30 Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh bahwa perbedaan jari-jari putar antata
kendali manual dan kendali jarak jauh, dengan searah jarum jam tanpa dan dengan rem, serta berlawanan arah jarum jam tanpa rem menunjukan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Pada
pengukuran dengan arah berlawanan arah jarum jam dengan menggunakan rem, terlihat perbedaan pada nilai rata-rata yaitu sebesar 0.1 m.
C. Uji Kinerja Pengolahan
C.1. Kondisi Lintasan Uji
Pengukuran penetrasi tanah dilakukan secara acak sebanyak 10 titik pengukuran pada lahan uji yang telah dipersiapkan. Dengan pengukuran ini diketahui kekerasan tanah pada saat pengujian
dilakukan hingga kedalaman 20 cm. Hasil dari tahanan penetrasi tanah sebelum dan sesudah pengujian dilakukan disajikan pada Gambar 34, sedangkan data dan perhitungan tahanan penetrasi
disajikan pada Lampiran 8. Grafik pada Gambar 34 menunjukkan terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan
percobaan hingga kedalaman 20 cm. Semakin dalam tanah, semakin besar tahanan penetrasi tanah. Nilai tahanan penetrasi tanah menurun setelah dilakukan pembajakan pada lahan karena tanah menjadi
hancur dan lebih remah. Pada pengukuran tahanan penetrasi tanah setelah kegiatan pembajakan, nilai titik 0 pada permukaan tanah yaitu pada bagian paling atas dari guludan yang terbentuk, sehingga nilai
tahanan penetrasi tanah sesudah pengolahan pada kedalaman 15-20 cm yang terukur lebih rendah daripada pengukuran sebelum pengolahan yang menggunakan permukaan tanah yang belum terolah
sebagai titik 0.
Gambar 34. Tahanan penetrasi rata-rata sebelum dan sesudah uji kinerja
5
10
15
20
25 500
1000 1500
2000
K e
d a
la m
a n
c m
Tahanan Penetrasi kPa
Sebelum Pengolahan Sesudah Pengolahan
31 Pengukuran kadar air dilakukan pada 10 titik yang diambil secara acak pada lahan sebelum
pengujian dilakukan dan disajikan pada Tabel 8 dan perhitungan lengkap pada Lampiran 7. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata kadar air pada lahan sebesar 34.65.
Tabel 8. Kadar air sebelum pengolahan
Tabel 9. Kadar air setelah pengolahan
Dari data yang diperoleh pada Tabel 8 dan Tabel 9, terlihat bahwa terjadi penurunan kadar air setelah pekerjaan pembajakan selesai. Hal ini dapat disebabkan antara lain 1 waktu yang semakin
siang, sehingga tanah semakin panas yang mendukung terjadinya penguapan dan 2 pembajakan menyebabkan tanah menjadi terangkat dan hancur sehingga sinar matahari mencapai kedalaman tanah
yang diolah.
C.2. Pengukuran Lebar Kerja
Gambar 35 hingga Gambar 38 menunjukkan grafik pengukuran lebar pengolahan yang dilakukan. Gambar 35 dan Gambar 36 menunjukkan bahwa lebar kerja yang dihasilkan pada kendali
Nomor Cawan Kadar Air
1 33.69
2 49.13
3 30.93
4 34.72
5 32.98
6 34.20
7 31.66
8 34.54
9 32.63
10 36.51
rata-rata 35.10
Nomor Cawan Kadar Air
1 35.64
2 33.33
3 33.50
4 33.51
5 33.50
6 36.08
7 32.47
8 34.55
9 32.32
10 25.87
rata-rata 33.08
32 manual relatif teratur dan tidak menyimpang terlalu jauh, sementara Gambar 37 dan Gambar 38
menunjukkan lebar kerja pada kendali jarak jauh yang menunjukkan ketidakteraturan pada alur yang dihasilkan, yaitu pada Baris ke 10 dari sisi lahan bagian timur dan Baris pertama dari sisi lahan bagian
barat. Dari pengukuran ini dapat terlihat bahwa lebar kerja pada sistem kendali manual relatif lebih
teratur dibandingkan dengan kendali jarak jauh.
1 2
3 4
5 6
100 200
300 400
500 600
Jarak dari t epi lahan cm
Baris 1 Baris 2
Baris 3 Baris 4
Baris 5 Baris 6
Baris 7 Baris 8
Baris 9 Baris 10
1 2
3 4
5 6
100 200
300 400
500 600
T it
ik p
e n
g u
k u
ra n
Jarak dari tepi lahan cm
Baris 1 Baris 2
Baris 3 Baris 4
Baris 5 Baris 6
Baris 7 Baris 8
Baris 9 Baris 10
Gambar 36. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual 2 Gambar 35. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali manual 1
33 Pada kendali jarak jauh, operator dengan remote control berdiri di luar lahan pengujian,
sehingga relatif sulit memposisikan traktor pada baris pengolahan dengan tepat. Data lebar kerja
selengkapnya disajikan pada Lampiran 9. C.3. Pengukuran Kedalaman Pengolahan
Pengukuran kedalaman dilakukan pada 20 baris pengolahan, dengan masing-masing 10 titik pengukuran kedalaman dengan jarak setiap 1-1.5 meter antar titik pengolahan. Nilai kedalaman rata-
rata dari total 200 titik pengukuran pada pengolahan dengan kendali manual yaitu 8.95 cm dan pada kendali jarak jauh sebesar 10.11 cm. Nilai kedalaman dengan kendali jarak jauh lebih besar yang
1 2
3 4
5 6
100 200
300 400
500
T it
ik p
e n
g u
k u
ra n
Jarak dari tepi lahan
Baris 1 Baris 2
Baris 3 Baris 4
Baris 5 Baris 6
Baris 7 Baris 8
Baris 9 Baris 10
1 2
3 4
5 6
100 200
300 400
500 600
T it
ik p
e n
g u
k u
ra n
Jarak dari tepi lahan
Baris 1 Baris 2
Baris 3 Baris 4
Baris 5 Baris 6
Baris 7 Baris 8
Baris 9 Baris 10
Gambar 38. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh 2 Gambar 37. Grafik hasil pengujian lebar kerja kendali jarak jauh 1
34 disebabkan operator dapat berkonsentrasi secara penuh untuk mengendalikan tuas hidrolik penggerak
three point hitch. Hal ini berbeda pada kendali manual, dimana operator membagi konsentrasi antara mengatur arah laju traktor untuk memosisikan traktor tepat pada baris pengolahan dan mengendalikan
tuas hidrolik penggerak three point hitch secara bersamaan. Gambar 39 dan Gambar 40 menunjukkan
hasil kedalaman yang diperoleh pada pengujian dengan mengambil contoh pada 5 baris pengolahan.
2 4
6 8
10 12
14 16
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
K e
d a
la m
a n
c m
Titik Pengukuran
Baris 1 Baris 2
Baris 3 Baris 4
Baris 5
2 4
6 8
10 12
14 16
18 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10
K e
d a
la m
a n
c m
Titik Pengukuran
Bar is 1 Bar is 2
Bar is 3 Bar is 4
Bar is 5
Gambar 40. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali jarak jauh Gambar 39. Grafik hasil kedalaman pengolahan kendali manual
35
C.4. Pengukuran Kapasitas Pengolahan
Tabel 10. Data hasil kinerja pengolahan Jenis Penggunaan Kendali
Data Pengukuran Manual
Jarak Jauh Waktu Pengolahan jam
0.5208 0.4833
Luas lahan ha 0.0158
0.0123 Kecepatan rata-rata mdetik
0.3057 0.2844
Lebar pengolahan rata-rata m 0.4515
0.4315 Slip roda kanan rata-rata
28.45 28.85
Slip roda kiri rata-rata 30.42
30.62 Kapasitas lapangan efektif hajam
0.030 0.025
Kapasitas lapangan teoritis hajam 0.050
0.044 Efisiensi pengolahan
61.0 57.7
Proses pengolahan tanah menggunakan bajak singkalvdengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada putaran mesin yang sama, yaitu 2700 RPM, dengan posisi gigi pada gigi 2 low. Slip
yang terjadi saat pengolahan dengan kendali manual pada roda kanan rata-rata sebesar 28.45 dan roda kiri sebesar 30.42. Pada kendali jarak jauh nilai slip pada roda kanan rata-rata 28.85 dan roda
kiri rata-rata 30.62. Perbedaan nilai slip pada roda yang sama antara kendali manual dan jarak jauh relatif kecil. Namun nilai slip rata-rata antara roda kanan dan kiri cukup berbeda. Hal ini disebabkan
karena roda kanan berpijak pada baris lahan yang telah diolah sebelumnya dengan kondisi ban masuk ke baris pengolahan dan berpijak pada lapisan tanah yang lebih keras pada kedalaman 5-15 cm. Hal
ini berbeda dengan roda kiri yang berpijak pada permukaan tanah yang relatif gembur.
Gambar 41. Roda kanan traktor pada alur pengolahan
Besarnya nilai slip pada pengolahan tanah disebabkan tidak berfungsinya sistem penggerak 4 roda 4 wheel drive pada traktor Kubota B6100 sehingga hanya mengandalkan roda belakang sebagai
roda penggerak. Rusaknya sistem penggerak 4 roda telah terjadi sebelum kegiatan penelitian ini dilakukan.
36 Pengukuran kapasitas pengolahan dengan kendali manual dan jarak jauh dilakukan pada
lahan yang sama dengan kondisi yang sama. Kapasitas lapangan efektif yang dihasilkan pada pengolahan dengan kendali manual yaitu 0.030 hajam dan kapasitas lapangan teoritis sebesar 0.050
hajam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 61.04. Pada pengolahan dengan kendali jarak jauh, besarnya kapasitas lapangan efektif yaitu 0.025 hajam dan kapasitas lapangan teoritis
sebesar 0.044 hajam, sehingga diperoleh efisiensi pengolahan sebesar 57.7. Nilai efisiensi pengolahan pada kendali manual lebih besar, yang disebabkan beberapa faktor seperti pengaturan
sudut belok yang seringkali tidak tepat. Penggunaan kendali jarak jauh pada traktor dalam penelitian ini masih memiliki beberapa
kendala saat pengujian. Putaran motor listrik yang mengendalikan roda kemudi tidak stabil ketika bergerak searah jarum jam. Hal ini berbeda ketika berputar berlawanan arah jarum jam yang relatif
lebih halus dan teratur. Selain itu terdapat kesulitan penglihatan dalam mengendalikan traktor, karena operator yang mengendalikan remote controller berada pada ketinggian yang sama dengan traktor di
lahan. Operator jarak jauh harus menyesuaikan dan memosisikan traktor pada alur pengolahan dengan tepat sehingga pemasangan kamera, baik di depan dan samping traktor layak dibutuhkan agar tercapai
efisiensi kerja yang lebih baik. Selain itu juga dapat dipasangkan kamera pada belakang traktor sehingga operator jarak jauh dapat melihat kualitas pengolahan secara langsung. Terbatasnya
pandangan operator yang mengendalikan secara nirkabel juga menyebabkan traktor mengambil jarak putar yang lebih besar ketika berbelok dan seringkali harus dipandu oleh personil lain di lahan.
Jangkauan sistem nirkabel juga masih terbatas dan hanya dapat beroperasi pada jarak maksimum 125 meter. Hal ini akan menyulitkan dan membahayakan apabila terjadi kehilangan sinyal radio bila
traktor melebihi jarak jangkauan maksimum sistem kendali. Untuk hal ini perlu dikembangkan sistem pemutus otomatis bila traktor berada diluar jangkauan sinyal radio untuk mencegah terjadinya
kecelakaan Penelitian ini masih terbatas pada sistem kemudi dan pengendalian tuas akselerasi yang
dikendalikan secara nirkabel, sehingga pada pengendalian tuas implemen dan penekanan pedal rem untuk berputar secara tajam masih harus dibantu oleh operator di atas traktor. Pengembangan
pengendalian tuas pengendali implemen, sistem kopling dan pengereman dapat dilakukan pada penelitian berikutnya sehingga traktor dapat dikendalikan secara penuh dari jarak jauh. Selain itu
diperlukan remote controller yang lebih ergonomis dan memiliki tuas kontrol yang disertai dengan skala sehingga akurasi pada pengendalian jarak jauh dapat ditingkatkan, seperti untuk pengendalian
tuas gas dan tuas implemen.
37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan