Tabel 1. Ukuran besar butir untuk sedimen menurut skala Wentworth Wibisono, 2005
Nama Partikel
Ukuran mm Batu stone
Bongkah Boulder 256
Krakal Coble 64-256
Kerikil Peble 4-64
Butiran Granule 2-4
Pasir sand Pasir sangat kasar v.coarse
sand 1-2
Pasir kasar coarse sand ½-1
Pasir sedang medium sand ¼-½
Pasir halus fine sand ⅛
-¼ Pasir sangat halus very fine
sand -
Lumpur silt Lumpur kasar coarse silt
- Lumpur sedang medium silt
- Lumpur halus fine silt
- Lumpur sangat halus v. fine
silt -
Lempung clay Lempung kasar coarse clay -
Lempung sedang menium clay -
Lempung halus fine clay -
Lempung sangat halus v. fine clay
-
2.3. Acoustic Backscattering Volume Strength SV
Metode-metode akustik untuk mengetahui nilai SV dan biomassa telah banyak diketahui, namun teknik tersebut tidak dapat meminimalisasi kesalahan
dalam mengkalibrasi beberapa parameter pada sebuah sistem echo sounding. Nilai SV yang diperoleh dapat dikonversi dengan akurasi yang baik untuk
mengetahui kepadatan biomassa ikan dengan menggunakan nilai target strength TS DO, 1986.
SV adalah rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok target, dimana target berada pada suatu volume air tertentu 1m³ yang diukur
pada jarak 1 meter dari target yang bersangkutan dengan intensitas suara yang mengenai target. SV ini memiliki pengertian yang sama dengan target strength,
hanya TS untuk target tunggal, sedangkan SV untuk kelompok ikan Syafitra, 2006.
Nainggolan 1993 in Syafitra 2006 menyatakan beberapa asumsi yang digunakan dalam SV antara lain :
1. Ikan bersifat homogen dan terdistribusi merata dalam volume perairan;
2. Perambatan gelombang suara pada garis lurus dimana tidak ada refleksi oleh
medium hanya ada spreading loss saja; 3.
Densitas ikan yang cukup dalam satuan volume; 4.
Tidak ada multiple scattering.
2.4. Klasifikasi Dasar Perairan
Klasifikasi tipe substrat dasar perairan biasanya dianalisis dari echogram. Klasifikasi dengan tipe substrat dasar perairan dapat menggunakan program
pengolahan data yang dapat menunjukkan kedalaman dan dengan kekuatan relatif sinyal akustik dari dasar perairan yang dapat diindikasikan dengan perbedaan
warna Pujiyati, 2008. Menurut Chivers 1990 in Collins dan McConnaughey 1996 bahwa
pantulan dasar perairan menandakan kekerasan dan kekasaran dasar perairan dan dengan mengestimasi nilai kekasaran first bottom echo dan kekerasan second
bottom echo maka akan dapat mengklasifikasikan tipe dasar perairan.
Bagian yang menandakan first bottom echo E1 disebabkan oleh pantulan pertama sebuah permukaan yang tegak lurus dengan sumbu transduser. Sinyal
echo pada E1 sangat sensitif terhadap pitch and roll kapal dan transduser Burczynski, 2002. Energi pantulan pada second bottom E2 dihasilkan oleh
pantulan ganda dari dasar perairan dan pantulan tunggal dari permukaan. Pada dasar perairan yang kasar, pantulan tersebut akan berelasi secara langsung dengan
sifat kekerasan pada dasar perairan. Jika dasar perairannya adalah kasar, kemudian kekasaran akan berkurang pada second bottom echo Burczynski,
2002. Prinsip sederhana dalam pembentukan E1 dan E2 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
←
KEKASARAN
←
KEKERASAN
Gambar 1. Pembentukan Pada E1 dan E2 Dasar Perairan. Sumber : Siwabessy, 2000
Penggolongan dasar perairan tentunya akan selalu berkaitan dengan bagaimana cara menentukan fraksi sedimen dari dasar perairan. Perbandingan
nilai E1 dan E2 dalam metode akustik tentunya akan memberikan gambaran yang
jelas dari dasar perairan. E1 kekasaran dan E2 kekerasan akan merepresentasikan partikel dasar perairan Allo, 2008.
Dasar perairan yang kasar merupakan variabel yang penting untuk mempertimbangkan intensitas backscatter akustik yang memiliki frekuensi tinggi
dan telah dibuktikan oleh sejumlah peneliti seperti yang dilakukan oleh Stewart et al., 1994; Richardson et al., 2001 in Ferrini dan Flood 2006. Dampak dari
kekasaran pada intensitas backscatter berbeda tergantung dari tipe, besarnya dan orientasi kasar, juga frekuensi dari sinyal akustik Ferrini dan Flood, 2006.
Klasifikasi dasar perairan dapat juga dilihat dalam variabel yang secara signifikan mempengaruhi intensitas backscatter, dimana backscatter dasar
perairan sangat tergantung pada frekuensi dan resolusi akustik dari sinyal suara serta memiliki hubungan dengan panjang pulsa dan lebar beam yang kemudian
berinteraksi dengan dasar perairan. Penyebaran berdasarkan kekasaran pada dasar perairan, dipengaruhi oleh frekuensi suara tinggi sedangkan penyebaran partikel
dibawah sedimen-permukaan air lebih sesuai dengan frekuensi rendah dimana sinyal akustik menembus lebih dalam ke sedimen Jackson et al., 1986 in Ferrini
dan Flood, 2006. Sinyal Frekuensi dari suara dan besarnya partikel sangat sensitif terhadap kekasaran, dimana dengan frekuensi yang lebih tinggi dan
partikel yang lebih kecil lebih sensitif terhadap kekasaran Urick, 1983. Informasi mengenai tipe dasar, sedimen, dan vegetasi dasar perairan dapat
dikodekan dengan sinyal echo. Sinyal echo tersebut dapat disimpan dan diperoleh secara bersamaan dengan data GPS. Sinyal echo yang mengkodekan mengenai
dasar perairan dapat diproyeksikan pada suatu data digital. Verifikasi hasil dapat dilakukan dengan melakukan sampling fisik dasar perairan melalui penyelaman
atau dengan kamera bawah air yang harus direkam sebagai data akustik yang diperoleh. Pada saat verifikasi pertama, hasil harus disimpan agar tipe dasar
perairan yang tidak diketahui dapat dibandingkan dengan yang sudah diketahui dan dapat melakukan verifikasi data Burczynski, 2002. Perbedaan tipe dasar
perairan dapat didiskriminasi dengan mengekstrak data pada kekasaran dasar sehingga dapat dibuat topografi dan kekerasan dasar untuk mengetahui tipe
substrat misalnya batu, pasir, lumpur dan lain-lain. Kekasaran roughness dan kekerasan hardness suatu dasar perairan dapat
dilihat berdasarkan sinyal yang dipantulkan. Kekasaran roughness dasar perairan diestimasi dari integrasi pada pantulan pertama dan kekerasan hardness
dasar perairan diestimasi dari integrasi pada pantulan kedua Caruthers dan Fisher, 2002. Tipe dasar perairan yang diidentifikasi dengan menggunakan
hardnessroughness dengan menggunakan sistem ECHOplus dual-chanel yang dapat digunakan dari frekuensi 20 kHz sampai 230 kHz, dimana data yang ada
berasal dari dua frekuensi yang berbeda yaitu frekuensi 20kHz dan 30 kHz dapat dilihat pada Gambar 2.
Verifikasi hasil akan menjadi valid hanya untuk sistem akustik spesifik yang digunakan untuk proses verifikasi. Metode-metode dalam mengklasifikasikan
dasar perairan diimplementasikan dalam Biosonics Bottom Classifier VBT Burczynski, 2002 . Kloser et al. 2001 dan Schlaignet 1993 mengamati
klasifikasi dasar laut dari frekuensi akustik.
Gambar 2. Klasifikasi Dasar Perairan dalam Bentuk KekasaranKekerasan. Sumber : Caruthers dan Fisher, 2002
Dasar perairan yang memiliki ciri-ciri yang sama, perbedaan indeks kekasaran diamati berdasarkan perbedaan dua frekuensi yang mereka gunakan.
Selanjutnya Schlaignet 1993 menemukan bahwa perbedaan timbul dari frekuensi 40 dan 208 kHz yang disebabkan oleh perbedaan penetrasi dasar laut
berdasarkan frekuensi kedalaman pada berbagai tipe dasar perairan. Tipe partikel dasar perairan berdasarkan pantulan E1 Roughness dan E2 Hardness dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 . Tipe partikel dasar perairan berdasarkan pantulan E1 dan E2.
Sumber : Clarke dan Hamilton, 1999
2.5. SIMRAD EY-60