Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN BELAWAN

Diajukan Oleh:

NAMA : TIODORA HIA SINTA NIM : 072600113

Untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ... i

BAB I : PENDAHULUAN………. i

A. Latar Belakang PKLM ... ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... ... 3

C. Ruang Lingkup PKLM ... ... 5

D. Metode PKLM ... ... 5

E. Metode Pengumpulan Data ... ... 6

F. Sistematika Penulisan PKLM ... ... 7

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN II.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 9

II.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 12

II.3 Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan... 16

BAB III :GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI 1.Ketentuan ... ... 25

2.Ketentuan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi.... ... 29

3.Pajak Penghasilan ... ... 44

BAB IV:ANALISA DAN EVALUASI DATA 1.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Terutang .. 66


(3)

2.Faktor-Faktor Yang Menentukan Tinggi Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak ... ... 75 3.Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 78 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... ... 81 B.Saran ... ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... ... 84


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Burton,Richard,2009,Kajian Aktual Perpajakan,Salemba Empat,Jakarta.

Cahyono,Akhmad,2001, Perpajakan Indonesia:pendekatan soal-jawab dan kasus,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Fitriandi,Primandinta,dkk,2010,Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap Susunan Satu Naskah,Salemba Empat,Jakarta.

Lubis,Irwansyah,dkk,2010,Review Pajak Orang Pribadi dan Orang Asing,Salemba Empat,Jakarta.

Mardiasmo,2006,Perpajakan (Edisi Revisi 2006),Andi,Yogyakarta.

Nurmantu,Safri,2004.Mewujudkan Masyarakat Sadar dan Peduli Pajak.Indonesian Tax Digest,Volume 1 (7),45-47.

Setyawan,Danang Wahyu.2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan, (Online), 2010).

Supadmi,Ni Luh.2005.Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan,(Online), Mei 2010).

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Menurut Roechmat Soemitro, pajak diartikan sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Oleh negara pajak digunakan untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya sampai belanja untuk pembelian alat pertahanan negara. Secara umum, pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya (fungsi budgetair), dan pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (fungsi regulerend). Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008).

Undang-undang perpajakan Indonesia sejak tahun 1984 menganut sistem Self Assessment yang memberi “kepercayaan penuh” kepada wajib pajak (WP) untuk melaksanakan hak dan kewajibannya,mulai dari menghitung, memungut , memotong, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (Mardiasmo,2006:7).


(6)

Sebab apabila terjadi peningkatan jumlah wajib pajak baik Badan maupun Orang Pribadi yang menggambarkan terdapatnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak ( Bubung M. Hermawan 2003;Bisnis Indonesia). Sistem Self Assesment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Namun permasalahan perpajakan kerap muncul baik yang bersumber dari wajib pajak (masyarakat), aparatur pajak (fiskus), maupun yang bersumber dari sistem perpajakan sendiri.

Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam mengisi surat pemberitahuan pajak (SPT) dengan benar juga masih sangat memprihatinkan. Kategori wajib pajak patuh berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 adalah wajib pajak yang tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan untuk semua jenis pajak,tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, tidak pernah dijatuhi hukuman pidana di bidang perpajakan, wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun telah diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas Negara. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam Tugas Akhir yang berjudul :”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN.”


(7)

B.Tujuan dan Manfaat PKLM 1.Tujuan PKLM

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab wajib pajak orang pribadi tidak melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak penghasilannya.

2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pembayaran atau penyetoran pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi yang dilaporkan tepat waktu dan jumlah wajib pajak orang pribadi yang aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan..

3. Untuk mengetahui realiasasi penerimaan pajak penghasilan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2.Manfaat PKLM

Manfaat PKLM bagi mahasiswa:

1. Sebagai media untuk menambah wawasan dan menguji kemampuan mahasiswa dalam bidang perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Orang pribadi.

2. Guna menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.


(8)

Manfaat Bagi Masyarakat:

1. Sebagai sarana informasi bagi masyarakat dalam memudahkan masalah perpajakannya.

2. Sebagai media guna mensosialisasikan betapa pentingnya pajak untuk kehidupan bernegara.

Manfaat Bagi Universitas Sumatera Utara:

1. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. 2. Menciptakan mahasiswa yang berkualitas dan berintegritas dalam dunia

pendidikan, pekerjaan, dan masyarakat.

Manfaat Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan:

1. Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan kepada masyarakat khususnya wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C.Ruang Lingkup PKLM

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:

1. Hal-hal yang mempengaruhi penyebab Wajib Pajak Orang Pribadi tidak memenuhi kewajiban perpajakannya khususnya pajak penghasilan.


(9)

2. Mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilannya.

D.Metode PKLM

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari pengajuan judul, penentuan judul dan penentuan tempat PKLM,mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga pada tahap berkonsultasi dengan pihak dosen. 2. Studi Literatur (kepustakaan)

Pada tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku-buku,majalah,Undang-Undang perpajakan,dan peraturan yang membahas mengenai Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP).

3. Observasi Lapangan

Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan / pengamatan secara langsung ke tempat PKLM,mencari data-data dan informasi tentang tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

E.Metode Pengumpulan Data

Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:


(10)

1. Daftar Pertanyaan

Yaitu pengumpulan data dengan cara interview atau melakukan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan kantor ataupun pegawai sehingga dapat memberikan data yang dibutuhkan penulis guna melengkapi Laporan PKLM.

2. Daftar Observasi

Dalam metode ini penulis terjun langsung ke lapangan untuk mengamati,mendengarkan serta mencatat dan menyimpulkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan laporan ini.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang berupa buku-buku,peraturan pemerintah, surat kabar, Undang-Undang Perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) serta sumber-sumber dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan laporan ini dari KPP Medan Belawan.

F.Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun maksud membuat sistematika penulisan laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan penelitian.Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi dengan penjelasan terperinci yang terdiri dari:


(11)

BAB I :PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang PKLM, ruang lingkup, tujuan,

dan manfaat penulisan serta bentuk sistematika penulisan Laporan PKLM.

BAB II :GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi PKLM, struktur organisasi, serta tugas dan fungsi masing-masing jabatan.

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI Pada bab ini penulis membahas tentang tingkat kepatuhan dalam memenuhi kewajiban membayar pajak khususnya pajak penghasilan sebagai wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisa permasalahan-permasalahan dan alternative


(12)

pemecahan masalah juga evaluasi terhadap pemecahan masalah tersebut.

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil pemikiran penulis agar kiranya dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan terutama bagi penulis.


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA

II.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian di ubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya Modernisasi di Lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan Pemeriksaan tetapi bukan sebagai Lembaga yang memutuskan keberatan.

KPP Pratama adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta


(14)

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Adapun jumlah wajib pajak terdaftar s.d Bulan Juli 2010 berjumlah 141.026 wajib pajak (termasuk WP PBB), yang terdiri dari :

NO Jenis Wajib Pajak Jumlah

1 Orang Pribadi 47.976

2 Badan / PPH 21 2.514

3 Bendaharawan 139

4 PBB 90.397

Adapun jenis pajak dan rencana penerimaan pajak KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai Mei 2010 adalah :

NO Jenis Pajak Jumlah Tercapai(%)

1 PPh Non Migas 29,05

2 PPN dan PPN BM 36,09

3 PBB 2,78

4 BPHTB 6,62

Sedangkan Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu :


(15)

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

II.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan

Keberhasilan Program Modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktek-praktek good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendrral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Dalam rangka merealisasikan sasaran pencapaian penerimaan pajak dalam tahun 2010, diperlukan sarana pendukung yang harus dipersiapkan kantor pelayanan pajak pratama medan belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank


(16)

data, penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga terkait dan perbaikan system teknologi informasi yang akurat.

MISI

FISKAL

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan

dengan tingkat efektivitas dan efesiensi yang tinggi.

EKONOMI

Mendukung kebijaksanan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

POLITIK

Mendukung proses demokratisasi bangsa KELEMBAGAAN

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

II.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.


(17)

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuan adanya struktur organisasi adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakn jenis struktur line and staff organization atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi pajak bukan jenis pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi 10 (sepuluh) Seksi / Sub Bagian Umum dan Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB yang mana setiap Seksi Waskon terdiri dari beberapa orang Account Representative (AR) dibantu pelaksana. KPP Pratama dipimpin oleh Seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi/Kepala Sub Bagian Umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan Pelaksana. Adapun seksi / sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi


(18)

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4

11. Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 88 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 77 orang dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dari dana DIPA) sebanyak 8 orang.

Adapun Perincian Jumlah Pegawai adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pegawai per seksi/bagian/ kelompok

NO Seksi / Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 6

2 Pengolahan data dan informasi 7

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 5

5 Pemeriksaan 2

6 Ekstensifikasi 4

7 Pengawasan dan konsultasi 1 8 8 Pengawasan dan konsultasi 2 7 9 Pengawasan dan konsultasi 3 7 10 Pengawasan dan konsultasi 4 7 11 Fungsional pemeriksa/ penilai 15


(19)

Jumlah 80

2. Berdasarkan Jabatan

NO Jabatan Jumlah Pegawai

1 Eselon III 1

2 Eselon IV 8

3 Account Representative 20 4 Fungsional Pemeriksa Pajak 15

5 Pelaksana 36

Jumlah 80

3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai

1 Strata 2 (S2) 4

2 Strata 1 (S1) 26

3 Diploma III/Sederajat (D3) 15 4 Diploma I / Sederajat (D1) 20 5 Sekolah Menengah Atas (SMA) 13 6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2

7 Sekolah Dasar (SD) 0


(20)

4. Berdasarkan Agama

NO Agama Jumlah Pegawai

1 Islam 49

2 Kristen Protestan 29

3 Kristen Katolik 2

Jumlah 80

5. Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin Jumlah Pegawai

1 Laki – Laki 60

2 Perempuan 20

Jumlah 80

2.3 Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan I. Kepala KPP (Kepala Kantor )

I.I Tugas Kepala KPP :

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja kantor pelayanan pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.


(21)

b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi / ekstensifikasi perpajakan g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan

pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan

i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan

j. Mengkoordinasikan pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPn BM serta pembyaran BPHTB dan PBB untuk megetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan/ pelaksanaan pemeriksaan pajak.


(22)

II. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

II.1 Tugas Kepala Sub bagian umum :

a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan dan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

a. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi terkait.

b. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.

c. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin pegawai bawahan d. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai bawahan III. Seksi – Seksi

III. 1 Seksi pengolahan data dan informasi perpajakan (PDI) Tugas Seksi PDI :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan b. Penyajian informasi perpajakan

c. Perekaman dokumen perpajakan

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

e. Pengalokasian pajak bumi dan bangunan (PBB) dan Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)


(23)

f. Pelayanan dukungan teknis komputer g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

h. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja

III.2 Seksi Pelayanan Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

c. Menerima dan mengolah surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya

d. Memberikan penyuluhan perpajakan e. Melaksanakan registrasi wajib pajak f. Melakukan kerja sama perpajakan III.3 Seksi Penagihan

Tugas seksi penagihan :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak & memproses permohonan pengangsuran pajak

b. Pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak c. Penagihan aktif

d. Mengusulkan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen - dokumen penagihan


(24)

Jurusita Pajak

Jurusita pajak adalah pelaksana pada KPP yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.

Tugas Jurusita Pajak :

a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus (SPPSS) b. Memberitahukan surat paksa (SP)

c. Melaksanakan penyitaan barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP)

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

Jurusita pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal dan memperlihatkan kepada penanggung pajak.

III.4 Seksi Pemeriksaan Tugas Seksi pemeriksaan :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya.

III.5 Seksi Ekstensifikasi Tugas Seksi Ekstensifikasi :


(25)

b. Pendataan objek dan subjek pajak

c. Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi. III.6 Seksi pengawasan dan Konsultasi ( Waskon )

Seksi Waskon di KPP Pratama Medan Belawan, yaitu Waskon 1, Waskon 2, Waskon 3,dan Waskon 4 yang berada dalam satu naungan tugas yang sama.

Tugas Seksi Waskon :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar

b. Memberikan bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi tekhnis perpajakan

c. Penyusunan profil wajib pajak d. Menganalisis kinerja wajib pajak

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili/tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 (Waskon 1) mengawasi seluruh wajib pajak yang berada di wilayah kelurahan Kampung Besar, Kelurahan Martubung, Kelurahan Sei Mati, Kelurahan Pekan Labuhan, Kelurahan Tangkahan, dan Kelurahan Nelayan Indah.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 (Waskon 2) mengawasi seluruh wajib pajak yang berada di wilayah Kelurahan Labuhan Deli, Kelurahan Rengas


(26)

Pulau, Kelurahan Terjun, Kelurahan Tanah 600, Kelurahan Paya Pasir dan Kelurahan Mabar.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 (Waskon 3) mengawasii seluruh wajib pajak yang berada di wilayah Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Titi Papan dan Kelurahan Mabar Hilir.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 ( Waskon 4) mengawasi seluruh wajib pajak yang terdaftar dan berada di wilayah Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belawan 1, Kelurahan Belawan 2, Kelurahan Sicanang, dan Kelurahan Bagan Deli.

IV. Account Representative (AR)

Account Representative (AR) merupakan Petugas di Kantor Pajak, yang memantau keadaan wajib pajak sebagai penghubung dan tempat konsultasi antara Wajib Pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak.

Keberadaan Account representative (AR) merupakan bentuk peningkatan pelayanan kepada wajib pajak. Wajib pajak akan dilayani oleh Account Representative (AR) yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin keterbukaan.

Pada KPP Pratama Medan Belawan, jumlah Account Representative (AR) sebanyak 16 orang dan setiap 1 (satu) orang Account Representative (AR) mengawasi sebanyak 7.204 wajib pajak.

Tugas Account Representative (AR) :


(27)

b. Melayani penerbitan suat perintah membayar kelbihan pajak (SPMKP) c. Melayani penyelesaian permohonan legalisasi ijin prinsip pembebasan

PPh pasal 22 impor

d. Melayani penyelesaian surat keterangan bebas (SKB) pemungutan PPh pasal 22 impor

Jangka waktu penyelesaian :

a. - 2 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap - 4 bulan sejak saat diterimanya permohonan secara lengkap - 12 bulan sejak saat permohonan diterima secara lengkap

b. 3 minggu sejak SKPLB diterbitkan atau 3 minggu sejak permohonan diterima secara lengkap

c. 3 minggu sejak surat permohonan diterima secara lengkap d. 5 hari kerja sejak surat permohonan diterima secara lengkap V. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Pejabat fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(28)

 Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh kepala kantor wilayah sebagai supervisor , atau kepala KPP yang bersangkutan.

 Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.  Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan


(29)

BAB III

GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI 1.KETENTUAN

1.1.Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 perubahan ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa definisi Pajak menurut beberapa ahli,diantaranya:

Menurut Prof.DR. P.J.A.Adriani, pajak adalah iuran rakyat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang Wajib Pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat kontraprestasi kembali yang lagsung yang dapat ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.(Atep,1992,3).

Prof.DR. Rochmat Soemitro,S.H.,memberikan pengertian pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang( yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.(Atep,1992,4).


(30)

Sedangkan menurut Dr.Soeparman Mahamidjaya, pajak adalah iuran wajib berupa uang dan barang yang dipungut oleh penguasaha berdasarkan norma-norma hokum,guna menutupi biaya produksi barang-barang, jasa-jasa kolekif dalam mencapai kesejahteraan umum (Mardiasmo,2006,1)

Dari definisi di atas,dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 1. Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan,berarti pajak merupakan kontribusi wajib dan rutin dibayarkan setiap bulan/tahun pajak yang telah ditentukan. Berarti pajak bukan merupakan sumbangan atau bantuan lagi tetapi pajak merupakan pembayaran wajib yang dikenakan oleh orang pribadi atau badan.

2. Bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, artinya pajak dapat dipaksakan apabila telah benar-benar melanggar ketentuan yang berlaku,pajak juga memiliki dasar hukum yang kuat undang-undang yang apabila tidak dipatuhi akan mendapatkan sanksi yang tegas. Dengan demikian pengenaan pajak berdasarkan undang-undang akan menjamin bagi Wajib Pajak adanya kepastian hukum dan keadilan.

3. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung atau dengan kata lain kontraprestasinya tidak secara langsung dirasakan oleh Wajib Pajak individual namun lebih dirasakan secara universal (semua merasakannya) contoh nyata adalah pembangunan sarana atau prasarana umum seperti jalan, jembatan dan lain-lain.


(31)

4. Digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat maksudnya tujuan pajak adalah sumber keuangan Negara yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

1.2. Fungsi Pajak a. Fungsi Budgetair

Fungsi pajak yang paling utama adalah mengisi kas Negara ( to raise government’s revenue) untuk membiayai negara baik yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan.Fungsi ini disebut dengan fungsi budgetair atau fungsi penerimaan.

b. Fungsi Regulerend

Yaitu pajak merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan yang telah ditentukan pemerintah.Contohnya,pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras,pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif,serta tarif pajak untuk ekspor 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.


(32)

1.3. Pengelompokkan Pajak 1) Menurut Golongan

a. Pajak Langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain dan dipungut secara berkala.

Contoh: Pajak Penghasilan b.Pajak Tidak Langsung

Yaitu pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain/pihak ketiga/konsumen.Pajak ini dipungut setiap kali terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terhutang pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah.

2) Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif/Perorangan

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan b.Pajak Objektif/Kebendaan

Yaitu pajak yang pemungutannya berdasarkan objeknya, baik berupa benda,keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya


(33)

kewajiban membayar pajak, dimana ditemukan siapa yang menjadi subjeknya.

3) Menurut Lembaga Pemungut a.Pajak Pusat

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan dan hasilnya untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada umumnya.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan

b.Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan masing-masing daerah untuk pembiayaan rumah tangga masing-masing-masing-masing daerah. Contoh: Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan lain-lain.

2. Ketentuan Formal Wajib Pajak Orang Pribadi

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.Masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung,memperhitungkan,memotong/memungut,menyetor,dan


(34)

melaporkan besarnya jumlah pajak yang harus dibayar dan melaporkannya sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

2.1. Ketentuan Umum

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal (1), yang dimaksud dengan :

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yan dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang,


(35)

mengekspor barang, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagiamana ditentukan dalam Undang-Undang ini. 8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bagi Wajib

Pajak mengguanakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. 9. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tauhn Pajak. 10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harud dibayar pada suatu saat, dalam

Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(36)

12. Surat pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa 13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu

Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

15. Surat Ketetapan Pajak adalah Surat Ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumalah pajak yang telah ditetapkan.

18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak kerena jumlah kredit pajak


(37)

lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak masukan yang dpat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

25. Pemeriksaan adalah serangkaiaan kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional bersadarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


(38)

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan- perundang-undangan perpajakan.

26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulakan kerugian pada pendapatan Negara.

27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertan ggung jawab atas permbayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan berupa harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

30. Penelitian adalah serangkaiaan kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan da lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.


(39)

31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaiaan tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan ketetapan pajak, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.

34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.


(40)

36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan

37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan dari badan peradilan pajak

38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk wajib pajak tertentu.

39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan junlah imbalan bungan yang diberikan kepada Wajib Pajak. 40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili,

atau dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat keputusan, atau putusan disampaikan secara langsung.

41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung.

2.2. Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).


(41)

Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan dengan peredaran bruto Rp 4.800.000.000, wajib menyampaikan SPT. 2.3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Dengan adanya NPWP juga dapat menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan terhadap administrasi perpajakan.

Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak menurut Cyrus Sihaloho adalah : 1. Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak.

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan,karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya dalam Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri atau pihak ketiga harus mencantumkan NPWP.

5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang diajukan,seperti Dokumen Import (PPUD/PIUD),Dokumen Eksport (PEB).


(42)

Sanksi tidak mendaftarkan diri :

a) Tidak mendaftarkan diri dan menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara dikenakan sanksi perpajakan.

b) Setiap bulan Wajib Pajak harus melakukan angsuran bulanan yang maksudnya agar pada akhir tahun pajak,beban WP tidak terlalu berat.

c) Besarnya pembayaran pajak setiap bulan tergantung kepada penghasilan bersih (netto) yang wajib pajak peroleh setiap bulan.

d) Untuk membayar angsuran bulanan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat dicetak sendiri atau diminta di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan cuma-cuma.

e) Apabila Wajib Pajak ingin membayar sekaligus untuk masa beberapa bulan,dapat dilakukan dengan syarat pembayaran tersebut dibayarkan dimuka (sebelum) masa bulan-bulan yang bersangkutan.

2.4. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek pajak,dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan..Surat Pemberitahuan (SPT) meliput i:


(43)

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan; b.SPT Masa yang terdiri dari:

1) SPT Masa Pajak Penghasilan

2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai

3) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai Fungsi SPT adalah :

1. Sebagai sarana melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

2. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

3. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak orang pribadi atau badan dalam satu tahun pajak.

Surat Pemberitahuan (SPT) dapat berbentuk formulir kertas (soft copy) atau e-SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) paling sedikit memuat:

a. Nama Wajib Pajak,Nomor Pokok Wajib Pajak,dan alamat Wajib Pajak b. Masa Pajak,Bagian Tahun Pajak,atau Tahun Pajak yang bersangkutan dan c. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak

Penyampaiaan Surat Pemberitahuan (SPT) oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak,tau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak,dapat dilakukan:


(44)

a. Secara langsung.

b. Melalui Pos dengan bukti pengiriman surat.

c. Dengan cara lain,yang meliputi melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau melalui ASP.

2.5. Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang kepada kas Negara atau ke tempat pembayarn lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) adalah : a. Sebagai sarana untuk membayar pajak; b. Sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak;

Tempat pembayaran atau penyetoran pajak yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan adalah:

a. Bank-bank persepsi yang di tunjuk oleh Dirjen Pajak; b. Kantor Pos dan Giro.

2.6. Sanksi-Sanksi Perpajakan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Sanksi-sanksi perpajakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dapat berupa sebagai berikut :

1. Sanksi Administrasi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi: a. PPh


(45)

• Rp 100.000,00 apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu,misalnya paling lambat 20 hari setelah akhir Masa Pajak;

• Rp 100.000,00 apabila SPT Tahunan orang pribadi tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu,yaitu paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak;

• Rp 100.000,00 apabila SPT Tahunan Badan tidak disampaikan atau tidak sesuai dengan batas waktu.

2) Bunga sebesar:

• 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dalam hal:

 Wajib Pajak (WP) membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebelum dilakukannya pemeriksaan.

 PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar dan/atau dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;

 Terdapat kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain;


(46)

 Penghitungan sementara pajak yang terutang dari jumlah pembayaran pajak yang sebenarnya terutang akibat diberikan izin penundaan penyampaian SPT Tahunan.

• 2% sebulan dari pajak yang kurang dibayar dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

• 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam hal WP setelah jangka waktu 10 tahun dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

• 2% sebulan dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan apabila pembayaran atau penyetoran yang terutang untuk suatu saat atau masa dilakukan setelah jatuh tempo pembayaran atau penyetoran.

3) Kenaikan sebesar:

 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak;  100% dari jumlah PPh yang tidak atau kurang dipungut,tidak atau

kurang disetorkan,dan dipotong atau dipungut,tetapi tidak atau kurang disetorkan;

 100% dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa pajak penjualan atas barang mewah yang tidak atau kurang bayar.


(47)

2.Sanksi Pidana Wajib Pajak Orang Pribadi a. Karena alpa:

1) Tidak menyampaikan SPT atau

2) Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 didenda paling sedikit satu kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.

b. Dengan sengaja Wajib Pajak Orang Pribadi

1) Tidak mendaftarkan diri,atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP Nomor Pengukuhan PKP atau

2) Tidak menyampaikan SPT

3) Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau

4) Memperlihatkan pembukuan,pencatatan,atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau

5) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan atau tidak meminjamkan buku,catatan,atau dokumen lainnya,atau

6) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara diancam dengan pidana


(48)

penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 20 kali jumlah Pajak Terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali Pajak Terutang yang tidak atau kurang dibayar.

3. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991,Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

3.1. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah :

1. Orang Pribadi, yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer,perseroan lainnya,Badan Usaha Milik Negara atau Baan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, danapensiun, persekutuan,


(49)

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik ,atau organisasi lainnya,lembaga,dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,untuk menjalankan usaha atau melakukan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Subjek pajak terdiri dari Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Luar Negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :

a) Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

Kewajiban pajak subjektif badan dimulai pada saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.


(50)

c) Warisan yang belum terbagi satu kesatuan menggantikan yang berhak. Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri dalam pengertian Undang-undang ini mengikuti status pewaris.Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajaknnya,warisan tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak.Apabila warisan tersebut telah dibagi,kewajiban perpajaknnya beralih kepada ahli waris.

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti karena pengenaan pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya. Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

a) Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,dan badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,kewajiban pajak subjektif orang pribadi atau badan tersebut dimulai saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau melakukan kegiatan sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) dan berakhir pada saat tidak


(51)

lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap.

b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Kewajiban Pajak Subjektif Orang Pribadi atau Badan tersebut dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menerima atau memperoleh penghasilan tersebut.Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya,antara lain:

1. Wajib Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indoensia,sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

2. Wajib Pajak Dalam Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghgasilan netto dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tariff pajak sepadan.

3. Wajib Pajak Dalam Negeri menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak,sedangkan Wajib Pajak Luar Negeri tidak wajib menyampaikan


(52)

Surat Pemberitahuan Tahunan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usah atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia, pemenuhan kewajiban wajib pajaknya dipersamakan dengan kewajiban wajib pajak dalam negeri. 3.2. Objek Pajak

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan.Penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pengelompokkan penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan aliran tambahan kemampuan ekonomis dibagi menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja

2.Penghasilan dari pekerjaan bebas,seperti gaji,honorarium,penghasilan dari praktik dokter ,notaris,aktuaris,akuntan,pengacara,dan sebagainya.

3.Penghasilan dari usaha dan kegiatan

4.Penghasilan dari modal yang berupa harta bergerak maupun tidak bergerak,seperti bunga, deviden, bunga, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta, harta yang tidak dipergunakan untuk usaha


(53)

5.Penghasilan lain-lain, seperti keuntungan pembebasan utang, keuntungan selisih kurs, dll.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah:

a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang.

b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan,dan penghargaan. c) Laba usaha.

d) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk:

 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

 Keuntungan yang diperoleh perseroan,persekutuan,dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.

 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambil alihan usaha.

 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau


(54)

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh menteri keuangan,sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya pada saat menghitung penghasilan kena pajak merupakan Objek Pajak.

f) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis,dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k) Keuntungan karena pembebasan utang,kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

l) Keuntungan selisih kurs mata uang asing

m) Keuntungan lebih karena penilaiaan kembali aktiva n) Premi asuransi

o) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas


(55)

p) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

q) Penghasilan dari usaha berbasis syariah

r) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dan s) Surplus Bank Indonesia

Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah

1. Bantuan atau sumbangan,termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan Menteri Keuangan sepanjang tidak memiliki hubungan dengan usaha,pekerjaan,kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Warisan.

3. Harta termasuk setoran tunai uang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf bsebagai pengganti penyertaan modal.


(56)

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah.

Pengecualian untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja dalam hal sebagai berikut:

 Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai secara bersama-sama di tempat kerja.

 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu.

 Pemberian kepada pegawai dalam bentuk natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam melaksanakan pekerjaan,keamanan,dan keseamatan kerja atau berkenaan dengan situasi lingkungan kerja. 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan,asuransi jiwa,asuransi dwiguna,asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri,koperasi,Badan Usaha Milik Negara,Badan Usaha Milik Daerah dari penyertaan modal pada


(57)

badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

 Bagi Perseroan Terbatas,Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen,kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut.

7. Iuran yang diterima atau diperolah dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan,baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan dalam dana pensiun sebagaimana dimaksud pada poin 7 dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri keuangan yang ditetapkan Menteri Keuangan.

9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi.

10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.


(58)

11. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia dengan syarat merupakan perusahaan kecil,menengah,atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan serta sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Inonesia.

3.3. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Ada dua cara dalam menghitung Pajak Penghasilan yaitu :

a. Wajib Pajak menggunakan Pembukuan

b. Wajib Pajak menggunakan Norma Perhitungan 3.4. Norma Perhitungan Penghasilan Netto

Untuk dapat mengenakan pajak secara adil dan wajar sesuai dengan kemampuan ekonomis Wajib Pajak diperlukan informasi yang benar dan lengkap tentang Penghasilan Wajib Pajak. Untuk itu Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan. Disadari bahwa tidak semua Wajib Pajak mampu menyelenggarakan pembukuan. Untuk semua Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap diwajibkan menyelenggarakan pembukuan.

Untuk memberikan kemudahan menghitung besarnya Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak tertentu, Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Norma Perhitungan penghasilan Netto sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Norma Perhitungan Penghasilan Netto adalah pedoman untuk


(59)

menentukan besarnya Penghasilan Netto yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Perhitungan tersebut dilakukan dalam hal :

a. Tidak tedapat dasar perhitungan yang lebih baik yaitu pembukuan yang lengkap atau;

b.Pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata diselenggarakan tidak benar.

Wajib Pajak yang diizinkan menggunakan Norma Perhitungan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya setahun kurang dari Rp 600.000.000,- (tahun 2006 dan sebelumnya), Rp 1.800.000.000,- (tahun 2007-2008), dan Rp 4.800.000.000,- (tahun 2009). Syaratnya Wajib Pajak harus memberitahukan kepada Direktur jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dalam tahun pajak yang bersangkutan ( contoh untuk tahun pajak 2009 dalam masa Januari s/d Maret 2009) apabila Wajib Pajak dalam masa tersebut tidak memberitahukanya maka Wajib Pajak dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.. Perhitungan Penghasilan Netto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha denga memperlihatkan kelompok wilayah.

Penghasilan Netto = Peredaran Bruto X Persentase Norma

= Rp 300.000.000,-

Contoh :

Tuan Joshua mempunyai Usaha Dagang dengan Norma Perhitungan 25%.Tahun 2008, peredaran bruto setahun Rp 1.200.000.000,


(60)

Tahun 2009 Peredaran Bruto setahun Rp 3.000.000.000,-dengan Norma Perhitungan 30%.

Penghasilan Netto Tahun 2009 = 30% x Rp 3.000.000.000,-

=Rp 900.000.000,-

3.5. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pertahun adalah Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus emapat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi. Dan tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin adalah sebesar Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah).Untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan,paling banyak 3 (tiga) orang sebesar Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah).

Dan Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk tambahan seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. Besarnya PTKP sudah mengalami beberapa kali perubahan,berikut ini merupakan kronologis perubahan tersebut:


(61)

Besarnya PTKP untuk Tahun Pajak (Rp) Sebelum

2005 2005 Mulai 2006 Mulai 2009 Untuk diri WP

OP

Rp 2,880,000

Rp

12,000,000 Rp13,200,000 Rp15,840,000 Tambahan WP kawin Rp 1,440,000 Rp 1,200,000 Rp

1,200,000 Rp 1,320,000 Tambahan Istri

bekerja

Rp 2,880,000

Rp

12,000,000 Rp13,200,000 Rp15,840,000 Tambahan Tanggungan Rp 1,440,000 Rp 1,200,000 Rp

1,200,000 Rp 1,320,000

Penghitungan PTKP sudah mengalami beberapa keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Penghitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun sebelumnya sudah bekerja di Indonesia) dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun takwim (1 Januari). Bagi pegawai yang baru dating dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwim,besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan. Dalam hal karyawati kawin,PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. Dalam hal karyawati tidak kawin,pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri juga PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan seluruhnya.


(62)

Contoh :

1. Tn.Michael pada tanggal 1 Januari 2008 berstatus kawin dan mempunyai satu anak.Apabila anak kedua lahir tanggal 1 Januari 2008 maka besarnya P.T.K.P yang diberikan untuk Wajib Pajak Michael yang bestatus Kawin dengan 1 anak. 2. Tuan Henry selama ini menetap di Singapura pada tanggal 5 Juni 2009 datang

dan ingin menetap di Indonesia dengan keadaan pada tanggal 5 Juni 2009 berstatus Kawin dengan 3 anak. Pada tanggal 20 Juni 2009 anak pertama meninggal dunia, maka besarnya P.T.K.P untuk Emma pada bagian Tahun Pajak 2009 tetap dihitung berdasarkan status Kawin 3 anak.

Contoh perhitungan P.T.K.P

1. Tn.Michael pada tanggal 1 Januari 2008 dengan status kawin/2 anak, tanggal 5 Januari 2008 istrinya melahirkan anak ke 3.Hitunglah perhitungan PTKP pada tahun 2008 dan tahun 2009 !

P.T.K.P sebagai berikut :

Tahun 2008

Anak (2) Rp 2.400.000,- (3) Rp 3.960.000,- Rp 16.800.000,- Rp 21.120.000,-

Tahun 2009 Wajib Pajak Rp 13.200.000,- Rp 15.840.000,- Kawin Rp 1.200.000,- Rp 1.320.000,-


(63)

2. Tuan Henry pada tanggal 1 Januari 2008 dengan status Kawin/4 anak. Pada tanggal 5 Februari 2008 lahir anak ke 5. Isterinya mempunyai usaha salon kecantikan dan penghasilan digabung dengan Tuan Henry. Hitunglah besarnya P.T.K.P tahun 2008 dan tahun 2009 !

Tahun 2008

Tanggungan (3) Rp 3.600.000,- Rp 3.960.000,- Jumlah P.T.K.P Rp 31.200.000,- Rp 36.960.000,- 3.6. Tarif Pajak

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:

Tahun 2009 Wajib Pajak Rp 13.200.000,- Rp 15.840.000,- Kawin Rp 1.200.000,- Rp 1.320.000,- Tambahan untuk

Isteri yang penghasilan

Digabung Rp 13.200.000,- Rp 15.840.000,-

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) 5% (lima persen) di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp

250.000.000,00


(64)

diatas Rp 250.000.000,00 s.d Rp

500.000.000,00 25% (dua puluh lima persen) diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) 30% (tiga puluh persen)

Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).Untuk keperluan penerapan tarif pajak di atas Jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh. Pajak penghasilan atas Bagian Tahun Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang terutang dalam bagian tahun pajak dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun Pajak tersebut dibagi 360 dikalikan dengan Pajak yang Terutang untuk satu tahun Pajak.Dalam menghitung bagian tahun Pajak setiap bulan yang penuh dihitung 30 hari.

3.7. Contoh Kasus dan Penyelesaianya

Tuan Jabez dengan keadaan pada tanggal 1 Januari 2008 dengan status Kawin/3 anak. Tanggal 5 Januari 2008 anak pertama meninggal dunia. Usaha Dagang dan dalam menghitung pajak menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Netto dan telah memberitahukan ke Kantor Pajak sesuai ketentuan. Memberikan data untuk Tahun 2008 sebagai berikut :


(65)

Penjualan / Peredaran Bruto setahun Rp 575.000.000,- dengan N.P.30% Untuk Tahun 2009 :

Peredaran Bruto setahun Rp 3.593.575.000,- dengan N.P.33% Penghasilan Lain Di Luar Usaha :

Tahun 2008 Tahun 2009 1.Sewa Mobil Rp 15.150.900,- Rp 20.000.000,- 2.Sewa Rumah/Bangunan Rp 60.000.000,- Rp 90.000.000,- 3.Hadiah Undian Pepsodent Rp 5.000.000,- Rp 10.000.000,- 4.Deviden dari PT ADIL

Medan Rp 25.000.000,- Rp 30.000.000,- 5.Bunga Deposito dari

BNI Rp 10.000.000,- Rp 15.000.000,- 6.Hibah dari Orang Tua

Tuan Jabez Rp200.000.000,- Rp300.000.000,- 7.Pembayaran dari

Perusahaan Asuransi Rp 15.000.000,- Rp 20.000.000,- 8.Bagian Laba dari Firma

ABC(modal tidak terbagi

Atas saham) Rp 10.000.000,- Rp 15.000.000,- 9.Hibah dari Tuan Darwin


(66)

10.Hasil Penjualan Bangunan/

Rumah di Tebing Tinggi Rp100.000.000,- Rp200.000.000,- Jumlah Penghasilan/

Penerimaan di Luar Usaha Rp490.150.900,- Rp740.000.000,-

PENYELESAIAN

Penjualan dari Usaha Rp 575.000.000,- dengan N.P 30%

Penghasilan Netto = 30% x Rp 575.000.000,- = Rp 172.500.000 Penghasilan di luar usaha :

1. Sewa Mobil (Objek) Rp 15.150.900,- 2. Sewa Rumah/Bangunan (PPh Final) -

3. Hadian Undian Siapa Berani (PPh Final) -

4. Deviden dari PT ADIL MEDAN (Objek) Rp 25.000.000,- 5. Bunga Deposito dari BNI (PPh Final) -

6. Hibah dari orang tua Tuan Jabez (Bukan Objek) - 7. Pembayaran dari Perusahaan Asuransi

Kecelakaan (Bukan Objek) - 8. Bagian Laba dari Firma ABC (Bukan Objek) - 9. Hibah dari Teman sesama Pedagang


(67)

10.Hasil Penjualan Bangunan/Rumah

(PPh Final) -

Jumlah Penghasilan Luar Usaha sebagai

Objek Pajak Rp 90.150.900 -

Jumlah Penghasilan Netto untuk

Perhitungan PPh Terutang Rp 262.650,900,-

Penghasilan Netto Tahun 2008

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :

- Wajib Pajak Rp 13.200.000,-

- Kawin Rp 1.200.000,-

- Tanggungan (3) Rp 3.600.000,-

Rp 18.000.000,-

Rp244.650.900,- Pajak Penghasilan Terutang :

Rp 25.000.000,- x 5% Rp 1.250.000,- Rp 25.000.000,- x 10% Rp 2.500.000,- Rp 50.000.000,- x 15% Rp 7.500.000,- Rp100.000.000,- x 25% Rp 25.000.000,- Rp 44.650.900 x 35% Rp 15.627.500,- Jumlah Pajak Penghasilan Terutang


(68)

Tahun 2008 Rp 51.877.500,-

Pajak Penghasilan Terutang untuk Tahun 2009 : Penjualan Rp 3.593.575.000,- dengan N.P 33%

Penghasilan Netto = Rp 1.185.875.750,- Penghasilan Netto di Luar Usaha :

1. Sewa Mobil (Objek) Rp 20.000.000,- 2. Sewa Rumah/Bangunan (PPh Final) -

3. Hadiah Undian Siapa Berani (PPh Final) - 4. Deviden dari PT ADIL MEDAN (Final) - 5. Bunga Deposito dari BNI (Final) - 6. Hibah dari Orang Tua Tuan Jabez (Bukan Objek

Pajak) -

7. Pembayaran dari Perusahaan Asuransi

Kecelakaan( Bukan Objek) - 8. Bagian Laba dari Firma ABC (Bukan Objek) -

9. Hibah dari sesame Pedagang (Objek Pajak) Rp 40.000.000,- 10.Hasil penjualan Bangunan/Rumah di

Tebing Tinggi (PPh Final) -

Jumlah Penghasilan di Luar Usaha Rp 60.000.000,- Jumlah Penghasilan Netto Rp 1.245.875.750,-


(69)

Penghasilan Tidak Kena Pajak :

- Wajib Pajak Rp 15.840.000,-

- Kawin Rp 1.320.000,-

- Anak (2) Rp 2.640.000,-

Jumlah PTKP Rp 19.800.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp 1.226.075.750,- Pajak Penghasilan Terutang :

Rp 50.000.000 x 5% Rp 2.500.000,- Rp 200.000.000 x 10% Rp 30.000.000,- Rp 250.000.000 x 25% Rp 62.500.000,- Rp 726.075.750 x 30% Rp 217.822.500,-

Jumlah Pajak Penghasilan Terutang

Tahun 2009 Rp 312.822.500,-


(70)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

1.Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Terutang

Untuk melihat tingkat kepatuhan Wajib Pajak tersebut dalam membayar pajak terlebih dahulu kita melihat Tabel Tingkat Kepatuhan Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam menyampaikan SPT Masa dan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Tabel Tingkat Kepatuhan Pajak Penghasilan Pasal 21 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Tahun 2009

No Bulan

Jumlah WP Terdaftar

SPT Persentase

Kepatuhan

N KB LB Total

1 Januari 3.125 619 190 - 809 25,89 % 2 Februari 3.478 636 199 2 837 24,07 %

3 Maret 3.652 653 222 1 876 23,99 %

4 April 3.730 635 220 1 856 22,95 %

5 Mei 3.760 593 203 2 798 21,22 %

6 Juni 3.787 605 208 1 814 21,49 %

7 Juli 3.824 653 280 1 934 24,42 %


(71)

9 September 3.885 645 233 2 880 22,65 % 10 Oktober 3.901 616 210 4 830 21,28 % 11 November 3.932 604 227 3 834 21,21 % 12 Desember 3.954 628 277 2 907 22,94 %

(Sumber : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan)

Berdasarkan tabel diatas, maka ada beberapa hal yang dapat penulis analisa dari data-data yang disajikan didalamnya yaitu :

a. Dengan melihat angka persentase tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajaknya, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang tertinggi terjadi pada periode Agustus 2009 (39,24 %) dan yang terendah terjadi pada periode November 2009 (21,21 %). Dengan demikian dapat diketahui bahwa selama tahun anggaran 2009/2010 tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan tidak pernah mencapai angka 50 %.

b. Tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan belum baik karena rata-rata selama tahun pajak 2009 belum mencapai angka persentase 50 %. Dengan demikian, Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(72)

Medan Belawan tergolong sebagai Pemotong Pajak yang tidak patuh. Hal ini harus diupayakan usaha untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21.

Data-Data Mengenai Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

NO Perihal 2007 2008

1 Jumlah Wajib Pajak efektif 18.804 26.906 2 Jumlah SPT Tahunan diterima 10.295 16.867

3 SPT Kurang Bayar 1.001 1.186

4 SPT Lebih Bayar 7 1

5 SPT Nihil 9.287 15.680

6 Belum memasukkan SPT 10.047 11.573

(Sumber : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan)

Informasi yang diperoleh dari tabel diatas oleh penulis sajikan berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Pasal 21 Tahun Pajak 2008 yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Ada beberapa hal yang dapat kita analisa dari data-data yang disajikan dalam tabel tersebut yaitu :


(73)

a. Terjadi peningkatan jumlah wajib pajak yang efektif,dimana pada tahun 2007 berjumlah 18.804 WP,dan di tahun 2008 menjadi 26.906 WP. Begitu juga dengan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dalam menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2008 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun pajak 2007 adalah sebesar 17,77 %.Tingkat kepatuhan Pemotongan Pajak PPh Pasal 21 pada tahun 2007 adalah sebesar 50,87 %, sedangkan pada tahun 2008 tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 adalah sebesar 68,64 %. Namun, masih terdapat wajib pajak yang tidak jujur dalm menyampaikan SPT nya.Ini terlihat dari jumlah SPT kurang bayar yang semakin besar dari 1.001 menjadi 1.186.Perbandingan yang sangat besar juga dilihat dari jumlah wajib pajak yang belum memasukkan SPT nya di tahun 2008 meningkat dari 10.047 menjadi 11.573.

b. Tingkat kepatuhan Pemotong Pajak PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan cukup baik walaupun masih mencapai 50 % dan masih banyaknya Pemotong Pajak PPh Pasal 21 yang belum menyampaikan SPT.

Dari data-data yang penulis sajikan, dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan khususnya PPh Pasal 21 masih sangat minim. Hal ini disebabkan oleh Tingkat Kesadaran Wajib Pajak yang masih kurang.


(1)

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan-Belawan

(Dalam Rupiah)

Tahun Anggaran

Target Penerimaan PPH Pasal 21

Realisasi PPH Pasal 21 s/d 31

Desember

% (persen) Realisasi

2007 69.061.219.000 29.153.930.000 42,21% 2008 52.288.160.000 44.439.144.530 84,98%

Berdasarkan pada tabel di atas, realisasi penerimaan dalam tahun anggaran 2007 yaitu Rp 29.153.930.000,00 dimana target yang telah ditetapkan semula adalah sebesar Rp 69.061,219.000,00. Target yang telah ditetapkan tersebut tidak tercapai 100 % tetapi hanya mencapai sekitar 42,21 % (Rp 29.153.930.000,00 : Rp 69.061,219.000,00) x 100 % ).

Untuk tahun anggaran 2008, target penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 52.288.160.000,00 dan realisasi penerimaannya mencapai 84,98% yaitu sebesar Rp 44.439.144.530,00 atau dengan kata lain realisasi penerimannya tidak mencapai 100%. Namun,penerimaan pajak penghasilan pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ini mengalami peningkatan 42,27% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya program Sunset Policy yang diadakan oleh


(2)

Direktorat Jenderal Pajak untuk tahun pajak 2007. Dimana wajib pajak diberi fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007). Sehingga masyarakat dapat memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela dan melaksanakannya dengan benar.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemkmuran rakyat.

2. Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya,pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.


(4)

3. Dalam system self assessment yang dianut oleh Negara kita,SPT Tahunan merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan sekaligus menghitung,memperhitungkan, dan menetapkan besarnya pajak penghasilan yang terutang dan dibayar dalam tahun pajak yang bersangkutan.

4. Dalam sosialisasi dan edukasi yang telah dilakukan oleh fiskus pada dasarnya memiliki target yaitu agar Wajib Pajak sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak tepat waktu maupun kejujuran dalam memyampaikan SPT nya. Pada Tahun 2008 Wajib Pajak yang terdaftar meningkat menjadi 26.906 WP dari tahun 2007 yang berjumlah 18.804 WP,namun dalam penyampaiaan SPT masih terdapat Wajib Pajak yang tidak jujur,terlihat dari jumlah SPT kurang bayar yang semakin besar dari 1.101 menjadi 1.186.

5. Pilar-pilar yang mendukung terbentuk masyarakat yang sadar dan peduli pajak harus ditegakkan.Sosialisasi dan edukasi akan membuat orang menjai “TAHU”.Tahu mengapa harus membayar pajak dan bagaimana membayar pajak secara komprehensif.Disamping itu diperlukan adanya tranparansi pengelolaan keuangan Negara agar masyarakat benar-benar merasakan manfaat pajak.Setelah masyarakat tahu,diharapkan meningkat menjadi “PATUH”.Untuk itulah diperlukan adanya law enforcement yang tidak pandang bulu. Law enforcement ini juga perlu ditegakkan terhadap aparat pajak yang melakukan pelanggaran


(5)

patuh.Hal ini akan terwujud bila terdapat konsistensi penegakan pilar-pilar tersebut.Bila habits sudah dilakukan mayoritas masyarakat,maka barulah masyarakat yang “SADAR DAN PEDULI” pajak bisa dicapai.

B. Saran

1. Untuk mengatasi Wajib Pajak yang tidak mau mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak ke KPP sebaiknya fiskus melakukan razia ke rumah-rumah lebih sering,mengadakan penyuluhan-penyuluhan yang lebih efektif dalm menyadarkan Wajib Pajak dalam menjalankan salah satu kewajibannya membayar pajak.

2. Bagi Wajib Pajak yang dengan sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya,dan terlambat dalam menyampaikan SPT dan melanggar Undang-Undang Perpajakan,sebaiknya ditindak dengan tegas dengan pemberian sanksi yang lebih tegas dan diperketat.

3. Dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak,sebaiknya fiskus tidak hanya melakukan penyuluhan saja,tetapi juga dengan memberikan apresiasi kepada Wajib Pajak yang membayar pajak dengan aktif sebagai pemicu bagi Wajib Pajak yang lain yang kurang sadar dalam membayar pajak.

4. Untuk aparat pajak/fiskus harus memiliki integritas dan kejujuran dengan menunjukkan kualitas pelayanan publik yang baik terhadap masyarakat


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Burton,Richard,2009,Kajian Aktual Perpajakan,Salemba Empat,Jakarta.

Cahyono,Akhmad,2001, Perpajakan Indonesia:pendekatan soal-jawab dan kasus,PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Fitriandi,Primandinta,dkk,2010,Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap

Susunan Satu Naskah,Salemba Empat,Jakarta.

Lubis,Irwansyah,dkk,2010,Review Pajak Orang Pribadi dan Orang Asing,Salemba Empat,Jakarta.

Mardiasmo,2006,Perpajakan (Edisi Revisi 2006),Andi,Yogyakarta.

Nurmantu,Safri,2004.Mewujudkan Masyarakat Sadar dan Peduli Pajak.Indonesian

Tax Digest,Volume 1 (7),45-47.

Setyawan,Danang Wahyu.2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan, (Online), 2010).

Supadmi,Ni Luh.2005.Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan,(Online), Mei 2010).

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

5 85 130

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEKERJA BEBAS DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN

0 12 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta).

0 6 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI.

0 1 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMBAYAR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Te

0 0 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar di KPP Pratama Suraka.

0 0 8

Analisis Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar Pajak ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang).

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 17