2.2.6.1 Jenis-jenis Cerita
Bercerita dibagi menjadi dua, yakni bersifat formal dan informal Depdikbud 1998:47-48. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari pada kurikulum pengajaran bahasa di sekolah, yaitu penekanan dan penggalakan
kegiatan bercerita. Kegiatan bercerita informal antara lain tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaiakn pengalaman, bertelepon, dan
memberi petunjuk. Sedangkan bercerita yang bersifat formal meliputi berceramah, perencanaa, penilaian, dan interview.
Menurut Subyantoro 2007:11 terdapat jenis-jenis cerita yang diklasifikasikan menurut asal-usulnya yaitu; 1 isinya, 2 bentuk penulisannya, 3 fungsinya, dan 4
bahannya. Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat berasal dari sastra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi. Menurut bentuk penulisannya,
buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel. Dilihat dari fungsinya, ada pula buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku partisipasi, dan toybooks.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita adalah sebagai sarana penyampaian nilai pendidikan yang dikemas secara menarik sehingga siswa
dapat memahami isi yang disampaikan dalam cerita tersebut. Bercerita dengan menggunakan media pembelajaran dinilai merupakan hal yang menarik.
2.2.6.2 Manfaat Cerita
Cerita adalah sebagai komunikasi yang menarik perhatian anak karena cerita mengandung unsur imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Misalnya imajinasi mereka
terangsang karena mendengarkan dongeng. Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa.
Unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Dari sinilah tumbuh kepentingan untuk mengambil manfaat dari cerita sebagai peningkatan
kemampuan berkomunikasi pada anak Majid 2001: 4-5. Dengan memanfaatkan cerita juga dapat melatih daya konsentrasi anak. Cerita
dengan alur cerita yang menarik, penuh tanda Tanya, dan irama cerita yang tidak monoton akan membuat anak betah menunggu cerita hingga selesai cerita. Dalam
mendengarkan cerita tersebut, anak-anak mengaktifkan dan melibatkan seluruh panca inderanya. Misalnya anak yang sedang menyimak dan melihat televisi, sebagaimana
tenangnya saat dia melihatnya.
Cerita terkadang membuat seseorang beridentifikasi. Lewat cerita akan tampak bahwa seseorang anak mencari tokoh identifikasi yang sering menampilkan kehebatan
tokoh idola mereka, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan tokoh protagonis ditiru oleh anak-anak. Sebaliknya, tokoh antagonis yang menampilkan kecurangan dan
kelicikan seringkali menjadi patokan anak-anak bahwa tokoh tersebut tidak boleh ditiru, karena pemilihan cerita yang akan disampaikan kepada siswa haruslah sesuai dengan
kondisi dan tatanan hidup yang berlaku, sehingga akan banyak manfaat positif yang dapat dipetik.
2.3 Kerangka Berpikir
2.3.1 Penggunaan Media Wayang Dongeng dalam Proses Pembelajaran Bercerita
Media wayang dongeng adalah sebuah media yang digunakan untuk pembelajaran bercerita. Media ini terbuat dari kertas karton atau kardus yang dibentuk
menyerupai tokoh dalam isi cerita dan dibawahnya diberi tangkai dari kayu. Media wayang dongeng akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran bercerita dengan cara
digerak-gerakkan. Guru bercerita dengan menggunakan wayang dongeng sebagai media atau alat peraga.
Media ini bisa divariasikan dengan cara memberi warna pada kertas karton agar lebih menarik. Pemberian warna juga disesuaikan dengan karakter tokoh dalam cerita,
agar tokoh benar-benar mirip dan siswa bisa mendapatkan gambaran lebih jelas bagaimana wajah, struktur tubuh tokoh yang dimaksud dalam cerita. Guru juga bisa
lebih bereksplorasi dalam bercerita dengan begitu siswa akan lebih tertarik dan isi cerita akan dipahami oleh siswa . Selain itu, siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran karena guru sangat komunikatif dalam penyampaian isi cerita. Media ini dinilai sangat komunikatif, karena dalam pembelajaran terdapat
interaksi antara guru dan siswa. Selain itu media ini juga melibatkan indera penglihatan dan pendengaran, jadisiswa akan lebih mudah memahami dan menangkap maksud
pembelajaran.
2.3.2 Penggunaan Media Fotonovela dalam Proses Pembelajaran Bercerita
Penggunaan media fotonovela dalam pembelajaran bercerita, merupakan media alternatif yang menyajikan gambar dengan bahasa singkat yang mengangkat realita