Jenis penggunaan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor manusia dan lingkungan fisik lahan tersebut. Faktor dari manusia
menentukan keputusan jenis penggunaan lahan dan jumlah penduduk merupakan pendorong perubahan lahan pertanian. Sedangkan faktor lingkungan fisik
mempengarunhi pola penggunaan lahan seperti elevasi, lereng, keadaan tanah, ketersediaan air, dan faktor iklim.
Penggunaan lahan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu lahan terbangun dan lan non terbangun. Lahan terbangun meliputi fasilitas sosial, industri, gedung,
pemukiman, perkantoran dan sebagainya. Lalu, lahan non terbangun meliputi pekarangan, perkebunan, sawah non irigasi dan sawah irigasi.
2.2.3. Sistem Transportasi dan Perubahan Guna Lahan
Sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktifitas seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan yang bertamu yang berlangsung diatas bidang
tanah kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain-lain. Untuk memenuhi keperluannya, manusia melakukan perjalanan diantara guna lahan tersebut dengan
menggunakan sistem jaringan transportasi. Hal ini menimbulkan pergerakan orang, kendaraan, dan barang, pergerakan tersebut mengakibatkan berbagai
macam interaksi Tamin, 2000;30. Pembangunan suatu areal lahan akan menyebabkan timbulnya lalulintas
yang akan mempengaruhi prasarana transportasi yang baik akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan. Interaksi antara tataguna lahan dengan transportasi
tersebut dipengaruhi oleh peraturan dan kebijakan. Dalam jangka panjang, pembangunan prasarana trasportasi ataupun penyediaan sarana transportasi
dengan teknologi akan mempengaruhi bentuk dan pola tata guna lahan sebagai akibat tingkat aksesibilitas yang meningkat Tamin,1997; Wahab, 2009;47.
Tata guna lahan merupakan salah satu dari penentu utama pergerakan dan aktivitas. Aktivitas ini dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan trip
generation, yang menentukan fasilitas-fasilitas transportasi apa saja, seperti jalan, bus dan sebagainya, yang akan dibutuhkan untuk melakukan pergerakan. Ketika
fasilitas tambahan di dalam sistem telah tersedia, dengan sendirinya tingkat aksesibilitas akan meningkat Khisty dan Lall, 2003;10. Hubungan yang
sederhana antara penggunaan lahan dan transportasi diperlihatkan dalam Gambar 2.1.
Perubahan aksesibilitas akan menentukan perubahan nilai lahan dan akan mempengaruhi penggunaan lahan tersebut, misalnya perubahan lingkungan
tempat tinggal menjadi daerah niagakomersial, maka tingkat bangkitan perjalanan misalnya jumlah perjalanan per luas lahan akan menghasilkan
perubahan pada seluruh siklus aktivitas dan akan mempengaruhi nilai harga lahan Adisasmita, 2011;67.
Hubungan antara variabel pengaruh yaitu aksesibilitas dan variabel terpengaruh yang meliputi nilai lahan, tata guna lahan, perjalanan, kebutuhan akan
transportasi dan fasilitas transportasi. Pembangunan maupun perbaikan sarana transportasi di suatu wilayah mengakibatkan aksesibilitas yang baik pula.
Aksesibilitas akan mempengaruhi nilai lahan atau harga lahan di sekitar wilayah yang dekat dengan jalan. Berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, belanja dan
sebagainya yang berlangsung di atas sebidang tanah merupakan tata guna lahan. Seseorang dalam melakukan perjalanannya menggunakan system transportasi
baik jalan kaki maun naik kendaraan. Siklus hubungan yang fundamental antara
transportasi dan tata guna lahan diilustrasikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Siklus tata guna lahantransportasi Adisasmita, 2011;67.
Konsep yang mendasari hubungan tata guna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas. Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas berarti kemudahan
melakukan pergerakan di antara dua tempat. Asesibilitas meningkat-dari dari sisi waktu atau uang-ketika pergerakan menjadi lebih lancar dan murah. Selain itu
kecenderungan untuk berinteraksi juga akan meningkat apabila biaya pergerakan menurun Adisasmita, 2011;70. Potensi tata guna lahan adalah satu ukuran dari
skala aktivits sosial ekonomi yang terjadi pada suatu lahan tertentu. Ciri khas dari tata guna lahan kemampuan atau potensinya untuk membangkitkan lalu lintas
Khisty dan lall, 2003;74.
Perjalanan Tata Guna Lahan
Kebutuhan akan transportasi
Fasilitas transportasi
Aksesibilitas Nilai Lahan
2.3. Proses Perkembangan Spasial Secara Horisontal