bermain di luar rumah dengan teman sebayanya. Ibu rumah tangga pekerja batu bata di Desa Kalipucang Kulon dengan berbagai kesibukannya tidak
dapat mengawasi anak dalam bermain serta bergaul dengan teman-temannya. Karena teman-teman disekitar anak mereka tidak semuanya
berkepribadian yang sehat, akan tetapi ada pula sebagian teman-temannya yang mempunyai kepribadian yang tidak sehat, sehingga secara tidak
langsung anak-anak akan mudah terpengaruh dan cenderung bersikap dan perilaku seperti temannya.
Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh ibu Hidayah 36 Tahun wawancara 1 Oktober 2010:
“Semenjak anak-anak kulo kumpule kaleh rencang-rencange niku, saniki dados ndableg-ndableg, kandanane angel, kalau dolan
mboten kenal wayah, nak kulo kandani malah dados mureng-
mureng, dadose nggeh kulo jarne mawon”.
3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dialami oleh ibu
rumah tangga pekerja batu bata dalam mengasuh anak di Desa Kalipucang Kulon Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara.
a.
Pemberian hukuman yang mendidik Sebagai orang tua yang bekerja di luar rumah cendrung mengalami
kelelahan dan mudah jengkel, maka mereka lebih mudah kehilangan kontrol terhadap anak-anak yang dapat menimbulkan masalah, jangan pernah
menghukum anak ketika orang tua sendiri kehilangan kontrol diri, pilih cara yang tepat dan mendidik untuk memberikn hukuman bagi anak agar anak
dapat mengambil manfaat dari tindakan yang telah dilakukan orang tua kepada anak dan anak mau menerimanya dengan baik pula.
Memberikan hukuman kepada anak tidaklah harus berbentuk
hukuman fisik, bisa berbentuk pekerjaan yang dapat melatih anak belajar mandiri dan mengerti akan tanggung jawab anak baik terhadap diri sendiri
maupun untuk keluarga, seperti menghukum dengan menyuruh anak mencuci bajunya sendiri, membersihkan rumah, mencuci piring, dan masih banyak
cara lain yang dapat digunakan untuk menghukum anak yang mendidik. Melalui memberikan nasehat kepada anak juga salah satu upaya
yang dilakukan oleh ibu rumah tangga pekerja batu bata dalam mengatasi hambatan mengasuh anak, adapun anak mau menerima dan melaksanakan
akan apa yang telah dinasehatkan kepadanya, itu tergantung pada anak sendiri.
Bila orang tua bisa membiasakan diri memberikan hukuman kepada anak yang telah melakukan kesalahan dengan cara pemberian hukuman yag
mendidikdengan cara-cara yang baik, maka akan dengan mudah anak-anak dapat menerima hukuman dan menjalankan apa yang telah dinasehatkan oleh
orang tuanya. Demikian pula dengan ibu rumah tangga pekerja batu bata jika anak
mereka ada yang melakukan kesalahan mereka sering memberikan hukuman kepada anak-anak mereka, agar anak mau menerima dan melakukan apa yang
telah dinasehatkan orang tua kepada anak. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh ibu Tutik 36 Tahun salah
satu ibu rumah tangga pekerja batu bata di Desa Kalipucang Kulon wawancara 15 Oktober 2010:
Kalau anak saya melakukan kesalahan saya beri nasehat, kalau diberi nasehat masih mbandel anak saya tak hukum biasanya tak
suruh nyuci bajunya sendiri, kadang tak suruh beres-beres pekerjaan rumah”.
Hal serupa ini juga sesuai yang dikatakan oleh Hasan, kelas XI, anak dari ibu Tutik wawancara 15 Oktober 2010:
“Saya disuruh mencuci baju saya sendiri, dan kadang disuruh beres- beres pekerjaan rumah, sebagai hukuman atas kesalahan yang saya
lakukan”. b.
Pembagian waktu Agar hubungan orang tua dengan anak menjadi baikharmonis
memerlukan waktu yang memungkinkan untuk mereka dapat berkumpul secara fisik, tidak perlu berjam-jam, yang penting orang tua secara konsisten
meluangkan sedikit waktu untuk bersama anak dalam setiap hari. Ketika orang tua bersama anak jauhkan dari gangguan dan konsentrasikan perhatian
orang tua kepada anak, waktu adalah tonggak penyangga dalam pengasuhan anak yang utama, karena jika sebagai orang tua sudah tidak peduli lagi dalam
pembagian waktu antara bekerja dan mengasuh anak, maka akan mengganggu dalam perkembangan kepribadian anak.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2010, dalam keluarga ibu rumah tangga pekerja batu bata di desa Kalipucang
Kulon, untuk mengatasi hambatan dalam mengasuh anak, ibu rumah tangga pekerja batu bata di Desa Kalipucang Kulon mereka membagi waktu antara
bekerja dan pengasuhan anak, dengan cara pembagian waktu yang seefektif mungkin, bekerja dilakukan pada pagi hari sampai sore hari dan malam
harinya digunakan untuk pengasuhan anak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu Prapti 37 Tahun salah wawancara 15 Oktober 2010:
“Untuk mengatasi hambatan dalam mengasuh anak, saya membagi waktu antara bekerja saya dengan mengasuh anak, pada pagi sampai
sore hari saya gunakan waktu untuk bekerja kemudian malam harinya saya gunakan untuk mengasuh anak, walaupun tidak bisa
efisien tetapi paling tidak saya bisa sedikit tahu kegiatan anak saya
dalam sehari”. Pemberian hukuman dan pembagian waktu yang dilakukan oleh ibu
rumah tangga pekerja batu bata dalam menghadapi hambatan mengasuh anak, jika kedua langkah tersebut tidak dapat direspon dengan baik oleh
anak, maka ibu rumah tangga pekerja batu bata hanya bisa mendiamkan anak mereka, karena jika ibu rumah tangga pekerja batu bata mengerasi anak-anak
mereka, maka anak-anak mereka akan membalas dengan kekerasan, dan bahkan akan memarai kembali.
B. Pembahasan
1. Peran ibu rumah tangga pekerja batu bata dalam mengasuh anak di Desa