commit to user
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada sektor perumahan dirasakan semakin meningkat seiring dengan jumlah dan laju perkembangan penduduk. Kebutuhan akan
perumahan dapat terpenuhi dengan menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, mudah didapat, dan harganya murah sehingga dapat dijangkau
oleh masyarakat luas terutama bagi mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah.
Bahan bangunan yaitu semua bahan olahan yang mempunyai bentuk beraturan dan ukuran tertentu yang digunakan sebagai bahan untuk membuat
elemen bangunan. Elemen bangunan merupakan suatu bagian fungsional dari suatu bangunan yang terbuat dari bahan bangunan atau komponen bangunan yang
merupakan bagian dari suatu bangunan, seperti lantai, atap, maupun dinding SK SNI S-02-1989-F.
Dinding merupakan salah satu struktur bangunan yang berfungsi untuk melindungi penghuni dari serangan binatang buas, angin, maupun hujan cuaca.
Pembuatan dinding biasanya menggunakan batu bata merah, batako, papan, atau triplek. Dinding pasangan batu bata merah adalah bahan yang paling banyak
digunakan sebagai dinding luar bangunan atau dinding pembatas antara ruangan yang satu dengan lainnya. Batu bata merah adalah batu buatan yang
terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran, dikeringkan dengan dijemur beberapa hari kemudian dibakar pada temperatur tinggi hingga mengeras
dan tidak hancur jika direndam dalam air. Bahan mentah untuk membuat batu bata merah bisa menggunakan
bahan campuran dan tanpa bahan campuran tergantung dari keadaan tanah liat yang dipakai. Bahan campuran yang sering dipakai, seperti pasir yang
berfungsi untuk mengurangi penyusutan dan mempermudah pengeringan; sekam
1
commit to user 2
padi, abu sekam dan serbuk gergaji untuk mempermudah proses pembakaran dan sebagai pembentuk pori-pori batu bata merah.
Tanah liat merupakan bahan dasar dalam pembuatan batu bata merah yang memiliki sifat plastis. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting untuk
mempermudah dalam proses awal pembuatan batu bata merah. Apabila tanah liat yang dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan batu bata merah yang
dibentuk mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi kekuatan, memperbesar penyusutan, dan mempengaruhi hasil
pembakaran batu bata merah yang sudah jadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya menunjukkan
bahwa persentase abu sampah dan tanah liat yang paling optimal dalam batu bata adalah 15:85 Romadhona Y, 2007.
Abu sampah organik adalah abu yang diperoleh dari hasil pembakaran sampah organik. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah
diuraikan dalam proses alami, mudah hancur, serta mudah diolah. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik, termasuk sampah organik misalnya:
sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah dan daun Ari Suprihatin dan Nisandi, 1999. Dalam hal ini peneliti menggunakan sampah organik dari daun
kering, sekam padi. Abu hasil pembakaran memiliki karakteristik seperti butirnya haluslembut, ringan, dan berwarna abu-abu kehitaman dengan kandungan unsur
silika SiO
2
sebanyak 4557 mgkg Balai Laboratorium Kesehatan, Semarang. Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa,
lignin dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat serbuk
gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air Wardono Ali, 2007.
commit to user 3
Dalam penelitian ini digunakan abu yang berasal dari sampah organik dan juga serbuk gergaji sebagai bahan pengisi dalam pembuatan batu bata
sehingga dari segi pengelolaan lingkungan sosial juga memberikan dampak positif yaitu pengurangan pencemaran. Selain itu dari segi ekomomi penggunaan abu
sampah organik dan serbuk gergaji juga diharapkan memberikan keuntungan karena dapat mengurangi pembiayaan untuk pembelian bahan pengisi dalam
pembuatan batu bata Petavratzi, E. Wilson, S. 2007.
1.2. Perumusan Masalah