Dampak perilaku self injury

Menurut Yates 2004 saat ini belum bisa menunjukan bahwa seseorang melakukan self injury karena mempelajarinya dari orang lain, meskipun bukti-bukti yang pasti saat ini menunjukan bahwa kebanyakan pelaku menemukan pola perilaku self injury ini secara tidak sengaja sebagai contoh: Conterir Favazza 1989, menemukan bahwa 91 pelaku self injury melakukannya setelah mengetahui dari orang lain atau membacanya di salah satu media sebelum memutuskan untuk terlibat dalam perilaku self injury ini.

4.4.5 Dampak perilaku self injury

Perilaku self injury bisa menimbulkan dampak bagi diri sendiri atau berhubungan dengan orang disekitar subjek pelakunya. Dampak perilaku self injury tersebut bisa bersifat positif atau negatif bagi pelakunya. Berikut adalah dampak dari perilaku self injury yang berhubungan dengan kepuasan diri dan interaksi sosial. 4.4.5.1 Kepuasan diri Dampak internal atau dampak yang menuju pada diri sendiri bagi subjek pelaku self injury adalah timbulnya kepuasan bagi diri pelakunya. Yg merasakan ketenangan setelah melakukan self injury tersebut. Ketenangan tersebut memunculkan rasa nyaman sehingga Yg melakukan self injury tersebut hingga berulang kali. Ketika seseorang merasakan emosi negatif dan emosi tersebut ditekan atau dipendam maka akan akan menyebabkan gejolak dalam tubuh yang menjadi beban bagi seseorang tersebut. Hal ini dirasakan oleh Yg yaitu ia merasa ada suatu beban yang bergejolak di dalam tubuhnya. Perilaku self injury dapat memberikan perasaan lega bagi para pelakunya. Yg menjelaskan bahwa beban yang bergejolak tersebut dapat ikut serta keluar bersama dengan darah yang mengalir dari bekas luka self injury-nya tersebut. Perilaku self injury bukan merupakan suatu problem solving melainkan hanya pengalihan atau penyaluran dari suatu perasaan negatif dari pelakunya. Ketidakmampuan penyaluran ke luar dialihkan dengan penyaluran ke dalam diri pelakunya. Sebagian ahli mengatakan bahwa self injury merupakan coping maladaptive bagi pelakunya. 4.4.5.2 Interaksi sosial Self injury bisa berdampak pada interaksi sosial pelakunya. Secara tidak langsung perasaan berbeda dengan orang lain yang dirasakan oleh Yg sebagai pelaku self injury dapat berpengaruh pada perilaku sehari-hari Yg. Yg tidak merasakan adanya perubahan sifat diri dari sebelum menjadi pelaku self injury dengan sekarang saat menjadi pelaku self injury. Yg merasa sifat, karakter, dan kepribadiannya sama saja tidak ada yang berubah. Terjadi perubahan perilaku pada Yg yaitu Yg lebih cenderung senang menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan karakter pelaku self injury yaitu bertendensi untuk menghindar. Perilaku menghindar tersebut menjadikan timbulnya keterpencilan atau keterasingan yang dialami Yg. Menurut Barber dkk 1964 dalam Latipun, 2007: 122 mengemukakan keterasingan atau keterpencilan seseorang itu bertingkat. Jika tidak ada kontak sosial sama sekali berarti dia dalam kondisi yang sangat terisolasi. Hal ini menunjukkan bahwa makin baik interaksi sosial seseorang makin baik kesehatan mentalnya, dan sebaliknya makin terpencil dalam interaksi sosial makin beresiko mengalami gangguan psikiatrisnya. Menarik diri secara psikologi mungkin dilakukan dengan banyak cara. Orang mungkin melamun tentang pengalaman-pengalaman yang menyenangkan diri atau ego supaya menggantikan atau menghalangi pengalaman-pengalaman yang kurang memuaskan. Menarik diri hanya hanya menghindari diri dari masalah yang dihadapi. Yg mempunyai self disclosure yang rendah, dia tidak mau orang lain mengetahui bahwa dia adalah seorang pelaku self injury. Alasan Yg tidak menginginkan orang lain mengetahui tentang perilaku self injury-nya tersebut adalah karena Yg tidak ingin dianggap aneh dan bodoh oleh orang lain. Hubungan dalam interaksi sosial di pengaruhi oleh kepribadian dan karakter dari orang tersebut. Yg menjelaskan bahwa karakternya yang pendiam sangat mempengaruhi hubungan sosial dengan orang di sekitarnya. Yg merupakan orang yang introvert dan mempunyai pemikiran yang kaku. Yg tidak mempunyai banyak teman di kos maupun kampus karena dia jarang sekali bersosialisasi dengan teman-teman disekitarnya. Jangankan bersosialisasi menyapapun sangat jarang dilakukan oleh Yg terhadap teman lain. Yg bisa dekat dengan seseorang yang bisa lebih aktif mengajak dia berkomunikasi terlebih dahulu. Jadi Yg adalah seorang yang susah mengajak orang berkomunikasi terlebih dahulu atau memulai pembicaraan terlebih dahulu kecuali dengan orang yang sangat dekat dengannya. Yg lebih suka melakukan kegiatannya tersebut sendirian di dalam kamar. Hubungan Yg dalam lingkungan sosial tidak terjalin dengan baik karena Yg lebih sering berdiam diri dan cenderung menarik diri dari lingkungannya. Komunikasi pun sangat minin terjadi, Yg hanya berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang sudah dekat dengan dirinya, itu pun hanya jika ada kepentingan saja. Teman-teman dilingkungan mengannggap Yg seorang yang sombong karena tidak pernah menyapa terlebih dahulu orang yang ada di lingkungan sekitarnya dan tidak pernah ikut berkumpul dengan mereka. Yg lebih memilih cuek dengan teman-teman, dia hanya sibuk dengan urusannya sendiri. Yg hanya mempunyai sedikit teman. Teman Yg hanya berjumlah tiga orang, mereka yang sering berinteraksi dengan Yg. Karakter pribadi dia yang pendiam dan tertutup menjadikan dia susah untuk dekat dengan orang lain. Yg hanya ingin dekat dengan orang yang membuat dia nyaman saja.

4.4.6 Karakteristik pelaku self injury