2.3. Fisiologi laktasi
Laktasi adalah hasil akhir dari beberapa faktor yang saling berhubungan, yang melibatkan perkembangan jaringan payudara dan sistem duktus dibawah
pengaruh hormon estrogen, progesteron dan Human Placental Lactogen hPL. hPL merangsang sel alveolar untuk memulai laktogenesis produksi air susu.
Setelah bayi lahir dan plasenta keluar hormon estrogen, progesteron dan hPL hormone yang menghambat sekresi prolaktin menurun dengan cepat sehingga
prolaktin diproduksi. Hormon prolaktin berada di kelenjar pituitary anterior yang merangsang produksi air susu Burroughs, A Leifer G, 2001.
Frekuensi penyusuan bayi kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI. Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya
dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi
oksitosin meningkat yang menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat Bobak, 2005. Paritas juga mempengaruhi produksi
dan pengeluaran ASI, semakin sering melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan
segera menyusui bayinya, sebaliknya ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi dan proses menyusui itu sendiri Manuaba, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Proses Produksi ASI Pengeluaran ASI merupakan interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Proses produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa refleks Bobak, 2005, yaitu:
prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke
hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamalia.
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi
menghisap. Stimulus putting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi yang
membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori putting susu. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus terjadi akibat refleks let down. Akibat stimulus
isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis posterior. Stimulasi oksitosin membuat sel-sel miopitel di sekitar alveoli berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang
menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk kedalam sinus-sinus laktiferus , dimana air susu tersedia.
Hal-hal yang dapat meningkatkan oksitosin, antara lain : a Ibu dalam keadaan tenang, b Mencium dan mendengarkan celotehan bayi dan tangisannya,
c Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang, d Ayah mengendong bayi dan diberikan kepada ibu saat akan menyusukan bayi dan
Universitas Sumatera Utara
menyendawakannya, e Ayah menggantikan popok dan memandikannya, f Ayah bermain, mengendong, mendendangkan nyanyian, dan membantu pekerjaan
rumah tangga, g Ayah memijat bayi. Hal-hal yang dapat mengurangi produksi oksitosin, antara lain : a Ibu
merasa takut jika menyusui akan merusak bentuk payudara, b Ibu bekerja, c Ibu merasa bahwa produksi ASI-nya tidak cukup, d Ibu merasa kesakitan,
terutama saat menyusui, e Ibu merasa sedih, cemas, kesal, dan bingung, f Ibu merasa malu untuk menyusui bayinya, g Suami atau keluarga kurang
mendukung dan mengerti ASI. 2.3.2. Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi ASI
Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam produksi ASI. Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah
ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1
Makanan. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk
membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu
dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelashari. Adapun bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui; a Makanan yang merangsang,
seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. b Yang membuat kembung,
Universitas Sumatera Utara
seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan daun bawang. c Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak
2 Ketenangan jiwa dan pikiran. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
3 Penggunaan alat kontrasepsi. Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan
alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
4 Perawatan payudara. Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi
hipofisis untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi serta hormon oksitosin
5 Anatomis payudara. Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus
pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
6 Faktor istirahat. Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
7 Faktor isapan anak. Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung
sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
Universitas Sumatera Utara
8 Faktor obat-obatan. Diperkirakan obat-obat yang mengandung hormon
mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu
dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
2.3.3. Upaya memperbanyak ASI Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ASI adalah: 1
Menyusui bayi tiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara. 2 Bangunkan bayi,lepaskan baju yang dapat menyebabkan
rasa gerah, dan duduklah selama menyusui. 3 Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. 4 Susui
bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui. 5 Tidur bersebelahan dengan bayi. 6 Ibu harus meningkatkan istirahat dan
banyak minum. 7 Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan. 8
Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat memproduksi susu lebih banyak
2.4. Cara Menilai Produksi ASI