HUKUM ACARA Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum

2. HUKUM ACARA

PIDANA PENGERTIAN........ ........... LINGKUP • Hukum Acara Pidana: ”Mengatur tata cara penyelidikan, penyidikan, penuntutan, peradilan, pelaksanaan, pengawasan, dan putusan hakim.” • Hukum Pidana Formal HAP: Mengatur bagaimana negara melalui alat-alat kekuasaannya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana. D. Simons. PENGERTIAN • Pengertian Hukum Acara Pidana adalah Hukum yang mengatur tata cara mempertahankan dan menyelenggarakan hukum pidana materil yang di mulai dari proses penyelidikan sampai pada proses persidangan di pengadilan. TUJUAN • ”Untuk menemukan kebenaran terutama kebenaran materil setidak-tidaknya mendekati kebenaran, adalah kebenaran selengkap- lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari siapa pelakunya yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”. • Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan HAP : Mencari dan menemukan hukum pidana materil. FUNGSI DAN TUJUAN HAP • H.Pidana materil berfungsi untuk menentukan perb.2 apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat dipidana dan jenis pidana apa yang dapat dilakukan. Sedangkan fungsi HAP: melaksanakan HP material artinya: menetapkan cara bagaimana negara dengan mempergunakan alat-alat perlengkapannya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau membebaskan seseorang. Ruang Lingkup HAP: • Penyidikan perkara pidana • Penuntutan • Pemeriksaan di Pengadilan • Upaya Hukum • Pelaksanaan keputusan hakim • Pengawasan dan pengamatan terhadap Keputusan Hakim • Peninjauan kembali keputusan. Pengertian Para Ahli • Menurut R. Soesilo adl Hkm yg mngtur ttg cara bgmna mprtahankan atau mnylenggarakan hkm pid materil, shngga dpt mproleh kptsan hakim dan cara bgmna isi kptusan itu hrs dilaksanakan. • Menurut J.C.T. Simorangkir, adl hkm acara yg mlksnakan dan mprthankan hkm pid materil. • Van Bemmelen mengemukakan adl mpljari prtran2 yg diciptakan olh negara, krn diduga tjdi pelanggaran uu pid. • Menurut Pramadyaa Puspa adl ktntuan2 hkm yg mngatur dg cara bgmna tertib hkm pid hrs di tgakkandilksnakan dg baik, seandainya tjdi plnggarandg cara bgmnakah negara hrs menunaikan hak pidhak mnghkumnya kpd si plnggar hkm terdakwa seandainya tjdi sstu plnggaran hkm pid phk negara diwakili olh PU hrs mnntut mengajukan tuntutan perkara itu di muka pengadilan. HAP • Tersangkaterdakwa • Penyidik polisi • Penuntut Umum • Penasehat Hukum • Hakim • Saksi SUMBER2 HAP • UUD 1945 • KUHAP No. 8 Tahun 1981 ttg HAP • UU No. 2 Thn 1986 ttg Peradilan Umum jo. UU No. 8 Thn 2004 ttg Prbhan Atas UU No. 2 1986 ttg Prdilan Umum jo. UU No. 49 Thn 2009 ttg Prbhan Kedua Atas UU No. 21986 ttg Prdilan Umum. • UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. UU No. 5 Thn 2004 ttg Prbhan Atas UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. Prbhan kedua dg UU No. 3 Thn 2009. • UU No. 48 Thn 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman, pd saat UU ini berlaku, UU No. 4 Thn 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. SUMBER HAP • UU No. 18 Thn 2003 ttg Advokat yg mlai berlaku sejak diundangkan tanggal 5 April 2003. • UU No. 2 Thn 2002 Ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia. • UU No. 16 Thn 2004 ttg Kejaksaan Republik Indonesia. • UU No. 7 Thn 1992 ttg Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37 jo. UU No. 10 Thn 1998. • UU No. 31 Thn 1999 ttg Pmbrntasan Tindak Pidana Korupsi. UU ini mngtur acara pidana khusus utk delik korupsi. Kaitannya dg KUHAP ialah dlm Psl 284 KUHAP. UU tsb dirubah dg UU No. 20 Thn 2001 ttg Prbhan Atas UU No. 31 Thn 1999 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi • UU No. 13 Thn 1970 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian thdp anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. UU ini msh brlku dan kata MPRS seharusnya dibaca MPR, sdngkan DPR seharusnya tanpa Gotong Royong. SUMBER HAP • UU No. 5 PNPS Thn 1959 ttg Wwnang Jaksa AgungJaksa Tentara Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu. • UU No. 7 drt Thn 1955 ttg Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. • Peraturan Pemerintah No. 27 Thn 1983 ttg Pelaksanaan KUHAP. • Beberapa Keputusan Presiden yang mengatur tentang acara pidana yaitu : • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 73 Thn 1967 ttg Pmbrian Wwnang Kpd Jaksa Agung Mlkkan Pengusutan, Pemeriksaan Pendahuluan Thdp Mrk Yg Mlkkan Tindakan Penyeludupan; SUMBER HAP • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 228 Thn 1967 ttg Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi; • Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Thn 1974 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian Thdp PimpinanAnggota DPRD Tingkat II dan II; • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 7 Thn 1974 ttg Organisasi Polri; • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 55 Thn 1991 ttg Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia; • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 43 Thn 1983 ttg Tunjangan Hakim • Kep. Presiden Republik Indonesia No. 44 Thn 1983 ttg Tunjangan Jaksa ASAS…. • KESEIMBANGAN Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c yang menegaskan bahwa dalam penegakan hukum harus bcrlandaskan prinsip keseimbangan yang serasi antara: 1.perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan, 2. perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat. - perlindungan terhdp harkat martbt man, kepentingan dan termasy. • PRADUGA TAK BERSALAH Presumption of innocent: Penjelasan butir 3 huruf c asas praduga tak bersalah, telah dirumuskan dalam Pasal 8 Undang undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970, yang berbunyi: Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. paling esensial dalamsejarah kehidupan manusia. Setiap yang namanya penahanan, dengan sendirinya menyangkut nilai dan makna, antara lain: • perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang yang ditahan, • menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan harkat martabat kemanusiaan, • menyangkut nama baik dan pencemaran atas kehormatan diri pribadi. • Setiap penahan dengan sendirinya menyangkut pembatsan dan pencbutan smeentara sebagian hak- hak aasi manusia • ASAS GANTI RUGI DAN REHABILITASI Psl 95, 96, dan Psl 97 • PENGGABUNGAN PIDANA DENGAN TUNTUTAN GANTI RUGI Psl 98 sd Psl 101 • ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN. • PERADILAN TERBUKA UNTUK UMUM Pasal 153 ayat 3 PENGERTIAN PENYELIDIKAN : Serangkaian tindakan penyelidik utk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai TP guna menentukan dapat tdknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur UU ini lht Psl 1 angka 4 KUHAP. Tindakan Penyelidikan bertujuan : “Utk menentukan adanya bukti awal sehingga penyidikan dapat dilakukan” Fungsi : - Mencari dan menemukan peristiwa tindak pidana - Menentukan dapat atau tidaknya tindakan penyidikan dilakukan. PENYELIDIK • Orang yg melakukan penyeldkn • Pejabat Polisi Negara RI ps 4 dr yg berpangkat rendah s.d setinggi-tingginya. BERDASARKAN HUKUM Pasal 5: • Menerima laporan atau pengaduan • Mencari ket brg bukti • Menyuruh berhenti org yg dicurigai • Tdkan lain mnrt hk yg bertgg jwb: - tdk berttngan dg aturan hk - selaras dg kewajiban hk - patut msk akal dan dlm lk jab - atas pertbgan yg layak - menghormati HAM • PENGERTIAN PENYIDIKAN: Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam HAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang TP yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya lht Psl 1 angka 2 KUHAP. • Fungsi: - Mencari serta mengumpulkan bukti - membuat terang TP - Menemukan tersangkanya • Orang yg melkan penyidikan • Pejabat Polisi negara RI atau penyidik pegawai negeri sipil pasal 6 KUHAP • Berpangkat sekurang2nya Pelda • Pydk Pembantu Serda-Serma • PPNS- IIb Wewenang penyidik Ps 7 • Menerima lpran atau pengaduan adanya TP • Menyrh berhti seorg tsk mmrks tanda pengenal diri • Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan • Melak pemeriksaan penyitaan surat • Mengambil sidik jari dan identitas org • Memanggil org utk didengar diperiksa sbg tsk atau saksi • Mendatangkan org ahli yg diperlukan • Mengadakan penghentian penyidikan • Mengadakan tindakan lain menurut hk yang bertanggung jawab TERDAKWA  Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana Psl 1 angka 14 KUHA  Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan Psl 1 angka 15 KUHAP huruf a, dan huruf b. • Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. • Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim  PENUNTUTAN Tindakan JPU untuk melimpahkan perkara pidana ke PN yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana dengan permintaan supaya diperiksa oleh hakim di sidang pengadilan Psl 1 angka 7 KUHAP  HAKIM Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili Psl 1 angka 8 KUHAP  PENASEHAT HUKUM Penasihat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum Psl 1 angka 13 KUHAP PENGERTIAN PEMBUKTIAN Yang dimaksud dengan “membuktikan” adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan-persengketaan. • Menurut pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Alat bukti yang dimaksud di sini adalah sesuai dengan pasal 184 KUHAP ayat 1, yaitu : a. Keterangan Saksi; b. Keterangan Ahli; c. Surat; d. Petunjuk; e. Keterangan Terdakwa atau Pengakuan Terdakwa.

3. HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA