Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN POLONIA

TESIS

Oleh

MUHAMMAD IRFAN LUBIS

107017037 / Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IRFAN LUBIS 107017037/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

Nama Mahasiswa : Muhammad Irfan Lubis Nomor Pokok : 107017037

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Bastari, MM, BKP) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.AdeFatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim

Matondang,MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 8 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Bastari, M.M, BKP

Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dr. HB. Tarmizi, SU


(5)

PERNYATAAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA “

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Maret 2013 Penulis,

Muhammad Irfan Lubis

Materai 6000


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.

Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.


(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF

PRATAMA TAX SERVICE

MEDAN POLONIA

ABSTRACT

This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.

The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.

The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.

Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.

Keywords: Perceptions of righteousness in Tax System, Social norms, Individual Norms, perceptions of probability, Non-compliance, Perceptions of Penalty , Intentention to Pay Tax, Tax Compliance.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr . Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang juga selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Bastari, MM, BKP, selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang banyak memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan tesis ini. 7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding


(9)

8. Bapak Oding Rifaldi, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

9. Istriku Elvi Shanti dan Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat selama penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan , untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna penyempurnaan tesis ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini bermamfaat bagi yang memerlukannya.

Medan, April 2013


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Irfan Lubis

Data Pribadi

Tempat/tanggal lahir : Medan, 20 Mei 1969

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bambu Runcing No. 21, Medan

Status : Menikah

Nama Istri : Elvi Shanti

2010 – 2013 : S-2 Program Magister Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Pendidikan

1988 – 1994 : S1 Fakultas Ekonomi Juruasan Akuntansi Universitas Sumatera Utara

1985 – 1988 : SMA Negeri 8 Medan

1982 – 1985 : SMP Budi Utomo Medan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak ... 11

2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( attitude on righteousness of tax system)... 15

2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial ( Personal and Social Norms) ... 17

2.1.4. Probabilitas Temuan (Detection Probability). 19 2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude) ... 20

2.2. Review Peneliti Terdahulu ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 26

3.1. Kerangka Konsep ... 26

3.2. Hipotesis ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Jenis Penelitian ... 30

4.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 32 4.6. Metode Analisa Data ... 36

4.6.1. Uji Kualitas Data ... 37

4.6.1.1. Uji Validitas ... 37

4.6.1.2. Uji Reliabilitas ... 38

4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 38


(12)

4.6.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.6.2.3. Uji Multikolineritas ... 39

4.6.3 Model Analisa ... 40

4.6.3.1. Koefisien Determinasi (R Square) ... 40

4.6.3.2. Uji t-Statistik ... 41

4.6.3.3. Uji F-Statistik ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1. Deskriptif Data ... 43

5.2. Analisa Data ... 55

5.2.1. Uji Kualitas Data ... 56

5.2.1.1. Uji Validitas ... 56

5.2.1.2. Uji Reliabilitas ... 57

5.2.2. Analisis Korelasi ... 59

5.2.3. Persamaan Substruktural 1 ... 61

5.2.3.1. Uji Asumsi Klasik Persamaan Substruktural 1 ... 62

5.2.3.2. Uji Statistik F dan t Persamaan Substruktural 1 ... 66

5.2.4. Persamaan Substruktural 2 ... 69

5.2.4.1. Uji Asumsi Klasik Persamaan Substruktural 2 ... 69

5.2.4.2. Uji Statistik F dan t Persamaan Substruktural 2 ... 74

5.2.5. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total ... 77

5.3. Pembahasan ... 83

5.3.1. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Simultan Terhadap Niat Kepatuhan Pajak...83

5.3.2. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, dan Persepsi Besarnya Penalti Secara Parsial Terhadap Niat Kepatuhan Pajak ... 83

5.3.3. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak Secara Simultan Terhadap Kepatuhan Pajak ... 85


(13)

5.3.4. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan

Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial,

Norma Individu, Persepsi Probabilitas

Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya

Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak

Secara Parsial Terhadap Kepatuhan Pajak... 86

5.3.5. Pengaruh Persepsi Sikap Terhadap Keadilan Dari Sistem Perpajakan, Norma Sosial, Norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan, Persepsi Besarnya Penalti Terhadap Kepatuhan Pajak Melalui Niat Kepatuhan Pajak... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

6.1. Kesimpulan ... 89

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 90

6.3. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia... 2

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21

4.1. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Varibel... 32

5.1. Hasil Uji Validitas 30 Sampel... 41

5.2. Hasil Uji Reliabilitas 30 Sampel... 42

5.3. Distribusi Kuesioner ... 40

5.4. Distribusi Frekuensi Responden... 44

5.5. Distribusi Jawaban Responden... 46

5.6. Persentase Distribusi Jawaban Responden... 47

5.7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 51

5.8. Hasil Uji Validitas... 54

5.9. Hasil Uji Reliabilitas... 55

5.10. Korelasi... 56

5.11. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan SubStruktural 1... 61

5.12. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu Probabilitas Ditemukan, Besarnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak. 62 5.13. Hasil Uji t Statistik Persamaan Substruktural 1... 65

5.14. Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Substruktural 2... 69

5.15. Hasil Regresi Sikap Keadilan, Norma Sosial, Norma Individu, Probabilitas Ditemukan, Besrnya Penalti dan Niat Kepatuhan Pajak.. 70


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 3.1. Kerangka Konsep ... 24 5.1. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 1... 59 5.2. Output SPSS Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 1. 60 5.3. Output SPSS Uji Normalitas Persamaan Substruktural 2 ... 67 5.4. Output Uji Heteroskedastisitas Persamaan Substruktural 2... 68 5.5. Kerangka Model Analisis Jalur... 79


(16)

DAFTAR SINGKATAN

SK = Sikap Keadilan

NS = Norma Sosial

NI = Norma Individu

PD = Probabilitas Ditemukan

BP = Besarnya Penalti

NKP = Niat Kepatuhan Pajak


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 2. Jawaban Kuesioner Penelitian...

3. Total Jawaban Kuesioner...

4. Uji Reliabilitas danValiditas 30 Sampel... 41

5. Data SPSS Distribusi Frekuensi... 46

6. Uji Reliabilitas dan Validitas... 54

7. Output Korelasi Data SPSS... 56

8. Output Regresi Persamaan Substrutural 1... 62


(18)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Benk et al. (2011) dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang mencoba menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah persepsi terhadap sikap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti mempengaruhi niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tahun 2011 dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience/accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel dan analisis dilakukan dengan metode analisis jalur (path analysis). Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human eror, digunakan program SPSS dengan confidence level90% atau α 10%.

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan, persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak. Sedangkan secara parsial untuk niat kepatuhan pajak, norma-norma sosial, norma-norma individu, persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan dan persepsi besarnya penalti berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak tetapi persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan tidak berpengaruh sigifikan terhadap niat kepatuhan pajak.

Untuk kepatuhan pajak, secara parsial norma-norma individu dan probabilitas ditemukan ketidakpatuhan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan pajak sedangkan persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan, norma-norma sosial, norma-norma individu, besarnya penalti dan niat kepatuhan pajak tidak berpengaruh sigifikan terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan, Norma-norma Sosial, Norma-Norma-norma Individu, Persepsi Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan dan Persepsi Besarnya Penalti, Niat Kepatuhan Pajak dan Kepatuhan Pajak.


(19)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAXPAYER IN THE OFFICE OF

PRATAMA TAX SERVICE

MEDAN POLONIA

ABSTRACT

This research constitutes a research development of Benk et al. (2011,) using The Theory of Planned Behavior which attempts to examine some factors which influence the compliance of the individual taxpayers at Pratama Tax Office, Medan Polonia. The aim of the research was examine whether non-compliance was found in the perception of righteousness in tax system, in social norms, in individual norms, and in the peception of probability, and whether the perception of penalty would influence the compliance of the intention to pay tax.

The population was the taxpayers who paid their individual taxes at the Pratama Tax Office, Medan Polonia, in 2011. There were 100 samples, taken by using convenience/accidental sampling. The data were analyzed by using path analysis methode. An SPSS software program with the confidence level 90% (α = 10%) was used to ensure the accuracy of calculation and to decrease human error.

The results of the analysis showed that, simultaneously, non-compliance was found in the perception of righteneous in the tax system , in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the compliance of the intention to pay tax. Partially , non-compliance was also found in the intention to pay tax, in social norms, in individual norms, and in the perception of probability, and the perception of penalty had significant influence on the intention to pay tax, but the perception of righteousness in tax system did not have any significant influence on the intention to pay tax and on tax complince.

Regarding tax complince, partially, non-complince individual norms and probability had significant influence on tax complince, while the perception of righteousness in tax system, social norms, penalty and intention topay tax did not have any significant influence on tax compliance.

Keywords: Perceptions of righteousness in Tax System, Social norms, Individual Norms, perceptions of probability, Non-compliance, Perceptions of Penalty , Intentention to Pay Tax, Tax Compliance.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang paling dominan baik untuk belanja rutin maupun belanja modal. Meskipun penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat tetapi belum mencerminkan kondisi yang diinginkan. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dihadapkan pada kondisi belum optimalnya sistem perpajakan dilaksanakan. Hal ini tercermin dari rendahnya kepatuhan wajib pajak yang salah satunya dapat dilihat dari rendahnya kepatuhan formal wajib pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Pajak, dari 22,3 juta perusahaan terdaftar di Indonesia , 12,9 juta perusahaan berpotensi menjadi penyetor pajak dan dari 238 juta penduduk Indonesia diperkirakan bahwa 110 juta adalah pekerja dan sebanyak 50 juta dari jumlah pekerja tersebut diperkirakan berpenghasilan di atas PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak). Namun kenyataannya berdasarkan data April 2011 hanya ada 466 ribu perusahaan yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) badan yang berarti rasio penyampaian SPT atas kelompok badan usaha yang berpotensi membayar pajak hanya sebesar 3,61% dan dari 50 juta pekerja yang diperkirakan berpenghasilan diatas PTKP yang membayar pajak hanya baru 8,5 juta pekerja yang berarti rasio penyampaian SPT orang pribadi terhadap kelompok pekerja aktif hanya 7,7% (Berita Pajak , November 2011). Dari data diatas


(21)

menunjukkan rendahnya rasio penyampaian SPT tahunan wajib pajak baik orang pribadi maupun badan.

Demikian halnya dengan tingkat kepatuhan pelaporan SPT Tahunan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam tiga tahun (2008 s/d 2010) hanya berkisar rata-rata 32% dari jumlah wajib pajak dengan kriteria wajib lapor SPT tahunan baik WP orang pribadi maupun badan.

Perkembangan tingkat kepatuhan WP di KPP Medan Polonia ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Polonia Wajib Pajak Orang Pribadi

SPT Tahunan PPh Terdaftar Wajib Lapor SPT Tahunan SPT Tahunan masuk % Kepatuhan Target rasio kepatuhan

2008 58,011 20,099 34,65% 50%

2009 71,169 24,736 34,76% 60%

2010 95,831 27,164 28,35% 62,5%

Wajib Pajak Badan SPT Tahunan PPh Terdaftar Wajib Lapor SPT Tahunan SPT Tahunan masuk % Kepatuhan Target rasio kepatuhan

2008 6,608 2,378 35,99% 50%

2009 7,298 2,221 30,43% 60%

2010 8,039 2,459 30,59% 62,5%

Sumber : Data Olahan KPP Pratama Medan Polonia dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Tabel di atas dapat di lihat bahwa persentase tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dari tahun 2009 s/d 2011 ( SPT tahunan 2008 s/d 2010) cenderung mengalami penurunan dan menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan PPh bila di bandingkan dengan target yang telah di tetapkan.


(22)

Kepatuhan pajak bukanlah permasalahan yang asing di bidang perpajakan. Banyak peneliti tentang kepatuhan pajak yang berusaha mendefinisikan dan menemukan apa yang sebenarnya menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib Pajak. Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur kepatuhan mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang di gunakan peneliti dalam meneliti kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam empat kelompok (Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al. 1992) yaitu

demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates) . Tomkins (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu dari tax payer non compliance.

Kepatuhan pajak juga dapat dilihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al.1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan perilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya, dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Borck (2004) menemukan bahwa dampak sanksi penalti terhadap penggelapan pajak (tax evasion) berakibat menurunnya penerimaan pajak yang diharapkan (expected tax


(23)

revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan Wajib Pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap penggelapan pajak, maka penghindaran pajak justru menjadi besar dan penerimaan pajak menjadi kecil.

Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham dan Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis, 2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidakpatuhan dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menetang untuk membayar pajak (risk aversion). Frey memperkenalkan adanya moral pajak (tax morale) disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak yang didasari oleh nilai-nilai yang dipengaruhi norma-norma budaya. Menurut teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak (Frey 1997, dalam Hamonangan dan Mukhlis, 2012).

Beberapa peneliti menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Beberapa peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior untuk menjelaskan kepatuhan seperti Bobek and Hartfield (2003), Blanthorne (2000). Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) wajib pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.


(24)

Trivedi et al. (2005) menggunakan variabel sikap, norma subjektif, kontrol yang dipersepsikan dan etika dalam meneliti pengaruh terdadap niat dan prilaku kepatuhan pajak. Benk et al. (2011) mengembangkan kerangka model TPB menggunakan varibel equity attitudes, normative expectation ( moral & social norm ) dan legal sanction (penalty magnitude & detection risk) dalam meneliti kepatuhan wajib pajak. Benk et, al. (2011) membuktikan bahwa sikap keadilan tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan ekspektasi normatif dan sanksi legal dengan variabel risiko ditemukan dan besarnya penalti berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.

Mengingat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, sehingga

diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi peningkatan kepatuhan pajak dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior yang dikembangkan Benk et al. (2011) dengan menggunakan variabel persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem pajak (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance) dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)


(25)

Dari uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

2. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

3. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?


(26)

4. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?

5. Apakah faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak?

1.3.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), nrma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance ), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang priadi.


(27)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance ), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang priadi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) dan niat kepatuhan pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.


(28)

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perception of detection probability of non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perception of penalty magnitude) terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah khasanah dan mengembangkan wawasan serta pengetahuan dalam bidang perpajakan khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

b. Bagi KPP Pratama Medan Polonia

Sebagai bahan masukan bagi KPP Pratama Medan Polonia didalam menyikapi fenomena yang terjadi sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.

c. Bagi Penelitian Lanjutan

Sebagai bahan masukan penelitian bagi peneliti lain dalam mengembangkan dan memperluas penelitian khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.


(29)

1.5.Originalitas Penelitian

Penelitian ini menggunakan dasar konsep Theory of Planned Behavior

(Ajzen, 1991) dan merupakan pengembangan dari hasil penelitian Benk et, al. (2011) dengan fenomena tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Polonia yang cenderung rendah dan dibawah target yang telah ditentukan. Perbedaan penelitian dengan Benk et, al. (2011), Benk et, al. (2011) hanya meneliti sebatas pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak (intention tax compliance), sedangkan penelitian ini meneliti baik pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak maupun terhadap kepatuhan pajak dengan menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis).


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak

Permasalahan kepatuhan pajak merupakan hal yang klasik dalam perpajakan. Berbagai teori kepatuhan pajak yang dikemukakan beberapa ahli menjelaskan tentang definisi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Pendekatan sederhana dari kepatuhan pajak berpendapat bahwa ketika orang-orang memutuskan apakah membayar pajak mereka, mereka akan memperhitungkan besarnya pajak tersebut dan sanksi legal yang diterima dari ketidak patuhan (Posner, 2000). Jackson dan Milliron mendefenisikan kepatuhan pajak sebagai melaporkan seluruh pendapatan dan membayar seluruh pajak berdasarkan hukum, peraturan dan keputusan pengadilan (Jackson dan Miliron 1986, dalam Palil dan Mustapha, 2011).

James dan Alley (1999) mengemukakan kepatuhan wajib pajak menyangkut sejauh mana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian tingkat kepatuhan wajib pajak dapat di ukur dengan Tax Gap yaitu perbedaan antara apa yang tersurat dalam peraturan perpajakan dengan apa yang dilaksanakan oleh wajib pajak. Tax gap dapat pula diartikan sebagai perbedaan antara seberapa besar pajak yang dapat dikumpulkan dengan besar pajak yang seharusnya terkumpul ( James dan alley ,1999). Sarker (2003) mendefenisikan kepatuhan wajib pajak sebagai suatu tingkatan dimana seorang wajib pajak memenuhi atau tidak peraturan perpajakan di negaranya. Internal Revenue Service (Brown dan Mazur,


(31)

2003) mengelompokkan kepatuhan wajib pajak terdiri dari 3 tipe kepatuhan : (1) kepatuhan penyerahan SPT (filing compliance), (2) kepatuhan pembayaran (payment compliance), dan (3) kepatuhan pelaporan (reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhan tersebut bila di ukur secara bersama-sama akan memberikan gambaran yang komperhensif tentang kepatuhan wajib pajak.

Jackson dan Miliron melalui tinjauan terhadap literatur kepatuhan mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci yang digunakan peneliti dalam meneliti kepatuhan pajak yang secara garis besar dikelompokkan dalam empat kelompok (Jackson dan Miliron 1986, dalam Fischer et al.1992) yaitu demografic (age, gender and education), non compliance opportunity (income level, income source, and occupation), attitudinal and perceptions (fairness of the law system and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, probability of detection and penalties and tax rates)

Kepatuhan pajak juga dapat di lihat dari segi keuangan publik (public finance), penegakan hukum (law enforcement), struktur organisasi (orgazational structure), tenaga kerja (employees), etika (code of conduct) atau gabungan dari semua segi (Adreoni et al. 1998). Trivedi et al. (1997) mencoba menggabungkan berbagai faktor personal yaitu alasan moral , orientasi nilai (value oriented), dan pilihan resiko (risk preference) dengan tiga faktor situasional pemeriksaan pajak (tax audit), ketidak adilan (tax inequity), dan prilaku laporan wajib pajak (peer reporting behaviour) di dalam analisisnya dimana faktor-faktor tersebut ternyata sangat berperan di dalam memotivasi kepatuhan Wajib Pajak. Tomkins (2001) mengemukakan bahwa faktor sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu dari tax payer non compliance.


(32)

Teori tentang tax compliance pertama kali dikemukakan oleh Allingham and Sandmo ( Allingham dan Sadmo 1972, dalam Hamonangan dan Mukhlis, 2012). Teori ini mengasumsikan sedemikian tingginya tingkat ketidak patuhan dari sisi ekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak ada individu bersedia membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance). Oleh sebab itu individu akan selalu menentang untuk membayar pajak (risk aversion). Untuk menjelaskan teorinya tersebut, Allingham dan Sadmo merumuskan suatu model :

D = D (I,t,p, f) D : declared income

I : pendapatan tetap t : tarif pajak

p : probabilitas untuk diaudit f : penalty rate

Menurut teori ini , faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan pajak antara lain : pendapatan tetap (I), tarif pajak (t), probabilitas dilakukan audit (p), dan besarnya sanksi yang mungkin dikenakan (f). Individu diasumsikan memiliki

endowment pendapatan yang tetap yang harus dilaporkan ke pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkannya. Declared Income

merupakan tingkat pendapatan wajib pajak yang dilaporkan pada tingkat tarif pajak t. Pendapatan yang tidak dilaporkan tidak dikenai pajak, tetapi konsekuensinya individu dimungkinkan untuk di audit dengan denda sanksi sebesar f yang harus di bayar untuk setiap pendapatan yang tidak dikenakan pajak. Frey memperkenalkan adanya moral pajak (tax morale) disebut juga motivasi intrinsik individu untuk bertindak yang didasari oleh nilai-nilai yang


(33)

dipengaruhi norma-norma budaya (Frey 1997, dalam Hamonangan dan Mukhlis, 2012). Menurut teori ini, tax morale dapat dipahami sebagai penjelasan prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakini seseorang mengapa membayar pajak. Beberapa faktor yang mempengaruhi tax morale antara lain :

- Persepsi adanya kejujuran

- Sikap membantu atau melayani dari aparat pajak - Kepercayaan terhadap instansi pemerintah - Penghargaan atau rasa hormat dari aparat pajak

Beberapa peneliti kepatuhan pajak menggunakan konsep Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak wajib pajak. Berdasarkan teori ini, prilaku individu untuk tidak atau patuh terhadap ketentuan perpajakan dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku dan niat berperilaku tidak atau patuh dipengaruhi yang oleh tiga faktor yaitu : 1)

behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku (outcome belief) yang membentuk variabel sikap (attitude), 2) normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif yang menjadi rujukannya yang membentuk variabel norma sujektif (subjective norm) dan 3) control belief yaitu keyakinan/persepsi individu tentang keberadaan hal-hal yang mempengaruhi (mendukung atau menghambat) perilaku yang membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Niat berperilaku merupakan variabel perantara dalam membentuk perilaku (Ajzen, 1988). Ini berarti pada umumnya manusia bertindak sesuai dengan niat atau tendensinya.

Trivedi et al. (2005) menggunakan konsep Theory of Planned Behavior


(34)

Penelitian dilakukan menggunakan cara hipotesis dan eksperimen. Hasil penelitian Trivedi et al. (2005) menyimpulkan bahwa niat kepatuhan pajak dan etika berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak sedangkan sikap, norma subjektif dan kontrol yang persepsikan tidak berpengaruh signifikan. Dari sisi pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak, Trivedi et al. (2005) menyimpulkan bahwa norma subjektif dan sikap berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan kontrol yang dipersepsikan dan etika berpengaruh tidak signifikan.

2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan ( Attitude on righteousness of tax system)

Allport mendefenisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan syaraf yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan ( Allport 1953, dalam Schwarz dan Bohner, 2001). Ajzen dan Fishbein’s mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Ajzen dan Fishbein’s 1980, dalam Bobek dan Hatfield,2003).

Berkaitan dengan pajak, sikap wajib pajak didefinisikan sebagai pandangan positif atau negatif dari perilaku kepatuhan pajak. Hasil positif adalah kepatuhan pajak dan hasil negatif adalah ketidakpatuhan pajak ( Marti et al. 2010). Sikap positif terhadap sistem perpajakan sebenarnya adalah hasil dari persepsi keadilan positif atau dengan kata lain persepsi keadilan positif dapat sebagai pendorong dari sikap positif. Dengan demikian wajib pajak dengan persepsi


(35)

positif terhadap keadilan sistem perpajakan akan lebih memiliki sikap positif terhadap sistem perpajakan dan kosekuensinya akan mendorong mereka untuk patuh.

Sulit untuk mendefenisikan keadilan pajak , di satu sisi harus memuaskan wajib pajak dan di sisi lain berkaitan pelaksanaan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Christensen et al. menyatakan bahwa keadilan pajak sulit didefinisikan karena empat masalah utama (Christensen et al. 1994, dalam Azmi dan Perumal 2008) : (1) masalah dimensional, (2) dapat didefinisikan pada tingkat individu maupun pada masyarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas, dan (4) kurangnya keadilan dapat menjadikan pertimbangan atau menyebabkan ketidakpatuhan. Azmi dan Perumal (2008) mengidentifikasi 5 (lima) dimensi keadilan pajak yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak yaitu:

1. Keadilan Umum (General Fairness). Dimensi ini terkait dengan keadilan menyeluruh atas sistem perpajakan dan distribusi pajak.

2. Timbal balik Pemerintah (Exchange with Government). Dimensi ini terkait dengan timbal balik yang secara tidak langsung diberikan pemerintah atas pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak.

3. Kepentingan Pribadi (Self-Interest). Dimensi ini terkait dengan apakah jumlah pajak yang dibayarkan wajib pajak secara pribadi terlalu tinggi dan jika dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.

4. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provisions). Dimensi ini terkait ketentuan-ketentuan khusus yang diberikan kepada wajib pajak tertentu, misalnya insentif pengurangan tarif untuk perusahaan go public maupun UMKM.


(36)

Erich et al. mengemukakan bahwa persepsi keadilan dapat di lihat dalam beberapa bentuk ( Erich et al. 2006, dalam Saad 2010). Pertama, keadilan vertikal (vertikal fairness) yaitu wajib pajak dalam situasi ekonomi berbeda akan dikenakan pajak pada tarif yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan penghasilan yang lebih tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari pada penghasilan lebih rendah. Kedua, keadilan horizontal (horizontal fairness) didefinisikan sebagai perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dari individu. Dengan kata lain keadilan horizontal merekomendasikan bahwa wajib pajak dalam posisi ekonomi yang sama akan membayar jumlah pajak yang sama.

Studi Bobek pada sistem perpajakan Amerika tentang keadilan prosedural (procedural fairness) dan keadilan kebijakan (policy fairness) menyatakan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan proses yang digunakan dalam kaitannnya dengan fungsi distribusi sedangkan keadilan kebijakan berkaitan dengan isi dari hukum pajak (Bobek 1997, dalam Saad 2010) . Dapat disimpulkan bahwa keadilan secara umum mengukur penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil atau tidak.

2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial (Personal and Social Norms)

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak adalah norma-norma perilaku, yang terbagi atas norma-norma-norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms) dan norma masyarakat/warga negara (societal/national norms) (Kirchler, 2007). Norma individu didefenisikan sebagai internalisasi standar bagaimana kita harus berperilaku. Norma individu berhubungan dengan pertimbangan moral (moral reasioning), sifat otoriter (authoritarianism) dan sifat Machiavellian (machiavellianism), sifat egois, norma


(37)

dependency dan nilai. Norma sosial didefenisikan sebagai suatu kelaziman atau penerimaan dari penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan . Norma sosial berhubungan dengan perilaku dari grup yang direferensikan seperti teman, kenalan atau kelompok. Jika wajib pajak percaya bahwa perilaku ketidakpatuhan tersebar luas dan disetujui dalam suatu grup yang direferensikan maka mereka akan cenderung untuk tidak patuh. Norma masyarakat/warganegara merupakan budaya standar yang sering dicerminkan sebagai hukum actual.

Ajzen (1991) mengemukakan bahwa norma subyektif merupakan persepsi individu berhubungan dengan kebanyakan dari orang-orang yang penting bagi dirinya mengharapkan individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Norma subjektif mengacu pada persepsi individu apakah individu atau grup tertentu setuju atau tidak setuju atas perilakunya dan motivasi yang diberikan oleh mereka kepada individu untuk berperilaku tertentu. Secara umum jika norma-norma tersebut dipegang teguh oleh wajib pajak maka kepatuhan sukarela (voluntary compliance) akan diperoleh. Penelitian Wenzel (2004) menyimpulkan bahwa norma sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak sedangkan norma individu berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.

2.1.4. Probabilitas Ditemukan (Detection Probability)

Walaupun wajib pajak telah diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajaknya sendiri (self assessment system), penegakan hukum (law enforcement) tetap diperlukan dalam rangka


(38)

mengawasi pelaksanaan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Salah satunya adalah melalui pemeriksanaan pajak (tax audit) yang bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU RI No. 16 tahun 2009).

Secara umum, pengertian dari probabilitas temuan (detection probabilility) adalah kemungkinan ditemukannnya ketidakpatuhan dan IRS akan mencari dan memperbaiki penyimpangan tersebut (Fischer et al. 1992). Meningkatkan probabilitas temuan akan menambah kepatuhan pajak dan audit pajak merupakan salah satu langkah efektif yang digunakan oleh otoritas pajak (Alm 1991 dalam Fischer et al. 1992). Individu biasanya sepenuhnya ingin menghindari kewajiban pajak mereka dan satu-satunya alasan mereka tidak melakukan hal tersebut adalah adanya peluang kemungkinan tertangkap (Chau dan Leung, 2009) . Beberapa peneliti menemukan bahwa peningkatan resiko temuan pajak akan mengurangi penghindaran pajak dan akhirnya akan menambah kepatuhan pajak antara lain Dubin and wilde 1988; Franzoni 2000; Scholz 2007; Cumming et al. 2009 (Benk, et. al, 2011)

2.1.5. Besarnya Penalti (Penalty Magnitude)

Faktor penting lain yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah besarnya sanksi. Idealnya adalah ketakutan akan penalti akan memperkecil perilaku ketidak patuhan (Chau dan Leung, 2009). Struktur sistem penalti mungkin berbeda disetiap negara misalnya karena perbedaan subjek pajak, tarif penalti dan jenis


(39)

wajib pajak. Doran (2009) memberikan dua fungsi dari penalti pajak (tax penalty). Pertama, berperan sebagai instrumen fungsi yang mempromosikan kepatuhan pajak. Hal ini diakui secara luas oleh hukum dan literatur ekonomi, meskipun ada sedikit konsensus tentang bagaimana penalti mempromosikan kepatuhan dalam arti struktur penalti yang berbeda mungkin mempengaruhi kepatuhan yang bebeda. Kedua, fungsi mendefinisikan kepatuhan pajak. Jika denda yang ditetapkan dalam konsep yang salah maka akan menyebabkan perilaku yang tidak sesuai dengan konsep kepatuhan. Membangun sebuah sistem penalti untuk menghukum para penghindar pajak merupakan ukuran penting untuk kepatuhan pajak. Wajib pajak akan lebih menginginkan untuk patuh jika ketidakpatuhan dikenakan hukuman yang berat (Chau dan Leung, 2009). Kepatuhan pajak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan hukuman yang terkait dengannya. Untuk lebih effektif, sanksi harus diterapkan dengan cepat dan tepat. Menurut Mardiasmo (2011), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan .

Di sisi lain Borck (2004) menemukan bahwa dampak sanksi penalti terhadap penggelapan pajak (tax evasion) berakibat menurunnya penerimaan pajak yang diharapkan (expected tax revenue), tetapi meningkatkan kesejahteraan wajib pajak (taxpayer welfare). Borck (2004) berpendapat apabila pengenaan sanksi denda diterapkan terhadap penggelapan pajak, maka penghindaran pajak justru menjadi besar dan penerimaan pajak menjadi kecil. Hal mengindikasikan bahwa dampak besarnya penalti dapat berpengaruh terhadap berkurangnya


(40)

kepatuhan wajib pajak. Carnes dan Engelbrecht (1995) menyimpulkan bahwa besarnya penalti dan resiko temuan secara signifikan mempengaruhi kepatuhan pajak tetapi interaksi variabel tersebut tidak signifikan.

Dalam TPB (Azjen, 1991) , kontrol perilaku yang dipersepsikan mengacu kepada tingkat persepsi kontrol individu tentang suatu perilaku. Lebih spesifik, faktor fundamental dari kontrol perilaku yang dipersepsikan bekenaan dengan ada atau tidaknya sumberdaya dan kesempatan termasuk hambatan dan tantangan untuk mewujudkan perilaku tertentu (Bobek dan Hatfield, 2003). Pelaksanaan perilaku tergantung pada keyakinan individu terhadap seberapa besar kontrol yang dimilikinya. mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung (melalui niat) terhadap perilaku (Ajzen, 1988). Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga mempengaruhi perilaku. Berkaitan dengan kontrol aktual, Benk et al. (2011) mengemukan bahwa kontrol perilaku menentukan tingkat kesulitan dari kinerja yang ditampilkan oleh individu. Elemen ini terkadang dapat mempengaruhi perilaku secara langsung. Dalam hal kontrol perilaku, aktual kontrol tidak tergantung pada keinginan individu, misalnya sanksi hukum merupakan kontrol perilaku yang dapat mempengaruhi perilaku secara langsung.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)

Mustikasari (2007) menyimpulkan bahwa (1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh, (3) tax professional


(41)

atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh. Di antara variabel bebas sikap yang diteliti, variabel kontrol keperilakuan yang dipersepsikan mempunyai pengaruh total paling besar terhadp variabel niat tax professional

untuk berperilaku tidak patuh, (5) semakin rendah persepsi atas kontrol yang dimiliki tax professional maka akan mendorong tax professional tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan badan yang diwakilinya, atau mencukupi maka ketidakpatuhan pajak badan rendah atau sebaliknya. Napitupulu (2008) menyimpulkan kewajiban moral secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan secara parsial tidak signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Menurut Benk et al. (2011), equity attitudes tidak berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan normative expectation dan legal sanction berpengaruh terhadap niat kepatuhan pajak.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Benk et al. (2011) dan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(42)

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Yang Digunakan Kesimpulan

1. Mustikasari, Elia (2007) Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan Surabaya.

Niat tax professional berperilaku tidak patuh (Y1) dan ketidakpatuhan pajak badan (Y2). Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak (X1), Norma subyektif (X2), kewajiban moral (X3), kontrol

keperilakuan yang dipersepsikan (X4), persepsi

tentang kondisi keuangan (X5), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X6), dan persepsi tentang iklim organisasi (X7)

(1) tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi, (2) pengaruh orang sekitar (perceived social pressure) yang kuat mempengaruhi niat tax professional

untuk berperilaku patuh, (3) tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi, niat ketidakpatuhan pajaknya rendah atau sebaliknya, (4) semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan medorong tax professional berniat patuh.

2. Napitupulu , Krisman (2008) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Belawan

Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak (Y1). Kewajiban moral (X1) Niat tax professional berperilaku patuh (X2), persepsi tentang kondisi keuangan (X3), persepsi tentang fasilitas perusahaan (X4), dan persepsi tentang iklim organisasi (X5)

(1) Secara simultan kewajiban moral, niat profesional berperilaku patuh, persepsi tentang kondisi perusahaan, persepsi fasilitas peusahaan dan persepsi iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak.

(2) Secara parsial persepsi tentang iklim organisasi dan niat profesional berperilaku patuh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kewajiban moral , persepsi tentang kondisi perusahaan dan persepsi fasilitas perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan


(43)

wajib pajak. 3.

3 3

Benk, et. al. An Investigation ofTax Compliance Intention:ATheory

Of Planned Behavior

Approach

Tax Compliance Intention (Y1). Equity Attitudes (X1), Normative Expectation (X2), Legal Sanction (X3)

1. No statiscally significant between the equity attitudes with tax compliance intention.

2. Normative Expectation and legal sanction influencing tax compliance intention


(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep

Di dalam konsep kerangka konseptual analisis jalur ini, anak panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua merupakan hubungan korelasi. Jika didalam model terdapat lebih dari satu variabel independen atau exogen, maka antar variabel exogen ini harus dihubungkan dengan anak panah berkepala dua (Ghozali ,2006). Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) sedangkan hubungan tidak langsung terjadi jika ada variabel ketiga yang memediasi kedua variabel ini. Pada setiap variabel dependen akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini (e1 dan e2) yang berfungsi menjelaskan jumlah variance yang tak dapat dijelaskan (unexplained varience) oleh variabel itu. Besarnya nilai e= √(1-R²).

Dengan menggunakan konsep Theory of Planned Behavior dan kerangka analisis jalur (Path Analysis) serta pengembangan penelitian Benk et al. (2011) yang mendasari dilakukannya penelitian ini, digambarkan hubungan variabel dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar berikut:


(45)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Niat Kepatuhan Wajib Pajak (Z) Persepsi Sikap

Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan (X1)

Norma-norma Sosial (X2)

Norma-norma Individu (X3)

Persepsi tentang Probabilitas ditemukan

ketidakpatuhan (X4)

Persepsi tentang Besarnya Penalti (X5)

PYX2

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

PZX1

PZX2

PZX3

PYX3

PZX4

PYX4

PZX5

PYX5

PYZ r12

r13

r14

r15

r23

r24 r25

r34

r45 r35

e1 e2


(46)

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Hipotesis disusun dalam bentuk pernyataan yang tegas dan jelas atau tidak mengandung suatu pertanyaan tetapi merupakan pernyataan. Berdasarkan kerangka konseptual, disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara simultan terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

2. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probabilityof non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh secara parsial terhadap niat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of


(47)

non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)

dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

4. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude)

dan niat kepatuhan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

5. Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (perception of attitude on righteousness of tax system), norma-norma individu (personal norms), norma-norma sosial (social norms), persepsi probabilitas ditemuka n ketidakpatuhan (perceptions of detection probability of non-compliance), dan persepsi besarnya penalti (perceptions of penalty magnitude) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melalui niat kepatuhan pajak.


(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membandingkan antara nilai-nilai yang seharusnya diamati dengan segala cara yang memungkinkan sampai kepada eksperimen (Rubin, 1978). Hubungan kausal adalah hubungan bersifat sebab akibat dimana ada variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2008).

4.2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya tingkat penyampaian SPT Tahunan yang cenderung rendah dan dibawah target yang telah ditentukan.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina, 2011). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008). Peneliti mengambil populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar tahun 2011 di KPP Pratama Medan Polonia. Pemilihan sample menggunakan metode non probability sampling dimana tidak setiap elemen populasi mempunyai peluang untuk terpilih sebagai sample


(49)

penelitian dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode

convenience/accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara nyaman dimana peneliti mengambil sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui . Sampel penelitian dalam hal ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penentuan sampel ditentukan dengan rumus Taro Yamane (Israel, 1992) sebagai berikut :

N n = ___________ 1 + N (e)² n = jumlah sampel N = populasi e = sampling eror

Berdasarkan data KPP Pratama Medan Polonia, jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar dan wajib menyampaikan SPT tahunan orang pribadi tahun 2011 sebanyak 95.831, maka jumlah sample dalam penelitian ini dengan e ( sampling eror) sebesar 10% adalah :

95.831 n = ___________ 1 + 95.831 (0,1)² n = 100

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner memberikan

pertanyaan kepada responden individu. Daftar pertanyaan di susun dan dikembangkan berdasarkan dari penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan objek penelitian dan penyusunan kuesioner dalam penelitian menggunakan skala


(50)

Likert yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut :

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju

3 = Ragu-ragu/Netral 4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, defenisi operasional masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Variabel independen (bebas) adalah varibel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelititan ini adalah

1) Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (X1) Persepsi tentang sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan adalah persepsi penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil atau tidak. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu keadilan vertikal dan keadilan horizontal (Benk et. al , 2011) dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak adil, 2 = tidak adil, 3 = netral, 4 = adil dan 5 = sangat adil

2) Norma-norma individu (X2)

Norma-norma indvidu adalah berhubungan dengan pertimbangan moral (moral reasoning) oleh suatu individu. Pengukuran variabel


(51)

menggunakan tiga item pertanyaan yaitu melanggar etika, perasaan bersalah dan prinsip hidup (Murtikasari, 2007) dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

3) Norma-norma sosial (X3)

Norma-norma sosial merupakan suatu kelaziman tentang penerimaan atau penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu pengaruh teman dan pengaruh keluarga (Benk et. al , 2011) dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

4) Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan (X4)

Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidakpatuhan adalah persepsi kemungkinan ditemukannya ketidakpatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu kemungkinan ditemukan ketidakpatuhan oleh aparat pajak dan kemungkinan ditemukan sistem (Benk et. al , 2011) dan dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.


(52)

5) Persepsi tentang besarnya penalti (X5).

Persepsi tentang besarnya penalti merupakan persepsi tentang besarnya penalti yang mungkin dikenakan jika tidak memenuhi kewajiban perpajakan. Pengukuran variabel menggunakan tiga item pertanyaan yaitu pengenaan sanksi, keberatan akan sanksi dan keseriusan penerapan sanksi (Benk et. al , 2011) dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju. b. Varibel dependen (terikat) adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan pajak (Y) yaitu kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. . Pengukuran variabel menggunakan tiga item pertanyaan yaitu menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan benar dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju.

c. Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sehingga menjadi hubungan tidak langsung. Variabel intervening terletak antara variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah niat kepatuhan pajak (Z) yaitu kecenderungan atau keputusan wajib pajak untuk melakukan perilaku kepatuhan pajak. Pengukuran variabel menggunakan dua item pertanyaan yaitu


(53)

kecenderungan dan keputusan untuk berperilaku patuh terhadap ketentuan perpajakan (Blanthorne, 2000; Bobek, 2003, Murtikasari ,2007) dan diukur dengan skala likert dengan lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan 1= sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju dan 5 = sangat setuju. Pengukuran variable dalam penelitian ini ditunjukkan pada table berikut ini :

Tabel 4.1. Tabel Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Jenis

Variabel Nama Variabel

Definisi Operasional

Pengukuran Variabel ( Item

Pertanyaan)

Skala Ukuran

Variabel bebas

Persepsi sikap terhadap keadilan dari sistem perpajakan (X1) Persepsi penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil atau tidak

- Keadilan

vertikal

- Keadilan

horizontal Likert 1-5 Norma Individu (X2) Norma individu berhubungan dengan pertimbangan moral (moral reasioning)

- Melanggar etika

- Perasaan

bersalah - Prinsip hidup

Likert 1-5 Norma sosial (X3) Norma sosial merupakan suatu kelaziman tentang penerimaan atau penghindaran pajak antara suatu grup yang direferensikan

- Pengaruh

keluarga

- Pengaruh teman

Likert 1-5


(54)

Persepsi tentang probabilitas ditemukan ketidak patuhan (X4) Persepsi kemungkinan ditemukannnya ketidakpatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

- Kemungkinan ditemukan aparat pajak - Kemungkinan

ditemukan sistem Likert 1-5 Persepsi tentang besarnya penalti (X5) Persepsi mengenai besarnya penalti yang dikenakan jika tidak memenuhi kewajiban

perpajakan

- Pengenaan sanksi

- Keberatan akan sanksi

- Keseriusan

penerapan sanksi Likert 1-5 Variabel intervening

Niat Kepatuhan Wajib Pajak (Z)

Niat kepatuhan wajib pajak adalah niat wajib pajak orang

pribadi dalam

memenuhi kewajiban perpajakan.

- Kecenderungan untuk patuh - Keputusan untuk

patuh Likert 1-5 Variabel terikat Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi (Y) kepatuhan wajib pajak adalah

kepatuhan wajib

pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Kepatuhan untuk - menghitung - membayar

- melaporkan Likert

1-5

4.6. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis jalur (Path Analysis) dan dalam mengolah data penelitian dilakukan beberapa pengujian seperti uji kualitas data dan uji asumsi klasik serta menggunakan program komputer dalam


(55)

pengolahan data statistik, yaitu program SPSS 20 dengan tingkat signifikansi pada confidence level 90% atau α 10%

4.6.1. Uji kualitas data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji data persepsi responden digunakan uji kualitas data yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas data.

4.6.1.1. Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan masing-masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r table dengan r hitung (Ghozali, 2006).

Penentuan valid tidaknya pertanyaan/pernyataan kuesioner ditentukan melalui besarnya koefisien , yaitu :

1. Jika r hitung positif dan r hitung > r table, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner valid

2. Jika r hitung negatif dan r hitung > r table, maka skor butir pertanyaan/ kuesioner tidak valid.


(56)

4.6.1.2.Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Ghozali (2006) menyatakan teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan uji statistik Cronbach Alpha

dengan cara membandingkan nilai alpha dengan standarnya, dengan ketentuan jika :

1. Jika alpha > 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan reliable 2. Jika alpha < 0.6, maka instrument pengamatan dinyatakan tidak

reliable

4.6.2. Uji asumsi klasik

Sebuah persamaan regresi linier yang baik, haruslah memiliki koefisien regresi yang baik. Koefisien regresi dikatakan baik apabila mempunyai sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate), atau mempunyai sifat linier, tidak bias, dan varian minimum. Lebih jelasnya, sebuah model regresi harus memenuhi sejumlah asumsi klasik. Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk menguji kesesuaian model yang dibuat dengan asumsi-asumsi klasik ini antara lain :

4.6.2.1. Uji normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya (Ghozali, 2006). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka


(57)

model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

4.6.2.2. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance dari residual satu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain (Ghozali ,2006). Jika variance dari residual satu periode pengamatan ke periode pengamatan lain memiliki kesamaan maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada gambar Scatter plot model antara nilai prediksi variable terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID)

4.6.2.3.Uji multikolineritas

Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independent) (Ghozali, 2006). Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolineritas yaitu dengan melihat nilai tolerance serta variance inflation factor (VIF). Jika VIF < 10 dan Nilai Tolerance > 0.1 maka disimpulkan tidak ada multikolonieritas antar variabel dalam model regresi atau sebaliknya.


(58)

4.6.3. Model analisis

Model analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisa jalur dengan persamaan struktural sebagai berikut :

Z = PZX1 + PZX2 + PZX3 + PZX4 + PZX5

Y = PYX1 + PYX2 + PYX3 + PYX4 + PYX5+PYZ + e2 Persamaan2 + e1 Persamaan 1

Keterangan :

Y : Kepatuhan Pajak (KP) Z : Niat Kepatuhan Pajak (NKP) X1

X

: Persepsi Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan (SK) 2

X

: Norma Invividu (NI) 3

X

: Norma Sosial (NS) 4

X

: Persepsi tentang Probabilitas Ditemukan Ketidakpatuhan (PD) 5

P : Koefisien Regresi

: Persepsi tentang Besarnya Penalti (BP) e : error

Ketepatan fungsi regresi sample dalam menaksir nilai aktual diukur dari

Goodness of fitnya (Ghozali, 2006). Secara statistik setidaknya ini dapat di ukur dari nilai koefisien detrminasi (R-square), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya di sebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dimana Ho diterima.

4.6.3.1.Koefisien determinasi(R-Square)

Pengujian koefisien determinasi (R2 ) dilakukan pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang mendekati nol berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai R2 mendekati satu berarti


(59)

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi varibel dependen.

4.6.3.2. Uji t-Statistik.

Uji t-Statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Dalam melakukan pengujian ini, hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : ß1 = 0 Ha : ß1 ≠ 0

Nilai t yang dihasilkan dari pengujian kemudian dibandingkan dengan nilai t yang ada pada tabel nilai t. Bila t-hitung lebih besar dari t-tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya bila t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian, berarti variabel independen yang di uji berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4.6.3.3. Uji F-Statistik.

Pengujian F-Statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

Ho : ß1 = ß2 = ß3

Ha : paling sedikit ada satu ß = …. = ßk = 0

ͥ

i ≠

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tabel ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui nilai F-hitung. Nilai F-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai F-tabel, jika F-hitung lebih besar F-tabel maka Ho


(60)

ditolak dan sebaliknya jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.


(1)

7.

Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Niat Kepatuhan Pajak

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.774 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Niat Kepatuhan Pajak 1

(NKP1) 3.7800 .54272 100

Niat Kepatuhan Pajak 2

(NKP2) 3.8800 .62410 100

Correlations

Niat Kepatuhan Pajak 1 (NKP1)

Niat Kepatuhan Pajak 2 (NKP2)

Total Z

Niat Kepatuhan Pajak 1 (NKP1)

Pearson Correlation 1 .637** .890**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

Niat Kepatuhan Pajak 2 (NKP2)

Pearson Correlation .637** 1 .918**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100

Total Z

Pearson Correlation .890** .918** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 100 100 100


(2)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 100 100.0

Excludeda 0 .0

Total 100 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

.802 3

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Kepatuhan Pajak 1 (KP1) 3.9200 .52570 100

Kepatuhan Pajak 2 (KP2) 3.8200 .68726 100

Kepatuhan Pajak 3 (KP3) 3.9600 .63437 100

Correlations Kepatuhan Pajak 1 (KP1)

Kepatuhan Pajak 2 (KP2)

Kepatuhan Pajak 3 (KP3)

Total Y

Kepatuhan Pajak 1 (KP1)

Pearson

Correlation 1 .575

**

.657** .850

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

Kepatuhan Pajak 2 (KP2)

Pearson

Correlation .575

** 1 .539** .846**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

Kepatuhan Pajak 3 (KP3)

Pearson

Correlation .657

** .539** 1 .858**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100

Total Y

Pearson

Correlation .850

**

.846** .858** 1**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 100 100 100 100


(3)

Lampiran 8. Output Regresi Persamaan Substruktural 1

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1

Besarnya

Penalti, Sikap Keadilan,

Norma Sosial, Probabilitas Ditemukan, Norma Individub

. Enter

a. Dependent Variable: Niat Kepatuhan Pajak b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .691a .478 .450 .78348

a. Predictors: (Constant), Besarnya Penalti, Sikap Keadilan, Norma Sosial, Probabilitas Ditemukan, Norma Individu

ANOVA Model

a

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 52.739 5 10.548 17.183 .000b

Residual 57.701 94 .614

Total 110.440 99

a. Dependent Variable: Niat Kepatuhan Pajak

b. Predictors: (Constant), Besarnya Penalti, Sikap Keadilan, Norma Sosial, Probabilitas Ditemukan, Norma Individu


(4)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t

B Std. Error Beta

1

(Constant) .937 .820 1.142

Sikap Keadilan .109 .069 .126 1.587

Norma Sosial .349 .067 .430 5.178

Norma Individu .125 .051 .219 2.430

Probabilitas Ditemukan .109 .055 .161 1.991

Besarnya Penalti .102 .043 .180 2.343

Coefficientsa

Model Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant) .256

Sikap Keadilan .116 .888 1.126

Norma Sosial .000 .804 1.244

Norma Individu .017 .687 1.456

Probabilitas Ditemukan .049 .853 1.173

Besarnya Penalti .021 .945 1.058


(5)

Lampiran 9. Output Regresi Persamaan Substruktural 2

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1

Niat Kepatuhan Pajak, Besarnya Penalti, Sikap Keadilan,

Probabilitas Ditemukan, Norma Individu, Norma Sosialb

. Enter

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pajak b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .740a .548 .519 1.09114

a. Predictors: (Constant), Niat Kepatuhan Pajak, Besarnya Penalti, Sikap Keadilan, Probabilitas Ditemukan, Norma Individu, Norma Sosial b. Dependent Variable: Kepatuhan Pajak

ANOVA Model

a

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 134.276 6 22.379 18.797 .000b

Residual 110.724 93 1.191

Total 245.000 99

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pajak

b. Predictors: (Constant), Niat Kepatuhan Pajak, Besarnya Penalti, Sikap Keadilan, Probabilitas Ditemukan, Norma Individu, Norma Sosial


(6)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3.563 1.150 3.099

Sikap Keadilan .020 .097 .016 .209

Norma Sosial .018 .106 .015 .168

Norma Individu .462 .074 .541 6.243

Probabilitas Ditemukan .326 .078 .324 4.207

Besarnya Penalti -.006 .062 -.007 -.093

Niat Kepatuhan Pajak .013 .144 .009 .093

Coefficientsa

Model Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant) .003

Sikap Keadilan .835 .865 1.156

Norma Sosial .867 .626 1.598

Norma Individu .000 .646 1.547

Probabilitas Ditemukan .000 .818 1.222

Besarnya Penalti .926 .893 1.120

Niat Kepatuhan Pajak .926 .522 1.914


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 78 88

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Case Processing Summary - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 17