iv xxvii
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1.
Perbedaan keefektifan metode penemuan terbimbing dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas 8 SMPN di Kecamatan Ngawi
Kabupaten Ngawi. 2.
Perbedaan pengaruh prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memliki motivasi belajar rendah pada siswa kelas 8
SMPN di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. 3.
Interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas 8 SMPN di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diinginkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Manfaat Teoritis Untuk menambah dan mengembangkan wawasan Ilmu Pengetahuan khususnya Ilmu
Matematika serta lebih mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika terutama di SMPN di Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. b.
Sebagai acuan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran matematka yang relevan dan efektif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
iv xxviii
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang sejenis.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Mulyani Sumantri, dan Johar Permana, 1-1 2001:1141 metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainyaa prestasi belajar anak yang memuaskan. Gulo, W 2002-4
mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain
2002:85 yang menyatakan hahwa metode pembelajaran adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode pembelajaran sccara akurat, guru akan
mampu mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah pelicin jalan pembelajaran menuju tujuan, ketika tujuan dirumuskan agar siswa memiliki keterampilan
tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran. Dengan demikian guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ratna Wilis Dahar 1996:106 metode pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, peralatan, dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
iv xxix
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai
sarana serta usaha dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran.
Untuk menentukan dan memilih metode pembelajaran hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian
menentukan dan memilih metode pembelajaran yang dipandang efektif dan efisien. Suatu metode pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat
mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari metode yang lain. Kriteria yang lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran adalah tingkat
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
b. Metode Penemuan Terbimbing
1 Peugertian Metode Penemuan Terbimbing
Menurut Bruner dalam Good Thomas L. dan Jere E. Brophy 1990:193 bahwa sebagian besar pembelajaran yang paling penuh arti bagi siswa, dikembangkan melalui
penemuan. Metode penemuan merupakan salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan cara belajar siswa aktif yang ditandai adanya keaktifan
siswa dalam memperoleh keterampilan intelektual, sikap dan keterampilan psikomotorik yang berorientasi pada proses menemukan sendiri.
Lebih lanjut Good Thomas L. dan Jere E. Brophy 1990: 193 mengatakan bahwa yang dimaksud metode penemuan adalah :
“activities that encourage student to search, explore, analyze or otherwise process input rather than merely respond to it in theory, such opportunities not only will
iv xxx
increase students knowledge about the topic at hand also will help them to develop generalized learning to learn strategies useful for discovering knowledge in other
situations” Maksudnya metode penemuan merupakan aktivitas yang mendorong siswa untuk
mencari, menyelidiki, meneliti atau cara lain memproses masukan melalui teori yang didapat, kesempatan semacam itu tidak hanya akan meningkatkan pengetahuan para siswa
tentang topik yang ada tetapi juga akan membuat siswa untuk mengembangkan pelajaran yang dapat digunakan untuk belajar menemukan pengetahuan di dalam situasi yang lain.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2002:22, yakni dalam sistem belajar mengajar guru menyajikan bahan pelajaran
tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri.
Menurut Gilstrap dalam Moedjiono dan Moh. Dimyati 1991:86 metode penemuan discovery method didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan
belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturanpengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.
Gage N.L dan David C. Berliner 1984:490 mengutarakan bahwa dalam metode penemuan, para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah
untuk menjadi miliknya lebih dari pada sekedar menerimanya atau mendapatkannya dari seseorang guru atau sebuah buku. Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Gage dan
Berliner tentang metode penemuan, dapat ditandai adanya keaktifan siswa dalam memperoleh keterampilan intelektual, sikap, dan keterampilan psikomotorik. Metode
penemuan memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini berarti berpengaruh terhadap
iv xxxi
peranan guru sebagai penyampai infotmasi ke arah peran guru sebagai pengelola interaksi belajar-mengajar di kelas. Namun demikian, metode penemuan dapat pula kegiatan
belajar yang terentang dari penemuan terbimbing sampai penemuan tak terbimbing. Menurut Suryosubroto, B 2002:192 metode penemuan discovery diartikan
sebagai suatu prosedur pernbelajaran yang lebih menekankan kepada belajar yang dilakukan secara individual, memanipulasi objek dan percobaan-percobaan yang
dilakukan oleh siswa sebelum pada generalisasi. Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar
aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat ditegaskan bahwa metode
penemuan terbimbing adalah cara menyajikan pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi yang berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip
dalam suatu proses mental, yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan oleh guru.
2 Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Gorman dan Richard M 1978:105 bahwa pembelajaran dengan metode discovery penemuan dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu free discovery penemuan
bebas dan guided discovery penemuan terbimbing. Dua bentuk tersebut adalah ; 1 Free discovery, dalam hal ini siswa benar-benar dilepas dalam mengidentifikasi masalah,
dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep, dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru.
Struktur peristiwa belajar dalam free discovery ini, siswa dilepas sepenuhnya untuk menemukan sesuatu melalui proses asimilasi yaitu memasukkan hasil pengamatan
ke dalam struktur kognitif yang ada, dan proses akomodasi yaitu dengan perubahan dalam
iv xxxii
arti penyesuaian kognitif yang lama, sehingga cocok dengan fenomena yang diamati, 2 guided discovery, guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Guru
membantu siswa memperoleh pengetahuan yang dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data, mengkomunikasikan, memcahkan masalah, dan menyusun
kembali data-data sehingga membentuk konsep baru Proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menitik beratkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan
mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini daftar kegiatan yang telah dipersiapkan.
Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing siswa diberi pertanyaan- pertanyaan untuk mencapai keberhasilan dalam mengungkap konsep atau prinsip-prinsip
yang dapat diukur. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu dipecahkan melalui suatu percobaan dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip
yang benar-benar masih baru. Metode pembelajaran penemuan terbimbing memberikan hal-hal yang baru, yang sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan siswa, sehingga
siswa akan memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingatannya dengan baik, tahan lama, dan mengesan.
Menurut Trisno Martono 1984:67 pembelajaran dengan penemuan terbimbing digunakan apabila di dalam kegiatan penemuan guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan masalah, petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Pada umumnya suatu penemuan terbimbing terdiri dari : 1 penataan masalah, 2 penulisan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, 3
penyediaan alat atau bahan, 4 diskusi pengarahan, 5 kegiatan penemuan, 6 proses berfikir siswa, 7 pertanyaan yang bersifat open-ended, 8 catatan guru.
iv xxxiii
Berdasarkan bentuk pembelajaran penemuan di atas maka dalam penelitian ini cenderung menggunakan penemuan terbimbing. Karena anak usia Sekolah Menengah
Pertama SMP masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dan memperoleh pengetahuan yang dicarinya dengan konsep dan prinsip
yang sudah ada.
3 Prosedur Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing
Menurut Gilstrap dan Richard Schuman dalam Moedjiono dan Moh. Dimyati 1991:89 langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan sebagai berikut: 1
mengidentifikasi kebutuhan siswa, 2 pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dengan generalisasi yang akan dipelajari, 3 pemilihan bahan dan
masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari, 4 membantu memperjelas mengenai tugasmasalah yang akan dipelajari masing-masing siswa, 5 mempersiapkan tempat atau
alat-alat untuk penemuan, 6 mengecek permasalahan siswa tentang masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan, 7 memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data, 8 membantu siswa dengan informasidata yang
diperlukan oleh siswa untuk kelangsungan kerja mereka., bila siswa menghendakinya, 9 membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan mengarahkan dan
mengidentifikasi proses yang digunakan, 10 membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses penemuan, 11 membantu siswa dalam merumuskan kaidah,
prinsip, ide, generalisasi, atau konsep berdasarkan hasil penemuan. Menurut Joyce Bruce dan Marsha Well 2000;179-181 langkah-langkah metode
pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut: a guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur penemuan kepada siswa, b pengumpulan data dan verifikasi
iv xxxiv
mengenai suatu informasi yang dilihat dan dialami, c pengumpulan data dan eksperimen, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru dalam situasi yang berbeda, d
memformulasikan penjelasan, e menganalisis proses penemuan. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis 1992:39 langkah- langkah
penemuan terbimbing sebagai berikut: a melontarkan masalah-masalah mengundang siswa untuk memecahkan masalah tersebut, b memberi motivasi belajar, c membantu
siswa yang benar-benar memerlukan agar tidak mengalami jalan buntu dan frustasi. Menurut Nana Sudjana 1996:74 langkah-langkah metode penemuan dalam
pembelajaran sebagai berikut: a merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa, b menetapkan jawaban sementara, c siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, d menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, e mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Dari beberapa pendapat di atas, tentang langkah-langkah metode pembelajaran penemuan, langkah-langkah yang sesuai dengan karakteristik metode penemuan
terbimbing pada mata pelajaran Matematika SMP adalah pendapat Ebbut dan Straker 1995:10-63 yang dikembangkan oleh peneliti karena di dalamnya terdapat langkah-
langkah yang menunjukkan adanya bimbingan guru terhadap siswa dalam memecahkan masalah.
Adapun langkah-langkah penggunaan metode penemuan terbimbing yang peneliti pergunakan adalah, sebagai berikut: a penyajian masalah dalam bentuk lembar kerja
siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengundang siswa untuk memecahkan masalah tersebut, b penulisan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang akan dipelajari
c menyediakan alat dan bahan untuk melakukan kegiatan penemuan d diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk
iv xxxv
didiskusikan sebelum melakukan kegiatan penemuan, c kegiatan penemuan oleh siswa berupa kegiatan percobaanpenyelidikan untuk menceritakan konsep-konsep atau prinsip-
prinsip yang telah dituliskan oleh guru, 1 membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan penemuan, g diskusi akhir , h pengembangan masalah dan
tindak lanjut.
4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001: 143 mengemukakan kelebihan dan
kelemahan dari metode pembelajaran penemuan sebagai berikut: a
Kelebihan Metode Penemuan 1
Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa sendiri. 2
Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.
3 Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa. 4
Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5 Tidak menjadikan guru saebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa dapat
belajar memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. b
Kekurangan Metode Penemuan 1
Tidak sesuai untuk kelas yang terlalu besar jumlah siswanya. 2
Memerlukan fasilitas yang memadai 3
Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional.
iv xxxvi
4 Sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi dari guru
menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri. 5
Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan sccara optimal, kadang siswa malah kebingungan memanfaatkannya.
Menurut Suryosubroto, B 2002:200-203 kelebihan dan kekurangan metode penemuan sebagai berikut:
a Kelebihan Metode Penemuan
1 Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan keterampilan dari proses kognitif siswa, andai kata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terbimbing.
2 Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer.
3 Metode pembelajaran penemuan membangkitkan gairah pada siswa misalnya
siswa merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang- kadang kegagalan.
4 Metode pembelajaran penemuan memberikan kesempatan pada siswa untuk
bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. 5
Metode pembelajaran penemuan menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk
belajar. 6
Metode penbelajaran penemuan dapat membantu dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses
iv xxxvii
penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
7 Metode pembelajaran penemuan berpusat pada siswa, misalnya memberi
kesempatan pada siswa, dan guru berpartisipasi untuk mengecek ide. Guru menjadi pembimbing belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya
belum diketahui sebelumnya. 8
Membantu perkembangan siswa dalam menemukan kebenaran akhir yang mutlak. b
Kekurangan Metode Penemuan 1
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. 2
Metode pembelajaran penemuan kurang baik untuk mengajar kelas besar. 3
Harapan yang ditumpahkan pada metode ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4 Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan perolehan pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk
memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.
5 Dalam beberapa ilmu misalnya Matematika fasilitas yang dibutuhkan untuk
mencoba ide-ide mungkin tidak ada. 6
Metode ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinananya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Pemecahan masalah
iv xxxviii
dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode ekspositories verbal.
c. Metode Pemberian Tugas
1 Pengertian Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi recitation method, dimana metode resitasi bersama-sama metode ceramah merupakan dua metode
yang paling tua yang digunakan oleh guru yang bekerja dengan kelompok-kelompok siswa Hyman, 1974:189.
Menurut Gage N.L dan David C. Berliner 1984: 623 metode pemberian tugas adalah the recitation is in which the teacher provides structuring, briefly formulating the
topic or issue to be discussed then, the teacher solicits a response or ask a question of one or more student then, a student responds or answer the questions and the teacher reacts to
the students answer pemberian tugas adalah kegiatan yang guru menyediakan susunan pertanyaan, dengan singkat merumuskan topik atau masalah untuk dibahas, meminta
tanggapan atau mengajukan pertanyaan kepada satu siswa atau beberapa siswa, kemudian siswa menjawab pertanyaan dan guru memberi tanggapan atas jawaban siswa. Metode
pemberian tugas pada umumnya ditandai dengan adanya suatu pembahasan pertanyaan dan jawaban, guru mengajukan pertanyaan dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban
berdasarkan pada sebuah buku teks atau penyajian pendek guru sebelum pemberian tugas. Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati 1991:67 metode pemberian tugas dapat
diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu tugas atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana penyelesaian tugas tersebut dapat
dilakukan secara perseorangan atau secara kelompok sesuai dengan perintahnya. Metode pemberian tugas pada umumnya ditandai dengan suatu pembahasan pertanyaan dan
iv xxxix
jawaban, dimana guru mengajukan pertanyaan dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan pada sebuah buku teks atau penyajian pendek guru sebelum
pemberian tugas. Menurut Syafful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2002:96 metode resitasi
penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan
di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan
bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan, maka metode pemberian tugas yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.
Menurut DirjenDikdasmen 1996:21 pada prinsipnya metode pemberian tugas adalah suatu metode mengajar, dimana guru memberi tugas kepada siswa untuk
diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Tugas tersebut dapat diberikan kepada perorangan atau kelompok atau seluruh kelas. Pengerjaannya mungkin harus dilakukan di
sekolah, dan atau di luar sekolah, seperti di dalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di halaman sekolah, atau di kebun sekolah, di rumah atau di tempat-tempat lain sesuai
dengan sifat dari tugas itu sendiri. Tugas itu dapat berupa mengerjakan soal-soal, mengumpulkan bahan-bahan informasi, membaca atau mempelajari suatu hab atau topik
tertentu dari suatu buku, mengerjakan soal- soal, menyelesaikan tugas-tugas prakarya, dan lain-lain.
Adapun pemberian tugas dalam penelitian ini yaitu memberikan tugas kepada siswa untuk mcngerjakan soal-soal yang terdapat pada lembar kerja siswa LKS setelah
iv xl
guru menyampaikan materi pelajaran pokok bahasan Tugas Lingakaran dapat dikerjakan di dalam kelas, di perpustakaan atau di luar kelas agar siswa aktif, kreatif dan tidak
membuat bosan siswa. Untuk memperoleh sumbangan yang berarti dalam peningkatan prestasi belajar
matematika, pemberian tugas kepada siswa harus memperhatikan perbedaan individu dan kesulitan belaiar serta motivasi siswa. Seperti yang dikemukakan Conny Semiawan, dkk.
1998-11 setiap siswa tentu saja memiliki perbedaan perorangan misalnya dalam hal kadar kepintaran, kegemaran, bakat, latar belakang keluarga, keterampilan, sifat, dan
kebiasaan, Guru hendaknya tidak memperlakukan siswa sebagai suatu individu yang sama. Jika perbedaan perorangan dipelajari dan dimanfaatkan dengan tepat, kecepatan dan
keberhasilan belajar anak dapat ditumbuhkembangkan. Pemberian tugas kepada siswa tanpa memperhatikan perbedaan individu tidak
akan memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan prestasi siswa. Misalnya seorang guru memberikan tugas kepada seluruh siswa untuk rnengerjakan soal latihan.
Biasanya seorang guru memberikan soal terlalu mudah atau terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa. Scdangkan soal yang sulit biasanya
hanya dapat dikerjakan siswa yang pandai saja. Kesimpulannya soal semacam itu tidak efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas
yang diberikan oleh guru, siswa menyelesaikan suatu persoalantugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan oleh guru, dalam jangka waktu tertentu, tugas dapat
diberikan secara perorangan atau secara kelompok yang dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan perintah guru. Metode pembelajaran pemberian tugas diasumsikan kurang
iv xli
efektif, karena siswa hanya melaksanakan tugas yang biasanya berupa pekerjaan rumah PR ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga siswa
kurang kreatif mengembangkan kemampuannya dan cenderung membosankan sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2 Penerapan Metode Pemberian Tugas Dalam Pembelajaran Matematika
Pemberian tugas bukan ditujukan untuk menghukum atau mempersulit siswa, tetapi untuk memperjelas, memperkaya, memperdalam bahan yang diberikan di dalam
kelas. Dengan demikian, pemberian tugas hendaknya disesuaikan dengan bahan pelajaran. Moedjiono dan Moh. Dimyati 1991:69 berpendapat bahwa penerapan metode pemberian
tugas akan memberikan hasil optimal, jika memperhatikan berbagai syarat atau prinsip pemberian tugas sebagai berikut: 1 kejelasaan dan ketegasan tugas, 2 penjelasan
mengenai kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi, 3 diskusi tugas antara guru-siswa, 4 kesesuaian tugas dengan kemampuan dan minat siswa, 5 kebermaknaan tugas bagi
siswa. Menurut Direktorat Pendidikan Dasar 1994:23 beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemakaian metode pemberian tugas, yakni: 1 Jangan memberikan tugas yang berhubungan dengan bahan pembelajaran yang belum diajarkan, 2 tugas
hendaknya dirasakan penting oleh setiap anak, 3 tugas hendaknya jelas batas-batasnya, 4 usahakan mempersiapkan format atau lembar kerja yang diperlukan, 5 guru
hendaknya mempelajari dengan sungguh-suhgguh, apakah suatu tugas dapat disesuaikan dengan perbedaan anak secara perorangan atau tidak 6 perhatikan waktu yang ada pada
anak. Penerapan metode pembelajaran pemberian tugas peran guru sangat besar, karena guru berusaha mempersiapkan tugas yang akan dilakukan siswa, serta berusaha agar
semua siswa dapat mengerjakan tugas sesuai dengan yang direncanakan.
iv xlii
Gage N.L dan David C. Berliner 1984: 617-618 memilah-milah tugas berdasarkan jumlah siswa dalam kelas, sehingga didapatkan berbagai pilihan jenis tugas
atau pemberian tugas untuk masing-masing kelompok. Adapun jenis-jenis pemberian tugas yang didasarkan pada jumlah siswa dalam kelas adalah sebagai berikut :
1 Pilihan jenis pemberian tugas untuk kelompok besar jumlah siswa lebih dari 40
orang yakni : a demontrasi oleh siswa atau beberapa siswa, b laporan lisan untuk kelas oleh seorang siswa atau sekelompok siswa, c melihat slide, video,
atau televisi, d mendengarkan radio atau rekaman, dan e field trips. 2
Pilihan jenis pemberian tugas untuk kelompok kecil jumlah siswa 2 sampai 20 orang, yakni; a debat antara dua orang siswa atau kelompok siswa biasanya
tidak lebih dari 20 atau 30 menit, b bermain peran atau dramatisasi, c kegiatan proyek, d diskusi tentang yang benar dan salah dalam tes yang telah diberikan,
dan e responsi kelas. 3
Pilihan jenis pemberian tugas untuk pembelajaran individual, yakni : a ujian tentang isi pelajaran atau informasi dalam papan buletin, b mengkonsultasikan
buku-buku rujukan dan bahan pustaka yang lain, dan c studi terbimbing.
3 Prosedur Pemakaian Metode Pemberian Tugas
Bellack dan kawan-kawannya dalam Gage N.L dan David C Berliner 1984:623 mengemukakan adanya rangkaian kegiatan yang diulang-ulang secara terus menerus
dalam pemakaian metode pemberian tugas. Rangkaian kegiatan yang digambarkan oleh Bellack dan kawan-kawan tersebut adalah: a guru menggambarkan secara singkat
tentang topik atau isu yang didiskusikan, kemudian, b guru meminta suatu respon atau jawaban dari para siswa tentang suatu pertanyaan atau permasalahan, kemudian, c
iv xliii
seorang siswa merespon atau menjawab pertanyaanpermasalahan, dan d guru menanggapi jawaban jawaban siswa.
Keempat kegiatan yang dikemukakan oleh Bellack dun kawan-kawan merapakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Empat kegiatan tersebut
juga merupakan prosedur pemakaian metode pemberian tugas pada saat dilaksanakan di kelas.
Langkah-langkah umum yang dapat diikuti dalam pemakaian metode pemberian tugas menurutt Moedjiono Moch Dimyati 1991:72 adalah sebagai berikut ;
1 Persiapan pemakaian metode pemberian tugas, mencakup: a membuat rancangan
pemberian tugas, b mendiskusikan tugas dengan para siswa, c membuat lembaran kerja jika perlu, dan d menyediakan sumber-sumber belajar yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas. 2
Pelaksanaan pemakaian metode pemberian tugas, mencakup: a menjelaskan tujuan dan manfaat tugas yang diberikan kepada siswa, b memberikan penjelasan tentang
tugas terutama mengenai kesulitan yang mungkin dihadapi dan alternative pemecahannya, c membantu pembentukan kelompok d memberikan tugas
secara lisan atau tertulis, e memonitormengamati pelaksanaan danatau penyelesaian tugas, dan 1 mengadakan diskusi hasil pelaksanaan tugas.
3 Tindak lanjut pemakaian metode pemberian tugas, mencakup: a melaksanakan
penilaian hasil pelaksanaan tugas, b menyimpulkan penilaian proses dan hasil pelaksanaan, dan c mendiskusikaan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan
oleh siswa selama pelaksanaan tugas. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2002:97 langkah-langkah
yang harus diikuti dalam penggunaan metode pemberian tugas atau resitasi, yaitu:
iv xliv
1 Fase pemberian tugas, yaitu: a mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, b mempertimbangkan jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut, c sesuai dengan kemampuan siswa, d ada petunjuksumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, e sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugas tersebut. 2 Langkah pelaksanaan tugas, yaitu: a diberi bimbinganpengawasan oleh guru, b
diberikaan dcrongan sehingga anak mau bekerja, c diusahakandikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, d dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang
diperoleh dengan baik dan sistematik. 3 Fase mempertanggungjawabkan tugas, yaitu: a laporan siswa baik lisantertulis dari
apa yang telah dikerjakan, b ada tanya jawabdiskusi kelas, c penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pemakaian metode pembelajaran pemberian tugas yang sejalan dengan karakteristik
pelajaran Matematika adalah pendapat Moedjiono dan Moh. Dimyati 1991:72 yang dikembangkan oleh peneliti yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1
Fase persiapan, yaitu: a merumuskan tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh siswa, b memotivasi siswa untuk berusaha melaksanakan tugas dengan baik
c memberi petunjuk yang jelas tentang aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh siswa, agar siswa tidak merasa bingung dari apa yang harus siswa kerjakan, d menyediakan
sumber belajar berupa buku-buku yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan tugas.
iv xlv
2 Fase pelaksanaan, yaitu : a siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada
LKS yang telah dipersiapkan guru, b guru memonitor mengamati pelaksanaan penyelesaian tugas, c membahas soal-soal yang telah dikerjakan siswa.
3 Fase Tindak lanjut, yaitu: a guru menilai hasil pekerjaan siswa, b
menyimpulkan penilaian proses dan hasil pekerjaan siswa, d mendiskusikan kesulitan-kesulitan soal yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa
4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas memeliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihannya menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001:131 , yaitu: l
membuat siswa aktif belajar, 2 merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun luar sekolah, 3
mengembangkan kemandirian peserta didik, 4 lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru lebih memperdalam memperkaya atau memperluas tentang apa yang
dipelajari, 5 membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, 6 membuat siswa bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan
bervariasi, 7 membina tanggung jawab dan disiplin siswa, 8 mengembangkan kreativitas siswa.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2002: 98 kelebihan metode pemberian tugas adalah: 1 lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok, 2 dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, 3 dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa, 4 dapat
mengembangkan kreativitas siswa. Adapun kekurangan metode pemberian tugas menurut Mulyani Sumantri
2001:132, yaitu : 1 sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikenakan orang
iv xlvi
lain, 2 sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik, 3 tugas yang monoton dapat membosankan siswa, 4 tugas yang banyak dan sering dapat
membuat beban dan keluhan siswa, 5 tugas kelompok dikerjakan oleh siswa yang rajin dan pintar.
Menurut Trisno Martono 1984:44 kelemahan pemberian tugas adalah: 1 seringkali siswa melakukan penipuan di mana siswa hanya meniru atau menyalin dari
hasil pekerjaan siswa lain, tanpa mengalami proses belajar, 2 adakalanya tugas itu dikerjakan orang lain tanpa adanya pengawasan, 3 apabila tugas terlalu sering
diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan oleh siswa, maka akan mengakibatkan ketenangan siswa dapat terpengaruhi 4 sukar memberikan tugas yang
memenuhi perbedaan dari setiap individu.
2. Pengertian Motivasi
Untuk memperjelas pengertian tentang motivasi berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian motivasi belajar, jenis jenis motivasi belajar, ciri-ciri motivasi belajar dan
pentingnya motivasi dalam belajar.
a. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Weiner dalam Reigeluth 1983:389 Motivasi adalah keseriusan dan pengarahan tingkah laku Sedangkan Houston 1985:5 motives ussualy involve statement
such aspek, something that causes a person to act. Bahwa motif biasanya meliputi pernyataan sebagai sesuatu yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Sedangkan
Morgan dalam Toeti Soekamto 1996:39 menyatakan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah
suatu tujuan tertentu.
iv xlvii
Maslow menyusun teori motivasi yang dikenal dengan sebutan teori kebutuhan bertingkat dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang paling tinggi,ialah:
1 Kebutuhan-kebutuhan dasar dan fisiologis Kebutuhan manusia yang paling dasar, terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang
pemuasannya ditujukan pada pemeliharaan proses-proses biologis dan kelangsungan hidup. Misalnya kebutuhan makanan, air, udara, dan sebagainya.
2 Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari
keadaan lingkungannya. 3 Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Kebutuhan yang mendorong individu untuk membangun hubungan efektif dengan orang lain, baik lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan atau dalam kelompok.
4 Kebutuhan akan rasa harga diri Mencakup hasrat individu untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan
pribadi, adekuasi, prestasi, kemandirian dan kebebasan yang mengimplikasikan bahwa individu ingin dan perlu mengetahui dirinya mampu menyelesaikan segenap tugas
atau tantangan dalam hidupnya. Individu juga butuh penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya prestasinya.
5 Kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya, atau kebutuhan individu untuk menjadi apa
saja menurut kemampuan potensi yang dimilikinya. Koeswara.E. 1989: 224. Seseorang yang merasa kebutuhannya belum terpenuhi, maka ia akan merasa
adanya ketidakseimbangan dalam dirinya. Dengan demikian orang tersebut akan
iv xlviii
terdorong untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi itu, untuk memenuhi kebutuhan inilah yang mendorong timbulnya motivasi.
Menurut Arends 1998:76 Motivations is ussualy defined as the processes with in individuals that stimulate behavior or a rouse us to take action. Motivasi biasanya
didefinisikan sebagai proses dalam individu-individu yang mendorong tingkah laku atau menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan.
Motivasi dipandang sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar, dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar, di dalamnya terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein,1991; Biggs Telfer, 1987 dalam Dimyati, 2006:80 .
Motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu Ngalim Purwanto,1990:71. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia,
yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku Martin Handoko:1992;9. Worell Stilwell dalam Toeti Soekamto 1996: 39 menyatakan
bahwa adanya motivasi dapat disimpulkan dari observasi tingkah laku. Apabila seseorang mempunyai motivasi positif maka ia akan 1 memperlihatkan minat, mempunyai
perhatian, dan ingin ikut serta; 2 bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan 3 terus bekerja sampai tugas terselesaikan
Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai suatu keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
iv xlix
belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Makin tinggi moitivasi siswa akan makin kuat usahanya
untuk mencapai tujuan. Sebaliknya motivasi yang rendah akan mempunyai sedikit energi untuk melakukan kegiatan. Makin rendah motivasi akan makin lemah dalam melakukan
kegiatan belajar.
b. Jenis dan Sifat Motivasi Belajar
Motivasi sebagai suatu kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan
pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan Dimyati dan Mudjiono 2006 : 86. Meskipun berbeda tentang tingkat kekuatan
motivasi namun mereka umumnya berpendapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 jenis yakni : motivasi primer dan motivasi sekunder.
1. Jenis Motivasi
Motivasi Primer
adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif- motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Mc.
Dougall dalam Dimyati dan Mudjiono 2006: 86 menyatakan bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan.
Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara
insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun dan kawin. Koeswara, 1989;
Jalaluddin Rakhmat,1991 dalam Dimyati dan Mudjiono 2006: 87. Ahli lain, Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri yaitu tekanan,
sasaran, obyek dan sumber. Tekanan adalah kekuatan yang memotivasi individu untuk
iv l
bertingkah laku. Semakin besar energi dalam insting, maka tekanan terhadap individu semakin besar. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. Kepuasan tercapai, bila
tekanan energi pada insting berkurang.
Motivasi Sekunder
adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa
belajar. Untuk memperoleh makanan orang tersebut harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja terlebih dahulu.Bekerja dengan
baik merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia akan memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder.
Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik. Bila orang memiliki uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membeli makanan untuk
menghilangkan rasa lapar, Jalaluddin Rakhmat,1991: Sumadi Suryabrata, 1991 Dalam Dimyati dan Mudjiono 2006: 89.
Motivasi Sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Thomas dan Znaniecki menggolongkan motivasi sekunder menjadi
keinginan-keinginan i memperoleh pengalaman baru, ii untuk mendapatkan respon, iii memperoleh pengakuan, dan iv memperoleh rasa aman. David Mc Cleland dalam
Wahjosumidjo 1987:190 menggolongkan menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk i berprestasi need for achievement seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan
memperoleh IPK 3,50 ke atas, ii bekerjasama need for affiliation memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama, dan iii memperoleh kekuasaan need for
power, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan. Maslow menggolongkan menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk i memperoleh rasa aman, ii memperoleh kasih sayang
kebersamaan, iii memperoleh penghargaan, dan iv pemenuhan diri atau aktualisasi diri.
iv li
Pemenuhan diri tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti ungkapan dalam kesenian, berdarmawisata, membentuk hubungan persahabatan, atau berusaha menjadi
teladan. Ahli lain Max menggolongkan motivasi menjadi i kebutuhan organisme seperti motif ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi, dan ii motif-motif sosial seperti
kasih sayang, kekuasaan, dan kebebasan Jalaluddin Rakhmat; 1991; 34-39; Sumadi Suryabrata, 1991; 250253; Singgih Gunarsa, 1990, 1990; 115-125. Dimyati dan
Mudjiono; 2006: 89.
2. Sifat Motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dari i dalam diri sendiri yang dikenal dengan motivasi instrinsik, dan ii motivasi dari luar seseorang yang dikenal dengan
motivasi ekstrinsik Dimyati dan Mudjiono; 2006: 90.
i Motivasi Instrinsik
Pengertian motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain Soemadi
Suryabrata, 1982: 9. Motivasi instrinsik menghasilkan tingkah laku yang menyebabkan individu mengalami perasaan kompeten, ada dua tingkah laku yakni
tingkah laku yang ditujukan pada peningkatan stimulasi dan tingkah laku yang ditujukan pada upaya mengatasi situasi-situasi atau tantangan-tantangan Deci dalam
Koeswara,1989: 240. Pendapat Hunt dalam Koeswara,1989;239 bahwa motivasi instrinsik
mengacu pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi untuk bertingkah laku bukan karena adanya perkuatan dan kekuatan eksternal, melainkan karena tingkah
laku itu sendiri cukup memberikan kepuasan bagi individu. Dorongan belajar yang paling baik terutama adalah motivasi instrinsik Purwanto, 1990:65.
iv lii
Selanjutnya Monks menyatakan, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak-anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi inslrinsik perlu diperhatikan
oleh para guru sejak tingkat, SD, SMP. Pada usia ini para guru masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian khususnya disiplin diri untuk beremansipasi.
Penguatan terhadap motivasi instrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989: 161-164.
Dimyati dan Mudjiono; 2006: 91.
ii Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri seseorang, dan biasanya oleh orang lain. Motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar Sardiman,2001;89. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan faktor dari luar situasi
belajar seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan, dan persaingan. Motivasi yang bersifat negatif misalnya sindiran tajam, cemoohan dan
hukuman. Motivasi ekstrinsik dipakai sebab pelajaran pelajaran sering tidak dengan sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu untuk membangkitkan minat anak-
anak. Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar murid-murid giat belajar, antara lain : a. memberi angka ; b. hadiah ; c.Saingan; d. Hasrat untuk
belajar ; e. Ego-involvemet keterlibatan diri; f. Sering memberi ulangan; g. Mengetahui hasil; h. Kerjasama; i. Tugas yang challenging; j. Pujian; k. Teguran
dan kecaman; l.Sarkasme dan celaan; m. Hukuman; n. Standar atau taraf aspirasi level aspiration; o. Minat; p. Suasana yang menyenangkan; q. Tujuan yang diakui
dan diterima baik oleh murid; S.Nasution,1995;78.
iv liii
Motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar ikut-ikutan menjadi belajar dengan penuh semangat. Siswa belajar dengan tujuan sendiri, berkat informasi guru.
Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi instrinsik, yakni pada saat siswa menyadari
pentingnya belajar, dan ia belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain Monks, Knoers, Siti Rahayu: 1989: 161-164. Dimyati dan Mudjiono; 2006: 91.
Para ahli ilmu jiwa memberi tekanan yang berbeda-beda pada motivasi. Akibatnya saran tentang pembelajaran juga berbeda-beda. Namun motivasi instrinsik
mempunyai peranan yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik hal ini senada dengan pendapat Mc Dougall dan Freud
yang menekankan pentingnya motivasi instrinsik. Motivasi instrinsik biasanya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik, karena
kemauan belajar tersebut berasal dari kesadaran diri masing-masing individu. Sedangkan Skinner dan Bandura menekankkan pentingnya motivasi ekstrinsik.
Maslow dan Rogers menunjukkan bahwa kedua motivasi tersebut sama pentingnya. Diantara kedua motivasi diatas sarna-sama pentingnya. Maslow dan Rogers mengakui
pentingnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Maslow dalam Dimyati dan Mudjiono 2006; 92-93 setiap individu
bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Ia menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasikan diri. Ciri tersebut adalah : i berkemampuan mengamati sesuatu
realitas secara efisien, apa adanya, dan terbebas dari subyektivitas, ii dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar, iii berperilaku spontan, sederhana dan wajar,
iv terpusat pada masalah atau tugasnya v memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi, vi memiliki kebebasan atau kemandirian terhadap
iv liv
lingkungan dan kebudayaannya; ia mampu mendisiplinkan diri, aktif dan bertanggungjawab atas dirinya. Penghormatan yang berlebihan, pemberian status,
popularitas dianggap kurang penting dibandingkan dengan perkembangan diri, vii dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah, viii dapat mengalami masa
puncak, seperti terwujud dalam kreativitas penemuan, kegiatan intelektual, atau kegiatan persahabatan, ix memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang
tinggi, x dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar, xi memiliki watak terbuka dan bebas prasangka, xii memiliki standar kesusilaan tinggi, xiii memiliki rasa
humor terpelajar, xiv memiliki kreativitas dalam bidang kehidupan, seperti dalam pengetahuan kesenian, atau keterampilan hidup tertentu, dan xv memiliki otonomi
tinggi.
3. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi di dalam belajar merupakan suatu energi penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan aktivitas belajar sehingga menjamin kelangsungan kegiatan belajar
dalam memberikan arah belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
i.Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. ii. Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa.
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya. iii Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah.iv Lebih senang bekerja mandiri.v Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang
kreatif.vi Dapat
mempertahankan pendapatnya
kalau sudah
yakin akan
iv lv
sesuatu.viiTidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.viii Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Keller dalam Gagne Driscoll,1989:319 mengemukakan model yang terdiri dari 4 bagian penting dari motivasi. Dalam model ini ada 4 bentuk kondisi yang harus
dipertemukan untuk mencapai motivasi belajar. Model tersebut dinamakan ARCS, yang merupakan singkatan dari A= Attention perhatian, R= Relevance relevansi, C=
Confidence kepercayaan diri , S= Satisfaction kepuasan. Keller dalam Driscoll 1989; 320 rnenjelaskan proses menciptakan motivasi dimulai dengan menganalisis peserta
kemudian menentukan tujuan motivasi, membentuk strategi motivasional, dan mencoba serta memperbaiki seperlunya.
Motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dapat dilihat bahwa dalam
motivasi terdapat tiga unsur yang saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan yakni ; a Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi seseorang, misalnya
adanya perubahan di dalam sistem percernaan akan menimbulkan motif lapar sehingga memotivasi individu tersebut untuk mencari makanan.b Motivasi ditandai dengan
timbulnya perasaan affectif arousal. Perasaan terjadi karena adanya ketegangan psikologis yang mempengaruhi suasana emosi dan menimbulkan perilaku bermotif. Ketegangan
psikologis dapat terjadi tanpa di sadari dan dapat pula terjadi secara sadar.c Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Adanya motif menghasilkan respon
yang berguna untuk mengurangi ketegangan psikologis yang disebabkan oleh perubahan energi di dalam dirinya. Setiap respon merupakan langkah untuk mencapai tujuan.
Tabrani Rusyan, dkk, 1989;100.
iv lvi
Dari uraian tentang motivasi diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi ditunjukkan oleh ciri-ciri:
1 Tanggung jawab terhadap tugas Tanggung jawab terhadap tugas adalah kemampuan mengikatkan diri terhadap
tugas yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab secara tulus, disertai kerja keras, keteguhan, rasa percaya diri dan optimis dalam menyelesaikan tugas. Orang yang
memiliki motivasi tinggi dalam belajar dapat dilihat sejauh mana siswa bersikap dan mampu menyelesaikan tugas serta kreativitasnya dalam menyelesaikan tugas.
2 Keuletan untuk belajar Motivasi belajar dapat dilihat pada karakteristik tingkah laku siswa yang
menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan keuletan. Diharapkan. siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar dapat menampakkan minat yang besar
dan penuh keuletan dalam belajar. 3 Keinginan untuk belajar
Keinginan seseorang untuk belajar dimulai dari adanya minat yang timbul karena adanya kebutuhan. Minat sebagai suatu kecenderungan tingkah laku seseorang
pada aktivitas tertentu . Minat tersebut akan berkembang menjadi suatu keinginan untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu dan akan menumbuhkan kemauan untuk
belajar secara kongkrit. 4 Usaha untuk belajar
Motivasi sebagai suatu perubahan tenaga dari dalam diri manusia atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha
mencapai tujuan Mc Donal Dalam Sumadi Suryabrata,1982;7. Dengan demikian
iv lvii
bahwa seseorang yang memiliki motivasi untuk belajar berarti ada usaha untuk melakukan kegiatan belajar tersebut .
5 Kedisiplinan Disiplin dalam dunia pendidikan berupa suasana agar pendidikan selalu tertuju
kepada kebaikan. Tetapi disiplin tidak disinonimkan dengan paksaan atau hukuman. Menerapkan disiplin yang wajar berarti memberikan kesempatan belajar yang baik
kepada anak-anak didik. Disiplin berfungsi sebagai pendorong atau motivasi ego untuk mencapai apa yang diharapkan darinya.
Di dalam pembelajaran motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang maksimal. Hilangnya motivasi belajar pada siswa
akan sangat berpengaruh pada hasil belajar dan untuk membangkitkan motivasi adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dikerjakan.
4 Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar di sekolah maupun di rumah motivasi merupakan hal yang sangat penting. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
seseorang, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku Martin Handoko, 1992 : 9. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor motivasi inilah yang
mendorong mengapa seseorang itu melakukan suatu perbuatan. Motivasi dapat mempengaruhi adanya kegiatan yang dilakukan, sehubungan
dengan hal itu motivasi dapat berfungsi sebagai : 1 mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, 2 menentukan arah perbuatan,
yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, 3 menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna rnencapai tujuan dengan
menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat Sardiman, 2001; 83.
iv lviii
Adapun beberapa faktor yang menimbulkan motivasi dalam proses belajar antara lain pertama, faktor yang berhubungan dengan aktivitas belajar yang mencakup materi
pelajaran, proses mengajar secara menyeluruh, penyampaian materi pembentukan kemampuan dan ketrampilan serta cara pengembangan segi intelek. Kedua, faktor yang
berhubungan dengan kebutuhan sosial antara lain perspektif hari depan dan kedudukan yang ingin dicapai dalam masyarakat Sartinah; 1988: 76.
Seseorang akan melahirkan prestasi yang baik jika ada usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasinya.
c. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan siswa. Agar siswa senang dan termotivasi untuk belajar, guru berusaha
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan lain 2002:167 ada enam
cara untuk meningkatkan motivasi belajar, yaitu: 1 membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar, 2 menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat
dilakukan pada akhir pembelajaran, 3 memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik
dikemudian hari, 4 membentuk kebiasaan belajar yang baik, 5 membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok, 6 menggunakan metode yang
bervariasi. Menurut Toeti Saekamto dan Udin Saripudin Winataputra 1996:46 cara yang
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu : 1 setiap subjek yang diajarkan perlu dibuat menarik. Setiap proses belajar harus dibuat aktif, yaitu dengan
iv lix
mengajak siswa menemukan atau membuktikan sesuatu, dan sedapat mungkin berguna, 2 terapkan teknik-teknik modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa bekerja keras,
3 Siswa harus tahu apa yang harus dikerjakan, dan bagaimana siswa dapat mengetahui bahwa tujuan telah tercapai, 4 guru harus memperhitungkan perbedaan individual antar
siswa dalam hal kemampuan, latar belakangnya, dan sikap siswa terhadap sekolah atau subjek tertentu, 5 usahakan untuk memenuhi kebutuhan defisiensi siswa, yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman, diakui oleh kelompoknya, serta penghargaan, dengan jalan :a memperhatikan. kondisi fisik, b menunjukkan bahwa guru memperhatikannya,
c pengalaman belajar ke arah keberhasilan, dan d buat siswa mempunyai orientasi ke prestasi serta mempunyai konsep diri yang positif, 6 untuk siswa yang memerlukannya,
usahakan agar terbentuk kebutuhan untuk berprestasi, rasa percaya diri, dan pengarahan diri, 7 membuat siswa ingin menerapkan apa yang telah dipelajari dan belajar lebih
banyak lagi. Menurut Sardiman A.M. 2005 :92 cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar, yaitu: 1 memberi angka, pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yaitu berupa angka yang diberikan oleh guru, 2 hadiah, hadiah dapat
dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi siswa yang tidak senang dan tidak berbakat
untuk sesuatu pekerjaan tersebut, 3 saingankompetisi, saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, 4 ego- involment, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekcrja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting 5 memberi ulangan,
iv lx
siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi, 6 mengetuhui hasil, dengan
mengetahui hasil pekerjaan dengan segera, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar, 7 pujian, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian, 8 hukuman, hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi, 9 hasrat untuk
belajar, hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud, 10
minat, minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut : a membangkitkan adanya suatu kebutuhan, b menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau,
c memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, d menggunakan berbagai macam bentuk mengajar, 11 tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan
diterima baik oleh siswa, dapat digunakan sebagai alat motivasi, Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan
timbul gairah untuk terus belajar. Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa semua
bentuk cara memotivasi tersebut, apabila guru tepat dan benar mempergunakannya, maka siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, Bagi guru yang penting dengan adanya
bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk menghasilkan belajar yang lebih bermakna, maka guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara khusus guru perlu melakukan berbagai cara tertentu secara nyata untuk meningkatkan motivasi siswa.
d. Perbedaan Motivasi Belajar Tinggi dengan Motivasi Belajar Rendah
iv lxi
Sardiman A.M. 2005:83 mengemukakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai ciri-ciri: 1 tekun menghadapi tugas dan tidak akan berhenti
sebelum tugasnya selesai, 2 ulet mcnghadapi kesulitan dan tidak cepat putus asa, 3 menunjukkan minat terhadap bermacam-rnacam masalah, 4 timbul rasa ingin tahu
tentang hal-hal yang baru, 5 partisipasi dan aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung, 6 senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, 7 tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini, 8 dapat mempertahankan pendapatnya. Siswa yang memiliki motivasi dengan ciri-ciri tersebut tidak akan mudah
terperngaruh oleh lingkungan dan akan bertahatan lama dalam dirinya. Motivasi seperti tersebut tergolong motivasi yang tinggi. Motivasi yang tinggi akan menghasilkan prestasi
belajar yang tinggi pula, hal itu terjadi karena dorongan dan keinginan dalam diri siswa sangat kuat untuk melakukan kegiatan belajar.
Dimyati dan Mudjiono 2002:82 berpendapat bahwa yang tergolong motivasi belajar rendah, yaitu: 1 masa bodoh terhadap lingkungan, 2 pada proses pembelajaran
berlangsung bersifat pasif dan tergantung pada kondisi, 3 cepat bosan terhadap tugas- tugas yang dihadapinya, 4 kesulitan dalam mengambil keputusan, 5 kurang
mempunyai rasa percaya diri apa yang dilakukan, 6 kemauannya lemah sehingga enggan berusaha.
Ciri-ciri motivasi rendah tersebut di atas akan menyebabkan prestasi siswa rendah pula, hal ini disebabkan karena siswa yang mempunyai motivasi rendah kurang
mempunyai dorongan dan keinginan untuk belajar yang kuat selama kegiatan pembelajaran.
3. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian matematika
iv lxii
Matematika adalah suatu ilmu yang sasarannya berupa hasil pemikiran manusia sebagai abstraksi yang berbentuk, pola-pola dari pengamatan tentang kejadian alam, dan
kehidupan yang diidealisasikan, dan diorganisasikan secara sistematis dan logis, sehingga pola-pola tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Mata pelajaran
adalah satu atau sekumpulan bahan kajian dan bahan pelajaran yang memperkenalkan konsep, pokok bahasan, tema dan nilai yang dihimpun dalam suatu kesatuan disiplin
pengetahuan. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah terdiri atas bagian matematika yang
dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Depdikbud:
1994: 110.
b. Tujuan Belajar Matematika
Tujuan mata pelajaran matematika di SMP adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
iv lxiii
5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yakni
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai Winkel 1983;16. Grounlund 1993 menyatakan prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Grounlund;1981,6 . Evaluation is important to many fact of school program. If contributies directly to the teaching-
learning process used in classroom instruction and to a number of school uses, each of which will be briefly discussed penilaian merupakan suatu yang penting bagi bentuk
keberhasilan program sekolah. Jika masukan yang terprogram dari proses belajar mengajar dapat digunakan oleh sekolah lain, dimana setiap pembahasannya akan
didiskusikan. Sedangkan Nana Sujana 1991: 22 memberi batasan prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Prestasi belajar dapat juga diartikan sebagai penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai atau angka yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan hasil atau kecakapan yang dicapai oleh seseorang dalam waktu tertentu setelah melakukan belajar.
Prestasi belajar dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukuran yang berupa butir tes yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan penilaian tersebut
akan diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Prestasi juga merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Prestasi dapat
ditunjukkan dalam bentuk nilai berdasarkan keputusan kualitatif terhadap kategori atau hasil pengukuran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
iv lxiv
Prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak-anak didik dalam
periode tertentu. Kaitannya dengan pembelajaran prestasi belajar adalah keberhasilan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang diperoleh dengan perangkat tes,
hasil tes dapat memberikan informasi tentang apa yang telah dikuasai pesreta didik. Peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila prestasi
belajarnya menunjukkan nilai yang tinggi atau sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan belajar mengajar, seseorang dikatakan berhasil atau tidak,
dapat dilihat melalui nilai-nilai yang berhasil diperoleh dan dilaporkan dalam bentuk rapor atau kartu hasil studi secara periodik.Depdikbud:1994: 21.
c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar mengajar. Berdasarkan hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap metode
pengajaran, sarana prsarana maupun bahan yang akan disampaikan. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan penilaian. Penilaian
dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung agar diperoleh gambaran mengenai perubahan yang dialami oleh peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian dari suatu usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar pada periode tertentu.
Jadi prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi matematika di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
iv lxv
dalam diri individu yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi yang disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan