Pengelompokkan data Penyusunan model persamaan regresi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelompokkan data

Pengelompokkan data pohon contoh dilakukan berdasarkan penyebaran kelas diameter dan kelas tinggi dari sejumlah pohon contoh. Banyaknya pohon yang diukur adalah 184 pohon contoh, yang dibagi menjadi dua bagian untuk tahap penyusunan model dan tahap validasi model, masing – masing 122 dan 62 dari keseluruhan pohon contoh. Tabel 4 Pembagian pohon contoh berdasarkan kelas diameter Kelas Diametercm Jumlah Pohon Contohbatang Penyusunan Model Validasi Model 10-19,9 22 14 20-29,9 22 16 30-39,9 22 15 40-49,9 19 8 50-59,9 10 3 ≥60 27 6 Total 122 62 Tabel 5 Pembagian pohon contoh berdasarkan kelas tinggi Kelas Tinggim Jumlah Pohon Contohbatang Penyusunan Model Validasi Model 15 – 17,9 30 28 18 – 20,9 53 25 21 – 23,9 27 6 24 – 26,9 9 3 27 3 - Total 122 62

5.2 Penyusunan model persamaan regresi

Asumsi yang mendasari penyusunan model penduga volume pohon lokal adalah terdapat hubungan yang erat antara diameter dan tinggi, dimana pada diameter yang sama nilai keragaman tingginya rendah. Dari hasil analisis nilai ragam tinggi pohon pada diameter yang sama didapat nilai rata-rata dari perhitungan ragam sebesar 0,29 Lampiran-3, karena nilai ragam yang mendekati 0 hal ini menyebabkan variasi tinggi pada diameter yang sama tidak nyata sehingga tidak akan menimbulkan bias dalam pembuatan tabel volume dengan menggunakan variable diameter saja. Untuk lebih meyakinkan dari hasil analisis diatas dilakukan pengujian apakah terdapat hubungan yang erat antara tinggi pohon dengan diameter dengan uji korelasi menggunakan transformasi Z-fisher. Berdasarkan nilai logaritmik dari tinggi dan diameter pohon akan didapat koefisien determinasi dan koefisien korelasinya. Batas ketelitian yang masih diperbolehkan dalam pembuatan tabel volume lokal dengan koefisien korelasi 0,70 atau R 2 minimal sebesar 50 Suharlan et al. 1976. Dari hasil analisi regresi untuk mengetahui hubungan antara diameter setinggi dada dbh dengan tinggi, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,94 dan koefisien determinasi sebesar 89,3 dengan persamaan Log T = 0,96 + 0,21 Log Dbh. Nilai perhitungan Z-fisher sebesar 12,12 lebih besar dari Z- tabel=1,64. Dengan hipotesis : H0 : ρ=0,70 H1 : ρ0,70 Karena Z-fisher Ztabel maka tolak H0, hal ini berarti peubah tidak bebas dengan peubah bebas memenuhi persyaratan yang diberikan yaitu mempunyai ρ0,70 pada tingkat nyata tertentu sehingga koefisien korelasi antara tinggi dengan diameter telah memenuhi syarat yang diminta, yaitu keragaman volume pohon yang disebabkan oleh keragaman tinggi pohon dapat dicakup oleh pengaruh keragaman diameter, sehingga pendugaan volume dapat diterangkan dengan satu peubah saja. Dengan asumsi tersebut maka jenis tabel volume yang dapat dibuat yaitu tabel volume pohon lokal, yaitu suatu tabel yang memberikan nilai volume pohon apabila diketahui satu komponen-komponen besaran dari pohon yang bersangkutan. Pada umumnya besaran yang digunakan adalah diameter setinggi dada, karena menghitung diameter setinggi dada lebih mudah dari pada menghitung tinggi pohon. Pemilihan model dapat ditentukan dengan menampilkan data pohon contoh dalam Scatter diagram atau scatterplot diagram tebar. Berdasarkan tebaran data tersebut akan dapat dilihat bentuk penampilan penyebaran datanya, apakah mengikuti pola linier ataukah kuadrat, sehingga dapat membantu dalam pemilihan model pendekatannya. Gambar 3 Hasil scatter diagram volume dengan diameter Dari hasil scatterplot diagram untuk mengukur karakteristik paling nyata antara volume lokal pohon dengan peubah-peubah penentunya yang digunakan dalam penyusunan tabel volume lokal pohon, maka model pendekatan sebagai berikut : 1. V = b + b 1 d 2 Kopezky-Gehrhardt 2. V = b d b1 Berkhout 3. V = b + b 1 d + b 2 d 2 Hohenadl-Krenn Model persamaan regresi tersebut merupakan alternatif model yang akan digunakan dalam penyusunan tabel volume lokal. Kemudian dilakukan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 20 40 60 80 100 120 140 V o l u m e Diameter cm m 3 perhitungan analisis regresi dengan menggunakan minitab, sehingga dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil perhitungan dengan menggunakan minitab No Persamaan Regresi R 2 F-hitung F- tabel 0,01 F- tabel 0,05 1 V = 1,04 – 0,0703 D + 0,00213 D 2 94,8 1.080,33 6,84 3,91 2 V = 0,000324 D 2,34 98,9 10.906,58 3 V = - 0,590 + 0,00157 D 2 93,6 1.762,17 Hasil analisis regresi pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi terbaik untuk jenis meranti terdapat pada persamaan kedua, hal ini berarti persamaan tersebut didapat dari pembentukan model regresi yang sudah tepat dengan diikuti data contoh yang telah mencukupi sehingga mengikuti pola dominan pada pengamatan lain. Nilai 98,9 pada koefisien determinasi menunjukan bahwa 98,9 keragaman volume dapat dijelaskan oleh variable bebas diameter, sedangkan sisanya sebesar 1,1 dijelaskan oleh peubah lain yang tidak disertakan model, misalnya variabel tinggi. Suharlan et al. 1976, menyatakan bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 50 merupakan batas minimal yang digunakan dalam penyusunan tabel volume yang dianggap cukup memadai. Hasil analisis persamaan regresi dalam pendugaan volume, hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa peranan peubah bebas dalam menduga peubah tidak bebasnya dengan melakukan uji keberartian peubah bebas menggunakan uji F. Berdasarkan Tabel 7 untuk persamaan regresi jenis Meranti, nilai F-hitung dari ketiga persamaan yang ada memiliki nilai F hitung lebih besar dari F tabelnya untuk tingkat nyata 1 dan 5 yang berarti hipotesis yang terjadi menolak H0 dan terima H1, hal ini berarti bahwa peubah bebas yang dimasukkan kedalam model persamaan regresi sangat berpengaruh nyata dalam menduga peubah tidak bebasnya yaitu volume. Hal ini sesuai dengan uji keberartian peubah bebas melalui uji F menurut Draper dan Simth 1992, yang artinya bahwa apabila F-hitung Ftabel pada taraf nyata 1 atau 5 artinya sedikit perubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas sehingga persamaan regresi yang diuji dapat diterima. Langkah selanjutnya dilakukan uji untuk menentukan adanya pengulangan dan menggambarkan sejauh mana kedekatan nilai-nilai pengukuran terhadap nilai rata-ratanya melalui besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan dugaan volume Draper dan Smith,1992 . Tabel 7 Hasil analisis simpangan baku No Persamaan Regresi s Simpangan baku 1 V = 1,04 – 0,0703 D + 0,00213 D 2 1,15 2 V = 0,000324 D 2,34 0,06 3 V = - 0,590 + 0,00157 D 2 1,27 Hasil perhitungan tabel diatas, ketelitian ditunjukkan oleh besarnya nilai simpangan baku dari kesalahan pendugaan volume pohon, semakin kecil nilai simpangan baku maka semakin baik persamaan yang akan digunakan untuk menduga volume pohon, pada kasus diatas nilai simpangan baku terkecil untuk jenis Meranti terdapat pada persamaan yang kedua. Selanjutnya untuk pemilihan model terbaik dari tahap penyusunan model, setiap model diberi peringkat sesuai dengan besarnya R², dan simpangan baku regresi s dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Penentuan peringkat pada tahap penyusunan model No Persamaan Regresi Tahap Penyusunan Model ∑ Peringkat R s 1 V = 1,04 – 0,0703 D + 0,00213 D 2 3 2 5 2 2 V = 0,000324 D 2,34 1 1 2 1 3 V = - 0,590 + 0,00157 D 2 2 3 5 2 Berdasarkan hasil penyusunan model persamaan volume, dapat diketahui bahwa persamaan yang memiliki model terbaik pada tahap penyusunan model terdapat pada persamaan kedua. Nilai koefisien determinasi terkoreksi R² yang diperoleh dari persamaan 2 lebih besar, dan nilai simpangan baku relatif kecil bila dibandingkan dengan persamaan lainnya.

5.3 Validasi model