Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

(1)

SKRIPSI

OLEH

ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

GAMBARAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI DESA MALIGAS TONGAH KECAMATAN TANAH JAWA

KABUPATEN SIMALUNGUN

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

ENTYWE HABEAHAN NIM. 101000014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan


(4)

(5)

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Kata Kunci: ketahanan pangan rumah tangga, pengeluaran, konsumsi pangan


(6)

iv ABSTRACT

The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.

The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.

The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.

From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.


(7)

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul “ Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun ” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, Anggap Habeahan dan Sriani, kepada kakak terbaik Sri Mariati Habeahan S.Pd dan Camelia Habeahan yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta motivasi, inspirasi dan dukungan materil bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapakn terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

vi

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak persiapan hingga skripsi ini diselesaikan.

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran serta arahan sejak persiapan hingga skripsi ini diselesaikan

5. Ibu Asfriyati SKM, M.kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD dan ibu Dra. Jumirah, Apt, M.kes selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan arahan demi penyusunan skripsi yang lebih baik

7. Seluruh dosen dan staf pengawai FKM USU khususnya Depatemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini, dan kepada abangda Marihot Samosir S.T yang banyak membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Bapak wardiono S.Sy dan ibu Eni Susrini serta Masyarakat Desa Maligas Tongah yang telah berpartisipasi, meluangkan waktu selama melakukan penelitian.

9. Drs. Ali Muda L.Tobing serta seluruh keluarga besar terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.

10.Desi Ratna Sari, Effi Janiarti, Dian Fifit Sundari, Ranika Harahap terimakasih atas bantuan tanpa pamrih, kebersamaan, canda tawa, suka duka, dukungan.


(9)

12.Ismail Husin Tanjung S.T terima kasih atas motivasi, dukungannya, kesabaran dan kebersamaannya semoga selalu terjaga.

13.Terima kasih kepada GAMADIKSI USU : Kk Tami, Blisa, Nizalia, Mentari, Ary, Reza S, Gantara, Reza N, Adzri, Syahputra, Rifal atas dukungan dan kebersamaan selama ini.

14.Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat: Mariana, Rini, Chintya, Siti SP, Nuhalis, Ika, Nita, Rosalyn, Kamal, Ira, kak Anggi, kak Yuni. Untuk teman-teman di FKM: Anis, Atika, Syahraeni, dan seluruh Stambuk 2010 reguler.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun kemampuan penulis. Meskipun demikian penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan bagi semua pihak yang membaca skripsi ini serta bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agusutus 2015 Penulis


(10)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1 Ketahanan Pangan ... 8

2.1.1 Subsistem Ketahanan Pangan... 11

2.2 Konsumsi Pangan ... 12

2.3 Pengeluaran Pangan ... 14

2.4 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi ... 16

2.5 Kerangka Konsep ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 20

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4.1 Data Primer ... 21

3.4.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional ... 22

3.6 Aspek Pengukuran ... 23

3.7 Pengolahan Data ... 26

3.8 Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28


(11)

4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan ... 34 4.4.2 Tingkat Kecukupan Energi Rata-rata

Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.4.3 Tingkat Kecukupan Protein Rata-rata

Rumah Tangga Petani Padi ... 34 4.5 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Pendapatan Kepala Rumah Tangga ... 36 4.5.1 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 36 4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga... 37 4.5.3 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendapatan ... 37 4.5.4 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota keluarga ... 38 4.5.5 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga ... 39 4.5.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga ... 40 4.5.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 40 4.5.1 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi

Pangan Rumah TanggaPetani Padi

BerdasarkanPendidikan Kepala Keluarga ... 41

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi ... 42 5.2 Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Petani Padi ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 50 6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga ... 10 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas

Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 28 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 ... 29 Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas

Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 30 Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di

Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32 Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi

Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 32 Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga

Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33 Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi

Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 33 Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Rumah Tangga Petani

Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 34 Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa

Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 35 Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa


(13)

Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 37 Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 38 Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39 Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 39 Tabel 4.16 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 40 Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Kabupaten Simalungun Tahun 2015 ... 41 Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa


(14)

xii

DAFTAR GAMBAR


(15)

Lampiran III Output Hasil Pengolahan Data ... 73

Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian ... 82

Lampiran VI Surat Keterangan selesai Penelitian ... 83


(16)

xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Entywe Habeahan

Tempat Lahir : Bangun Pardamean

Tanggal Lahir : 22 Nopember 1992

Suku Bangsa : Batak Pakpak

Agama : Islam

Nama Ayah : Anggap Habeahan

Suku Bangsa Ayah : Batak Pakpak

Nama Ibu : Sriani

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikan Formal

1. SD Negeri 094136 Pamatang Sidamanik : Tahun 1999-2005 2. MTs Swasta Khairatul Islamiyah Pematangsiantar : Tahun 2005-2007 3. MA swasta Al Washliyah Pematangsiantar : Tahun 2007-2010

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Tahun 2010-2015

Universitas Sumatera Utara


(17)

konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi.

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 rumah tangga petani padi yang diambil dari 359 rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi tergolong jelek dengan rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3% dan rawan pangan 9,2%. Sebagian besar tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori tinggi sebesar 52,6%. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi termasuk dalam kategori cukup yaitu 85,5% sedangkan rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi 98,7% termasuk kategori kurang.

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petani agar dapat memperbaiki angka kecukupan protein. Diharapkan juga kepada perangkat desa memberikan penyuluhan pertanian mengenai pemanfaatan lahan dan pelatihan untuk usaha produktif dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Kata Kunci: ketahanan pangan rumah tangga, pengeluaran, konsumsi pangan


(18)

iv ABSTRACT

The amount of the resulting rice production could not meet the availability of adequate food so that did not reflect the household food security. This study aimed to determine the food expenditures a month to the total household expenditure of farmers, energy and protein consumption of household rice farmers.

The research was a descriptive survey, to describe the household food security situation of rice farmers. The samples in this study amounted 76 households from takeable 359 household rice farmers who live in Maligas Tongah Village, Tanah Jawa sub-district, Simalungun district. The data collected was processed and presented in the form of a frequency distribution table which could then be analyzed descriptively.

The results showed that the household food security conditions of rice farmers classified bad with vulnerable food 44,7%, household less food 5,3% and food insecurity 9,2%. The level of household food expenditure of rice farmers was 52,6% included high category. The average energy sufficiency level of household rice farmers the included enough category that was 85,5% while the average protein sufficiency level household rice farmers the included less category that was 98,7%.

From these results it was suggested to farmers in order to improve the minimum level of dietary protein. The government was expected to provide counseling regarding the nutritional adequacy. Training for productive enterprises to increase household income.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaan pangan harus dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi humanistisk masyarakat, yaitu hidup maju, mandiri, dalam suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai angka 237.556.363 jiwa (BPS, 2012). Jumlah penduduk dunia akan terus bertambah diperkirakan akan mencapai 9 milyar dalam rentang 8 – 10,5 milyar jiwa pada tahun 2050 (NGI, edisi januari 2011). Dengan demkian ada tambahan pangan setiap tahun untuk mencukupi pertumbuhan penduduk. Sebagaimana dalam Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang pangan dimana, pemerintah berkewajiban memenuhi kebutuhan pangan dan menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, bermutu dan bergizi layak, aman dan merata serta terjangkau oleh setiap rumah tangga.

Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, defenisi ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.


(20)

2

Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari 3 (tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3) konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah) dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi pada daerah tersebut. Sedangkan secara mikro (tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian. Konsumsi pangan secara lansung berpengaruh pada status gizi. Terkait dengan hal tersebut, permasalahan yang sering dihadapi di dalam suatu negara tidak hanya mencakup ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk, tetapi juga mencakup masalah belum terpenuhinya kecukupan gizi (Baliwati, 2004).

Manusia membutuhkan pangan baik dalam jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas). Jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi merupakan salah satu hal penting untuk pembentukan kualitas manusia. Semakin beragam dan berkualitas pangan yang dikonsumsi, maka akan menambah asupan gizi yang diterima oleh tubuh.

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012, norma kecukupan energi sebesar 2150 kkal/orang/hari dan protein sebesar 57 gr/orang/hari. Angka nasional untuk rata-rata konsumsi energi dan protein pada tahun 2013 penduduk pedesaan dibawah standar yakni sebesar 1852,82 kkal dan rata-rata konsumsi protein sebesar 50,80 gram, yang artinya angka konsumsi energi dan protein penduduk pedesaan masih dibawah angka konsumsi energi dan protein nasional yang dianjurkan (BPS, 2013).


(21)

Pangan dan gizi merupakan dua unsur yang saling berkaitan dalam meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas hidup manusia. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan serta dapat dijangkau oleh masyarakat. Status gizi seseorang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi oleh seseorang karena setiap pangan memiliki nilai gizi yang berbeda-beda. Status gizi yang baik dapat mencerminkan baik atau buruknya ketahanan pangan suatu rumah tangga (Amaliyah, 2011).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman, dan bergizi dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari untuk dapat hidup aktif dan sehat. Menurut Jonsson dan Toole terdapat empat tingkatan ketahanan pangan tingkat rumah tangga, yaitu: 1) rumah tangga tahan pangan, 2) rumah tangga rentan pangan, 3) rumah tangga kurang pangan, dan 4) rumah tangga rawan pangan (Rumalean dkk, 2011).

Penentuan tingkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga memerlukan beberapa faktor utama yaitu askes (fisik dan ekonomi) terhadap pangan, ketersediaan pangan dan risiko yang terkait dengan askes serta ketersediaan pangan (Purwantini dkk, 2000). Banyak metode yang dijadikan indikator dalam mengukur derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Salah satu indikator ketahanan pangan yang mengukur ketahanan pangan rumah tangga yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole yaitu tingkat pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi (Ariani dan Handewi, 2003).


(22)

4

Tingkat pengeluaran pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menganalisis ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat pengeluaran pangan adalah biaya yang dikeluarkan untuk makanan oleh suatu rumah tangga dalam waktu setiap bulannya dan membandingkan dengan total pengeluaran sebulan. Semakin besar tingkat pengeluaran pangan berarti ketahanan pangan suatu rumah tangga semakin kurang. Semakin tinggi kesejahteraan masyarakat suatu negara, maka besar tingkat pengeluaran rumah tangga semakin kecil. Semakin rendah kesejahteraan masyarakat suatu negara, maka tingkat pengeluaran semakin besar (Amaliyah, 2011).

Menurut penelitian Ariani dan Handewi (2003) faktor akses merupakan penyebab masalah pada rumah tangga di Indonesia menjadi rentan pangan sebanyak 47,3%. Rumah tangga rentan pangan dilihat dari tingkat pengeluaran pangan sebesar lebih dari 60% dan konsumsi energi lebih dari 80% kecukupan energi yang ditentukan.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, secara garis besar persentase pengeluaran masyarakat Kabupaten Simalungun berasal dari konsumsi pangan. Pada tahun 2013 persentase pengeluaran untuk makanan sebesar 56,55%, angka persentase pengeluaran untuk makanan masih lebih besar dari persentase pengeluaran untuk makanan penduduk perdesaan secara nasional sebesar 54,68%. Dapat dilihat pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga sangat besar dibandingkan pengeluaran rumah tangga bukan untuk konsumsi.

Kabupaten Simalungun memiliki 31 kecamatan satu diantaranya adalah Kecamatan Tanah Jawa. Kecamatan Tanah Jawa merupakan kecamatan yang


(23)

mempunyai produksi padi sawah terbesar sebanyak 51.527 dari pada kecamatan-kecamatan yang lain. Dimana, jumlah beras yang dihasilkan oleh Kabupaten Simalungun sebanyak 440.992 ton. (BPS, 2013).

Rumah tangga petani umumnya adalah masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada pertanian. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2012), Rumah tangga miskin di Yogyakarta sebanyak 51,5% menggantukan hidupnya dengan bekerja pada usaha pertanian.

Berdasarkan survei pendahuluan Desa Maligas Tongah merupakan desa penghasil padi terbesar terbesar sebanyak 2.752 ton di Kecamatan Tanah jawa. Desa Maligas Tongah terbagi atas empat dusun, dusun pertama mayoritas suku batak sedangkan 3 dusun mayoritas suku jawa. Data penduduk untuk desa Maligas Tongah pada tahun 2014 sebanyak 2413 orang dengan jumlah keluarga keluarga tani sebanyak 359 keluarga dan kebanyakan penduduk yang bekerja sebagai petani. Petani di Desa maligas Tongah banyak yang menjual padi yang dihasilkan kepada para tengkulak yang dilakukan setelah panen selesai. Menurut ketua penyuluh pertanian lapangan di Desa Maligas Tongah ada juga petani hanya mengambil 20% dari hasil panen. Pendapatan petani di ukur dari berapa ton padi yang dihasilkan selama masa panen. Pendapatan yang dihasilkan oleh penggarap dan buruh tani akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemilik lahan dikarenakan upah yang diterima melihat hari kerja. Ketika terjadi ketidakstabilan pendapatan, keluarga tani hanya dapat belanja sesuai dengan keadaan pendapatan (BPS, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan pada survei pendahuluan, kurangnya pendapatan karena tidak tentunya jumlah besar pendapatan yang diperoleh setiap


(24)

6

bulan oleh masyarakat desa maligas tongah tidak menjadikan mereka membatasi pengeluaran konsumsi pangan. Banyaknya makanan berkalori tinggi dijual dengan harga murah di daerah desa maligas tongah misalnya, bakso, misop, lontong, bakso kojay, dan jajanan pasar lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi pangan masyarakat di Desa Maligas Tongah.

Banyaknya produksi yang dihasilkan belum tentu dapat memenuhi ketersediaan pangan yang cukup sehingga belum dapat mencerminkan ketahanan pangan rumah tangga. Tingginya tingkat pendapatan suatu rumah tangga petani maka semakin besar rumah tangga petani memperoleh pangan yang baik sehingga kesejahteraan terjamin. Banyakanya pendapatan yang rendah akan mengakibatkan buruknya kondisi pangan rumah tangga sehingga besarnya pendapatan akan dikeluarkan untuk memenuhi konsumsi untuk pangan. Tingginya tingkat pengeluaran untuk pangan mengindikasikan tingkat kesejahteraan yang rendah. Kenyataan ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.


(25)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengeluaran pangan rumah tangga petani padi perbulan.

2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan konsumsi energi rata-rata rumah tangga petani padi.

3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan protein rata-rata rumah tangga petani padi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, khususnya kepala desa dan perangkat desa dapat dijadikan sumber pemikiran dalam pengambilan keputusan bidang pangan dan gizi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dilihat dari ketahanan pangan rumah tangga khusunya daerah Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini didijadikan sumber referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

3. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi sebagai masukan untuk memperbaiki kondisi ketahanan pangan.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Ketahanan Pangan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dan jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Menurut Tim Penelitian-LIPI (2004), berdasarkan defenisi ketahanan pangan dari FAO dan UU RI No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi defenisi FAO, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu : 1) kecukupan ketersediaan pangan, 2) stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, 3) aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta 4) kualitas/keamanan pangan.

Konsep ketahanan pangan lazimnya memenuhi lima syarat utama, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan, stabilitas pangan serta status gizi. Ketersediaan pangan merupakan syarat yang menunjukkan bahwa pangan tersebut tersedia dalam jumlah cukup, aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan, dimana pangan tersebut juga harus mampu mencukupi jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kebutuhan yang aktif dan sehat (Soemarno, 2010).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercemin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan


(27)

terjangkau. Secara umum pilar ketahanan pangan dalam suatu wilayah terdiri dari 3 (tiga) pilar utama, meliputi: 1) ketersediaan pangan, 2) distribusi pangan, dan 3) konsumsi pangan. Ketersediaan pangan secara makro (tingkat wilayah) dipengaruhi tinggi rendahnya produksi dan distribusi. Sedangkan secara mikro (tingkat rumah tangga) lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga memproduksi pangan, daya beli, dan pemberian (Baliwati, 2004).

Ketahanan pangan rumah tangga sebagaimana rumusan Internasional Congres of nutrition (ICN)) yang diselenggarakan di Roma tahun 1992 mendefenisikan ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan dan anggotanya dari waktu kewaktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiataan sehari-hari. Dalam sidang Committee on World Food Security 1995, persyaratan harus diterima oleh budaya setempat memperluas defenisi ketahanan pangan (Suhadi Purwantoro, 2009).

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga adalah kemampuan sebuah keluarga untuk cukup satu tahun dalam hal pangan untuk menjamin kecukupan intake makanan bagi seluruh anggota keluarga. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi, meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi dari produksi, distribusi konsumsi dan status gizi (Sukandar dkk, 2006)

Terdapat dua tipe ketidaktahanan pangan dalam rumah tangga yaitu kronis dan transitory. Ketidaktahanan pangan kronis sifatnya menetap, merupakan ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan dan kondisi ini biasanya diakibatkan oleh kemiskinan.


(28)

10

Ketidaktahanan pangan transitory adalah penurunan akses terhadap pangan yang sifat sementara, biasanya disebabkan oleh bencana alam yang berakibat pada ketidakstabilan harga pangan, produksi dan pendapatan (setiawan 2004).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkatan dari suatu rumah tangga yang mampu menyediakan bahan makanan yang cukup, aman dan bergizi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk dapat hidup sehat dan aktif. Jonsson and Toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000) mengenai metode pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yang menggabungkan dua indikator yaitu tingkat pengeluaran pangan dan konsumsi energi rata-rata keluarga. Batasan untuk konsumsi energi rata-rata keluarga adalah 80%, sedangkan batasan tingkat pengeluaran pangan adalah 60% dari total pengeluaran. Indikator tersebut dapat di lihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rendah

(≤ 60% Pengeluaran Total)

Tinggi (> 60% Pengeluaran

Total) Cukup

(> 80% kecukupan energi rata-rata)

1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan

Kurang

(≤ 80% kecukupan energi rata-rata Keluarga)

3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan

Sumber : Jonsson and toole (1991) dalam Maxwell et.al (2000)

Tabel di atas menjelaskan bahwa ada empat tingkatan dalam menilai ketahanan pangan rumah tangga yaitu: rumah tangga tahan pangan, rumah tangga rentan pangan, rumah tangga kurang pangan, dan rumah tangga rawan pangan. Selain itu, dianggap penting untuk mengetahui mengenai karakteristik dari rumah tangga meliputi pendapatan sebulan, pendidikan , dan jumlah anggota keluarga.


(29)

2.1.1Sistem Ketahanan Pangan

Secara umum, ketahanan pangan mencakup empat aspek, yakni kecukupan (sufficiency), akses (access, keterjaminan (security), dan waktu (time). Berdasarkan empat aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang sebagai suatu sistem yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu;

1. Ketersediaan dan stabilitas pangan (food avability and stability), dipengaruhi oleh sumber daya (alam, manusia, dan sosial) dan produksi pangan (on farm and off farm)

2. Kemudahan memperoleh pangan (food accessibility, dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga dan produksi pangan yang tergantung pada harga pangan maupun tingkat sumber daya yang terdapat dalam keluarga yaitu tenaga kerja dan modal.

3. Pemanfaatan pangan (food utilization), dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan status gizi (Setiawan, 2004)

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem pangan yang terintergrasi atas berbagai subsistem. Subsistem utamnya adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergis dan interaksi dari ketiga subsistem.

Secara hakiki ketahanan pangan (food security) dapat diartikan sebagai terjaminnya akses pangan untuk segenap rumah tangga dan individu setiap waktu sehingga mereka dapat bekerja dan hidup sehat. Ketahanan pangan ditentukan secara bersama antara ketersediaan pangan dan akses individu atau rumah tangga mendapatkannya, dimana akses yang dimiliki meliputi akses fisik, sosial, dan


(30)

12

akses ekonomi dalam memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari (Nurmala, 2012)

2.2Konsumsi Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia yang termasuk bahan tambahan pangan, bahan buku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyajian, pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman (Depkes, 2004)

Konsumsi pangan adalah informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah &Martianto, 1992). Konsumsi makanan rumah tangga merupakan makanan dan minuman yang layak untuk dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga (supariasa dkk, 2002).

Tiga tujuan seseorang mengkonsumsi pangan yaitu tujuan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah untuk memenuhi rasa lapar atau keinginan memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan. Tujuan psikologis merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera seseorang. Tujuan sosiologis adalah berhubungan dengan upaya pemeliharaan hubungan antar manusia dalam kelompok kecil maupun kelompok besar (Riyadi 1996 dalam herdiana 2009).

Menurut Baliwati (2004), konsumsi pangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, atau suatu


(31)

bangsa/negara berpengaruh kuat dan kekal tehadap apapun dan bagaimana penduduk makan. Pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan, jenis pangan yang diproduksi, cara pengolahannya, penyalurannya, penyiapan, dan penyajian.

Tercukupinya konsumsi pangan merupakan syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah kepada penurunan kuantitas dan kualitas, termasuk perubahan frekunsi konsumsi makanan pokok. Angka rill kuantitas konsumsi pangan harus dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk mengetahui cukup tidaknya asupan gizi (Khosman, 2002).

Konsumsi pangan mempunyai pengaruh secara lansung terhadap status gizi, Kebutuhan gizi setiap orang berbeda, tergantung dari umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas (ringan, sedang, dan berat), dan keadaan fisiologis tubuh. Widyakarya nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing sebesar 2000 kkal/kapita/hari dan 52 gram/kapita/hari (Adriani dan Bambang, 2012)

Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup serta seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukkan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Tingkat kecukupan konsumsi pangan dan gizi seseorang akan mempengaruhi keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani yang bersangkutan. Sementara itu, tingkat dan pola konsumsi pangan dan gizi rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat (Nainggolan 2005 dalam amaliyah 2011). Cukup tidaknya pangan yang


(32)

14

dikonsumsi oleh manusia, secara kualitatif dapat diperkirakan dari nilai energi (kal) yang dikandungnya. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan ( Almatsier, 2009).

2.3Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga terdiri atas dua kelompok yaitu pengeluaran untuk makanan (pangan) dan bukan makanan (nonpangan). Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang akan dibelikan untuk dikonsumsi pangan, sedangkan pengeluaran nonpangan adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk keperluan selain pangan seperti pendidikan, listrik, air, komunikasi, transportasi, tabungan, biaya produksi pertanian dan non pangan lainya (kartika, 2005).

Tingkat kebutuhan/permintaan terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda-beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan (BKP Kota Medan, 2010)

Pengeluaran pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan


(33)

minuman jadi, minuman alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran non pangan terdiri dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, pakainan, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi, keperluan pesta dan upacara (BPS, 2013).

Tingkat antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga. Dari tingkat pengeluaran pangan dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan (Purwantini dan Ariani, 2008).

Teori Engel’s menyatakan bila persentase makanan terhadap total pengeluaran lebih dari 80 persen maka tingkat kesejahteraan rendah. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka semakin rendah persentase pengeluaran konsumsi makanan. Berdasarkan Teori Engel’s, Maka suatu rumah tangga bisa dikatakan sejahtera apabila persentase pengeluaran terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada persentase pengeluaran bukan makanan. (Sijirat, 2004).

Menurut Hildawati (2008) dalam penelitiannya pada kelompok nelayan, bahwa pengeluaran rumah tangga perkapita perbulan mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan. Rumah tangga yang memliki pengeluaran perkapita perbulan lebih tinggi mempunyai peluang 6,1 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya dan 8,3 kali lebih tinggi tingkat konsumsi proteinnya dibandingkan dengan rumah tangga yang tingkat pengeluaran perkapita perbulanya lebih rendah.


(34)

16

2.4Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi

Rumah tangga petani padi merupakan suatu unit kelembagaan yang setiap saat mengambil keputusan produksi, konsumsi, curahan tenaga kerja dan reproduksi. Rumah tangga petani padi dapat dipandang sebagai satu kesatuan unit ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja dan mempunyai yang ingin dipenuhi dari sumberdaya yang dimiliki (Purwita dkk, 2009).

Pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang diduga sebagai determinan dalam keberagaman konsumsi pangan. Pendapatan dikaitkan dengan daya beli pangan yang biasanya didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi rumah tangga untuk memperoleh bahan pangan berdasarkan besarnya alokasi pendapatan untuk pangan, harga pangan yang dikonsumsi, dan jumlah anggota rumah tangga (Hardinsyah, 2007 dalam Arbaiyah, 2013).

Tingkat pendapatan menentukan jenis dan jumlah pangan yang akan dibeli serta seberapa besar dari pendapatan yang akan dikeluarkan untuk membeli pangan. Daya beli keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan konsumsi pangan yang bergizi. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, kurang mampu memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, dan pasti mempengaruhi tingkat keberagaman konsumsi pangan. Pengeluaran keluarga juga penting untuk diperhitungkan, karena pengeluaran keluarga dianggap sebagai proksi dari pendapatan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsumsi pangan suatu keluarga (Afandi, 2011).


(35)

Menurut Prabawa (1998 dalam Herdiana 2009) mengungkapkan bahwa setinggi apapun tingkat pendapatan yang diperoleh seorang kepala rumah tangga dalam rumah tangganya, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan ditentukan oleh perdapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh total pendapatan yang diterima, juga ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga.

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pendapatan perkapita, pengeluaran dan konsumsi pangan. Rumah tangga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar keluarga yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota rumah tangga (Martianto dan Ariani 2004).

Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat kecukupan energi dan ketahanan pangan. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga maka semakin rendah tingkat kecukupan energi dan semikin rendah peluang rumah tangga menjadi tahan pangan (Sukandar dkk, 2006).

Menurut BPS (2001) dalam Arbaiyah (2013), besarnya keluarga atau rumah tangga menyatakan seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam keluarga tersebut yang dapat memberi indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang selanjutnya akan meningkatkan berat beban rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhannya. Ketahanan pangan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh modal sosial yang ada dimasyarakat yakni terkait dengan interaksi sosial yang dilakukan anggota


(36)

18

keluarga. semakin tinggi tingkat intensitas anggota rumah tangga dalam berinteraksi sosial maka ketahanan pangan rumah tangga semakin kuat (Suandi, 2007).

Selain Pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan menpunyai peran penting dalam tingkat ketahanan pangan. Hasil penelitian Megawangi (1994 dalam Herdiana 2009) mengatakan bahwa rumah tangga yang kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh farida (2009) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan didalam keluarga maka tingkat ketahanan pangan menjadi lebih baik.

2.5Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka konsep Karateristik rumah tangga

petani padi : 1. Pendapatan 2. Pendidikan kepala

keluarga

3. Jumlah anggota rumah tangga

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi

1. Tingkat Pengeluaran Pangan

2. Konsumsi Energi Rata-rata Keluarga


(37)

Berdasarkan gambar diatas dapat didefenisikan bahwa ketahanan pangan rumah tangga petani padi di pengaruhi oleh karateristik rumah tangga tersebut seperti pendapatan, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Ketahanan pangan rumah tangga petani padi dapat dilihat dari segi tingkat pengeluaran pangan dan konsumsi energi rata-rata rumah tangga.


(38)

20

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey, yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran situasi ketahanan pangan rumah tangga petani padi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan masyarakat desa terpilih relatif homogen sebagai masyarakat petani khususnya petani padi dan dapat dijangkau peneliti. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Agustus 2014 sampai Agustus 2015.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga petani padi yang bertempat tinggal di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014 sebanyak 359 rumah tangga tani.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian rumah tangga tani yang ada di Desa Maligas tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan besar sampel untuk survei sampel (Isgiyanto, 2009) yaitu:


(39)

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

P = Proporsi populasi, dalam penelitian ditetapkan 0,5 d = besar penyimpangan yang dapat diterima

Z21-α/2

=

Tingkat kecenderungan atau kepercayaan 95% ditetapkan 1,96 Pemilihan sampel dilakukan secara system random sampling dimana tiap keluarga tani terpilih diberi nomor. Sampel pertama diambil secara acak dengan undian selanjutnya kelipatan untuk masing-masing keluarga tani.

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Keluarga tani adalah benar tercatat dalam daftar kelompok tani dan terdaftar dikantor kelurahan sebagai penduduk.

2. Kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya berkomunikasi dengan baik. 3. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lengkap

(sekurang-kurangnya terdiri dari ayah dan ibu).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan alat bantu kuesioner, wawancara, dan observasi. Data tersebut meliputi: Karakteristik responden, tingkat pengeluaran pangan dan konsumsi energi rata-rata keluarga .


(40)

22

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan adalah data demografi penduduk yang diperoleh dari kantor kepala desa/kelurahan di lokasi penelitian.

3.4 Defenisi Operasional

Untuk lebih memperjelas arah penelitian ini, maka penulis memberikan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Rumah tangga petani padi adalah sekelompok individu yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dalam satu atap dan makan dalam satu dapur, dimana kepala keluarganya berprofesi sebagai petani padi sawah.

2. Karakteristik rumah tangga petani padi adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, terdiri dari : pendapatan, tingkat pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota keluarga.

3. Pendapatan adalah upah kerja yang diterima oleh kepala keluarga dari hasil panen padi.

4. Pendidikan kepala keluarga adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh kepala keluarga petani padi.

5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga dalam satu rumah tangga.

6. Ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkat kemampuan sebuah keluarga untuk menjamin ketersediaan bagi seluruh anggota keluarga yang di ukur dari aspek tingkat pengeluaran pangan dan tingkat kecukupan konsumsi energi.


(41)

7. Tingkat pengeluaran pangan adalah persentase pengeluaran pangan dari rumah tangga petani padi .

8. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi dalam satu bulan.

9. Jumlah pangan adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi keluarga dalam sehari yang dilihat dari tingkat kecukupan energi.

10.Tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi adalah persentase dari banyaknya energi yang harus dipenuhi dari makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi dibandingkan dengan angka kecukupan energi rata-rata keluarga.

11.Tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi adalah banyaknya protein yang harus di penuhi dari makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi dibandingkan dengan angka kecukupan protein keluarga.

3.5 Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pendapatan diukur dengan menggunakan kuesioner dan dibagi dua kelompok berdasarkan UMK Kabupaten Simalungun 2014 (Rp 1.695.000) yaitu :

a. Pendapatan diatas UMK b. Pendapatan dibawah UMK


(42)

24

2. Pendidikan kepala keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan klasifikasinya menjadi lima kelompok (Hidayat,2004 dalam Giyanti,2008) yaitu:

a. Tidak sekolah b. SD

c. SMP d. SMA e. PT

3. Jumlah anggota keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner dan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (BKKBN, 1996 dalam Hidayati, 2011)yaitu:

a. Keluarga kecil : 4 orang b. Keluarga besar: > 4 orang 4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga.

Dalam mengukur ketahanan pangan rumah tangga, dapat dilakukan dengan pengukuran yang dikembangkan oleh Jonsson dan Toole (1991), menggunakan dua indikator yaitu tingkat pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi. Kemudian dikategorikan menjadi (Jonsson and toole dalam Maxwell dkk (2000) :

Tahan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah

tangga cukup yaitu >80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga.


(43)

Rentan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah tangga cukup yaitu > 80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga.

Kurang Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan rendah yaitu ≤ 60% dari pengeluaran total dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga.

Rawan Pangan : jika tingkat pengeluaran pangan tinggi yaitu > 60% dari total pengeluaran dan tingkat konsumsi energi rumah tangga kurang yaitu ≤ 80% dari kecukupan energi keluarga 5. Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Dihitung dengan membagi pengeluaran untuk bahan pangan selama sebulan dengan total pengeluaran selama sebulan dikalikan dengan 100% (Smith and Subandoro, 2007). Tingkat pengeluaran pangan diklasifikasi dengan kriteria pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yaitu :

a. Rendah ≤ 60% dari pengeluaran total b. Tinggi > 60% dari pengeluaran total 6. Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Dalam penelitian ini konsumsi pangan yang diperhitungkan adalah konsumsi energi dan protein rata-rata rumah tangga.

c. Tingkat kecukupan energi keluarga dilihat dengan menggunakan fomulir Food List Method.


(44)

26

Tingkat energi keluarga diklasifikasi dengan kriteria pengukuran ketahanan pangan rumah tangga yaitu :

1. Cukup > 80% dari kecukupan energi rata-rata keluarga. 2. Kurang ≤ 80% dari kecukupan energi rata rata keluarga.

b. Tingkat kecukupan protein keluarga dilihat dengan menggunakan formulir Food List Method .

3.6 Pengolahan Data

pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu komputer dengan tahapan sebagai berikut:

a.Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara. Edit meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian kuesioner. Edit dilakukan dilapangan. Peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan jawaban dari kuesioner yang diberikan. Hasil edit didapatkan semua data terisi lengkap dan benar.

b. Coding, yaitu memberikan kode berupa angka tertentu pada kuesioner c. Entri Data, memasukkan data ke dalam program komputer.


(45)

3.7 Analisis Data

Data karakteristik rumah tangga petani padi, ketahanan pangan, tingkat konsumsi energi rata-rata keluarga dan tingkat pengeluaran pangan yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang kemudian dapat dianalisa secara deskriptif.


(46)

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Maligas Tongah merupakan salah satu desa dari 18 desa yang ada di Kecamatan Tanah Jawa dan mempunyai luas 77a Ha, Secara geografis berbatasan dengan:

- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jawa Tongah - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bah Kisat - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Mekar Mulia - Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saribu Asih

4.1.1 Jumlah Penduduk Desa Maligas Tongah berdasarkan Kelompok Umur

Desa Maligas Tongah mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2413 jiwa dengan rincian sebagai berikut dalam tabel distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dibawah ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Kelompok Umur n %

1. 0-9 486 20,1

2. 10-19 593 24,6

3. 20-29 441 18,3

4. 30-39 336 13,9

5. 40-49 322 13,4

6. 50-59 172 7,1

7. >60 63 2,6

Jumlah 2413 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah 2014

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur paling banyak pada kelompok umur 10-19 tahun


(47)

yaitu 593 jiwa (24,6%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur >60 yaitu 63 jiwa (2,6%).

4.1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Maligas Tongah dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2014

Sumber : Kantor Kepala Desa Maligas Tongah Tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak adalah tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 753 orang (31,2%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan S1 sebanyak 12 orang (0,5%).

4.2 Karakteristik Respoden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi : pendidikan, pendapatan, dan jumlah anggota rumah tangga. Gambaran karaketirstik responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

No Tingkat Pendidikan n %

1. Tidak Tamat SD 753 31,2

2. SD 682 28,3

3. SMP 513 21,3

4. SMA 431 17,9

5. DI – DIII 22 0.9

6. S1 - S3 12 0,5


(48)

30

Tabel 4.3 Karateristik Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga berada pada kelompok SMA sebanyak 28 responden (36,8%). Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga berada pada kelompok lebih kecil sama dengan 4 sebanyak 63 responden (82.9%). Pendapatan kepala keluarga berada pada kelompok pendapatan rendah dibawah upah Minimum Kabupaten (Rp 1.695.000) sebanyak 43 orang (56,6%).

4.3 Pengeluaran Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 responden yang diwawancarai menggunakan kuesioner diketahui rata-rata pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan perbulan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

Karateristik n (%)

Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga

Tidak Sekolah SD

SMP SMA PT

8 14 23 28 3

10,5 18,4 30,3 36,8 3,9

Jumlah 76 100,0

Jumlah Anggota Keluarga

Kecil (≤4 orang) Sedang (>4 orang)

63 13

82,9 17,1

Jumlah 76 100,0

Pendapatan Kepala Keluarga

Di atas UMK Di bawah UMK

33 43

43,4 56,6


(49)

Tabel 4.4 Rata-rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Jenis Pengeluaran Pangan

Rata-rata(Rp/Bulan) n=76

%

1. Padi-padian 54.736,84 5,73

2. Umbi-umbian 3.118,42 0,33

3. Ikan 52.381,58 5,49

4. Daging 5.131,58 0,54

5. Telur dan Susu 36.394,74 3,81

6. Sayuran 23.394,74 2,45

7. Buah-buahan 28.789,47 3,01

8. Kacang-kacangan 24.013,16 2,51

9. Minyak dan Lemak 46.039,47 4,82

10. Bumbu-bumbuan 51.276,32 5,37

11. Bahan Minuman 51.855,26 5,43

12. Makanan Minuman Jadi 42,447,37 4,44

13. Rokok 530.131,6 55,51

14. Tembakau dan Sirih 5,263,1 0,50

Jumlah 954.973,7 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui rata-rata pengeluaran pangan terbesar pada rokok sebesar Rp 530.131,6 (55,51%) sedangkan pengeluaran pangan yang terkecil pada umbi-umbian yaitu sebesar Rp 3118,42 (0,33%).

Tabel 4.5 Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani Padi Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Jenis Pengeluaran Non Pangan

Rata-rata(Rp/Bulan) n=76

%

1. Listrik 58.707,2 6,75

2. Air 3.473,6 0,39

3. LPG 38.973,6 4,48

4. Minyak Tanah 1.184,2 0,13

5. Bensin 54.644,7 6,28

6. Solar 14.078,9 1,61

7. Perlengkapan Pribadi 46.868,4 5,39

8. Pendidikan 318.421,1 36,62

9. Kesehatan 55.118,4 6,33

10. Pakaian 1.973,6 0,22

11. Keperluan Sosial 14.0921,1 16,20

12. Tabunagn/Arisan 13.3618,4 15,36

13. Pajak Ansuransi 1.513,1 0,01


(50)

32

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui rata-rata pengeluaran non pangan terbesar terdapat pada pengeluararan non pangan yaitu pendidikan sebesar Rp 318.421,1 (36,62%) sedangkan pengeluaran non pangan terkecil adalah minyak tanah Rp 1.184,2 (0,13%).

4.4 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada penelitian ini diukur dari aspek tingkat pengeluaran pangan keluarga dan tingkat kecukupan energi rata-rata keluarga. Tingkat pengeluaran pangan dibedakan menjadi dua kriteria, yaitu tingkat pengeluaran pangan tinggi dan rendah. Sedangkan tingkat kecukupan konsumsi energi rata-rata keluarga dibedakan atas dua kriteria, cukup dan kurang.

4.4.1 Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat pengeluaran pangan di Desa Maligas Tongah.

Tabel 4.6 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Perbulan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Tingkat Pengeluaran Pangan

n %

1. Rendah 35 47.4

2. Tinggi 41 52,6

Jumlah 76 100,00

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga petani padi memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dari 60% yaitu sebanyak 41 rumah tangga (52,6%) sedangkan tingkat pengeluaran pangan yang rendah lebih kurang dari 60% ada sebanyak 35 rumah tangga (47,4%).


(51)

4.4.2 Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui jumlah tingkat kecukupan energi rata-rata rumah tangga petani padi sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Energi

Keluarga/hari

n %

1. Cukup 65 85,5

2. Kurang 11 14,5

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki tingkat kecukupan energi rata-rata keluarga yang kategori cukup 80% sebanyak 65 rumah tangga (85,5%) dan rumah tangga yang kategori kurang sebanyak 11 rumah tangga (14,5%).

4.4.3 Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 76 rumah tangga petani padi yang diwawancarai dengan menggunakan fomulir food list Method diketahui jumlah tingkat kecukupan Protein rata-rata rumah tangga petani padi sebagai berikut.


(52)

34

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecukupan Konsumsi Protein Rata-rata Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015 No Konsumsi Protein

Keluarga/hari

n %

1. Cukup 1 1,3

2. Kurang 75 98,7

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rumah tangga yang memiliki tingkat kecukupan protein rata-rata keluarga yang kategori cukup sebanyak 1 rumah tangga (1,3%) dan rumah tangga yang kategori sebanyak 11 rumah tangga (98,7%).

Setelah diketahui pengukuran dari kedua aspek, maka dapat diketahui kriteria ketahanan pangan rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

No Ketahanan Pangan Rumah Tangga

n %

1. Tahan Pangan 31 40,8

2 Rentan Pangan 34 44,7

3. Kurang Pangan 4 5,3

4. Rawan Pangan 7 9,2

Jumlah 76 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 diatas bahwa paling banyak rumah tangga petani padi di Desa Maligas Tongah berada pada kelompok rentan yaitu sebanyak 34 rumah tangga (44,7%). Sedangkan sisanya terdiri dari 31 rumah tangga petani padi (40,8%) berada pada kelompok tahan pangan sebanyak 4 rumah tangga (5,20%) rumah tangga petani padi berada pada kelompok kurang pangan dan 7 rumah tangga petani (9,2%) yang berada pada kelompok rawan pangan.


(53)

4.5Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga

Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan pendapatan kepala keluarga rumah tangga petani padi.

Tabel 4.10 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendapatan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tahan

Pangan

Rentan Pangan

Kurang Pangan

Rawan Pangan

Jumlah

n % n % n % n % n %

< Rp

1.695.000 9 20,9 25 58,1 2 4,7 7 16,3 43 100,0 Rp

1.695.000 22 66,7 9 27,3 2 6,1 0 0 33 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pendapatan rumah tangga berada pada kelompok Rp 1.695.000 yaitu 43 rumah tangga (79,1%) dengan rawan pangan sebanyak 7 rumah tangga (16,3%), rentan pangan sebanyak 25 rumah tangga (58,1%), kurang pangan sebanyak 2 rumah tangga (4,70%) dan tahan pangan sebanyak 9 anggota rumah tangga (20,9%).

4.5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan kepala Keluarga

Tabel berikut ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan Pendidikan kepala keluarga rumah tangga petani padi.


(54)

36

Tabel 4.11 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga Ketahanan Pangan di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendidikan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Tahan Pangan

Rentan Pangan

Kurang Pangan

Rawan

Pangan Jumlah

n % n % n % N % n %

Tidak sekolah

5 62,5 3 37,5 0 0 0 0 8 100,0

SD 6 50,0 7 50,0 0 0 0 0 14 100,0

SMP 6 30,4 10 43,5 2 8,7 5 21,7 23 100,0

SMA 12 42,9 13 46,6 2 7,1 1 3,6 28 100,0

PT 2 66,7 1 33,3 0 0 0 0 3 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan SMA berada pada kelompok SMA sebesar 28 rumah tangga (36,8%) dengan rawan pangan sebanyak 1 orang (3,6%), rentan pangan sebanyak 13 rumah tangga (46,4%, kurang pangan sebanyak 2 rumah tangga (7,1%), dan tahan pangan sebanyak 12 rumah tangga (42,9%).

4.5.2 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel dibawah ini merupakan distribusi ketahanan pangan rumah tangga petani padi berdasarkan Jumlah Anggota rumah tangga.

Tabel 4.12 Distribusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Jumlah Anggota

Rumah Tangga

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tahan

Pangan

Rentan Pangan

Kurang Pangan

Rawan Pangan

Jumlah

n % n % n % N % n %

≤ 4 orang 28 44,4 25 39,7 3 4.8 7 11,1 63 100,0 >4 orang 3 23,1 9 69,2 1 7,7 0 0 13 100,0


(55)

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga petani padi dengan jumlah anggota keluarga berada kelompok < 4 sebanyak 63 rumah tangga (82,9%) dengan rawan pangan sebanyak 7 rumah tangga (11,1%), rentan pangan sebanyak 25 rumah tangga (39,7%), kurang pangan sebanyak 3 rumah tangga (4,8%) dan tahan pangan sebanyak 28 rumah tangga (44,4%).

4.5.3 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan kepala keluarga

Tabel dibawah ini merupakan tabel disrtibusi tingkat pengeluaran pangan rumah tangga dengan pendapatan kepala keluarga.

Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendapatan kepala keluarga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Rendah ≤60% pengeluaran total

Tinggi >60%

pengeluaran total Jumlah

n % n % n %

≥Rp 1.695.000 24 72,4 9 27,3 33 100,0

<RP 1.695.000 11 25,6 32 74,4 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga petani padi dengan pendapatan kepala keluarga berada pada kelompok <Rp 1.695.000 yaitu 43 rumah tangga dengan tingkat pengeluaran tinggi >60% dari pengeluaran total sebanyak 32 rumah tangga (74,4 %) dan tingkat pengeluaran rendah ≤60% dari pengeluaran total sebanyak 11 rumah tangga (25,6%).


(56)

38

4.5.4 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat pengeluaran pangan rumah tangga petani padi bedasarkan jumlah anggota rumah tangga.

Tabel 4.14 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Jumlah Anggota

Rumah tangga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Rendah ≤60% pengeluaran Jumlah

Tinggi >60% pengeluaran Jumlah

Jumlah

n % n % n %

≤ 4 orang >4 orang

31 4

49,2 30,8

32 9

50,8 69,2

63 13

100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga petani padi dengan jumlah anggota rumah tangga berada kelompok ≤4 orang sebanyak 63 rumah tangga (82,8%) dengan tingkat pengeluaran pangan tinggi >60% sebanyak 32 rumah tangga (50,8%) dan tingkat pengeluaran pangan rendah ≤60% sebanyak 31 rumah tangga (49,2%).

4.5.5 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendidikan kepala keluarga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat pengeluaran rumah tangga dengan pendidikan kepala keluarga.


(57)

Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendidikan kepala keluarga

Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Rendah ≤60% pengeluaran total

Tinggi >60%

pengeluaran total Jumlah

n % n % n %

Tidak sekolah

5 62,5 3 37,5 8 100,0

SD

6 42,9 8 57,1 14 100,0

SMP

8 34,5 15 65,2 23 100,0

SMA

14 50,0 14 50,0 48 100,0

PT 2 66,7 1 33,3 3 100,0

Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa rumah tangga petani padi dengan pendidikan kepala keluarga berada pada kelompok SMA sebanyak 48 (63,15%) dengan tingkat pengeluaran pangan tinggi >60% dan rendah ≤ 60% dari pengeluaran total masing - masing mempunyai 14 rumah tangga (50,0%).

4.5.6 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala keluarga

Tabel dibawah ini merupakan distribusi tingkat kecukupan energi rumah tangga berdasarkan pendapatan keluarga.

Tabel 4.16 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendapatan kepala keluarga

Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Cukup>80% kurang≤80% Jumlah

n % n % n %

≥Rp 1.695.000 31 91,3 2 22 33 100,0


(58)

40

Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan kepala keluarga berada pada kelompok <Rp 1.695.00 sebanyak 43 rumah tangga (56,57%) dengan tingkat kecukupan energi rumah tangga cukup >80% sebanyak 34 rumah tangga (79,1%) dan kurang ≤80% sebanyak 9 (20,9%)

4.5.7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi berdasarkan jumlah anggota rumah tangga.

Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Jumlah Anggota Rumah tangga

Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Cukup>80% kurang≤80% Jumlah

n % n % n %

≤ 4 orang 53 84,1 10 15,9 63 100,0

>4 orang 12 92,3 1 7,7 13 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa jumlah anggota rumah tangga petani padi berada pada kelompok ≤4 orang sebanyak 63 rumah tangga dengan tingkat kecukupan energi rumah tangga cukup>80% sebanyak 53 rumah tangga dan kurang≤80% sebanyak 10 rumah tangga (15,9%).

4.5.8 Distribusi Tingkat kecukupan Energi Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendidikan Kepala keluarga

Tabel dibawah ini merupakan tabel distribusi tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi berdasarkan pendidikan kepala rumah tangga.


(59)

Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Berdasarkan Pendapatan Kepala Keluarga Di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2015

Pendidikan kepala keluarga

Tingkat Kecukupan Energi Rumah Tangga

Cukup>80% kurang≤80% Jumlah

n % n % n %

Tidak sekolah 8 100,0 0 0 8 100,0

SD SMP

13 16

92,9 69,6

1 7

7,1 30,4

14 23

100,0 100,0 SMA

PT

25 3

89,3 1 00, 0

3 0

10,7 0

28 3

100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa pendidikan kepala keluarga berada pada kelompok SMA sebanyak 28 rumah tangga (36,8%) dengan tingkat kecukupan energi keluarga cukup> 80% sebanyak 25 rumah tangga dan kurang ≤80% sebanyak 3 rumah tangga (10,7).


(60)

42

BAB V PEMBAHASAN 5.1Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi

Menurut penelitian Ariani & Handewi (2003), bahwa ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi oleh masyarakat untuk dapat dijadikan sebagai modal beraktivitas sehari-hari sepanjang waktu. Oleh karena itu, ketahanan pangan tidak bisa hanya ditinjau dari tingkat nasional saja tetapi juga tingkat rumah tangga.

Ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada penelitian ini diukur melalui klasifikasi silang antar dua indikator ketahanan pangan keluarga, yaitu tingkat pengeluaran pangan keluarga dan kecukupan konsumsi energi rata-rata keluarga (kkal). Berdasarkan kedua indikator terdapat 4 pengelompokkan ketahanan pangan rumah tangga, yaitu tahan pangan, rentan pangan, kurang pangan, serta rawan pangan.

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan makanan untuk semua anggota rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani padi sebanyak 59,2% tergolong jelek dengan kelompok rentan pangan 44,7%, kurang pangan 5,3%, rawan pangan 9,2%.

Rumah tangga pada kelompok rentan pangan sebanyak 44,7%, dimana rumah tangga memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dan konsumsi energi rumah tangga cukup. Hal ini berarti sebagian rumah tangga petani padi harus mengeluarkan sejumlah uang yang lebih banyak untuk memperoleh pangan


(61)

untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Rumah tangga yang rentan pangan dari sisi ekonomi kurang baik yang diindikasikan oleh tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dan pendapatan rumah tangga yang rendah. Sesuai dengan Purwantini dan Ariani(2008), indikator dalam menentukan tingkat ketahanan pangan rumah tangga dapat digunakan tingkat pengeluaran pangan, jika tingkat pengeluaran pangan tinggi makan tingkat ketahanan pangan menjadi rendah atau rentan. Dari kenyataan ini dapat disarankan pada rumah tangga yang rentan pangan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga sehingga dapat meningkatkan status rumah tangga dari kategori rentan pangan ke tahan pangan.

Rumah tangga dengan kelompok tahan pangan sebanyak 40,8%, dimana tingkat pengeluaran pangan rendah ≤60% dan konsumsi energi rumah tangga cukup. Suatu rumah tangga dikatakan sejahtera apabila presentase pengeluaran pangan terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada presentase pengeluaran bukan makanan (Sijirat, 2004)

Rumah tangga dengan kelompok kurang pangan sebanyak 5,3%, dimana tingkat pengeluaran pangan yang rendah dan konsumsi energinya masih kurang. Tingkat pengeluaran yang rendah bukan disebabkan pendapatan yang cukup, akan tetapi karena besarnya pengeluaran non pangan. Pengeluaranan non pangan yang besar disebabkan karena tingginya biaya pendidikan anaka-anak yang melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Konsumsi energi yang masih belum cukup disebabkan kurangnya pengetahuan gizi dan kurang diperhatikan susunan menu yang dikonsumsi. Untuk itu bagi rumah tangga


(62)

44

dengan kategori kurang pangan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan pangan dan gizi.

Rumah tangga kelompok rawan pangan sebanyak 9,2% dari seluruh rumah tangga petani padi, hal ini terjadi karena tingkat pengeluaran pangan yang tinggi sedangkan konsumsi energi yang masih kurang. Tingginya pengeluaran pangan mengindikasikan bahwa rumah tangga petani padi mempunyai tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Rumah tangga petani padi masih mengeluarkan bagian yang lebih besar untuk konsumsi pangan serta kurangnya pengetahuan gizi sehingga yang terpenting bagaimana rumah tangga bisa makanan tanpa mementingkan kebutuhan gizi masih kurang. Rumah tangga dengan status rawan pangan yang kesejahteraanya masih rendah disarankan meningkatkan untuk meningkatkan pendapatan agar dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan dapat mengkonsumsi pangan yang lebih baik dan memiliki kualitas lebih menganekaragaman jenis makanan dan mutu pangan.

Ketahanan pangan berdasarkan pendapatan kepala keluarga, rata-rata pendapatan berada pada kategori rendah (dibawah UMK). Dengan ini ada kecenderungan antara ketahanan pangan dengan pendapatan kepala keluarga, angka rentan pangan,kurang pangan, dan rawan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan diatas UMK.. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Khumaidi (1994), bahwa pada umumnya masyarakat yang berpendapatan rendah hanya mampu membeli bahan makanan yang harganya murah meskipun mutunya rendah, asalkan banyak dan menyenangkan. Bahkan mereka tidak dapat makan


(1)

Jumlah Anggota Rumah Tangga * Tingkat Pegeluaran Pangan

Tingkat Pengeluaran pangan

Total renda <=60%

pengeluaran total

tinggi > 60% pengeluaran total Jumlah Anggota

Rumah Tangga

<4orang Count 31 32 63

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

49.2% 50.8% 100.0%

% within TPPKB 88.6% 78.0% 82.9%

% of Total 40.8% 42.1% 82.9%

5-6 orang Count 4 9 13

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

30.8% 69.2% 100.0%

% within TPPKB 11.4% 22.0% 17.1%

% of Total 5.3% 11.8% 17.1%

Total Count 35 41 76

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

46.1% 53.9% 100.0%

% within TPPKB 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 46.1% 53.9% 100.0%

Penghasilan * Tingkat Pengeluaran Pangan

Tingkat Pengeluaran pangan

Total renda <=60%

pengeluaran total

tinggi > 60% pengeluaran total penghasilan

kategori

>1.695.000 Count 24 9 33

% within penghasilan kategori 72.7% 27.3% 100.0%

% within TPPKB 68.6% 22.0% 43.4%

% of Total 31.6% 11.8% 43.4%

<1.695.000 Count 11 32 43

% within penghasilan kategori 25.6% 74.4% 100.0%

% within TPPKB 31.4% 78.0% 56.6%

% of Total 14.5% 42.1% 56.6%

Total Count 35 41 76

% within penghasilan kategori 46.1% 53.9% 100.0%

% within TPPKB 100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Pendidikan Responden * Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

Tingkat Kecukupan Energi

Keluarga Kategorik

Total cukup >80% kurang<=80%

Pendidikan Responden Tidak Sekolah

Count 8 0 8

% within Pendidikan Responden

100.0% .0% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

12.3% .0% 10.5%

% of Total 10.5% .0% 10.5%

tamat SD Count 13 1 14

% within Pendidikan Responden

92.9% 7.1% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

20.0% 9.1% 18.4%

% of Total 17.1% 1.3% 18.4%

Tamat SMP Count 16 7 23

% within Pendidikan Responden

69.6% 30.4% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

24.6% 63.6% 30.3%

% of Total 21.1% 9.2% 30.3%

Tamat SMA Count 25 3 28

% within Pendidikan Responden

89.3% 10.7% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

38.5% 27.3% 36.8%

% of Total 32.9% 3.9% 36.8%

Tamat PT Count 3 0 3

% within Pendidikan Responden

100.0% .0% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

4.6% .0% 3.9%

% of Total 3.9% .0% 3.9%

Total Count 65 11 76

% within Pendidikan Responden

85.5% 14.5% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

100.0% 100.0% 100.0%


(3)

Jumlah Anggota Rumah Tangga * Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

Tingkat Kecukupan Energi

Keluarga Kategorik

Total cukup >80% kurang<=80%

Jumlah Anggota Rumah Tangga

<=4orang Count 53 10 63

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

84.1% 15.9% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

81.5% 90.9% 82.9%

% of Total 69.7% 13.2% 82.9%

>4 orang Count 12 1 13

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

92.3% 7.7% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

18.5% 9.1% 17.1%

% of Total 15.8% 1.3% 17.1%

Total Count 65 11 76

% within Jumlah Anggota Rumah Tangga

85.5% 14.5% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 85.5% 14.5% 100.0%

Pendidikan Responden * Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

Tingkat Kecukupan Energi Keluarga

Kategorik

Total cukup >80% kurang<=80%

penghasilan kategori >1.695.000 Count 31 2 33

% within penghasilan kategori

93.9% 6.1% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

47.7% 18.2% 43.4%

% of Total 40.8% 2.6% 43.4%

<1.695.000 Count 34 9 43

% within penghasilan kategori

79.1% 20.9% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

52.3% 81.8% 56.6%

% of Total 44.7% 11.8% 56.6%

Total Count 65 11 76

% within penghasilan kategori

85.5% 14.5% 100.0%

% within Tingkat Kecukupan Energi Keluarga Kategorik

100.0% 100.0% 100.0%


(4)

(5)

(6)

Lampiran VI

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.Wawancara dengan anggota Keluarga Responden