompasiana.


(4)

Kotler, Philip. Keller, Kevin Lane. 2009.Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Edisi Ketiga Belas.Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2013.Perpajakan Edisi Revisi.Yogyakarta: Adi.

Marjan, Restu Mutmainnah. 2014.Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Mory, Septia. 2015.Pengaruh Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Kondisi Keuangan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas di KPP Pratama Tanjung Balai Karimun).Tanjung Pinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Nalendro, Tantra Ikhlas. 2014.FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berwirausaha dengan Lingkungan Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris di KPP Pratama Kudus). Semarang: Universitas Diponegoro.

Nurmantu, Safri. 2005.Pengantar Perpajakan Ed.3. Jakarta: Granit.

Prasetyo,dkk.2012.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Priantara, Dias. 2013.Perpajakan Indonesia Edisi 2 Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Probondari, Ryanni Z. 2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Rahayu, Siti Kurnia. 2006.Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(5)

Republik Indonesia. 2007.Peraturan Menteri Keuangan Nomor

192/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.Jakarta.

_______________. 2009. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Pasal 58 Tentang Fungsi dari Kantor Pajak Pratama Sebagai Pelayanan Fiskus.Jakarta.

_______________. 2015.Peraturan Menteri Keuangan Nomor

122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.Jakarta.

_______________. 2008.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.Jakarta.

_______________. 2009.Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Jakarta.

Resmi, Siti. 2014.Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Riduwan. 2012.Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusman, Tedi. 2013.Statistik Ekonomi. Bandar Lampung.

Setyawati, Eka. 2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005.Analisis Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana. 2005.Metode Statiska. Bandung: Tarsito.


(6)

________, 2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Widayati dan Nurlis. 2010.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas.Purwokerto: Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Yulianawati, Nila. 2011.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.Semarang: Universitas Stikubank

Zuriah, Nur. 2007.Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

5 85 130

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 78 88

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 6 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI.

0 1 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSIWAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TENTANG KEPATUHAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Tentang Kepatuhan Membayar Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSIWAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TENTANG KEPATUHAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Tentang Kepatuhan Membayar Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Yang Terdaftar Pada KPP Pratama Salatiga.

0 3 12

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Te

0 0 13