27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di “Herbarium Bogoriense” Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor terhadap daun sirih hutan yang diteliti adalah
jenis Piper caducibracteum C.DC dari suku Piperaceae.
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik Simplisia dan Mikroskopik Serbuk SimplisiaDaun Sirih Hutan.
4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia
Pemeriksaan makroskopik simplisia daun sirih hutanmenunjukkan simplisia berupa daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, berwarna coklat
kehijauan, ujung runcing, ukuran panjang 15 cm dan lebar 3 cm. Gambar hasil pemeriksaan makroskopik simplisia dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 62.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia adalah terdapatnya fragmen-fragmen denganstomata anomositik, kelenjar minyak atsiri, rambut
penutup tipe multiseluler, sel-sel minyak dan berkas pembuluh xylem dengan penebalan dinding bentuk spiral. Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk
simplisia dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 63.
4.2.3 Hasil karakterisasi simplisia
Hasil karakterisasi simplisia daun sirih hutan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 3.1 Hasil karakterisasi simplisia daun sirih hutan
No. Pemeriksaan Karakteristik
Simplisia Kadar Yang
Diperoleh Persyaratan
MMI Daun Sirih
Biasa 1.
kadar air 8,98
Tidak lebih dari 10
2. kadar sari yang larut dalam air
12,16 Tidak kurang
dari 14 3.
kadar sari yang larut dalam etanol
3,15 Tidak kurang
dari 4,5 4.
kadar abu total 9,4
Tidak lebih dari 14
5. kadar abu yang tidak larut
dalam asam 5,5
Tidak lebih dari 7
Hasil perhitungan kadar air simplisia daun sirih hutan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 6 halaman 67.Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun sirih hutan yaitu, kadar air sirih hutan 8,98, sirih biasa tidak lebih dari
10, kadar abu total sirih hutan 9,4, sirih biasa tidak lebih dari 14, kadar abu tidak larut asam sirih hutan 5,5, sirih biasa tidak lebih dari 7, kadar sari
larut dalam air sirih hutan 12,16, sirih biasa tidak kurang dari 14, kadar sari larut dalam etanol sirih hutan 3,15, sirih biasa tidak kurang dari 4,5, kadar
minyak atsiri sirih hutan simplisia 1,23, kadar minyak atsiri sirih hutan daun segar 1,09, sirih biasa berkisar 0,9-1,2.Kadar yang diperoleh dari hasil
karakterisasi simplisia dari daun sirih hutan tersebut memenuhi syarat sesuai dengan standar Materia Medika Indonesia MMI edisi IV sehingga simplisia
dapat digunakan sebagai bahan penelitian.Hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia daun sirih hutan adalah 8,98, hasil penelitian ini telah memenuhi
persyaratan MMI, dengan kadar air tidak lebih dari 10, Depkes RI, 1989.Kadar air dalam simplisia menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam
Universitas Sumatera Utara
29 simplisia yang digunakan, dari hasil penelitian diperoleh kadar air simplisia daun
sirih hutan 8,98. Kadar air simplisia berhubungan denganupaya agar mutu simplisia terjaga baik tidak ditumbuhi jamur. Apabila simplisia yang diinginkan
tidak cukup kering maka kemungkinan akan terjadi pertumbuhan jamur dan jasad renik lainnya BPOM RI, 2005.
Penetapan kadar sari dilakukan 2 pengujian yaitu kadar sari larut dalam etanol dan air. Penetapan kadar sari simplisia menyatakan jumlah zat yang tersari
dalam air dan dalam etanol. Kadar sari yang larut dalam air dari simplisia daun sirih hutan di peroleh lebih besar yaitu 12,16 dari pada kadar sari yang larut
dalam etanol 3,15, hal ini berarti senyawa kimia yang tersari dalam air lebih besar daripada yang tersari dalam etanol. Penetapan kadar sari yang larut dalam
air dan dalam etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan etanol dari suatu simplisia. Senyawa yang bersifat polar atau
larut dalam air akan tersari oleh air sedangkan senyawa-senyawa yang larut dalam etanol akan tersari oleh etanol.
Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat didalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang
tersisa selama pembakaran. Abu terbagi dua, yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah
sisa setelah pembakaran yang berasal dari bahan-bahan dari luar seperti pasir dan tanah yang terdapat pada permukaan simplisia Depkes RI,1980.
Penetapan kadar minyak atsiri dengan menggunakan alat Stahl diketahui bahwa minyak atsiri sirih hutan simplisia 1,23 , minyak atsiri sirih hutan daun
segar 1,09, sementara pada daun sirih biasa berkisar antara 0,9-1,2, dari hasil
Universitas Sumatera Utara
30 ini diketahui bahwa minyak atsiri lebih banyak terdapat pada daun sirih hutan
dibandingkan daun sirih biasa. Hal ini terjadi karena faktor lingkungan dimana daun sirih hutan diperoleh dari hutan, sehingga faktor tersebut mempengaruhi
hasil metabolit yang diperoleh salah satunya adalah kadar minyak atsiri.
4.3 KarakterisasiMinyak Atsiri