Struktur Pori Tempurung Nyamplung, Arang dan Arang Aktif

35 Tabel 4. Derajat kristalinitas beberapa bahan berlignoselulosa Karakteristik Sengon Jati Rami Pulp bambu Selulosa Murni Lignin murni Tempurung Nyamplung Selulosa 49,4 a 47,5 a 80-90 d 40-50 - - 48,66 Holoselulosa 75,76 b 77,46 b - - - - 87,64 Lignin 26,8 a 29,9 a 0,5-1 d - - - 36,69 Pentosan 15,6 a 14,4 a 3-4 d - - - 24,82 Derajat kristalinitas 38,8 c 34,9 c 72 d 59,9 e 51,7 c 4,3 c 18,92 Keterangan : a. Martawijaya et al. 1981, b. Irawaty 2006, c. Pari 2004, d. Tarmansyah 2007, e. Fengel dan Wegener 1995 . Tabel 4 memperlihatkan bahwa kayu sengon dengan kadar selulosa 49,4 dan lignin 26,8 mempunyai derajat kristalinitas sebesar 38,8, sementara itu pada pulp bambu dengan lignin yang sudah dihilangkan mempunyai derajat kristalinitas sebesar 59,9. Hal ini menunjukkan bahwa bahan yang mengandung selulosa relatif tinggi dan mempunyai kadar lignin yang juga relatif tinggi, dapat mempunyai derajat kristalinitas yang lebih rendah, dibandingkan bahan dengan kandungan selulosa yang sama, tetapi kadar ligninnya relatif rendah.

4.2.3 Struktur Pori Tempurung Nyamplung, Arang dan Arang Aktif

Analisis struktur permukaan pori dilakukan menggunakan Scaning Electron Microscope SEM. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui topografi permukaan suatu bahan akibat perubahan suhu karbonisasi dan aktivasinya. Hasil analisi SEM dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 6. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa tempurung nyamplung yang belum dikarbonisasi tidak menunjukkan adanya pori-pori yang terbuka Gambar 6. Setelah proses karbonisasi tempurung menjadi arang, mulai terbentuk pori- pori dengan diameter 0,667 – 4,444 μ, tetapi masih didominasi pori beridiameter 5 μ. 36 Tabel 5. Diameter pori tempurung nyamplung, arang dan arang aktif No. Bahan Diameter Pori μ Persentase Diameter Pori Baku Minimal Maksimal 5 μ 5-15 μ 15 μ 1. Arang 0,667 4,444 100 - - Arang aktif 2. A1S1W1 0,44 3,33 100 - - 3 A1S1W2 0,44 8,22 94,59 5,41 - 4 A1S2W2 0,5 6,56 98,28 1,74 - 5. A2S1W1 0,6 9,67 99,63 0,37 - 6. A2S1W2 0,53 7,6 98,2 1,8 - 7. A3S1W1 0,365 10 94,64 5,37 - 8 A3S1W2 0,36 9,78 93,5 6,49 - 9 A2S2W1 0,4 9,38 95,86 4,14 - 10. A2S2W2 0,5 10,5 92,38 7,62 - 11 A3S1W1 0,44 9,56 86,08 13,91 - 12. A3S2W2 0,48 9,76 82,88 17,12 - Keterangan : A1 = Konsentrasi H 3 PO 4 S1 = Suhu 700 o C W1 = Waktu aktivasi 60 menit A2 = Konsentrasi H 3 PO 4 5 S2 = Suhu 800 o C W2 = Waktu aktivasi 120 menit A3 = Konsentrasi H 3 PO 4 10 Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 5, dapat diketahui bahwa aktivasi arang menjadi arang aktif cenderung menyebabkan peningkatan jumlah dan diameter pori. Selain itu penggunaan asam phosphat pada konsentrasi 10 telah membuka pori-pori menjadi lebih besar dan membuka pori-pori berukuran kecil. Hal ini menunjukkan bahwa asam phosphat dapat mengurangi senyawa hidrokarbon yang masih menempel pada permukaan arang. 37 Tempurung Arang 0, 700 o C 60 0, 700 o C120 0, 800 o C120 5, 700 o C60 5, 700 o C120 10, 700 o C60 38 10, 700 o C120 5, 800 o C60 5, 800 o C120 10, 800 o C60 10, 800 o C120 Keterangan : 0 = Konsentrasi H 3 PO 4 700 o C 800 o C = Suhu 60 120 = Waktu aktivasi 5 = Konsentrasi H 3 PO 4 5 10 = Konsentrasi H 3 PO 4 10 Gambar 6. Struktur permukaan tempurung nyamplung, arang dan arang aktif pada penampang atas dengan pembesaran 2000x Menurut Novicio et al. 1998, terbentuknya pori karena adanya penguapan zat terbang dari bahan baku karena adanya proses karbonisasi. Karbonisasi telah menyebabkan komponen bahan terdegradasi menghasilkan produk gas CO, CO 2 , hidrogen dan metan, produk cair tar, hidrokarbon, cuka kayu, air dan produk padatan yaitu arang Vigouroux 2001 dalam Darmawan 39 2008. Hasil analisis menunjukkan bahwa zat terbang arang cukup tinggi yaitu 19,85 Tabel 6. Hal ini sesuai dengan hasil GCMS Pyrolisis, dimana terdapat sekitar 40 komponen zat terbang, dan selanjutnya zat terbang tersebut semakin berkurang jumlahnya seiring meningkatnya suhu aktivasi Lampiran 3. Secara keseluruhan arang dan arang aktif tempurung nyamplung termasuk ke dalam struktur makropori, karena mempunyai diameter pori lebih dari 0,025 μ. 4.3. Mutu Arang dan Arang Aktif Tempurung Nyamplung 4.3.1 Sifat Arang