Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk
meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berpikir, dengan kata lain untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga sangat berperan dalam sebuah pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu bangsa
bergantung pada cara menggali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan
kepada anggota masyarakatnya termasuk kepada peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Munandar 2002:4 bahwa:
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan
masyarakat.
Hal ini juga tercermin dalam rumusan tujuan pendidikan nasional dan tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003, yaitu: pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Semua itu tentunya menjadi landasan diadakannya pendidikan di suatu bangsa.
Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dari sekian banyak unsur pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti
rencana pelajaran. Secara semantik, kurikulum senantiasa terkait dengan kegiatan pendidikan.Kurikulum sebagai jembatan untuk mendapatkan ijazah.Banyak
definisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli dan secara konseptual Oliviadalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan 2007 mengungkapkan bahwa
kurikulum adalah “perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat
”. Di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan perubahan kurikulum dan
yang terbaru yaitu kurikulum 2013 sudah disahkan dan penerapan untuk beberapa jenjangpun sudah dimulai di tahun pembelajaran 20132014. Proses pembelajaran
pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah scientific approach.
Pendekatan scientific adalah konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik
yang ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap attitude, keterampilan skill, dan pengetahuan knowledge. Dengan proses
pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.Pendekatan pembelajaran ilmiah scientific teaching merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada
pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring atau presentasi.
Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan sensitivitas dan kreativitas sehingga terbentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis pada siswa secara
Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
menyeluruh. Pendidikan seni di sekolah juga lebih berorientasi pada penyiapan siswa sebagai apresiator seni yang mendapat pengalaman baik apresiasi, kreasi
dan demonstrasi bagaimana siswa belajar menari, bukan sebagai seniman bagaimana siswa pandai menari. Oleh karena itu,
“...Pengalaman kreatif bagi anak mesti menjadi bagian utama dalam pendidikan” Masunah, Juju
Narawati,2003:249-250.Untuk memunculkan kegiatan ini, tugas guru sebagai pendidik adalah bagaimana membuat rencana dan prospek dalam menata
panggung belajar. Konteks menata panggung belajar mempunyai empat aspek: suasana,
landasan, lingkungan, dan rancangan. 1. Suasana kelas ; cara mengajar menjalin rasa simpati dengan siswa, dan
sikap pengajar terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. 2. Landasan
adalah kerangka kerja ; tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi pengajar dan siswa sebuah
pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. 3. Lingkungan adalah cara pengajar menata ruang kelas ; pencahayaan warna, pengaturan meja
dan kursi, tanaman, musik dan semua hal yang mendukung proses belajar. 4. Rancangan adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi. De PorterBobbi, dkk. 1999:14
Jika keempat aspek diatas berjalan dengan selaras, maka akan menciptakan rasa memiliki dan penghargaan. Siswa akan termotivasi untuk
mengikuti pelajaran dengan senang hati, bukan karna keterpaksaan. Ini akan menjadi awal yang baik, karena dengan adanya motivasi belajar dari dalam diri
siswa, mereka akan mudah mengapresiasi dalam pembelajaran seni tari, baik itu proses mengamati, menghayati, mengevaluasi, dan memeprsiapkan diri melalui
berbiacara dan mempraktikkan gerakan-gerakan tarian yang diamatinya. Seperti yang diuraikan oleh Bastomi1982 dalam Nurmala 2012:2 yaitu:
Tahapan apresiasi terdiri dari empat tahapan yakni : 1. kegiatan mengamati, yaitu pengamat melakukan reaksi terhadap rangsangan yang
datang dari objek, bentuk kegiatannya berupa observasi, meneliti dan menganalisa objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. 2.
menghayati; yaitu kegiatan mengadakan seleksi terhadap objek sehingga
Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
terjadi proses penyesuaian antara nilai dari objek melalui pengamatan dengan penghayat. 3. mengevaluasi; yaitu kemampuan memberi kritik
pada seni, dan 4. berapresiasi; yaitu bila perasaan orang yang berapresiasi telah tergetar oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu, seakan-akan ia
merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta seni itu. Saat peneliti melakukan kegiatan pra-observasi di SMPN 29 Bandung,
peneliti menemukan bahwa siswa masih terbatas dalam proses pencapaian sebuah apresiasi pada pelajaran seni budaya. Hal ini ditunjukkan dimana siswa masih
kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, kurang percaya diri dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka saat guru mengajukan sebuah
pertanyaan, kurangnya kreativitas dalam bereksplorasi gerak, kurangnya kemampuan menganalisis dan berobservasi sehingga menyebabkan kurangnya
pemahaman siswa pada materi yang telah diajarkan. Kurangnya apresiasi siswa ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor baik itu metode pengajaran yang
digunakan, model, maupun pendekatanyang dilakukan oleh guru yang menyebabkan kurangnya kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan
mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan menyajikan atau presentasi. Karena dewasa ini, model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah adalah model yang pusat pembelajarannya ada pada siswa student centered. Artinya siswa yang harus berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Fawaid Mirza 2009:31 mengemukakan empat rumpun model mengajar yakni sebagai berikut:
1. Model pemrosesan informasi Information Processing Models yang berorientasi pada pengembangan kemampuan peserta didik dalam
mengolah dan menguasai informasi yang diterima mereka dengan menitikberatkan
pada aspek
intelektual akademis.2.Model
personalPersonal Models yang berorientasi kepada pengembangan diri pribadi peserta didik, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya
dengan lingkungan, dengan menitikberatkan pada aspek kehidupan emosional.3. Model interaksi sosialSocial Interaction Models yang
berorientasi kepada pengembangan kemampuan peserta didik dalam bekerjasama dengan orang lain, berperan aktif dalam proses demokratis,
dan
bekerja dengan
produktif di
dalam masyarakat
dengan
menitikberatkan aspek kehidupan sosial.4. Model sistem perilaku
Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Behaviorial Models yang berorientasi kepada kemampuan menguasai fakta, konsep, keterampilan, dan kemampuan mengurangi kecemasan serta
meningkatkan ketenangan dengan menitikberatkan pada aspek perbuatan perilaku yang dapat diamati.
Terkait mengenai hal tersebut, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran Advance Organizer sebagai salah satu alternatif pembelajaran
bermakna yang termasuk ke dalam rumpun model mengajar model pemrosesan informasi. Dengan model ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam mengolah dan menguasai informasi yang diterima mereka dengan menitikberatkan pada aspek intelektual akademis, sehingga tingkat
apresiasi siswa pun dapat meningkat. Model pembelajaran Advance Organizer adalah menyediakan apa yang
David Ausubel sebut sebagai “intellectual scaffolding” atau perancah intelektual, pada siswa untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-fakta yang mereka temui
selama pembelajaran. Dalam istilah Indonesia, Advance Organizer dimaknai pengaturan awal, pembangkit motivasi dan lain-lain.Dalam pendekatan ini, guru
menyajikan bahan ajar dalam suatu urutan sekuensial, terorganisasi, dan dalam bentuk menyeluruh, dan siswa menerima bahan yang dapat dipakai dengan cara
yang paling efisien. Semakin bahan itu diorganisasi dan terfokus, maka siswa akan semakin belajar sepenuhnya.
Jadi, mengapa tidak menyediakan perancah gagasan-gagasan terlebih dahulu dalam materi kali ini ?Biarlah siswa berada dalam rahasia
struktur, yang meliputi pemahaman tentang bagaimana perancah itu secara terus-menerus muncul melalui penelitian-penelitian berikutnya, sehingga
pemikiran dapat aktif sebagai kemajuan pembelajaran. Ausubel dalam Fawaid Mirza, 2009:279
Pada model pembelajaran Advance Organizer, model pembelajaran
dilakukan secara deduktif, yaitu dari umum ke khusus.Dalam arti sebenarnya AdvanceOrganizer ini artinya kesadaran siswa terhadap struktur pengetahuan
yang sedang dimilikinya sehingga informasi baru dapat dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya. Advance organizer diartikan juga sebagai kerangka isi
Ernita Aprilianti, 2014 IMPLEMENTASI ADVANCE ORGANIZER BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA
PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pengait. Saat ini, pengertian Advance Organizer mungkin dianggap sebagai alat yang dapat dipakai untuk memberikan suatu bahan pendahuluan preview
terhadap bahan yang dipelajari untuk membantu siswa mengorganisasi, mengingat, dan mengkaitkan dengan pengetahuan sebelumnya terhadap
pengetahuan baru yang akan dipelajari.Advanced Organizer mencakup bahan pengajaran verbal sederhana, chart, diagram, dan peta semantik. Seperti yang
diterjemahkan oleh Fawaid Mirza 2009:288-291 menjelaskan bahwa, “sintaksis model Advance Organizer mencakup tiga tahapan besar, yaitu
presentasi Advance Organizer, presentasi materi, dan penguatan pengolahan kognitif
”. Dalam penyajian model Advance Organizer ini peneliti menggunakan
media pembelajaran untuk membantu dalam proses penyampaian materi di dalam kelas. Media pembelajaran yang digunakan yaitu media gambar dan video tari,
karena dengan media tersebut siswa dapat menganalisis dengan mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan menyajikan atau presentasi secara langsung
sehingga dapat merangsang siswa untuk meningkatkan apresiasinya, dan kemampuan analisis tersebut adalah bagian daripada pendekatan scientific.
Berdasarkan kondisi dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di dalam kelas dengan judul
: “IMPLEMENTASI ADVANCE
ORGANIZERBERBASIS PENDEKATAN
SCIENTIFICPADA PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI
SISWA KELAS VII DI SMPN 29 BANDUNG ”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian