8
1.5.6. Kesiapsiagaan Masyarakat
Berdasasarkan Indian institute of Disaster Management, 2007; et.al.,2007; Moe,et.al.,2007; Moe Pathranarakul, 2006: Shaluf, 2008 menyatakan bahwa
proses dari kesiapsiagaan adalah meningkatkan kesadaran tentang potensi risiko bencana dan kerentanan di kalangan masyarakat melalui jaringan komunikasi
yang efektif untuk memberikan peringatan dini dengan akurasi dan waktu tinggi. Sementara tujuan dari kesiapsiagaan adalah: 1 untuk memberikan peringatan dini
dengan akurasi dan waktu tunggu, 2 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, dan 3 untuk mendidik masyarakat tentang cara bertahan saat bencana. Output
dari kesiapsiagaan adalah 1 laporan peringatan dan 2 program pendidikan
bencana Kusumasari, 2014.
Dalam penelitian ini tujuan kesiapsiagaan dikhususkan pada peningkatan pengetahuan kaitannya dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam
menghadapi bahaya bencana tanah longsor.
1.5.7. Bencana
BNPB menyatakan bahwa: “bencana dalam pandangan sosial menganggap bahwa bencana disebabkan oleh ketidakmampuan manusia dalam melakukan
kesiapsiagaan dan merespon terhadap ancaman alam. Kerentanan masyarakat, baik sosial, ekonomi, dan politik, menjadi kunci bagi besar kecilnya bencana.
Penguatan masyarakat dilakukan, sehingga dampak bencana bisa dikurangi.”
BNPB, 2012.
9
1.5.8. Tanah Longsor
Tanah longsor atau gerakan tanah adalah proses massa tanah secara alami dari tempat tinggi ke tempat rendah. Pergerakan ini terjadi karena perubahan
keseimbangan daya dukung tanah dan akan berhenti setelah mencapai keseimbangan baru. Tanah longsor terjadi apabila tanah sudah tidak mampu
mendukung berat lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban di permukaan lereng, berkurangnya daya ikat antar butiran tanah dan perubahan
lereng menjadi lebih terjal Majid, 2008.
Kementerian Riset dan Teknologi KRT menyebutkan bahwa banyaknya tanah retak akibat kekeringan yang tiba-tiba terkena hujan lebat, maka tanah
tersebut longsor. Ada dua hal penyebab tanah longsor yang berkaitan dengan hujan, yakni hujan berintensitas tinggi dalam waktu singkat dan menerpa daerah
yang kondisi tanahnya labil. Tanah yang kering ini menjadi labil dan mudah longsor saat terjadi hujan. Kondisi lain adalah akumulasi curah hujan di musim
hujan pada tebing terjal yang menyebabkannya runtuh Majid, 2008.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Efektifitas
Efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan hasil guna. Efektifitas merupakan hubungan antara keluaran dengan
tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan spending
wisely Mardiasmo:2009, dalam Sumenge:2013. Efektifitas pelatihan menurut Newby berkaitan dengan sejauh mana program
pelatihan yang diselenggarakan mampu mencapai apa yang memang telah diputuskan sebagai tujuan yang harus dicapai Irianto:2011, dalam Sopacua dan
Budijanto, 2007.
Menurut Etzioni 1964, efektifitas adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektifitas ini sesungguhya merupakan suatu
konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor didalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektifitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi
produktivitas, tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Sementara Robbins 1997, efektifitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat
kepuasan yang dicapai oleh orang dalam Daryanto, 2010.
Menurut Daryanto 2010, dalam mengukur tingkat keefektifan digunakan indikator-indikator yaitu: peningkatan pengetahuan, peningkatan ketrampilan,