Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang memanfaatkan kecanggihan teknologi layaknya internet untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah. Salah satu contoh ketika seorang guru ingin mengetahui metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif demi peningkatan mutu kegiatan pembelajarannya, maka untuk mencari kelengkapan informasi tentang metode-metode pembelajaran tersebut dilakukan melalui akses internet yang keberadaannya telah menyebar di setiap penjuru kota di Indonesia. Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia, di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Sebagai generasi muda yang membawa masa depan bangsa harus memiliki berbagai terobosan dalam mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam bidang pendidikan. Apalagi ketika mutu pendidikan Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi sangat parah, terutama di bidang matematika. Data UNESCO berdasarkan penelitian Trend in International Mathematics and Science Study TIMSS pada 1999 menyatakan bahwa mutu pendidikan matematika Indonesia di tingkat ke-34 dari 38 negara. Sedangkan hasil penelitian tim Programme of Internasional Student Assessment PISA menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 38 negara pada literatur matematika. Penelitian TIMMS yang dipublikasikan pada 26 Desember 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan di Malaysia dan Singapura, tapi pada kenyataannya prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara itu. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya mencapai skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 609 400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut. Ini menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. http:www.tempointeraktif.com Matematika merupakan ilmu dasar yang mampu mendukung ilmu lain dan merupakan sarana bepikir ilmiah yang diharapkan dapat dipelajari dan dikuasai dengan baik oleh para siswa sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Matematika bukan hanya untuk keperluan perhitungan, tetapi lebih dari itu matematika telah banyak digunakan untuk pengembangan berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu indikasi pentingnya matematika nampak bahwa pembelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Namun pada kenyataannya, sampai sekarang ini pembelajaran matematika belum menunjukkan hasil sesuai harapan. Kondisi ini terlihat dari hasil UAN Ujian Akhir Nasional salah satu SMP Negeri di Banyumas tahun 20072008 yang menunjukkan bahwa 269 siswa yang mengikuti UAN, 11 diantaranya mempunyai nilai mata ujian matematika kurang dari standar minimal kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah yaitu 5,25. Ini berarti, presentase kelulusan siswa dalam mata ujian matematika belum mencapai hasil yang optimal karena hanya 95,91. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, baik faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa seperti misalnya guru, lingkungan, metode pembelajaran, dan lain-lain. Adanya anggapan bahwa pelajaran matematika sulit telah benar-benar memberi pengaruh buruk bagi siswa dalam mempelajari matematika sehingga mereka cenderung kalah sebelum bertanding dan tidak menganggap hal itu sebagai tantangan. Siswa cenderung terlanjur berpikir matematika sulit sebelum mereka benar-benar mencoba matematika. Banyak siswa yang sudah terbujuk legenda turun temurun kalau matematika itu sulit dengan sosok gurunya yang menyebalkan, galak dan sebagainya. Padahal sebenarnya apabila siswa dapat menguasai konsep dasar matematika dengan baik, mereka dapat mengetahui apa itu matematika dan merasakan manfaat dari matematika itu sendiri. Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor lain yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar matematika adalah pola pengajaran yang diberikan oleh guru. Banyak guru yang terburu-buru menjejalkan rumus dan berbagai konsep matematika demi mengejar target. Belum selesai satu topik, guru sudah “melompat” ke topik lain tanpa memperhatikan apakah konsep yang diberikan sudah tertanam di dalam pikiran siswa atau belum, sehingga siswa tidak fokus dalam menguasai satu topik dan satu konsep tertentu. Guru tidak melalui langkah yang terstruktur, padahal matematika mempunyai ciri utama penalaran deduktif dimana kebenaran suatu konsep dari akibat logis suatu kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika harus bersifat konsisten. Untuk itu siswa harus dibiasakan mendapatkan materi matematika yang sistimatis dan terstruktur. Oleh karena itu guru sebagai penyampai ilmu harus berpikir kreatif agar pola pengajaran yang diberikan lebih sistematis, terstruktur dan dapat dikemas lebih menarik dan bervariasi sehingga daya nalar siswa dapat berkembang dengan baik. Salah satu cabang matematika yang memerlukan penguasaan konsep dan penalaran yang tinggi adalah geometri. Pengetahuan tentang geometri itu sendiri telah diperoleh sejak Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Akan tetapi masih banyak siswa bahkan mahasiswa yang melakukan kesalahan dalam mempelajari geometri. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamarullah 2005, bahwa tiga jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam mempelajari geometri meliputi kesalahan konsep, kesalahan prinsip, dan kesalahan operasi. Di tingkat SMP, salah satu materi geometri adalah sudut. Materi sudut merupakan materi dasar untuk mempelajari materi-materi geometri pada tingkat selanjutnya. Pada kenyataannya, siswa masih merasa kesulitan pada saat mempelajari materi sudut dan juga sering terjadi kesalahpahaman pada saat menerima dan memahami konsep yang diberikan oleh guru. Adanya kecenderungan cara belajar siswa yang mengutamakan hafalan, membuat mereka tidak mampu menangkap konsep yang diberikan oleh guru. Ira, K: 2007. Hal ini terlihat dari hasil nilai ulangan harian tentang materi garis dan sudut pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Jatilawang dimana penulis melakukan penelitian yang terdiri dari 33 siswa yang ikut ulangan, 13 siswa diantaranya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 68. Kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika pada tingkat SMP khususnya pada cabang geometri, karena apabila terjadi kesalahan pada tingkat ini maka dapat mempengaruhi penguasaan geometri pada tingkat berikutnya. Adapun materi pelajaran yang akan diteliti mengenai subpokok bahasan hubungan antar sudut yang meliputi hubungan antar sudut yang saling berpelurus, sudut yang saling berpenyiku, dan sudut yang saling bertolak belakang. Karena banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam materi ini, maka peneliti ingin mengetahui gambaran- gambaran kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Dalam penelitian Darsono 2006: 65 yang relevan dengan penelitian ini, diperoleh teori bahwa pada umumnya siswa melakukan kesalahan yang digolongkan menjadi tiga jenis kesalahan yaitu kesalahan pemahaman materi pra syarat, kesalahan pemahaman konsep, dan kesalahan perhitungan. Tanpa berlandaskan pada ketiga jenis kesalahan tersebut, penulis tidak hanya mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan menggolongkannya ke dalam beberapa jenis kesalahan, tetapi penulis juga akan membandingkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada materi hubungan antar sudut, dengan teori tentang jenis-jenis kesalahan siswa yang telah dikemukakan pada penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga ingin menemukan penyebab siswa melakukan kesalahan dan mencari solusinya.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SOAL POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP MTA GEMOLONG TAHUN AJARAN 2008 2009

1 11 173

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBENTUK CERITA PADA POKOK BAHASAN Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran Kelas VIII MTs Negeri Ngemplak T

1 3 16

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK ALJABAR KELAS VII SMP Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bentuk Aljabar Kelas VII SMP.

0 1 17

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO PADA SISWA KELAS VII Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Ditinjau Dari Taksonomi Solo Pada Siswa Kelas Vii SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2015/2

0 2 17

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL POKOK BAHASAN IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL POKOK BAHASAN DALIL PYTHAGORAS ( Siswa kelas VI SDN II Jatisari Jatisrono Wonogiri.

0 3 13

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN LINGKARAN DENGAN Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Lingkaran Dengan Panduan Kriteria Watson.

0 0 16

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar(Studi Kasus Pada Siswa Kelas Vii Smp Muhammadiyah 1 Surakar

0 1 15

Analisis kesalahan siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang tahun ajaran 2015/2016 dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan rotasi.

0 1 412

Analisis kesalahan siswa kelas VII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang tahun ajaran 2015 2016 dalam menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan rotasi

0 0 408

Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Pokok Bahasan Kubus

0 0 8