sesuai resiko yang ada, namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal 7 T untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan.
E. Konsep Sosial Budaya
a. Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal, ada juga ahli yang mengatakan budaya berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu
berarti cipta, rasa dan karsa Mulyadi, 2000. Berdasarkan ilmu antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem
gagasan, tidakan dari hasil karya manusia dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Para ahli umumnya
Sajidiman, 1999 sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari atau learning behavior Wahit Iqbal,
2009. Kebudayaan menurut E. B Tylor adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaa, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan manusia sebagai makhluk Bio-Psiko-Sosial-Spititual
yang utuh dan unik. Teori kebutuhan manusia, memandang manusia sebagai keterpaduan,
keseluruhan yang terorganisir karena pengetahuan Sosial Budaya penting sekali dikuasai oleh profesi bidan dalam menjalankan tugasnya karena bidan akan
berhadapan dengan berbagai macam kelompok sosial dengan beragam latar belakang agama, status pendidikan, dan sebagainya. Sosial Budaya sangat berkaitan dengan
cara pendekatan dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat yang erat
Universitas Sumatera Utara
kaitannya dengan masalah-masalah kependudukan karena proses perkawinan dapat mengakibatkan kelahiran dimana kelahiran itu merupakan resiko yang tinggi bagi
ibu-ibu di seluruh dunia Syafrudin, 2009. Seorang ahli sosiologi, Talcott Parsons yang bersama dengan seorang ahli
antropologi, A. L. Kroeber mengemukakan perbedaan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.
Sama halnya dengan J. J. Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya berjudul The World of Man 1959 membedakan tiga “gejala kebudayaan”, yaitu ide,
aktivitas, dan artifak. Terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya;
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia Noorkasiani, dkk, 2009. Secara awam sering terjadi kerancuan pengertian antara perubahan budaya
dan perubahan sosial. Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa setiap terjadi proses perubahan budaya mengakibatkan stuktur dan fungsi masyarakatnya akan
berubah juga. Itulah sebabnya, orang sering menyatakannya sebagai perubahan sosial budaya. Para ahli ilmu sosial, temasuk antropologi, secar tegas membedakan
pengertian perubahan budaya dan perubahan sosial. Pada perubahan budaya, hal yang berubah itu adalah unsur-unsur budayanya, seperti pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat. Adapun pada perubahan sosial, hal yang berubah
adalah struktur dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan masyarakat Mulyadi, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan sosial,
kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya Mulyana, 2002.
Maka kebudayaan berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan Kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama
kelahiran, melainkan diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Dengan kata lain, hubungan antara manusia dengan
lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan yang dimilikinya. Di lihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena
melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh
suatu masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya. Dengan kata lain, kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan
mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan yang sama. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya
Sutrisno,M. 2006. Penyebaran orang Minangkabau jauh dari daerah asalnya ini disebabkan oleh
adanya dorongan pada diri mereka yang merantau, yang disebabkan oleh dua hal. Pertama, ialah keinginan mereka untuk mendapatkan
kekayaan tanpa mempergunakan tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya
dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah warisan bagi kepentingan diri sendiri. Kedua, ialah perselisihan-perselisihan yang
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan bahwa orang yang merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung dan keluarga untuk menetap di tempat lain. Keadaan ini kemudian ditambah dengan
keadaan yang diciptakan oleh perkembangan yang berlaku pada masa akhir-akhir ini. Pendukung kebudayaan Minangkabau dianggap sebagai suatu masyarakat
dengan sistem kekeluargaan yang ganjil di antara suku-suku bangsa yang lebih dahulu maju di Indonesia, yaitu sistem kekeluargaan yang matrilineal. Inilah
biasanya dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada kebudayaan Minangkabau, yang terutama dipopulerkan oleh roman-roman Balai
Pustaka, pada bagian pertama dari abad ke-20 Koentjaraningrat, 2007. b.
Kehamilan Menurut Adat Istiadat Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, Di antara
kebudayaan maupun adat istiadat ada kebiasaan yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil. Ini di pengaruhi karena ilmu pengetahuan yang kurang sehingga
timbulah mitos yang sering kali kita temui bahkan dipercayai dalam kehidupan sehari-hari. Saat seorang wanita suku minang mengandung mereka mempercayai
untuk membawa bawang putih sebagai penangkal dari makhluk halus Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan :
1. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat, adat istiadat, pendidikan,
dan tingkat ekonomi. Contoh : ibu hamil pada suku Jawa biasanya akan melakukan upacara adat 7 bulanan, ini dipercaya agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan
rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama dan masyarakat. 2. Faktor Prilaku
Universitas Sumatera Utara
Faktor budaya setempat dan budaya sendiri. Contoh : bagi ibu yang akan melahirkan meminum dan mengolesi minyak kelapa di vagina akan mempercepat
proses kelahiran, faktanya minyak kelapa dalam dunia kedokteran tidak ada hubunganya dalam proses kelancaran persalinan, pada dasarnya makanan akan
diolah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, dan asam lemak yang kemudian diserap oleh usus.
3. Faktor Pelayanan kesehatan Merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh :
seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus melintasi jarak berkilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat pelayanan kesehatan
sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang trampil menguasai teknologi kesehatan.
4. Faktor Keturunan Faktor yang telah ada pada diri manusia yang di bawa sejak lahir. Contoh:
asma, diabetes militus, hipertensi dan lain-lain Syafrudin, 2009. Menurut pendekatan biososiokultural, kehamilan bukan hanya dilihat
semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan
hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran
berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam
perawatan bayi dan ibunya .
F. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Kehamilan